Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Akses untuk informasi publik atau akses warga untuk mengadakan informasi oleh
badan publik adalah suatu kebutuhan yang tinggi dalam demokratisasi. Kebenaran untuk
akses informasi publik, juga diketahui sebagai hak tahu, memungkinkan publik untuk
mengetahui dalam mengadakan informasi dari badan publik. Informasi tersebut juga meliputi
bidang-bidang tertentu, seperti informasi mengenai lingkungan, hak asasi manusia, hak untuk
berpartisipasi dalam politik dan hak untuk memerangi korupsi.
Kebebasan aliran informasi dan gagasan dapat menjamin kelangsungan badan publik
tidak hanya menggunakan informasi yang mereka miliki untuk kepentingan mereka sendiri,
tetapi juga untuk melayani kepentingan publik.
Dalam konteks ini peran media massa dalam demokratisasi merupakan pertimbangan
yang penting dan positif, terutama untuk para warga negara-negara transisi demokrasi. ke
Kemampuan yang dimiliki media dapat mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku
masyarakat dalam proses demokratisasi. Kemampuan media dalam penyebarannya dan
membantu sosialisasi politik dapat menciptakan perubahan dalam masyarakat dan pemikiran
menuju system politik yang lebih sehat.
Jurnal ini berupaya untuk mengamati akses informasi publik dan peran media dalam
demokratisasi di Indonesia pada saat ini. Pertanyaan utama berusaha untuk dijawab dalam
ulasan ini adalah: Bagaimana peran badan-badan publik, masyarakat, dan media saat ini dapat
membantu akses informasi publik dan demokratisasi di Indonesia? Fakta obyektif yang
digunakan untuk menggambarkan peran lembaga yang dipilih merujuk ke salah satu teori
normatif-kritis tentang peran media dalam demokratisasi, mana yang dianggap cocok dengan
situasi saat ini dan kondisi media di Indonesia. Hasil kajian ini diharapkan untuk memberikan
gambaran tentang masalah yang menghambat akses informasi publik dan peran masyarakat
media dalam proses demokratisasi, sehingga dapat mencari solusi alternatif, apakah itu untuk
kepentingan praktis atau akademis.
Kebebasan Media
Di Indonesia, kebebasan untuk mengekspresikan pendapat baik itu berupa lisan maupun
tulisan, dimana fundamental dinyatakan dalam Pasal 28 UUD 1945 yang telah menjadi dasar
dari kebebasan pers tanpa limmitation, umumnya dibatasi oleh hukum Perdata dan Pidana,
dan khususnya oleh undang-undang tentang Pers dan Broadcastng. Menurut pakar hukum
pidana Prof. Dr. Loebby Loeqman, SH, MH (1999), masyarakat memiliki hak warga negara.
Sementara itu, media massa memiliki kewajiban untuk memberikan informasi. Ini adalah
dasar utama dari kebebasan pers. Kasus kehilangan yang disebabkan oleh presss diatur dalam
undang-undang Sipil. Dalam pelanggaran pers cimmited oleh pers diatur dalam undang-
undang pidana. The Paries yang akan mengambil tanggung jawab yang diatur pada tahun
1999 tidak ada. 40 undang-undang tentang Pers, dan 2002 tidak ada. 32 undang-undang
tentang Penyiaran.
Salah satu sumber data dan informasi yang menunjukkan situasi dan kondisi dalam
kebebasan pers di negara-negara dimana World Press Freedom Index, yang telah dirilis oleh
Reporers Witout Borders sejak tahun 2002. Indeks ini melukiskan gambaran umum tentang
situasi kebebasan media berdasarkan hasil evalutaion terhadap unsur pluralisme dan
kemerdekaan media, kualitas struktur hukum dan keamanan jurnalis di setiap negara. Indeks
ini mengukur dan menunjukkan rangking dari 180 negara dari tingkat kebebasan
wartawannya. Indeks ini juga dilengkapi dengan kalkulator indikator global dan indivator
daerah yang mengevaluasi kinerja enzim suatu negara secara keseluruhan (baik di tingkat
global maupun di setiap wilayah) dalam kaitannya dengan kebebasan media. Data tersebut
dikumpulkan dari respon para ahli terhadap pertanyaan kuesioner mencakup pluralisme
media, independensi media, lingkungan media dan sensor diri, kerangka hukum, trancparency
dan kualitas infrastruktur yang mendukung produksi berita dan informasi. Analisis tentang
kekerasan againt wartawan dilakukan quantatively dan kualitatif selama periode evaluasi.
Peta untuk menekan kebebasan disajikan dalam lima kategori, yang diberi label dengan nya
masing-masing warna, baik (putih), cukup baik (kuning), bermasalah (kuning), buruk (merah)
dan sangat buruk (hitam).
Menurut badan pengukutan, peringkat kebebasan pers di Indonesia relatif masih
rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Pada tingkat global, dari 180 negara yang
dievaluasi, setiap tahun Indonesia duduk di rangking nomor 130 atau lebih rendah. Pada
tingkat ASEAN, dalam empat tahun terakhir posisi Indonesia di kebebasan pers rangking
selalu di bawah Brunei dan Kamboja.
Media Pluralisme
Dalam pembangunan berkelanjutan, masyarakat diharapkan untuk memainkan peran
agen perubahan diri: untuk bertindak secara individu atau di gourps, untuk menggunakan ide-
ide mereka sendiri atau ide akses, praktek dan tahu bagaimana mencari cara untuk memenuhi
potensi mereka memiliki (Pano, 2007). Dalam konteks ini, media plural dan independen
memainkan peran dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk
berperan dalam berdebat dan membuat keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Lingkungan media yang plural terbuka dan bebas dengan berbagai pendapat dan ide
merupakan aspek penting dalam suatu masyarakat demokratis. Akibatnya, media pluralisme
adalah penting untuk dicatat dalam kebijakan dan undang-undang untuk mengurangi
konsentrasi media, apakah itu horizontal (satu link dari rantai nilai produksi), vertikal (dua
atau lebih link dari rantai nilai Media) atau diagonal (examle: silang kepemilikan media)
Fakta menunjukkan bahwa sejak awal reformasi 1998 industri media di Indonesia
mengalami perkembangan yang cepat. Industri yang mulai berkembang sejak tahun 1980-an
saat ini berkembang sedemikian rupa; konglomerasi dan menciptakan oligopoli, dimana pusat
kepemilikan hanya untuk sejumlah perusahaan, yang tentu saja threathens diversifikasi Media
yang sangat penting dalam demokrasi. Menurut sebuah studi oleh Yanuar Nugroho dan
rekan-rekannya (2012, pg. 4 dan 40) ada 12 kelompok perusahaan media yang mengontrol
hampir setiap saluran media, termasuk media penyiaran, media cetak dan online. Mereka
grups perusahaan media MNC, Jawa Pos, Kompas-Gramedia, Mahaka Media, Elang
Mahkota Teknologi, Media Group, Visi Media Asia, CT Corp MRA Media, Femina, Tempo
Inti Media Dan Berita Satu Media Holdings.
Independensi Media
Independensi media merupakan salah satu prasyarat sehingga media dapat
memainkan peran penting dalam demokratisasi. Media yang bebas dari pengaruh atau
intervensi governenr dan perusahaan yang menghindari diri dari kecenderungan informasi
bias dan penutupan timbunan. Namun, saati ini independensi media di Indonesia mengalami
penurunan yang mengkhawatirkan. Jika di masa Orde Lama dan Orde Baru pengaruh dan
intervensi datang dari Swadaya, sekarang pemilik perusahaan atau investor yang lebih
berpengaruh pada media.
Fakta menunjukkan bahwa pemilik modal yang berinvestasi di industri media
sebenarnya terus memiliki minat dalam memperoleh kekuasaan politik. Misalnya, pemilik
Viva Group (termasuk TV One, ANTV dan Vivanews.com) Aburizal Bakrie yang menjadi
Chairmain atau Partai Golkar. Similiarly pemilik Media Group, Surya Palor, akhirnya
menjadi pendiri dan Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem).
Diajukan untuk memenuhi sebagai salah satu syarat guna memperoleh nilai tugas individu
mata kuliah Dinamika Media dan Mayarakat
Dosen : Prof. Dr. Hj. Atie Rachmiatie, M.Si
Disusun Oleh :
Indiska Handiana Mughni
20080016041
Kelas :
A
PASCA SARJANA
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2017