You are on page 1of 9

PARADIGMA EKOLOGI ARSITEKTUR

SEBAGAI METODE PERANCANGAN


DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

SRI YULIANI
ARCHITECTURE DEPARTMENT, FACULTY OF ENGINEERING
SEBELAS MARET UNIVERSITY
EMAIL: sriyuliani_atmaja@uns.ac.id

Abstract: Architectural design concepts have a tendency to adapt to the environment through a variety of approaches
in the design method. Orientation shift to environment-friendly design is also the demands of the environment which
previously largely ignored until the climate change. The purpose of this research is to study methods of designing the
concept of ecological architecture that can be adapted in the design strategy based on sustainable development in
managing climate management to achieve conservation and nature conservation in the tropical climate. The research
method uses a theoretical comparative study of methods and content analysis methods to the study of literature and
precedents relevant to know the perception of the application of the concept of Ecological Architecture as a design
method. The study recommends the knowledge and conceptual basis for the planning and design that aims to achieve
sustainable development with emphasis on the quality of the local development of a balanced and harmony with
nature.

Keywords: ekologi arsitektur, metode perancangan, pembangunan berkelanjutan, keseimbangan


lingkungan

mempunyai satu pandangan. Di sisi lain, dari


PENDAHULUAN sudut pandang akademis, sering terjadi
Konsep Ekologi Arsitektur merupakan perdebatan panjang apakah Ekologi Arsitektur,
paduan antara ilmu lingkungan dan ilmu Arsitektur Hijau, Arsitektur Bioklimatik,
arsitektur yang berorientasi pada model Arsitektur Hemat Energi dan Arsitektur
pembangunan dengan memperhatikan Berkelanjutan adalah sebuah metode
keseimbangan lingkungan alam dan perancangan yang mempunyai pijakan sama
lingkungan buatan. Dewasa ini, teori konsep atau memang ada perbedaan yang mendasar.
Ekologi Arsitektur mulai bermunculan, Pandangan yang kurang jelas ini secara
sehingga perencana dan perancang semakin akademis memerlukan kajian untuk
mempunyai wawasan yang luas dalam menegaskan kapan disebut Ekologi Arsitektur,
pemahaman konsep Ekologi Arsitektur. atau Arsitektur Hijau atau yang lain, sehingga
Konsep Ekologi Arsitektur atau yang sering tidak mengaburkan esensi konsep yang
disingkat dengan Eko-Arsitektur semakin digunakan dalam metode perancangan.
popular tidak hanya di akademisi, akan tetapi Paradigma membangun berlandaskan
juga menjangkau hingga kalangan praktisi. konsep Ekologi Arsitektur merupakan muara
Bahkan dalam arsitektur publik, banyak dari berbagai aliran perancangan arsitektur.
peluang dan prospek yang ditawarkan Heinz Frick dan Tri Hesti Mulyani (2006)
berangkat dari prinsip desain yang ekologis, dalam bukunya Arsitektur Ekologis,
sayembara desain, properti perumahan merangkum bahwa perkembangan arsitektur
berkonsep alam atau bentuk kegiatan lain yang ekologis dapat dilacak dari berbagai
mengapresiasi keberadaan lingkungan dan pendekatan dimulai tahun 1920an hingga
alam. Namun demikian, ada beberapa hal yang 1960an yang mengutamakan kebebasan
kurang tepat dalam pemahaman konsep Eko- ekspresi dalam bentuk dan fungsi.
Arsitektur ini sehingga sering rancu dengan Perkembangan dilanjutkan kearah filsafat
beberapa konsep senada yang sangat mirip dalam arsitektur antroposofik, dan muncul
diantaranya Arsitektur Hijau (Green arsitektur organik dimana bentuk adalah
Architecture), Arsitektur Bioklimatik fungsi. Perkembangan arsitektur terus
(Bioclimatic Architecture), Arsitektur Hemat dilanjutkan dengan lahirnya arsitektur
Energi dan beberapa istilah lain yang merdeka, arsitektur alternatif dan arsitektur
eksperimental. Perkembangan arsitektur juga analysis untuk membandingkan
mengalami perubahan ketika mulai dirasakan kondisi lapangan dan kajian pustaka.
krisis energi, maka lahirlah arsitektur hemat 3. Tahap III, merumuskan strategi
energi, dilanjutkan arsitektur sehat dan berbasis Ekologi Arsitektur dari teori
sekarang ini arsitektur ekologis. Eko- dan preseden.
Arsitektur memperhatikan kebutuhan
pembangunan secara holistik dan ramah
lingkungan. Studi Pustaka: konsep EkoArsitektur
Dalam konteks Ekologi Arsitektur, sering KOMPILASI
Studi Lapangan: kebutuhan konsep
pembangunan berkelanjutan
kali dihubungkan dengan Ruang Terbuka paradigma
Hijau. Baik yang bersifat lokal internal dalam
sebuah bangunan, maupun bersifat meluas Studi Komparasi konsep Ekologi Arsitektur
Identifikasi metode perancangan secara
dalam perencanaan kawasan. Banyak studi ANALISIS content analysis
kajian teori
dilakukan tentang penurunan kualitas
lingkungan yang berujung pada temuan
berkurangnya Ruang Terbuka Hijau secara Konsep Ekologi Arsitektur sebagai metode
perancangan pembangunan berkelanjutan
kualitatif dan kuantitatif. Studi kasus yang ada STRATEGI
di Kota Surakarta, Hari Yuliarso dkk (2007)
menemukan fakta bahwa perkembangan dunia
usaha cenderung membentuk hunian menjadi Gambar 1. Skema metodologi penelitian
tempat tinggal sekaligus tempat usaha, yang Sumber: (Sri Yuliani, 2012)
belakangan bahkan menurunkan luasan space
untuk Ruang Terbuka Hijau secara individu
dalam bangunan hingga berdampak meluas ke HASIL DAN PEMBAHASAN
wilayah kota. Dwinta Nori Fitria (2011) Tuntutan Arah Pembangunan
melakukan analisis pengaruh pengelolaan Arah pembangunan berkonsep Ekologi
Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap kualitas Arsitektur sebenarnya merupakan proses
lingkungan Kota Surakarta, menunjukkan adaptasi pada sumber daya alam dan
peningkatan kualitas lingkungan yang terdiri kepedulian akan kondisi lingkungan yang
dari kualitas fisik lingkungan dan ketersediaan semakin menurun. Faktor utama yang menjadi
ruang rekreasi yang akan berpengaruh orientasi pembangunan adalah adanya kondisi
terhadap kesehatan mental masyarakat Kota perubahan iklim yang berpengaruh ke banyak
Surakarta. Peningkatan kualitas melalui faktor kehidupan, tidak hanya manusia namun
pengelolaan Ruang Terbuka Hijau dari juga hewan dan tumbuhan.
73,33% menjadi 88% cukup signifikan jika Sue Roaf (2005) dalam bukunya yang
diaplikasikan untuk wilayah Pulau Jawa berjudul Adapting Building and Cities for
sebagai pulau terpadat di Indonesia. Climate menyampaikan bahwa karena
pengaruh perubahan iklim, ada kecenderungan
METODOLOGI dinamika perubahan paradigma pembangunan.
Penelitian tentang kajian konsep Ekologi Perubahan bangunan yang puncaknya di tahun
Arsitektur sebagai metode perancangan ini 1900an mengarah pada penyediaan
dilakukan dengan tahapan dan metode sebagai kenyamanan bangunan yang didesain secara
berikut: individu dalam Active Building Design
1. Tahap I, melakukan observasi berangsur-angsur mengarah kepada
permasalahan lingkungan akibat pembangunan berkelanjutan yang mengacu
pembangunan. Observasi ini pada Passive Building Design. Dinamika
dilakukan secara random di beberapa pembangunan yang lebih ramah terhadap
kota di Jawa Tengah diantaranya lingkungan ini dalam pernyataan Roaf mulai
Surakarta dan Semarang. Dilanjutkan memuncak tahun 2000an. Konsep
dengan melakukan identifikasi metode pembangunan berkelanjutan mengalami
perencanaan yang diperlukan untuk perkembangan semakin pesat karena sangat
pembangunan berkelanjutan. relevan dengan kondisi dan situasi lingkungan
2. Tahap II, melakukan analisis dengan di bumi yang semakin merosot sehingga mulai
metode komparasi dan content terbangun konsep yang ramah terhadap
lingkungan.
Pembangunan sekecil apapun itu akan yang mengatur pengelolaan dan pengolahan
mempunyai dampak perubahan terhadap pembangunan, antara lain:
lingkungannya. Sebagai contoh, ketika 1. UU Nomor 4 tahun 1992 tentang
meletakkan bangunan di lahan yang semula Perumahan dan Permukiman
kosong, tentulah akan mempengaruhi 2. UU Lingkungan Hidup Nomor 32
perubahan lingkungan mulai dari kondisi fisik tahun 2009 tentang Perlindungan dan
tanah, air, udara maupun infra struktur yang Pengelolaan Lingkungan Hidup
disediakan. Berikut ini merupakan gambaran 3. Undang-undang Nomor 28 tahun 2002
pengaruh pembangunan yang terjadi di tentang Bangunan Gedung
perkotaan. 4. UU Nomor 24 tahun 1992 tentang
Penataan Ruang
5. UU RI No 28 Tahun 2008 tentang
Bangunan Gedung, diselenggarakan
berlandaskan asas kemanfaatan,
keselamatan, keseimbangan dan
keserasian bangunan gedung dengan
lingkungannya.
6. UU Nomor 5 tahun 1992 tentang
Benda Cagar Budaya
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Gambar 2. Latar belakang pengaruh perkembangan No 06/PRT/M/2007 tanggal 16 Maret
pembangunan ke berbagai bidang
Sumber: (Kementerian Pekerjaan Umum, 2005)
2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan
Hasil World Sustainable Building Lingkungan.
Conference di Tokyo pada tahun 2005 yang 8. SNI 03-1733-2004 Tata cara
dituangkan dalam TOKYO DECLARATION perencanaan lingkungan perumahan di
sebagai dikutip dari makalah seminar perkotaan
Kementerian Pekerjaan Umum (2006), 9. SNI 19-14001-2005 Sistem
menghasilkan beberapa kesepakatan untuk manajemen lingkungan Persyaratan
arahan pembangunan yang memerhatikan dan panduan penggunaan.
lingkungan, diantaranya menyebutkan Beberapa aspek regulasi diatas, secara tegas
konsentrasi program yang diarahkan pada: mengatur pembangunan secara bertanggung
1. Pengaruh bangunan gedung dan jawab, yaitu pembangunan yang direncanakan
permukiman dalam penggunaan secara beritegrasi dengan konservasi
sumberdaya, degradasi lingkungan lingkungan, sehingga pembangunan dapat
global dan perubahan iklim global. berkelanjutan.
2. Langkah konkrit menghadapi isu
sustainability. Paradigma Ekologi Arsitektur
3. Sepakat melaksanakan harmoni, Ulla Myhr, Rolf Johannson (2008)
simbiosis dan kerjasama. merumuskan keterkaitan dampak yang
4. Promosi spirit Kyoto Protocol. disebabkan oleh adanya pembangunan
5. Penerapan prinsip-prinsip Sustainable terhadap lingkungan, bahwa dampak
Building. berpengaruh tidak hanya secara fisik dalam
6. Kondisi lokal dan kerjasama lingkungan, namun juga mempengaruhi
internasional. lingkungan dalam bangunan baik internal dan
7. Pendidikan dan pelatihan secara eksternal. Dampak yang perlu mendapat
berkesinambungan. perhatian adalah dampak jangka panjang, yang
8. Partisipasi dan kerjasama. akan menurunkan kualitas lingkungan secara
berangsur-angsur.
Tinjauan Aspek Kebijakan dan Regulasi
Pemerintah melalui jajaran kementerian
terkait, diantaranya Kementerian Pekerjaan
Umum dan Kementerian Lingkungan Hidup
telah menyiapkan perangkat undang-undang
meminimalkan jumlah sampah yang akan
menimbulkan masalah-masalah lingkungan,
baik sampah pembangunan maupun dalam
operasionalnya; melakukan sistem desain
yang alami; memahami faktor-faktor ekologis
yang dapat diolah dan dipertahankan pada
keberlanjutan tapak; mempertimbangkan
perancangan yang hemat energi dalam jangka
Gambar 3. Dampak pembangunan terhadap lingkungan. panjang; membangun hubungan yang
Sumber: (Ulla Myhr, Rolf Johannson, 2008) harmonis dengan lingkungan alam.
Selanjutnya diterapkan dalam aplikasi desain
Kenneth Yeang merupakan salah satu ekologis Ken Yeang dengan beberapa fitur
tokoh arsitektur Asia yang dikenal sangat yang dikelompokkan menjadi:
memperhatikan konsep ekologis dan 1. Orientasi dan konfigurasi bangunan,
menghasilkan beberapa karya rancangan 2. Landscape dan Penanaman,
arsitektur yang popular. Dalam setiap desain 3. Desain Fasad Bangunan, dan
yang dirancang didominasi dengan metode 4. Material dan Komponen Ekologis.
perancangan berbasis manajemen lingkungan Pengolahan desain ini apabila secara cermat
yang teliti dan cermat. Desain mode (Ken diperhatikan, ada tujuan bahwa konsep
Yeang, 1999) yang dikembangkan sebagai Ekologi Arsitektur berpegang pada
dasar pertimbangan konseptual meliputi: perancangan sistem dalam bangunan yang
1. Tata lingkungan bangunan luar dalam tidak berdampak atau berdampak kecil ketika
bentuk lansekap alami. diletakkan pada lingkungan alam.
2. Pengolahan konfigurasi bangunan Sri Yuliani (2011) dalam Jurnal Region,
3. Pemanfaatan potensi iklim dalam menyebutkan bahwa pendekatan perancangan
bangunan yang efisien dan berwawasan lingkungan
4. Penggunaan teknologi tepat guna dan untuk memenuhi kebutuhan hunian
efisien masyarakat adalah dengan menggunakan
5. Pertimbangan sosial budaya penghuni metode perancangan berbasis Ekologi
bangunan Arsitektur. Pada tulisan yang lain The 12th
Beberapa dasar pertimbangan tersebut International Conference on Sustainable
dikembangkan dalam metode perancangan Environment and Architecture (SENVAR)
yang berkonsep Ekologi Arsitektur. Metode 2011 melalui makalahnya The Application of
yang dilakukan sangat aplikatif dan variatif Ecological Concepts on The Flats Roof in
sehingga karya rancangan menjadi tidak Humid Tropical Region, menyimpulkan bahwa
monoton walaupun pada dasarnya prinsip penerapan konsep Ekologi Arsitektur
menggunakan konsep yang sama. pada penggunaan atap hijau sangat optimal
Lebih jauh, dalam penelitian Aplimon untuk menyediakan kenyamanan thermal pada
Jerobisonif (2011) berpendapat bahwa metode rumah susun. Selain itu sistem yang dibangun
dan aplikasi desain ekologis yang dilakukan dalam ekosistem bangunan rumah susun
Ken Yeang dalam perkembangan karya-karya tersebut mempunyai potensi meningkatkan
arsitekturnya disimpulkan bahwa dalam aktifitas produktif penghuni dan dapat
konteks desain ekologis ada dua konsep utama membentuk lingkungan yang lebih segar dan
yang digunakan yaitu pendekatan desain sehat. Hal ini dapat dikembangkan tidak hanya
bioclimatic yang dimanfaatkan sebagai aspek berhenti di obyek rumah susun, namun dapat
physical integration dengan passive dan low diaplikasi pada bangunan bertingkat lainnya,
energy system yang memperhatikan faktor seperti rumah took (ruko), mall tempat
kenyamanan penghuni. Selain itu, perbelanjaan atau bangunan bertingkat yang
pertimbangan desain diperhatikan melalui lain milik pemerintah maupun swasta.
pendekatan desain ecomimicry yang Dijelaskan bahwa faktor alam dapat
merupakan wujud systemic dan temporal dimanfaatkan untuk menyediakan kualitas
integration dengan tujuan mendapatkan desain lingkungan bagi kehidupan manusia.
yang ekologis didalam seluruh daur hidup Bangunan, sekalipun merupakan benda mati,
bangunan. Konsep desain ekologis kemudian sebaiknya mempunyai korelasi dengan
dijabarkan dalam prinsip utama yaitu lingkungan alamnya.
Simon Guy (2011) menemukan kajian Maibritt Pedersen Zari (2011)
tentang perdebatan arsitektur berkelanjutan mengemukakan bahwa penggabungan
terhadap pemetaan praktek dan penerapan pemahaman yang menyeluruh tentang biologi
logika desain alternatif menunjukkan dan ekologi ke dalam desain arsitektur akan
persaingan untuk mengangkat nilai-nilai signifikan dalam penciptaan lingkungan yang
lingkungan dengan mempertahankannya dibangun yang memberikan kontribusi untuk
secara alami atau melalui membentuk profil kesehatan masyarakat manusia, sekaligus
technonatural pembangunan green building. meningkatkan integrasi positif dengan siklus
Disini secara tegas ditemukan, bahwa praktek karbon alami. Maibritt Pedersen Zari (2012)
merencana dan merancang masih banyak yang menegaskan 'netral' terhadap lingkungan
mengedepankan unsure teknologi dalam dalam hal penggunaan energi, emisi karbon,
estetika yang mengabaikan lingkungan alam. pembangkit limbah atau penggunaan air
Beberapa desain yang terbentuk semata-mata adalah target layak tetapi sulit dalam desain
hanya memposisikan alam sebagai komponen arsitektur dan perkotaan. Namun, lingkungan
penunjang. Untuk lebih memahami binaan mungkin perlu melampaui upaya hanya
heterogenitas arsitektur berkelanjutan untuk membatasi hasil lingkungan negatif dan
bagaimanapun juga kita harus menjelaskan bukan bertujuan untuk keuntungan bersih
beberapa cara mengatasi masalah lingkungan lingkungan yang positif. Ini berarti bahwa
dengan cara diidentifikasi, didefinisikan, lingkungan dibangun perlu memberikan
diterjemahkan, dihargai dan kemudian kontribusi lebih dari mengkonsumsi sekaligus
diwujudkan dalam bentuk lingkungan binaan remediating kerusakan lingkungan masa lalu
melalui desain beragam dan jalur dan saat ini. Pembangunan tersebut bisa
pembangunan yang berkelanjutan. disebut 'regeneratif'. Potensi untuk memahami
Stuart Wilson and Gavin Scott (2011) dan kemudian meniru jasa ekosistem
manusia selama ini masih dapat hidup di dieksplorasi untuk menetapkan tujuan untuk
lingkungan normal yang kadang tidak pengembangan regeneratif, merancang mereka
sedap dipandang, tidak sehat atau bahkan dan mengukur keberhasilan atau kegagalan
mengkhawatirkan, walaupun dalam batin karena mereka berevolusi dari waktu ke
tidak cocok, namun karena keadaan yang waktu. Poin memanfaatkan kunci
mengharuskan, maka tetap menerima dan diidentifikasi di mana sistem dari lingkungan
melakukan upaya bertahan. Sebagai yang dibangun dapat diubah untuk bergerak ke
arah lingkungan perkotaan regeneratif.
contoh, manusia tetap merasa nyaman Menganalisis lingkungan perkotaan dibangun
tinggal di bantaran sungai yang sering dari perspektif bagaimana fungsi ekosistem
banjir, atau di pinggiran jalan kereta api bisa menjadi langkah penting menuju
meski dari faktor kenyamanan dan penciptaan lingkungan binaan di mana
keamanan tidak layak huni. Tapi mereka integrasi positif dengan, dan pemulihan,
tetap mendirikan hunian dengan ekosistem lokal dapat terwujud.
membayar harga yang tidak murah, yang Ceridwen Owen dan Kim Dovey
mungkin tidak dapat mengevaluasinya (2008) menggunakan kerangka teori sosiologi
secara memadai. Pembangunan yang tidak Bourdieu, makalah ini membahas 'lapangan'
memanusiawikan manusia ini tentunya arsitektur melalui mata arsitek terlibat dalam
tidak akan berkelanjutan, kualitas upaya untuk arsitektur berkelanjutan. Praktek
lingkungan semakin menurun dan arsitektur berkelanjutan sering digambarkan
manusiapun semakin tidak dapat sebagai salah satu usaha untuk melayani dua
majikan dalam bidang seni dan ilmu masing-
bersahabat dengan alam. Faktor utama masing. Dalam istilah Bourdieu, ini tumpang
dalam temuan Stuart Wilson dan Gavin tindih lahan tempat praktek arsitektur
Scott, adalah manusia dengan segala peran dan berkelanjutan seperti bermain dua
aktifitasnya menjadi penentu keseimbangan pertandingan pada bidang yang sama. Untuk
ekologis. Dengan kata lain, ketika memainkannya secara efektif memerlukan
pembangunan berkelanjutan menjadi tujuan kepekaan rasa dalam menentukan kedua
konsep Ekologi Arsitektur, manusia menjadi permainan yang terintegrasi secara ideal
faktor utama, baik budaya, sosial dan adalah untuk mencetak dua gol secara
ekonomi.
bersamaan. Namun, keinginan untuk integrasi minded space) yang memfasilitasi fungsi
tidak mudah menyadari dan bagian dari tunggal pada suatu kawasan di wilayah kota,
perjuangan yang lebih dari definisi arsitektur akan tetapi memerlukan ruang beraneka ragam
dan keberlanjutan. Elit hijau waspada terhadap (open-minded space) yang menjaga kelestarian
kooptasi, namun apabila mereka memainkan lingkungan dengan menghadirkan fungsi
permainan estetika, mereka akan dikeluarkan sekunder yang mendukung fungsi primer,
dari lapangan. Para elit seni, meskipun gelisah Misalnya untuk merencanakan pedestrian,
tetap dihadapkan pada kesadaran bahwa jika tidak semata-mata membuat jalur akses
permainan tidak berubah menjadi hijau maka sirkulasi, namun juga menghadirkan peneduh,
lapangan akan berubah menjadi cokelat. ruang duduk untuk beristirahat, maupun
Makalah ini menyimpulkan bahwa interaksi furniture street yang lain agar fungsi
terus-menerus antara integrasi dan pemisahan pedestrian menjadi optimal. Perencanaan
merupakan kondisi di bidang praktik dengan mengoptimalkan potensi alam
arsitektur, sementara itu, wilayah paling lingkungan sebagai pendukung faktor
produktif untuk rekonsiliasi terletak pada kenyamanan fisik ternyata juga berpengaruh
posisi keberlanjutan dan arsitektur sebagai terhadap kualitas ruang hidup manusia baik
praktek sosial (komersiil). Secara singkat secara fisik maupun non fisik. Tujuan dari
dirumuskan bahwa banyak konsep Ekologi metode perencanaan tersebut tidak hanya
Arsitektur yang tidak mengakar dari tujuan untuk menjaga kualitas lingkungan namun
untuk melestarikan alam, namun yang terjadi sebenarnya diharapkan untuk meningkatkan
adalah semata-mata pembangunan yang kualitas kehidupan manusia. Secara singkat
mengeksploitasi alam untuk menjunjung dinyatakan bahwa berkonsep Eko-Arsitektur
nilai-nilai estetika (seni). merupakan konsep membangun holistik,
Mohammad Taleghani, Hamid R. memperhatikan unsur-unsur terkait yakni
Ansari dan Philip Jennings (2010) manusia, bangunan dan lingkungan dengan
menyatakan bahwa keberlanjutan merupakan pertimbangan pemanfaatan untuk masa
isu penting bagi zaman kita dan arsitektur sekarang dan yang akan datang.
memiliki peran penting dalam pembangunan Ciri-ciri iklim tropis lembab Indonesia
berkelanjutan. Bangunan bertanggung jawab (Prasasto Satwiko, 2004) yg mendapat
untuk sekitar 40% dari konsumsi energi dunia prioritas untuk diadaptasi dalam penerapan
tahunan. Selain itu, selama dekade terakhir, konsep EkoArsitektur diantaranya:
beberapa pendekatan baru telah muncul untuk 1. Kelembaban tinggi hingga 90%
penggabungan keberlanjutan dan energi 2. Temperatur udara tinggi rata-rata 32oC
terbarukan ke dalam pendidikan arsitektur. 3. Curah hujan tinggi rata-rata 1500-
Salah satu cara untuk mengurangi konsumsi 2500mm setahun
energi bangunan adalah untuk mendidik 4. Radiasi matahari secara global sekitar
arsitek dalam desain bangunan yang didukung 400 watt/m2
oleh bentuk-bentuk energi terbarukan untuk 5. Langit cenderung berawan
pemanasan, pendinginan pencahayaan, dan 6. Kecepatan angin rata-rata relatif
ventilasi. Perbandingan pendidikan arsitektur rendah kurang dari 2m/s
berkelanjutan di negara-negara ekonomi maju 7. Flora dan fauna beragam
dengan yang di negara yang berkembang Sumber daya alam yang berpotensi untuk
menyediakan beberapa wawasan tentang dimanfaatkan dan berinteraksi secara harmonis
bagaimana untuk memodernisasi kurikulum dengan pembangunan meliputi:
arsitektur untuk memfasilitasi proses 1. Matahari
pembangunan berkelanjutan. Pemahaman 2. Angin
konsep Ekologi Arsitektur dibangun dari 3. Keragaman flora dan fauna
aspek pendidikan. 4. Tanah yang subur
Heinz Frick dan Tri Hesti Mulyani (2006) Pengelolaan sumber daya alam dalam desain
menyatakan bahwa kota-kota di Indonesia arsitektural direspon dari kondisi lingkungan
mengalami kemerosotan kualitas kehidupan di luar bangunan yang ditentukan oleh iklim
dalam tata ruang kota yang tidak direncanakan setempat (iklim makro) dan keadaan
dengan matang. Ruang kota yang sebenarnya lingkungan di sekitarnya (iklim mikro). Untuk
tidak hanya mempunyai ruang tunggal (single- mendapatkan kondisi lingkungan didalam
bangunan dapat diusahakan dengan beberapa
cara, diantaranya:
1. Sistem Desain Pasif (Pasive Building
Design), merupakan metode desain
arsitektural yang mengandalkan
elemen pembentuk iklim yang
potensial mampu memberikan
kenyamanan fisik.
2. Sistem Desain Aktif (Active Building
Design), dimaksudkan sebagai metode
desain arsitektural yang dalam
perancangannya memanfaatkan Gambar 5. Contoh bangunan berkonsep Ekologi
peralatan mekanis/elektrikal. Arsitektur.
Sue Roaf dkk (2007) membuat ilustrasi Sumber: (Sue Roaf dkk, 2007, hal 330)
pemanfaatan matahari untuk bangunan dalam
gambar berikut ini.

Gambar 6. Contoh desain bangunan berbahan reuse


material.
Sumber: (Sue Rof dkk, 2007, hal 343)

Gambar 4. Pemanfaatan matahari dalam bangunan.


Sumber: (Sue Roaf dkk, 2007. Hal 217)

Selain sumber daya alam, faktor utama yang


menjadi penentu dalam konsep Ekologi Gambar 7. Contoh bangunan berkonsep Ekologi
Arsitektur adalah pemanfaatan sumber daya Arsitektur.
Sumber: (Sue Roaf dkk, 2007. Hal 356)
manusia, budaya dan teknologi yang dapat
dihasilkan mempunyai peran yang dominan.

Beberapa contoh karya desain dengan konsep


Ekologi Arsitektur:
Keputusan Rektor Universitas Sebelas Maret
Nomor: 200/UN27/PN/2012 dalam kontrak
penelitian yang direncanakan untuk dua tahun.

DAFTAR PUSTAKA
Aplimon Jerobisonif, 2011. Aplikasi Desain
Ekologis Dalam Karya Arsitektur Ken
Yeang, abstrak thesis, penerbit ETD
(electronic theses & dissertations) UGM
Yogyakarta.
Ceridwen Owen & Kim Dovey. 2008. Fields
Of Sustainable Architecture. The Journal
of Architecture Volume 13, Issue 1, 2008.
Taylor & Francis.
Dwinta Nori, Galing Yudana, Widharyatmo.
2011. Pengaruh Pengelolaan Ruang
Terbuka Hijau Terhadap Kualitas
Lingkungan Kota Surakarta. Jurnal
Region Vol 4 No.1 Januari 2011 ISSN
1858-4837. Pusat Informasi dan
Pembangunan Wilayah (PIPW) UNS. Hal
Gambar 8. Skema sistem hubungan alam dan bangunan
pada bangunan berkonsep Ekologi Arsitektur. 19-26.
Sumber: (Sue Roaf dkk, 2007, hal 358) Hari Yuliarso, Sri Yuliani. 2007. Dampak
Perkembangan Ruko terhadap Ruang
Terbuka Hijau Kota Surakarta. LPPM
KESIMPULAN UNS: Laporan penelitian tidak
Latar belakang konsep Ekologi Arsitektur dipublikasikan.
adalah kerusakan lingkungan, -sehingga Heinz Frick dan Tri Hesti Mulyani, 2006.
mengakibatkan perubahan iklim, krisis energi- Arsitektur Ekologis, Konsep arsitektur
dan tuntutan kualitas hidup manusia. ekologis di iklim tropis, penghijauan kota
Regulasi pembangunan berwawasan dan kota ekologis, serta energi terbarukan.
lingkungan menjadi koridor perancangan Penerbit Kanisius dan Soegijapranata
yang tidak hanya berskala regional, namun University Press, Semarang
juga skala nasional hingga internasional. Kementerian Pekerjaan Umum, 2005.
Konsep Ekologi Arsitektur adalah konsep Kebijakan dan Aspek Regulasi dalam
membangun yang memperhatikan Seminar Green Architecture di Jakarta
keseimbangan lingkungan alam dan buatan tanggal 28 November 2006.
dengan unsur utama manusia, bangunan dan Ken Yeang, 1999. The Green Skyscarpers,
lingkungan. Manusia sebagai pelaku dan New York: Penerbit Longman.
pengguna mempunyai keragaman sosial Maibritt Pedersen Zari. 2010. Biomimetic
budaya untuk mengolah bangunan dan design for climate change adaptation and
lingkungan secara harmonis. mitigation. Journal of Building Research
Perancangan berkonsep Ekologi & Information. Volume 40 Issue 1 2012.
Arsitektur merupakan perencanaan yang Taylor & Francis.
bertujuan mendesain sistem yang mampu Maibritt Pedersen Zari. 2011. Ecosystem
menjaga simbiosis lingkungan dalam services analysis for the design of
bangunan atau kawasan sehingga tidak regenerative built environments. Journal
membebani siklus alami. of Architectural Science Review. Volume
53 Issue 2 2010. Taylor & Francis.
UCAPAN TERIMAKASIH Mohammad Taleghani, Hamid R. Ansari &
Ucapan terimakasih kepada Universitas Philip Jennings. 2010. Renewable energy
Sebelas Maret Surakarta yang telah education for architects: lessons from
memberikan dukungan penelitian dalam developed and developing countries.
Program DIPA BLU Universitas Sebelas International Journal of Sustainable
Maret Tahun Anggaran 2012 melalui Surat
Energy Volume 29 Issue 2 2010. Taylor &
Francis.
Prasasto Satwiko. 2004. Fisika Bangunan 1
Edisi 1. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Simon Guy. 2011. Pragmatic Ecologies:
Situating Sustainable Building. Journal of
Architectural Science Review. Volume 53
Issue 1 2010. Taylor & Francis.
Sri Yuliani, 2011, The Application of
Ecological Concepts on The Flats Roof in
Humid Tropical Region, The 12th
International Conference on Sustainable
Environment and Architecture (SENVAR)
ISBN 978-602-203-055-3 tanggal 10-11
November di Malang, Penerbit University
of Brawijaya.
Sri Yuliani, 2011. Model of Flats at Surakarta
Suburban Settlement as an Alternative
Form of Land Limitation in The Humid
Tropical Climate Region, Jurnal Region
Vol 4 No.1 Januari 2011 ISSN 1858-4837.
Pusat Informasi dan Pembangunan
Wilayah (PIPW) UNS. Hal 27-36.
Stuart Wilson and Gavin Scott. 2011.
Architecture And An Ecology Of Man.
Journal of Architectural Science Review,
Volume 53 2010. Taylor & Francis.
Sue Roaf, David Crichton, Fergus Nicol. 2005.
Adapting Building and Cities for Climate
Change,Burlington: Elsevier.
Sue Roaf, Manuel Fuentes, Stephanies
Thomas. 2007. Ecohouse: A Design
Guide, Third Edition. Burlington:
Elseveir.
Sue Roaf, Rychard Hyde, Colin Champen,
Martin Seigert. 2012. Transforming
Markets in The Built Environment and
Adapting to Climate Change: An
Introduction. Journal of Architectural
Science Review. Taylor & Francis.
Ulla Myhr, Rolf Johannson. 2008. Ecoeffect
for outdoor environments: the process of
tool development. Environmental Impact
Assesment Review. Elseveir, available
online at www.sciencedirect.com. hal 445.

You might also like