You are on page 1of 10

A.

HAK SISWA

Hak mendapat pelajaran

Hak mendapat perlakuan baik

Hak mendapat perlakuan adil

Hak mendapat bimbingan dan konseling

Hak menyampaikan pendapat

Hak mendapat penjelasan dalam kasus tertentu

Hak menggunakan fasilitas yang ada menurut program studi yang telah ditetapkan oleh sekolah

B. KEWAJIBAN SISWA

Masuk Sekolah

Jam masuk sekolah pukul 06.30, Siswa harus berada di dalam kelas.

Akhlak Siswa Terhadap Guru

Siswa adalah orang yang belajar kepada guru, siswa pula yang menentukan kualitas ajar seorang guru.
Jika siswanya kurang pintar setelah mendapat pendidikan, maka ada dua kemungkinan, yakni: siswanya
kurang mencerna pelajaran yang ditransfer guru (atau sang guru tidak dapat memberikan metode
terbaik pada saat pelajaran diberikan), atau sang siswa tidak mampu mengikuti pelajaran yang diberikan
guru.

Dua kemungkinan di atas, sangatlah lumrah. Yang pasti sang guru tidak mau disalahkan alias guru
beralasan bahwa siswa tersebut memang tidak mampu mengikuti pelajaran (siswanya ber-IQ rendah).
Kalau mau jujur, guru pun harus dapat mengevaluasi metode yang digunakan dalam pendidikan, apakah
sesuai dengan tingkat kecerdasan, tingkat usia, tingkat emosi dan sebagainya. Hal ini perlu dilakukan
oleh seorang guru, agar ilmu yang ditransfer dapat diterima dengan baik. Selain itu seorang siswa pun
harus mengakomodir segala yang diberitakan oleh guru dalam segala hal yang berhubungan dengan
pendidikan, dengan tujuan agar siswanya itu menjadi orang yang berguna.
Seorang siswa wajib berbuat baik kepada guru dalam arti menghormati, memuliakan dengan ucapan
dan perbuatan, sebagai balas jasa atas kebaikan yang diberikannya. Siswa berbuat baik dan berakhlak
mulia atau bertingkah laku kepada guru dengan dasar pemikiran sebagai berikut:

Memuliakan dan menghormati guru termasuk satu perintah agama

Sabda Rasulullah SAW yang artinya: Muliakanlah orang yang kamu belajar darinya. (HR. Abul Hasan
Al-Mawardi), Muliakanlah guru-guru Al-Quran (agama), karena barang siapa yang memuliakan mereka
berarti ia memuliakan aku. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi)

Penyair Mesir Ahmad Syauki Bey mengatakan :

Berdiri dan hormatilah guru, dan berilah ia penghargaan, (karena) seorang guru itu hampir saja
merupakan Tuhan. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi)

Guru adalah orang yang sangat mulia

Dalam sejarah nabi disebutkan, bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad SAW keluar rumah. Tiba-tiba
beliau melihat ada dua majlis yang berbeda. Majlis yang pertama adalah orang-orang yang beribadah
yang sedang berdoa kepada Allah dengan segala kecintaan kepadaNya, sedang majlis yang kedua ialah
majlis pendidikan dan pengajaran yang terdiri dari guru dan sejumlah murid-muridnya. Melihat dua
macam majlis yang berbeda Nabi bersabda: Adapun mereka dari majlis ibadah mereka sedang berdoa
kepada Allah. Jika Allah mau, Allah menerima doa mereka, dan jika Allah mau, Allah menolak doa
mereka. Tetapi mereka yang termasuk dalam majlis pengajaran manusia. Sesungguhnya aku diutus
Tuhan adalah untuk menjadi guru. (HR. Ahmad)

Guru adalah orang yang sangat besar jasanya dalam memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, dan mental kepada siswa

Bekal ini jika diamalkan jauh lebih berharga dari pada harta benda. Orang yang ingin sukses di dunia
dan akhirat harus dengan ilmu. Sabda Rasulullah SAW: Barang siapa yang menghendaki dunia, wajib ia
mempunyai ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat, wajib mempunyai ilmu. Dan barang siapa
yang menghendaki dunia dan akhirat kedua-duanya, wajib juga mempunyai ilmu. (HR. Ahmad)

Dilihat dari segi usia, maka pada umumnya guru lebih tua dari pada muridnya, sedangkan orang muda
wajib menghormati orang yang lebih tua

Sabda Rasulullah SAW: Bukan dari umatku, orang yang tidak sayang kepada yang lebih muda dan
tidak menghargai kehormatan yang lebih tua. (HR. Abu Daud dan Turmudzi)
Cara Berakhlak Terhadap Guru

Banyak cara yang dapat dilakukan seorang siswa dalam rangka berakhlak terhadap seorang guru, di
antaranya adalah sebagai berikut:

Menghormati dan memuliakannya serta mengagungkannya menurut cara yang wajar dan dilakukan
karana Allah.

Berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik.

Tidak merepotkan guru dengan banyak pertanyaan.

Dengan meletihkan guru dengan berbagai pertanyaan dan beban lainnya.

Jangan berjalan dihadapannya.

Jangan duduk ditempat duduknya.

Jangan mulai berbicara kecuali setelah mendapat izin darinya.

Jangan membukakan rahasia guru.

Jangan melawan dan menipu guru.

Meminta maaf jika berkata keliru dihadapan guru.

Memuliakan keluarganya.

Memuliakan sahabat karib guru.

Adapun kode etik terhadap guru meliputi :

Ibn jamaah menyusun kode etik yaitu:

Murid harus mengikuti guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian, berwibawa, santun dan
penyayang. Ia tidak mengikuti guru yang tinggi ilmunya tetapi tidak saleh, tidak waras, atau tercela
akhlaknya.

Murid harus mengikuti dan mematuhi guru. Menurut ibn jamaah rasa hina dan kecil di depan guru
merupakan pangkal keberhasilan dan kemuliaan. Ia memberikan umpama lain, yaitu penuntut ilmu
ibarat orang lari dari kebodohan seperti lari dari singa ganas. Ia percaya kepada orang penunjuk jalan lari.

Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya. Orang yang berhasil hingga
menjadi ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh berhenti menghormati guru.

Murid harus mengingat hak guru atas dirinya sepanjang hayat dan setelah wafa. Ia menghormati
sepanjang hidup guru, meski wafat. Murid tetap mengamalkan dan mengembangkan ajaran guru.
Murid bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya berusaha untuk
memaafkan perlakuan kasar, turut memohon ampun dan bertaubat untuk guru.

Murid harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. Melalui itulah ia mengetahui
apa yang harus dilakukan dan dihindari. Ia memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Meskipun guru
menyampaikan informasi yang sudah di ketahui murid, ia harus menunjukan rasa ingin tahu tinggi
terhadap informasi.

Murid tidak mendatangi guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru sedang sendiri maupun bersama orang
lain. Jika telah meminta izin dan tidak memperoleh. Ia tidak boleh mengulangi minta izin. Jika ragu
apakah guru mendengar suaranya, ia bisa mengulanginya paling banyak tiga kali.

Harus duduk sopan didepan guru. Missalnya, duduk bersila dengan tawadu, tenang, diam, posisi
duduk sedapat mungkin berhadapan dengan guru, atentif terhadap perkataan guru sehingga tidak
membuat guru mengulangi perkataan. Tidak di benarkan berpaling atau menoleh tanpa keperluan jelas,
terutama saat guru berbicara kepadanya.

Bekomunikasi dengan guru secara santun dan lemah- lembut. Ketika guru keliru baik khilaf atau karena
tidak tahu, sementara murid mengetahui, ia harus menjaga perasaan agar tidak terlihat perubahan
wajahnya. Hendaknya menunggu sampai guru menyadari kekeliruan. Bila setelah menunggu tidak ada
indikasi guru menyadari kekeliruan, murid mengingatkan secara halus.

Jika guru mengungkapkan satu soal, atau kisah atau sepenggal sair yang sudah dihafal murid, ia harus
tetap mendengarkan dengan antusias, seolah-olah belum pernah mendengar.

Murid tidak boleh menjawab pertanyaan guru meskipun mengetahui, kecuali guru memberi isyaratia
memberi jawaban.

Murid harus mengamalkan tayamun (mengutamakan yang kanan). Ketika memberi sesuatu kepada
guru. Harus menjaga sikap wajar, tidak terlalu dekat hingga jaraknya terkesan mengganggu guru. Tidak
pula terlalu jauh hingga harus merentangkan tangan secara berlebihan yang mengesankan kurang serius.

ak dan Kewajiban dalam Keluarga


Pada dasarnya setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban. Allah Swt. telah menciptakan manusia
dengan berbagai macam ras, suku bangsa, bahasa, dan sebagainya yang saling berpasang-pasangan.
Begitu pula dengan hak dan kewajiban, setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda-
beda dan keduanya harus dilaksanakan dengan seimbang.

Hak adalah sesuatu yang harus diterima oleh seseorang. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang
harus dikerjakan oleh seseorang. Janganlah menuntut hak tanpa memenuhi kewajiban dan janganlah
memenuhi kewajiban tanpa menghiraukan hak.

Mengetahui hak dan kewajiban di dalam keluarga merupakan bagian dari realisasi keimanan dan adab
kita sebagai seorang muslim. Perhatian yang besar ini merupakan aplikasi dari nilai-nilai Islam yang kita
serap dan kita pahami bersama. Dengan mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota
keluarga, pertikaian dan ketidakharmonisan akan hilang dengan sendirinya.

Rasulullah Saw. bersabda :

Berbuat baiklah kepada Ibumu, Bapakmu, saudara perempuan dan saudara laki-lakimu, kemudian
orang yang paling dekat denganmu kemudian seterusnya. (HR. Nasai, Ahmad, dan Al Hakim)

Rasulullah Saw. bersabda :

Allah berfirman Aku adalah Tuhan Yang maha Rahman dan ini adalah rahim (sanak keluarga), Aku
ambilkan namanya dari nama-Ku, barang siapa yang menyambungnya maka Aku pasti menyambungnya
dan barang siapa memutuskannya maka Aku akan meghancurkannya. (Hadits Qudsi, HR. Bukhari
Muslim)

Hak Orang tua (Kewajiban anak terhadap Orang tua)

Hak Orang tua yang masih hidup

Mendapat perlakuan yang baik dari anak-anaknya.

Rasulullah Saw. besabda :


Berbuat baiklah kepada kedua Orang tua lebih utama ketimbang shalat, shadaqoh, puasa, haji, umroh,
dan jihad di jalan Allah. (HR. Abu Yala dan Thabrani)

Mendapat perawatan yang baikdari anak-anaknya hingga maut menjemputnya.

Rasulullah Saw. besabda :

Anak tidak dapat membalas kedua Orang tuanya hingga ia mendapati sebagai budak lalu membelinya
dan memerdekaannya. (HR. Muslim)

Hak Orang tua yang telah wafat

Ada Sahabat yang bertanya pada Rasulullah Wahai Rasulullah masih adakah adakah kewajiban untuk
berbuat baik kepada Orang tuanya yang telah wafat ? Rasulullah bersabda Ya, mendoakannya,
memintakan ampunan untuknya, menunaikan janjinya, menghormati temannya, menyambungkan
kerabat yang tidak dapat disambung oleh Orang tua. (HR. Abu Daud, Abn Hibban, dan Al Hakim)

Hak Anak (Kewajiban Orang tua)

Mendapat nama yang baik dan mengaqiqahkannya.

Rasulullah Saw. besabda :

Setiap bayi tergadaikan oleh aqiqahnya, disembelihkan kambing untuknya pada hari ketujuh dan di
cukur rambutnya. (HR. Muslim)

Bersikap lemah lembut dan sayang pada anak, tidak berbeda apakah itu anak perempuan maupun
laki-laki.
Aqra melihat Rasulullah mencium cucunya Hasan, lalu Aqra bertanya : Sesungguhnya aku punya
sepuluh anak, tetapi aku belum pernah mencium seorang pun diantara mereka. Lalu Rasulullah
bersabda : Sesungguhnya orang yang tidak menyayangi tidak akan disayangi. (HR. Bukhari)

Mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang baik

Mendapatkan nafkah (sandang dan pangan)

Dipisahkan ruang tidurnya anak laki-laki dengan perempuan bila sudah beranjak dewasa (aqil baligh).

Hak Kerabat Sanak Keluarga

Dikunjungi atau silaturrahmi

Rasulullah Saw. besabda :

Siapa yang ingin diperpanjang umurnya dan diluaskan rizkinya maka hendaklah dia takut kepada Allah
dan bersilaturrahmi kepada kerabat. (HR. Ahmad dan Al Hakim)

Selamat dari tangan dan lisannya. Maksudnya adalah tidak digunjingkan dan dianiaya

Bersedekah atau memberi hadiah

Rasulullah Saw. besabda :

Shadaqah yang paling utama adalah kepada kerabat yang memutuskan kekerabatannya. (HR. Ahmad,
Thabrani, dan Baihaqi)

Etika / Akhlak terhadap Orang tua


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa etika berarti ilmu tentang apa yang baik dan
tentang apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

Sebagaimana telah diketahui, islam adalah sebuah agama yang memiliki ajaran-ajaran yang mulia,
komprehesif dan universal, dimana sumber utamanya adalah Al Quran dan As Sunnah. Ajaran-ajaran
Islam yang mulia ini harus ditransfer dan ditanamkan kepada anak melalui pendidikan dalam keluarga.
Keharmonisan antara Orang tua dan anak dapat dibangun sejumlah prinsip etika komunikasi dalam islam
seperti Qawlan, Karima, Qawlan sadida, Qawlan marufa, Qawlan baligha, Qawlan layyina, dan Qawlan
maisyura.

a. Qawlan Karima (perkataan yang mulia)

Islam mengajarkan agar mempergunakan perkataan yang mulia dalam berkomunikasi terhadap siapa
pun. Dalam Al quran perkataan yang mulia ini dijelaskan dalam Surat Al Isra : 23

Allah Swt. berfirman :

Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu
berbuat baik kepada Ibu Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau
kedua-duanya sampai umur lanjut dalam pemeliharanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan Ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. (QS. Al Isra : 23)

b. Qawlan sadida (perkataan yang benar atau jujur)

Tentang perkataan yang benar ini dijelaskan dalam Al Quran surat An Nisa: 9

Allah Swt. berfirman :

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An Nisa : 9)
c. Qawlan marufa (perkataan yang baik)

Allah Swt. berfirman :

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang di iringi dengan sesuatu yang
meyakitkan (perasaan penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (QS. Al baqarah : 263)

d. Qawlan baligha (perkataan yang efektif atau keterbukaan)

Pengertian ini didasarkan pada penafsiran atas perkataan yang berbekas pada jiwa mereka yang
terdapat dalam Al quran surat An Nisa : 63

Allah Swt. berfirman :

Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang didalam hati mereka. Karena itu,
berpalinglah kamu dari mereka dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan
yang berbekas pada jiwa mereka. (QS. An Nisa: 63)

e. Qawlan layyina (perkataan yang lemah lembut)

Perintah menggunakan perkataan yang lemah lembut ini terdapat dalam Al quran surat Thaha : 44

Allah Swt. berfirman :

Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan Ia
ingat dan takut. (QS. Thaha : 44)

f. Qawlan maisura (perkataan yang pantas)

Perkataan yang pantas ini dijelaskan dalam Al quran surat Al Isra : 28


Allah Swt. berfirman :

Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari tuhanmu yang kamu harapkan,
maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas. (QS. Al Isra: 28)

You might also like