Manfaat komitmen agama tidak hanya dalam penyakit fisik, tetapi juga di bidang kesehatan jiwa. Makin religius maka makin terhindar seseorang dari stress (Linaen 1970, Strak 1971). Dikemukakan lebih mendalam bahwa komitmen agama seseorang telah menunjukan peningkatan taraf kesehatan jiwanya. Terapi keagamaan (Intervensi religi) pada kasus-kasus gangguan jiwa ternyata juga membawa manfaat. Studi Stark menunjukan bahwa angka frekuensi kunjungan ke tempat ibadah lebih merupakan indicator dan factor yang efektif dalam hubungannya dengan penurunan angka bunuh diri. Sedangkan klien yang tidak diberikan psiko religius terapi pada swicide memiliki risiko 4 kali lebih besar untuk melakukan bunuh diri (Comstock dan Partridge, 1972). Dikemukakan bahwa kegiatan keagamaan/ibadah/shalat, menurunkan gejala psikiatrik (Mahoney 1985, Young 1986, Martin 1989). Riset yang lain menyebutkan bahwa menurunnya kunjungan ke tempat ibadah, meningkatkan jumlah bunuh diri di USA (Stack, Rusky, 1983). Kesimpulan dari berbagai riset menunjukkan bahwa religiusitas mampu mencegah dan melindungi dari penyakit kejiwaan, mengurangi penderitaan meningkatkan proses adaptasi dan penyembuhan.
E. Pendapat Para Ahli Ilmu Jiwa
1. Larson (1990): In navigating the complexities of human health and relationship religious commitmen is a force to consider. 2. Woodhouse (direktur UNICEF,1997): Pegang teguh ciri khas indonesia, yaitu religius, keutuhan keluarga, gotong royong, agar tidak mengidap penyakit psikososial seperti barat. 3. Emile Bruto: kaum sufi ( orang yang merenungi kehidupan batin manusia dan selalu mendekatkan diri pada Tuhannya ), mereka adalah para psikolog-psikolog besar. Mereka memliki kekuatan jiwa yang luar biasa hebatnya. ( Nazar, 2001 : 313 ). 4. C.C. Jung: semua penyakit kejiwaan berhubungan dengan agama . 5. Zakiah Darajat: saya temukan bahwa penyakit jiwa yang disertai dengan terapi agama yang dianutnya, berhasil disembuhkan lebih cepat dan lebih baik dari pada penyakit jiwa yang dilakuka dengan metode modern saja . (Zindani, dkk, 1997 : 215).
F. Pandangan Beberapa Ahli Ilmu Jiwa
C.C. Jung dalam bukunya Modern Man in Search Of Soul menjelaskan bahwa betapa pentingnya kedudukan agama dalam bidang kedokteran dan keperawatan jiwa. Beliau juga mengungkapkan Di antara pasien saya yang usianya lebih dari setengah baya (>35 tahun) tidak seorang pun yang mengalami penyakit kejiwaan tanpa berhubungan dengan aspek agama. Menurut H. Aulia dalam bukunya Agama dan Kesehatan Jiwa, seorang dokter yang beragama islam dan dianutnya dengan penuh keyakinan dan mempunyai pengetahuan tentang ajaran dan hikmah islam yang lebih banyak dari pada kebanyakan kaum muslimin. Biasanya terapi dengan pendekatan keagamaan dapat berhasil dengan baik. Pengobatan kejiwaan dengan pendekatan agama tersebut juga akan berhasil dengan baik meskipun penderita beragama lain atau orang yang tidak beragama sekalipun, asal saja didahului dengan pembicaraan sekedarnya mengenai agama . Di kota New York ada 1 klinik yaitu Religion Psychiatric Clinic (Klinik Kejiwaan Keagamaan) di mana agama memainkan peranan penting. Salah seorang pengarang buku yang terkenal berjudul agama dan kesehatan jiwa yaitu Prof. Dr. H. Aulia pernah berkunjung ke tempat tersebut dan mengatakan bahwa pengobatan dan perawatan pasien yang mengalami masalah kejiwaan ditangani secara kolaboratif oleh ahli-ahli kedokteran dan ahli-ahli penyakit jiwa, yaitu Dr. Smiley Belanton dan Dr. Norman V. Pelae. Kedua anggota pimpinan ini mengutip dalam buku karangan mereka berjudul Faith is the answer yang menyatakan bahwa agama besar sekali faedahnya untuk ilmu-ilmu kedokteran khusunya kedokteran kejiwaan. Dalam konferensi-konferensi internasional dibahas peranan agama terhadap penyakit- penyakit terminal, seperti AIDS dan kanker, ternyata masalah utamanya bukan masalah medis lagi. Peranan psikiater dan perawat jiwa menjadi lebih penting karena pasien sering merasa cemas, depresi, takut, gelisah, menunggu saat-saat terakhir hidupnya. Untuk itu dibentuklah tim/kelompok-kelompok religius yang disebut psycho-spiritual atau psycho-religius for AIDS patient, for cancer patient, and for terminal ill patient.