You are on page 1of 2

Emas, logam yang paling lunak atau mudah dibentuk, dipandang sebagai logam berharga

karena tekstur, kepadatan dan titik cairnya yang tinggi. Nilai dari karekteristiknya membuat
emas menjadi alat yang menguntungkan untuk digunakan dalam kebijakan-kebijakan moneter
sampai dengan saat ini. Sekitar 60% produksi emas digunakan untuk perhiasan, 40% untuk
investasi (contohnya cadangan bank sentral sebagai jaminan melawan inflasi atau resesi), dan
10% untuk industri. Kemampuan emas yang luar biasa sebagai penghantar panas dan listrik
adalah alasan mengapa emas digunakan dalam peralatan-peralatan industri, keramik, dan alat-
alat elektronik.
Perusahaan-perusahaan emas aktif di seluruh benua di dunia. Distribusi tempat produksi yang
luas secara geografis menyebabkan gangguan di satu wilayah karena masalah politik ataupun
sosial kecil kemungkinannya dapat menyebabkan dampak besar dalam suplai emas global.
Selain dari produksi global melalui pertambangan, daur ulang emas (yang berkontribusi untuk
sekitar sepertiga dari total suplai saat ini) menambahkan jumlah produksi. Sebagai tambahan,
bank-bank sentral juga dapat mempengaruhi sisi suplai ketika mereka menjual sebagian dari
cadangan emas mereka. Penting untuk dicatat bahwa setelah dua dekade menjadi para penjual
netto, kini bank-bank sentral telah secara efektif menjadi pembeli netto dari emas,
mengakibatkan penurunan signifikan di sisi suplai dan bersamaan dengan itu secara simultan
peningkatan permintaan.
Dari tahun 1980 sampai 2001, terjadi peningkatan signifikan dalam produksi emas global yang
menyebabkan pasar menjadi jenuh dan mengakibatkan penurunan harga emas. Karena biaya-
biaya produksi mulai melebihi keuntungan dari penjualan, penurunan dalam produksi emas
global terjadi di periode 2001-2008, yang kemudian menyebabkan kenaikan permintaan dan
peningkatan harga emas. Untuk industri pertambangan ini adalah insentif untuk mulai kembali
mendongkrak produksi emas setelah 2008. Salah satu faktor yang penting adalah emas
dianggap sebagai aset yang aman dari kejatuhan nilai tukar mata uang dan saham dalam pasar
keuangan yang tidak stabil sejak 2008. Kendati begitu, iklim perekonomian global yang sedang
pulih seiring dengan peningkatan produksi global dari tahun 2008 sampai seterusnya, bisa
menyebabkan overproduksi dan karenanya dapat menyebabkan kejatuhan harga emas.
Produksi emas global diproyeksikan akan meningkat di tahun-tahun mendatang namun
diasumsikan akan menurun pada 10-20 tahun dari sekarang karena berkurangnya jumlah
cadangan emas berkualitas baik.
EMAS DI INDONESIA

Produksi Emas di Indonesia

Saat ini, Indonesia memproduksi sekitar 4% dari produksi emas global, setengahnya berasal
dari pertambangan raksasa Grasberg, tambang emas terbesar di dunia, di wilayah barat Pulau
Papua. Tambang ini, yang diyakini memiliki cadangan emas terbesar di dunia (67,4 juta ons),
dimiliki secara mayoritas oleh perusahaan Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc yang
bermarkas di Amerika Serikat (AS) dan menjadikan perusahaan ini pembayar pajak terbesar
kepada Pemerintahan Indonesia. Namun, banyak ketegangan mengelilingi aktivitas-aktivitas
di pertambangan ini. Serangkaian serangan kekerasan (termasuk pembunuhan, perampokan
dan sabotase) telah terjadi sejak era Reformasi. Dua alasan di balik situasi ini adalah
perjuangan yang berkelanjutan untuk kemerdekaan Papua oleh Gerakan Papua Merdeka, dan
rasa ketidaksukaan dari masyarakat Papua (dan orang-orang Indonesia lainnya) terhadap
sebuah perusahaan asing yang berhasil mendapatkan keuntungan yang tidak proposional dari
sumberdaya alam negara ini. Berlokasi di sebuah provinsi dengan salah satu
tingkat kemiskinan relatif tertinggi di negara ini, membuat isu ini menjadi lebih sensitif.
Masalah-masalah terkait yang telah disebutkan telah menganggu tingkat produksi secara
sementara di masa lalu dan ganggungan - kemungkinan - akan terjadi lagi di masa mendatang
karena alasan-alasan di baliknya tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu pendek atau
menengah.

Karena produksi emas di Indonesia - sejauh ini - melebihi permintaan emas domestik,
kebanyakan hasil produksi dikirimkan keluar negeri. Kendati begitu, Pemerintah Indonesia saat
ini menstimulasi pendirian industri-industri pengolahan nasional dalam rangka meningkatkan
keuntungan dengan mengekspor produk-produk bernilai tambah sambil menghindari
eksploitasi berlebihan sumberdaya alam negara ini yang terjadi saat ini. Nasionalisme
sumberdaya ini diresmikan melalui Undang-Undang (UU) Pertambangan 2009, memiliki
dampak-dampak bagi para investor asing karena UU ini mencakup persyaratan percepatan
divestasi (dalam waktu 10 tahun setelah tambang beroperasi secara komersil, perusahaan
pertembangan harus secara mayoritas dimiliki pihak swasta/publik Indonesia).
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/emas/item167?

You might also like