You are on page 1of 5

VIRUS

Virus adalah parasit obligat intrasel yang tersusun oleh DNA atau RNA yang dibungkus
dalam nukleokapsid protein. Beberapa virus membuat selubung glikoprotein yang mengelilingi
nukleokapsid. Virus melepaskan kapsidnya setelah menginvasi sel pejamu. Sel pejamu kemudian
mensintesis virus-virus baru dengan menggunakan pesan yang dikode oleh DNA atau RNA
virus. Infeksi virus relatif sedikit yang dapat diterapi.

PROTASE INHIBITOR (PI)

Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara reversibel dengan situs aktif HIV-protase.
HIV-protase sangat penting untuk infektivitas virus dan pengelepasan poliprotein virus. Hal ini
menyebabkan terhambatnya pengelepasan polieptida prekursor virus oleh enzim protase
sehingga menghambat maturasi virus, maka sel akan menghasilkan partikel virus yang imatur
dan tidak virulen.

Resistensi farmakokinerik PI secara umum berlangsung lewat akumulasi mutasi gen


protase. Pada awalnya terjadi mutasi yang menyebabkan resistensi tingkat rendah. Mutasi
selanjutnya menyebabkan resistensi yang lebih berat, yang umumnya menyebabkan resistensi
silang dengan PI lainnya.

Semua protase inhibitor mengakibatkan efek samping gastrointestinal seperti mual,


muntah, diare, dan parestesia. Semua PI juga dapat menyebabkan intolerasi glukosa, diabetes,
hiperkolesterolemia, dan hipertrigliseridemia. penggunaan jangka panjang PI dihubungkan
dengan redistribusi lemak pada beberapa pasien.

SAKUINAVIR

Mekanisme kerja. Sakuinavir bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protase
peptidomimetic inhibitor.

Resistensi. Resistensi terhadap sakuinavir disebabkan oleh mutasi pada enzim protase terjadi
resistensi silang dengan PI lainnya.

Spektrum aktivitas. HIV (tipe 1 dan 2)


Indikasi. Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lain (NRTI dan beberapa PI seperti
ritonavir)

Dosis. Per oral 360 mg per hari (6 kapsul 200 mg soft capsule 3 kali sehari) atau 1800 mg per
hari (3 hard gel capsule 3 kali sehari), diberikan bersama dengan makanan atau sampai dengan
dua jam setelah makan lengkap.

Efek samping. Diare, mual, muntah, nyeri abdomen.

RITONAVIR

Mekanisme kerja. Sama dengan sakuinavir.

Resistensi. Resistensi terhadap ritonavir disebabkan oleh mutasi awal pada protase kodon 82.

Spektrum aktivitas. HIV (tipe 1 dan 2)

Indikasi. Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lain (NRTI dan beberapa PI seperti
sakuinavir)

Dosis. Per oral 1200 mg per hari (6 kapsul 100 mg, dua kali sehari bersama dengan makanan)

Efek samping. Diare, mual, muntah.

INDINAVIR

Mekanisme kerja. Sama dengan sakuinavir.

Spektrum aktivitas. HIV (tipe 1 dan 2)

Indikasi. Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan antiHIV lain seperti NRTI.

Dosis. Per oral 2400 mg per hari (2 kapsul 400 mg setiap 8 jam, dimakan dalam keadaan perut
kosong), ditambah dengan hidrasi (sedikitnya 1,5L air per hari). obat ini tersedia dalam kapsul
100, 200,300, dan 400 mg.

Efek samping. Mual, hiperbilirubinemia, baru ginjal.

NELFINAVIR
Mekanisme kerja. Sama dengan sakuinavir.

Resistensi. Resistensi terhadap nelfinavir disebabkan terutama oleh mutasi pada protase kodon
30.

Spektrum aktivitas. HIV (tipe 1 dan 2)

Indikasi. Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan antiHIV lainnya seperti NRTI

Dosis. Per oral 2250 mg per hari (3 tablet 250 3 kali sehari) atau 2500 mg per hari (5 tablet 250
mg 2 kali sehari), bersama dengan makanan

Efek samping. Diare, mual, muntah.

AMPRENAVIR

Mekanisme kerja. Sama dengan sakuinavir.

Resistensi. Resistensi terhadap amprenavir disebabkan terutama oleh mutasi pada protase kodon
50.

Spektrum aktivitas. HIV (tipe 1 dan 2)

Indikasi. Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan antiHIV lainnya seperti NRTI

Dosis. Per oral 2400 mg per hari (8 kapsul 150 mg 2 kali sehari, diberikan bersama atau tanpa
makanan, tapi tidak boleh bersama dengan makanan).

Efek samping. Diare, mual, ruam, parestesia perioral

LOPINAVIR

Mekanisme kerja. Sama dengan sakuinavir.

Resistensi. Mutasi yang menyebabkan resistensi terhadap lopinavir belum diketahui hingga saat
ini.

Spektrum aktivitas. HIV (tipe 1 dan 2)

Indikasi. Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan antiHIV lainnya seperti NRTI
Dosis. Per oral 1000 mg per hari (3 kapsul 166,6 mg 2 kali sehari; setiap kapsul mengandung
133,3 mg lopinavir + 33,3 mg ritonavir), diberikan bersama dengan makanan

Efek samping. Mual, muntah, peningkatan kadar kolesterol dan trigliserid, peningkatan gamma-
GT

ATAZANAVIR

Mekanisme kerja. Sama dengan sakuinavir.

Spektrum aktivitas. HIV (tipe 1 dan 2)

Indikasi. Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan antiHIV lainnya seperti NRTI

Dosis. Per oral 400 mg per hari (sekali sehari 2 kapsul 200 mg), diberikan bersama dengan
makanan

Efek samping. Hiperbilirubinemia, mual,perubahan EKG (jarang)

Inhibitor protase merupakan kelompok obat yang dapat berinteraksi dengan banyak obat
dan banyak diantaranya yang penting secara klinis. Obat-obat golongan ini merupakan inhibitor
CYP3A4 dan dikonraindikasikan dalam kombinasi dengan beberapa obat antiaritmia, hipnotik-
sedatif, derivat ergot, sisaprid, lovastatin, dan simvastatain. Ritonavir merupakan inhibitor
CYP3A4 yang terkuat dan paling sering menimbukan interaksi dengan banyak obat. Indinavir,
amprenavir, dan nalfinavir lebih sedikit menimbulkan interaksi obat dibandingkan ritonavir dan
sakuinavir yang paling sedikit. Kombinasi lopinavir-ritonavir juga memiliki kemungkinan
interaksi yang sama dengan ritonavir sendiri, namun besarnya interaksi sedikit lebih kecil.

VIRAL ENTRY INHIBITOR

Enfuvirtid merupakan obat pertama yang masuk ke dalam golongan viral entry inhibitor.
obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat fusi virus ke sel. Selain enfuvirtid; bisikam
saat ini sedang berada dalam studi kasus. Obat ini bekerja dengan cara menghambat masukkan
HIV ke sel melalui reseptor CXCR4.
ENFUVIRTID

Mekanisme kerja. Enfuvirtid menghambat masuknya HIV-1 ke dalam sel dengan cara
menghambat fusi virus ke membran sel. Enfuvirtid berikatan dengan bagian HR1 (first heptad-
repeat) pada subunit gp41 envelope glikoprotein virus serta menghambat terjadinya perubahan
konformasi yang dibutuhkan untuk fusi virus ke membran sel.

Resistensi. Perubahan genotip pada gp41 asam amino 36-45 menyebabkan resistensi terhadap
enfuvirtid. Tidak ada interaksi silang dengan anti HIV golongan lain. Isoloat klinis yang resisten
terhadap NRTI, NNRTI, atau PI tetap peka terhadap enfuvirtid.

Indikasi. Terapi infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya

Dosis. Enfuvirtid 90 mg (1mL) dua kali sehari diinjeksikan subkutan di lengan atas, bagian paha
anterior atau di abdomen. Setiap injeksi harus diberikan pada tempat yang berbeda dari tempat
injeksi sebelumnya di mana belum ada bekas reaksi injeksi dosis sebelumnya.

Efek samping. Efek samping yang tersering adalah reaksi lokasl seperti nyeri, eritema, pruritus,
iritasi dan nodul/kista. Pernah dilaporkan menyebabkan eosinofilia dan pneumonia bakterial.

Enfuvirtid tidak berinteraksi dengan ritonavir, sakuinavir, atau rifampin. Sampai saat ini
belum ada interaksi obat yang signifikan secara klinis yanng dilaporkan.

You might also like