You are on page 1of 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin

setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain,

walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2004: 3).

Sistem imunologis neonatus belum terbentuk / berfungsi sempurna sehingga

pemberian ASI merupakan peran penting untuk mencegah infeksi. Selain itu,

pemberian ASI eksklusif juga memberi keuntungan terhadap pertumbuhan dan

perkembangan bayi, mencegah berbagai penyakit akut dan menahun serta

terbukti menurunkan angka kematian pada anak balita (Kompas,2004,

1,www.bkkbn.co.id, diperoleh tanggal 2 mei 2009).

Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia berdasarkan data statistik pada

tahun 2010 adalah ditarget 15 per 1000 kelahiran hidup, namun kematian bayi

baru lahir dari target tersebut masih cukup tinggi. Sedangkan berdasarkan

hasil survey kesehatan AKB daerah provinsi Jawa Tengah tahun 2007 sebesar

10,9 % (Joglo semar,2009, 4,http://harianJoglosemar.com,diambil tgl 2 mei

2009).

Mengingat pentingnya ASI eksklusif ini ternyata tidak diikuti dengan

kesadaran ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif. Berdasarkan Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, didapati data jumlah

pemberian ASI eksklusif pada bayi dibawah usia dua bulan hanya mencakup

1
2

(64 %) dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan

bertambahnya usia bayi, yakni, (46%) pada bayi usia 2-3 bulan dan (14%)

pada usia 4-5 bulan (Media Indonesia, 3,2008,http://www.mediaindo.co.id

diperoleh tanggal 5 mei 2009). Menurut laporan tahun 2000 World Health

Organization (WHO), lebih kurang 1,5 juta balita meninggal karena

pemberian makanan yang tidak benar. Kurang dari 15 % bayi di seluruh dunia

diberi ASI eksklusif selama 4 bulan dan seringkali pemberian makanan

pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman. Hampir 90 % kematian anak

balita terjadi di negara berkembang. Dari jumlah itu, 40 % lebih kematian

disebabkan oleh diare dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit

yang sebenarnya dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif. Dari sekian

banyak usaha preventif untuk mencegah kematian anak balita, tampak bahwa

pemberian ASI adalah cara yang paling tepat untuk dapat menurunkan angka

kematian anak balita (Kompas,2004, 5,www.bkkbn.co.id, diperoleh tanggal 2

mei 2009).

UNICEF menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI

eksklusif, cara menyusui bayi yang benar, serta pemasaran yang dilancarkan

secara agresif oleh para produsen susu formula, merupakan faktor penghambat

bagi terbentuknya kesadaran orang tua di dalam memberikan ASI eksklusif

(Kompas,2004, 6,www.radarbanjarmasin.com. diperoleh 5 mei 2009)

Selama ini masih banyak ibu kesulitan untuk menyusui bayinya,

kemampuan bayi mengisap ASI tidak sempurna sehingga proses menyusui

dapat terganggu.Keadaan ini ternyata disebabkan proses alami dari bayi untuk

menyusu sejak lahir. Selain itu, masih banyak penolong persalinan yang
3

memisahkan bayi dari ibunya segera setelah lahir untuk dibersihkan,

ditimbang, ditandai dan diberi pakaian. Hal ini sangat menggangu proses

menyusui antara ibu dengan bayinya.

Air Susu Ibu (ASI) adalah yang mukzizat merupakan satu jenis

makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi,

sosial, maupun spiritual.Sedangkan ASI eksklusif adalah pemberian Air Susu

Ibu (ASI) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak

diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan

(Roesli, 2000: 1).

Manfaat yang bisa diperoleh dari pemberian ASI sangat luar biasa. Bagi

bayi, ASI adalah makanan yang paling cocok karena dapat memberikan gizi

yang paling sesuai untuk kebutuhan bayi, melindungi dari berbagai infeksi dan

memberikan hubungan kasih sayang yang mendukung semua aspek

perkembangan bayi, termasuk kesehatan dan kecerdasan bayi. Bagi ibu

memberikan ASI dapat mengurangi perdarahan saat persalinan,menunda

kesuburan dan meringankan beban ekonomi (Roesli, 2000: 1).

Informasi yang saya dapatkan dari RB Pintan Sari sudah memberikan

penyuluhan tentang pengertian dan manfaat ASI eksklusif kepada ibu hamil,

Ibu bersalin dan Ibu Ibu yang mempunyai balita, tetapi target yang

ditetapkan di RB Pintan Sari belum terpenuhi.Dimana data yang saya peroleh

di RB Pintan Sari pada bulan Januari-Desembar 2008 mencapai 35%. dari

target 80%. Dengan demikian masih banyak Ibu-Ibu yang belum memberikan

ASInya secara eksklusif dan hal tersebut sangat memperhatikan.


4

Berdasarkan kebijaksanaan tentang pemberian ASI dan kurangnya target

yang belum terpenuhi di wilayah RB Pintan Sari, Maka penulis tertarik

melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang

ASI eksklusif dengan sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif di RB Pintan

Sari Cabeyan Bendosari pada bulan April 2009. Dalam hal ini dibuktikan dari

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak yang menyusu ASI sampai 6

bulan jauh lebih sehat dari bayi yang menyusu ASI sampai 4 bulan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan dalam

penelitian ini adalah adalah hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif di RB Pintan

Sari Cabeyan Bendosari pada bulan April 2009.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif di RB Pintan Sari

Cabeyan Bendosari tahun 2009.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif (manfaat,

komposisi dan cara pemberian ASI eksklusif di RB Pintan Sari

Cabeyan Bendosari tahun 2009.


5

b. Mengetahui perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif di RB Pintan

Sari Cabeyan Bendosari 2009.

c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di RB Pintan Sari

Cabeyan Bendosari 2009.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara:

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis.

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan

program peningkatan penggunaan air susu ibu dan untuk membuktikan

hubungan pengetahuan dan sikap terhadap ASI eksklusif dengan perilaku

dalam pemberian ASI eksklusif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi tempat pelayanan kesehatan:

Memberi masukan bagi institusi pelayanan kesehatan dalam

mendukung keberhasilan program pemberian ASI eksklusif, sehingga

diharapkan setelah penelitian ini akan ada upaya dari institusi pelayanan

kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif.

b. Bagi ibu hamil dan menyusui:

Dapat membuka cakrawalanya dalam merawat anak dan

meningkatkan pengetahuan tentang ASI eksklusif serta pemberian ASI


6

eksklusif sehingga akan lahir generasi baru yang sehat secara mental

dan spiritual.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh suharmi tahun 2007 dari

Akademi Kebidanan Mamba,ul Ulum Surakarta dengan judul Tingkat

Pengetahuan Ibu Tentang ASI eksklusif di Puskesmas II Nguter Kabupaten

Sukoharjo tahun 2007.Hasil pengetahuan ibu tentang ASI adalah sebesar 13

responden( 65%) dan yang lain adalah cukup baik yaitu sebesar 7 responden

(35%). Dengan kategori baik sebesar 13 responden (65%)

Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh ninda tahun 2008 dari

Stikes Aisyiyah Surakarta dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu

Terhadap ASI eksklusif dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Ngoresan Surakarta

Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional

terhadap 46 ibu menyusui yang bayinya berumur 6-12 bulan di Puskesmas

Ngoresan Surakarta. Analisa data dengan regresi ganda diperoleh Fhitung lebih

besar dari Ftabel sehingga Ho ditolak. Berdasarkan analisis product moment

diketahui bahwa sikap lebih mempengaruhi perilaku ibu daripada

pengetahuan. Ada hubungan tentang pengetahuan dan sikap dengan perilaku

pemberian ASI. Sikap lebih dominan mempengaruhi perilaku daripada

pengetahuan.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis sekarang adalah

penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap


7

ASI eksklusif dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif di RB

Pintan Sari Cabeyan, Bendosari. Rancangan penelitian yang akan digunakan

bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan

aksidental, sedangkan alat ukur pengumpulan data dengan kuesioner. Untuk

analisis data digunakan korelasi product moment.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
8

A. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2003:121).

Pengetahuan kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan

(beliefs), takhayul (superstitions), dan penerangan-penerangan yang keliru

yang disebut misinginformations (Soekanto, 2002: 7).

Adapun tingkat pengetahuan dalam dominan kognitif menurut

Bloom ada 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Diartikan sebagai kemampuan kembali terhadap sesuatu materi yang

telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)
8
9

Diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan atau enggunakan

materi yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi

tersebut dan masih kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian

bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau suatu objek berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri

atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada (Notoadmodjo, 2007:

140-142).

2. Sumber pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang, terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) menurut

Notoadmodjo, (2003: 122) mengungkapkan bahwa sebelum orang

berperilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,

yakni:
10

a. Awarrenness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebuh dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evalution adalah menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, Subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut perilaku itu tidak didasari pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoadmodjo, 2003: 122).

B. Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada

hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.

Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri

Secara operasional. Perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau

seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Perilaku diartikan

sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru

terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni

yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan


11

reaksi atau perilaku tertentu. Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu

organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu

dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk

hidup. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus

dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung

(Anonim,2008,1,http://qym7882.blogspot.com/2009/04/pengertian-

perilaku.htm)diperoleh tgl 4 Mei 2009.

Skinner (1938) dalam Notoadmodjo, (2007:133) seorang ahli perilaku

mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang

(stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons. Ia membedakan adanya 2

respons, yakni:

1. Respondent Respons atau Reflexive Respons

Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan

tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini disebut eliciting stimuli

karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya

makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan

menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya

perangsangan-perangsangan yang demikian itu mendahului respons yang

ditimbulkan.

2. Operant Respons atau Instrumental Respons


12

Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh

perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli

atau reinforcer karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat

respons yang telah dilakukan oleh organisme (Santoso, 2005:16)

3. Prosedur Pembentukan Perilaku

Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia

adalah operant respons. Untuk itu untuk membentuk jenis respons atau

perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut

operant conditioning.

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini

menurut Skinner Notoadmodjo, (2007:133) adalah sebagai berikut:

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau

reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan

dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil

yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-

komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju

kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai

tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk

masing-masing komponen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan

komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah

dilakukan maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan


13

komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering

dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk kemudian dilakukan

komponen (perilaku) yang kedua, diberi hadiah (komponen pertama

tidak memerlukan hadiah lagi), demikian berulang-ulang sampai

komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen

ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang

diharapkan terbentuk.

4. Bentuk Perilaku menurut (Notoadmodjo, 2007:133)

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons

organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek

tersebut. Respons ini berbentuk 2 macam, yakni:

a. Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri

manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain,

misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.

Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu

penyakit tertentu meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke

puskesmas untuk diimunisasi. Dari kedua contoh tersebut terlihat

bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi.

b. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara

langsung. Misalnya pada kedua contoh di atas, si ibu sudah membawa

anaknya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi

dan orang pada kasus kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti

sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena perilaku mereka ini sudah

tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behaviour.


14

Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni

faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non behaviour

causes).

Selanjutnya perilaku itu sendiri menurut (Notoadmodjo, 2003: 164).

ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau

sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat

kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Becker (1979) dalam (Notoadmodjo, 2003: 165) mengajukan klasifikasi

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior)

sebagai berikut:

1. Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan

tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit,

kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.


15

2. Perilaku sakit (illness behavior) yakni segala tindakan atau kegiatan yang

dilakukan seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan

mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini

kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit,

penyebab penyakit serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.

3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yakni segala tindakan atau

kegiatan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh

kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan atau

kesakitannya sendiri, jika berpengaruh terhadap orang lain terutama

kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab

terhadap kesehatannya (Anonim,2008,1,http:www.geocities.com,

diperoleh tanggal 5 mei 2009).

C. Asi Eksklusif

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI, tanpa diberitambahan

cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air putih

sekalipun. Selain tambahan cairan, bayi juga tidak diberi makanan padat lain,

seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dll.

Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal 4 bulan

dan akan lebih baik lagi apabila diberikan bayi sampai 6 bulan (Roesli,

2002:1).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan,

diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air

putih, sampai bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2004: 3).


16

1. Manfaat pemberian ASI

a. Bagi bayi

1) ASI sebagai nutrisi

Air susu seorang ibu secara khusus disesuaikan untuk bayinya

sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang melahirkan bayi

premature komposisinya akan berbeda dengan ASI yang dihasilkan

ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Selain itu komposisi ASI

dari seorang ibu juga berbeda-beda dari hari kehari.

ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari kesepuluh

atau ke empat belas setelah kelahiran (ASI transisi). Komposisi ini

akan berbeda setelah hari ke empat belas (ASI matang). Bahkan

terdapat pula perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit .ASI

yang keluar pada menit menit pertama menyusui disebut foremik,

sedangkan ASI yang keluar pada saat akhir menyusui disebut

hindmilk. Asi sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi

kebutuhan tumbuh bayi noramal sampai usia 6 bulan. Setelah 6

bulan bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat

diteruskan sampai 2 tahun atau lebih (Roesli, 2002: 7).

2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan yang akan

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,

parasit, dan jamur. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10 17


17

kali lebih banyak dari susu matang (mature) zat kekebalan yang

terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit

mencret (diare). Bayi ASI eksklusif lebih sehat dan lebih jarang

sakit dibandingkan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Anak

yang sehat akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding

dengan anak sering sakit terutama bila sakitnya berat (Roesli,

2002: 7).

3) ASI meningkatkan kecerdasan

Terdapat 2 faktor penentu kecerdasan

a) Faktor genetik

Faktor genetik atau faktor bawaan menentukan potensi generik

atau bawaan yang duturunkan oleh orang tua. Faktor ini tidak

dapat dimanupulasi atau direkayasa.

b) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor yang menentukan apakah

faktor genetik akan dapat tercapai secara opimal. Faktor ini

banyak mempunyai aspek dan dapat dimanupulasi atau

direkayasa. Faktor ini terdapat 3 faktor:

(1) Kebutuhan untuk pertumbuhan fisik otak (asuh)

(2) Kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritual

(asih)

(3) Kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi

(asah)

4) Pertumbuhan otak manusia.


18

Pertumbuhan otak dibagi menjadi 2 stadium:

a) Stadium pertama

Para pakar membuktikan bahwa segera estela terjadi kehamilan

mekanisme pembentukan sel sel otak bekerja dengan cepat

untuk meghasilkan otak dalam jumlah milyaran. Pembentukan

selsel otak akan berhenti pada usia kehamilan 5-6 bulan. Dan

setelah itu tidak akan terbentuk lagi. Apabila Gizi ibu hamil

baik, maka pada akhir stadium pertama akan terbentuk sel otak

muda dalam jumlah yang banyak.

b) Stadium kedua

Setelah stadium pembentukan sel otak, maka akan dilanjutkan

dengan proses pembesaran dan pematangan sel sel otak. Sel

sel otak akan lebih menjadi baik lengkap dan komplek. Pada

masa tersebut terjadi pula proses myelinisasi yang sangat cepat

yaitu satu proses pembalutan sel-sel otak oleh myelin untuk

menghindari terjadinya arus pendek. Gizi yang baik dapat

mempercepat pembentukan myelinisasi, apalagi kalau disertai

rangsangan. Rangsangan pada panca indera bayi sangat penting

untuk menjaga agar otak tumbuh optimal. Nutrien yang

diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau

sedikit sekali terdapat pada susu sapi, antara lain :

(1) Taurin: yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya

terdapat pada ASI.


19

(2) Laktosa: merupakan hidrat arang utama dari ASI yang

hanya terdapat sedikit pada susu sapi.

(3) Asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, Omega 3, Omega

6) merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya

terdapat sedikit pada susu sapi.

5) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berada didekapan ibu karena menyusui akan

merasakan kasih sayang ibunya. Perasaan terlindungi dan

disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi

bayi dan membentuk kepribadian bayi yang percaya diri dan dasar

spiritual yang baik.

6) Manfaat lain pemberian ASI bagi bayi

a) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi senua

kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.

b) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung zat

anti kekebalan sehingga dan infeksi saluran pernapasan.

c) Melindungi anak dari serangan alergi.

d) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk

pertumbuhan otak sehingg bayi ASI eksklusif potensial pandai.

e) Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.

f) Membantu pembentukan rahang yang bagus.

g) Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis,

kanker pada anak.


20

h) Mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.

i) Menunjang perkenbangan motorik sehingga ASI eksklusif

akan lebih bisa cepat berjalan.

j) Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan

emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang

baik (Roesli, 2002: 12).

b. Bagi Ibu

1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

Para ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang

berguna untuk penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan

akan cepat lebih berhenti. Hal ini akan menurunkan angka

kematian ibu.

2) Mengurangi terjadinya anemia

Pada ibu menyusui mengurangi terjadinya perdarahan.

3) Menjarangkan kehamilan.

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan

cukup berhasil.Selama Ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid

98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan

dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.

4) Mengecilkan rahim

Kadar oksitosin Ibu menyusui yang meningkat akan sangat

membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil.

5) Lebih cepat langsing kembali


21

Ibu menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya

dari lemak yang tertimbun selama hamil.

6) Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Ibu yang menyusui umumnya kemungkinan menderita kanker

payudara dan indung telur berkurang

7) Memberikan kepuasan ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan

kepuasan, kebanggan dan kebahagiaan yang mendalam (Roesli,

2002: 14).

c. Bagi Keluarga

1) Ekonomi, ASI akan sangat mengurangi pengeluaran keluarga, tidak

saja pengeluaran untuk membeli susu formula serta perlengkapan

untuk membuatnya, tetapi juga biaya kesehatan untuk si bayi. Bayi

eksklusif telah dibuktikan hampir tidak pernah sakit dibandingkan

bayi yang diberi susu formula, terutama di Negara berkembang

seperti indonesia.

2) Praktis dan tidak merepotkan, karena perlu membuat susu formula

dimalam hari dan tidak harus mencari warung atau toko yang buka

pada tengah malam saat kehabisan persediaan susu.

3) Kalau bepergian dengan ASI eksklusif akan lebih mudah dan tidak

repot membawa bermacam peralatan menyusui.

d. Bagi Negara

1) Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan

menyusui serta biaya menyiapkan susu.


22

2) Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah- mencret dn

sakit saluran napas.

3) Penghematan obat- obatan, tenaga dan sarana kesehatan.

4) Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan

berkualitas untuk membangun negara.

5) Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari

kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi

Negara Indonesia.

e. Bagi Lingkungan

ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia.

Dengan hanya memberi ASI manusia, tidak memerlukan kaleng susu,

karton, kertas pembungkus botol platik dan dot karet.

ASI tidak menambah polusi udara, karena untuk membuatnya

tidak memerlukan pabrik yang mengelurkan asap. Juga tidak perlu

mengeluarkan alat transportasi yang mengeluarkan asap, juga tidak

perlu menebang hutan membangun pabrik susu yang besar- basar.

2. Komposisi ASI eksklusif

ASI mengandung lebih dari 200 unsur- unsur pokok, antara lain zat

putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan,

hormon, enzim, zat kekebalan dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat

sacara proporsional dan seimbang satu dengan lainnya, cairan hidup yang

mempunyai keseimbangan biokimia yang yang sangat tepat ini bagai suatu
23

simponi nutrisi bagi pertumbuhan bayi sehingga tidak mungkin ditiru

manusia.

Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan

stadium laktasi, komposisi ASI ada 3 macam:

a. Kolostrum, yaitu ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai

hari ke tiga setelah lahir.

b. ASI masa transisi, yaitu ASI yang dihasilkan mulai dari ke empat

sampai hari kesepuluh.

c. ASI matur, yaitu ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai

seterusnya.

Kolostrum merupakan cairan kental berwarna kekuning- kuningan,

lebih kering dibandingkan ASI matur bentuknya agak kasar karena

mengandung butiran lemak dan sel-sel epithil.

3. Khasiat kolostrum adalah sebagai berikut:

a. Sebagai pembersih selaput usus bayi yang baru lahir

sehingga saluran pencernaan siap menerima makanan.

b. Mengandung kadar protein yang tinngi terutama

gamaglobin sehingga dapat memberikan daya perlindungantubuh

terhadap infeksi.

c. Mengandung zat anti body, sehingga mampu melindungi

tubuh bayi dan berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai

enam bulan (Roesli, 2001: 24).

4. Komposisi Gizi pada ASI:


24

Mungkin tak ada susu apapun di dunia ini yang kandungannya bisa

menyamai air susu ibu (ASI). Kelengkapan gizi dan nutrisi yang

dimilikinya memungkinkan si bayi bisa bertahan hidup, tanpa harus

mengasup makanan pendamping lainnya.

Salah satu kandungan penting dalam ASI adalah kolostrum. Zat ini

berfungsi melindungi bayi dari berbagai penyakit. Dalam kolostrum

terdapat protein, vitamin A, karbohidrat, dan lemak rendah yang berguna

bagi bayi di hari-hari pertamanya.

Selain kolostrum, ASI juga mengandung taurin, decosahexanoic

acid (DHA), dan arachidonic acid (AA). Ketiga kandungan tersebut

sangat diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak bayi.

Memang, beberapa susu formula sudah memasukkan komposisi

ini. Cuma, menurut ahli gizi Universitas Indonesia Susianto, kandungan

gizi dalam susu formula seringkali tidak stabil karena adanya perubahan

suhu. Maklum, biasanya, kandungan DHA dan AA dalam susu formula

diambil dari ikan.

Kelebihan utama ASI lainnya yang tak dimiliki oleh susu lainnya

adalah zat imunologik. ASI mengandung zat anti infeksi yang bersih dan

bebas kontaminasi. Zat imun itu ada pada immunoglobulin, sekretori, dan

laktoferin.

Zat immunoglobulin yang terdapat dalam kolostrum berfungsi

mencegah terjangkitnya penyakit pada bayi. Lalu, zat sekretori yang dapat

melumpuhkan bakteri patogen e-coli serta berbagai virus pada saluran


25

pencemaan. Sementara laktoferin, sejenis protein, merupakan komponen

zat kekebalan yang berfungsi mengikat zat besi di saluran pencemaan.

Meski kandungan gizi dalam ASI-begitu banyak, zat-zat tadi bakal

mudah terserap tubuh bayi. Kandungan protein whey memudahkan

penyerapan lebih besar dibandingkan susu sapi atau susu formula.

Komposisi gizi yang ada di ASI sebenarnya tak akan berbeda

antara ibu yang satu dengan ibu yang lainnya. Tapi, apa yang dikonsumsi

oleh sang ibu memang akan memberi pengaruh, baik ke kualitas gizi

maupun rasa ASI itu sendiri.

Makanya, ibu yang tengah menyusui sangat disarankan untuk

menjaga pola makannya. Artinya, jangan sampai kurang dan harus bergizi.

Selain itu, makanan dengan citarasa yang kuat seperti asam atau pedas

juga sebaiknya dihindarkan dulu.

Makanan jenis itu akan membuat rasa ASI tidak enak untuk bayi.

Meminum banyak air putih dan susu bagi ibu menyusui juga sangat

dianjurkan. Selain demi menjaga asiupan ASI terhadap bayi, makanan

jenis itu sangat berguna untuk menjaga kesehatan sang ibu sendiri (Epung

Saepudin,M.D.N,2009,2,http://kesehatan.kompas.com diperoleh tanggal

27 Juni 2009).

5. Reflek pada laktasi

Ada beberapa reflek yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi.

Reflek yanng terjadi pada ibu, yaitu prolaktin dan reflek aliran (let down

reflek).Kedua reflek ini bersumber dari perangsangan puting susu akibat


26

isapan bayi. Adapun refleks pada bayi, yaitu refleks menangkap(rooting

refleks), refleks menghisap, dan refleks menelan. Refleks tersebut adalah

dasar dari laktasi adalah:

a. Refleks prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada

puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent

dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu dilanjutkan ke bagian depan

kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke

dalam darah. Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar

memproduksi air susu. Jadi semakin sering bayi menyusu, semakin

banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise sehingga semakin banyak

air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar.

b. Reflek aliran.

Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai

kebagian belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormon

oksitosin masuk kedalam darah. Oksitosin akan memacu otot-otot

polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga

memeras air susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju puting susu.

Sering menyusui sampai payudara terasa kosong sangat penting

agar tidak terjadi pembendungan pada payudara.

c. Reflek menangkap

Jika disentuh pipinya, bayinya akan menoleh ke arah sentuhan.

Jika bibirnya dirangsang atau disentuh, bayi akan membuka mulut dan

berusaha mencari puting untuk menyusu.

d. Reflek menghisap
27

Reflek menghisap pada bayi akan timbul jika puting merangsang

langit-langit (palatum) dalam mulutnya. Untuk dapat merangsang

langit-langit bagian belakang secara sempurna, sebagaian besar aerola

harus tertangkap oleh mulut (masuk kedalam mulut) bayi.Dengan

demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah aerola akan tertekan

oleh gusi, lidah, serta langit-langit sehingga air susu diperas secara

sempurna ke dalam mulut bayi (Huliana, 2003: 35).

6. Cara pemberian ASI Eksklusif.

a. Susuilah bayi segera setelah lahir dan setelah itu setiap kali ingin

menyusu ( sesering mungkin).

b. Ibu bersama-sama bayi dalam satu kamar (rawat gabung).

c. Berilah kepada bayi air susu jolong (kolostrum) yang keluar pada hari

pertama, karena dapat mencegah infeksi.

d. Setiap kali menyusui gunakan kedua belah payudara.

e. Jangan sekali-kali membeli air gula atau susu botol.

f. Mintalah nasehat kepada ibuibu yang berpengalaman dalam

menyusui bayi mereka (Roesli, 2001: 47).

7. Lama menyusui

Pada hari pertama biasanya ASI belum keluar dan bayi cukup

disusukan selama 4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan

membiasakan putting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5 boleh

disusukan selama 10 menit, bila produksi ASI cukup dan lancar boleh

disusukan selama 15 menit. Jumlah ASI yang terhisap bayi pada 5 menit

pertama 112 ml, kedua 64 ml dan terakhir 16 ml. ASI yang dihisap bayi
28

pada menit pertama dibanding terakhir adalah berbeda dimana menit

pertama lebih cepat dan encer dan kemudian akan lebih kental dan menit

terakhir mengandung lemak 4-5 x dan protein 1,5 x lebih banyak

dibandingkan dengan ASI pada menit pertama. Jadi lama meyusui setiap

payudara adalah sekitar 10-15 menit untuk bayi usia 1-12 bulan, volume

ASI akan menurun sesuai dengan waktu yaitu:

a. Tahun Pertama : 400 - 700 ml/24 jam

b. Tahun kedua : 200 - 400 ml/24 jam.

c. Sesudah itu sekitar 200 ml/24 jam.

Juga terbukti tidak ada perubahan yang bermakna pada

konsentrasi protein antara bulan ke 6 sampai tahun ke 2 masa laktasi,

hanya konsentrasi lemak bervariasi luas. Produksi ASI dipengaruhi oleh

status gizi ibu dan ibu usia muda produksi asinya lebih banyak dibanding

dengan ibu usia tua (Anonim,2007,1,http://fuadbahsin.wordpress.com /

2008/12/25/asi-eksklusif/ diambil tgl 7 mei 2009.

8. Cara menyusui yang benar:

a. Sebelum menyusui bersaihkan puting susu sampai ke arah manual

dengan kapas dan air hangat.

b. Keluarkan ASI sedikit dan oleskan pada puting susu sebelum

menyusui.

c. Bayi diletakkan menghadap payudara dan Ibu posisi dengan duduk

atau berbaring dengan santai.

d. Ibu menatap wajah bayi dengan penuh kasih sayang.


29

(Purwanti, 2004: 47)

9. Beberapa hambatan menyusui

Menurut Roesli (2001: 65) beberapa hambatan menyusui antara

lain:

a. Merasa ASI kurang

Faktor penyebabnya ternyata lebih bersifat psikologis (emotional

factor). Yakni, ibu merasa produksi ASI kurang, padahal sebenarnya

bisa mencukupi kebutuhan bayi. Ketidakpedean ibu sebenarnya bisa

diatasi dengan diberi motivasi agar ibu lebih yakin bahwa ia bisa

memproduksi ASI sesuai kebutuhan bayi.Termasuk ibu yang ingin

menyusui bayi kembar, sebenarnya kebutuhan ASI akan tercukupi

b. Kurang memahami penatalaksanaan laktasi

Mengetahui dan memahami seluk beluk tentang manfaat

menyusui dan penatalaksanaannya seharusnya dimulai sejak masa

kehamilan (usia kandungan 32 minggu/antenatal preparation), lalu

pada masa bayi lahir sampai berusia 2 tahun. Termasuk cara mengatasi

kesulitan menyusui

Dimulai dari kegiatan inisiasi dini, Tujuannya untuk memberikan

perangsangan sesegera mungkin pada payudara agar kegiatan produksi

dan pengaliran ASI berjalan mulus. Bayi pun dilatih menggunakan

refleks mengisapnya sesegera mungkin agar dapat menyusu dengan

lancar. Biasanya pada proses menyusu pertama kali, bayi memang

tidak langsung mendapat ASI. Ada yang baru pada hari ke-3 ASI
30

mengalir ke luar. Nutrisi yang dibawa bayi dari kandungan

membuatnya mampu bertahan hidup selama menunggu ASI keluar.

Manajemen laktasi juga mencakup bagaimana cara menyusui yang

benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi

atas indikasi medis. Diharapkan ibu tak memberikan makanan atau

minuman apa pun selain ASI kepada bayi baru lahir. Ini juga termasuk

tidak memberikan dot atau empeng kepada bayi yang diberi ASI perah.

c. Relaktasi

Relaktasi adalah suatu keadaan dimana ibu yang telah berhenti

menyusui ingin memulainya kembali. Ada beberapa situasi yang

mendorong dilakukannya relaktasi, di antaranya bayi sakit dan sudah

lama tak menyusu pada ibu atau bayi sudah diberikan makanan

pendamping, tapi ibu ingin kembali menyusui.

Perlu ketekunan dan kesabaran ibu. Apalagi bayi yang sudah

lama tak menyusu, tentu akan mengalami bingung puting. Proses

relaktasi kadang harus menggunakan alat suplementer berupa pipa

plastik atau selang yang diletakkan dekat puting payudara sehingga

lama-kelamaan bayi akan beralih menyusu lagi. Dengan usaha yang

terus-menerus, motivasi yang kuat, konsisten serta relaktasi lebih dini,

kemungkinan untuk berhasil akan lebih tinggi.

d. Sudah mendapat prelacteal feeding

Maksudnya ibu memberikan makanan atau minuman lain selain

ASI terlalu dini (di bawah 6 bulan). Contoh, bayi diberi air putih, air

gula, bahkan susu formula


31

e. Payudara bengkak

Sewaktu Anda mulai menghasilkan susu, payudara Anda akan

terasa penuh sekali. Ini mungkin kurang enak dan mengakibatkan sulit

untuk bayi yang menyusu. Menyusui dengan lebih sering akan

membantu, di samping memijat secara halus dan melunakkan payudara

dengan mengeluarkan sedikit susu sebelum menyusui (memeras susu

dari areola secara halus dengan tangan). Mengenakan pembalut dingin

setelah menyusui juga dapat membantu.

f. Puting sakit.

Adalah normal jika puting Anda terasa sensitif pada beberapa

hari pertama menyusui. Jika kesakitan terjadi selama lebih dari 20

detik, .Jika puting lepuh atau retak, atau sakit untuk menyusui, ini

berarti bahwa bayi Anda tidak mengisap dengan benar.

g. Saluran Tersumbat dan Radang Payudara

Gejala yang menyerupai flu (terasa kurang sehat, tubuh sakit,

demam) dan payudara yang keras, sakit atau merah adalah petanda

bahwa Anda mungkin menderita radang payudara.Penting untuk terus

menyusui, terutama pada sebelah payudara yang berkenaan, karena ini

akan membantu mengalir susu yang menimbulkan masalah ini. Jika

bayi Anda tidak ingin menyusu, peraslah dengan tangan atau gunakan

pompa payudara untuk menyalir susu dari payudara. Sebaiknya segera

berkonsultasi ke dokter.

h. Ibu bekerja
32

i. Kurang motivasi ibu/keluarga

Baik ibu atau keluarga harus mempunyai motivasi yang kuat

sehingga proses menyusui bayi tidak terganggu.

j. Berat badan turun

Beberapa ibu mengeluhkan BB bayinya tidak naik atau turun

secara cepat. Hal ini menyebabkan ASI menjadi kambing hitam

sehingga bayi ntamopak tidak gemuk.Ibu tak perlu khawatir karena BB

bayi yang baru lahir biasa turun pada minggu-minggu pertama. Selain

itu jika BB bayi masih dalam taraf normal pada kurva pertumbuhan

BB bayi.

10. Kendala pemberain ASI menurut Derni dan Orin, (2007: 53 -70 ) :

a. Bayi mengantuk saat disusui

Tips agar tetap menghisap saat disusui

1) Bicara lembut dengan bayi saat disusui.

2) Regangkan lengan, tangan dan kaki dan punggung bayi.

3) Peras dan pijat payudara dengan lembut saat bayi berhenti

menghisap, ini akan menambah aliran susu dan membuat bayi tetap

menghisap.

b. ASI mampet

Cara mengatasi

1) Cobalah tenang dan rilexs.

2) Jangan cemas

3) Laksanakan metode menyusui dengan menerapkan manajemen

laktasi yang tepat

4) Hindari penggunaan obat-obatan tanpa ijin dokter.


33

c. Hanya mau satu payudara

Tips menyusui kedua payudara

1) Amati bentuk payudara, puting susu, kenali masalahnya.

2) Perhatikan menyusui, usahakan senyaman untuk ibu dan bayi.

11. Beberapa langkah untuk meningkatkan produksi ASI, di antaranya :

a. yakinkan diri ibu/optimis bahwa bisa/mampu memberi asi

seksklusif pada bayinya.

b. Pastikan ibu menyusui dengan posisi yang benar dan perlekatan

yang baik.

c. Memberikan kesempatan pada bayi untuk menyusu sesering

mungkin dan sesuai keinginan bayi (on demand). Kalau dihitung

secara umum, dalam sehari bisa 10-12 kali menyusu.

d. Bayi tidak diberikan dot/empeng.

e. Pastikan ibu mendapatkan asupan makanan bergizi dan minum

yang cukup

f. Usahakan untuk selalu relaks dan cukup istirahat.

g. Jangan lupa skin to skin contact, misalnya saat tidur bersama

bayi atau saat mengganti popoknya bila buang air kecil/besar.

h. Kondisi psikologis ibu yang baik, relaks/ tidak stress. Peran

ayah dan keluarga dibutuhkan dalam hal ini.

i. Melakukan perawatan payudara, misalnya pijat payudara

(Anonim,2004,2,http://rumahkusorgaku.multiply.com/journal/item/9)

diperoleh tgl 8 Mei 2009.

C. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena dari


34

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2003: 128). Semakin baik pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif meliputi pengertian dan manfaat ASI eksklusif mempunyai pengaruh

positif terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusi

Berdasarkan hasil penelitian dari Ati Nureni (2002), menyebutkan

bahwa agar ibu berperilaku dengan benar dalam memberikan ASI eksklusif,

banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain pengetahuan, sikap,

kepercayaan, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan, tersedianya

sarana dan fasilitas yang menunjang pemberian ASI eksklusif (Anonim,2002,

3,http://www.digilib.ui.edu, diperoleh tanggal 8 juni 2009).

Selain dari faktor-faktor diatas menurut Siregar (2002) perilaku ibu

dalam penggunaan ASI eksklusif meliputi: perubahan sosial budaya, faktor

psikologis ibu, faktor fisik ibu, dukungan petugas kesehatan, promosi susu

formula, pengelolaan laktasi di ruang bersalin.

D. Landasan Teori

ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin

setelah persalinan diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan sampai

bayi berumur enam bulan. Dalam ASI terkandung nilai-nilai komponen yang

sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, selain itu juga

untuk perlindungan terhadap infeksi. Faktor faktor yang mempengaruhi

perilaku dalam pemberian ASI menurut Nureni (2002) meliputi pengetahuan,


35

sikap, kepercayaan, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan,

tersedianya sarana dan fasilitas yang menunjang pemberian ASI eksklusif.

Menurut teori Green dalam Notoatmodjo, (2003: 164-165) menyatakan

bahwa perilaku dibentuk dari tiga faktor yaitu: faktor predisposisi

(pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai), faktor pendukung

(tersedianya fasilitas-fasilitas dan sarana kesehatan), faktor pendorong (sikap

dan perilaku petugas kesehatan.

E. Kerangka Teori

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan teori, maka dapat

dirumuskan kerangka teori sebagai berikut :


Faktor Presdiposisi:
Pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyalinan, nilai-nilai, dan sebagainya

Faktor Pendukung:
Perubahan perilaku
Fasilitas kesehatan dan sarana
pemberian ASI
kesehatan

Faktor Pendorong:
Sikap dan perilaku petugas kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Menurut Lawrence Green, (1980 dalam Notoatmodjo 2003: 164-165).

F. Kerangka Konsep

Variable terikat
Variable bebas
36

Perilaku Pemberian ASI


Pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif
eksklusif

G. Hipotesis

Ada hubungan pengetahuan ASI eksklusif dengan perilaku pembrrian ASI

eksklusif..

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

rancangan cross sectional, peneliti melakukan pengukuran variabel terikat dan

variabel bebas hanya sesaat. Artinya peneliti pada saat itu menilai pengetahuan

dan sikap ibu terhadap ASI eksklusif sebagai variabel independen bersamaan

dengan penilaian variabel dependen yaitu perilaku pemberian ASI eksklusif

(Azwar dan Prihartono, 2003: 77).

Penelitian ini dilakukan di RB Pintan Sari Desa Cabeyan Kecamatan

Bendosari Kabupaten Sukoharjo pada bulan Mei Juni 2009.


37

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2007: 61). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua ibu menyusui yang berkunjung ke RB Pintan Sari Cabean

dengan umur bayi 012 bulan pada bulan JanuariJuni 2009 yaitu

sebanyak 80 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dan keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini

karena populasi penelitian hanya 80 (<100) pengambilan sampel secara


37
quota dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara

quatum atau jatah. (Notoadmodjo, 2007: 89).

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang berkunjung di RB Pintan

Sari yang mempunyai kriteria inklusi, yaitu:

a. Ibu yang mempunyai bayi umur 0-12 bulan yang tinggal

di wilayah Cabeyan.

b. Ibu yang menyusui bayi umur 0-12 bulan yang tinggal di

wilayah Cabeyan..

c.Ibu yang bisa membaca dan menulis.

d. Ibu yang bersedia menjadi responden dalam penelitian.


38

Berdasarkan uraian diatas, penulis menetapkan jumlah sampel sebanyak

30 orang.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling ini dilakukan dengan cara .Pertama-tama menetapkan

berapa besar jumlah sampel yang diperlukan atau menetapkan quatom

(jatah). Kemudian jumlah atau quatom itulah yang dijadikan dasar untuk

mengambil unit sampel yang diperlukan. Anggota populasi manapun yang

akan diambil tidak menjadi soal, yang penting jumlah quotum yang sudah

ditetapkan dapat dipenuhi (Notoadmodjo, 2007: 89).

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Pengetahuan

Ibu tentang ASI eksklusif

2. Variabel terikat : Perilaku

pemberian ASI eksklusif

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala


Variabel bebas : Pemahaman ibu Favorable :
Pengetahuan ibu tentang pengetahuan 1 : Jawaban benar Ordinal
tentang ASI dan Informasi yang 0 : Jawaban salah
eksklusif. berhubungan dengan Unfavorable:
pengertian, manfaat 1 : Jawaban benar
ASI dan khasiat 0 : Jawaban salah
kolostrom, komposisi Dikategorikan:
gizi pada ASI, kendala Baik: bila jawaban
menyusui benar > 75%
Cukup : bila jawaban
benar 60 - 75%
39

Kurang:bila jawaban
benar < 60%.

Variabel terikat: Hal yang dilakukan ibu Dikategorikan: Ordinal


Perilaku ibu selama memberikan 1 : jawaban
dalam pemberian ASI eksklusif. benar
ASI eksklusif 0 : jawaban
salah
Baik : bila jawaban
benar 80%.
Kurang baik : bila
jawaban 80%.

Sumber : Nursalam, 2003: 124

1. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan ibu diukur menggunakan kuisioner tertutup,

jenis pertanyaan dikotomi dengan jumlah pertanyaan 15 item yang terdiri

dari 14 pertanyaan favorable dan 1 pertanyaan yang bersifat unfavorable.

Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI ini disusun

dengan menggunakan dua alternatif jawaban, yaitu benar (B) dan salah

(S). Skor untuk pertanyaan favorable adalah 1 untuk jawaban (B) dan 0

(S), sedangkan skor untuk pertanyaan unfavorable adalah 0 untuk

jawaban (B) dan 1 untuk jawaban (S). Skala data diukur dengan

menggunakan skala pengukuran jenis skala ordinal yang disusun atas

dasar jenjang atau ranking. Menurut Nursalam (2003: 124) dalam

pengukuran tingkat pengetahuan selanjutnya dikategorikan ke dalam

bentuk sebagai berikut:

a. Berpengetahuan tinggi (baik) : Jika prosentase total nilai jawab

76-100%.
40

b. Berpengetahuan sedang (cukup) : Jika prosentase total nilai jawab

56-75%..

c. Berpengetahuan rendah (kurang) : Jika prosentase total nilai jawab

kurang dari 56%.

Untuk mendapatkan prosentase nilai dalam kategori tersebut

digunakan rumus sebagai berikut:

x
p x 100%
n

Keterangan :

p : prosentase

x : jumlah jawaban yang benar

n : jumlah seluruh item soal.

2. Perilaku pemberian Asi eksklusif

Kuisioner untuk mengukur variable dependen yaitu perilaku ibu dalam

pemberian ASI eksklusif.Jawaban setiap responden dijumlahkan hasil skor

atau perolehannya kemudian skor dibuat presentase dengan rumus:

Nilai yang dicapai


n% = 100%
Jumlah item

Kemudian dikategorikan menjadi :

Perilaku baik, bila menjawab 80 %


41

Perilaku kurang baik, bila menjawab < 80 %

(Sugiyono, 2007).

F. Instrument penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang relevan

dengan masalah yang diteliti dalam penelitian menggunakan instrumen

pengumpulan data berupa kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang sudah

tersusun dengan baik dan matang, di mana responden (dalam hal angket)

tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu

(Notoatmodjo, 2005:116).

Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan bentuk pertanyaan

tertutup (closed ended) yang mempunyai keuntungan mudah mengarahkan

jawaban responden dan juga mudah diolah atau ditabulasi (Notoatmodjo,

2005:124).

Tabel 1
Kisi-kisi Kuesioner
Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dan perilaku pemberian Asi
eksklusif

Variabel Sub Variabel Jumlah No. Item


Item
Pengetahuan a. Pengertian ASI eksklusif.. 1 1
ASI eksklusif b. Manfaat ASI Eksklusif.
7 2,3,4,5,6,7
c. Khasiat kolostrum. ,8
d. Kendala menyusui. 2 9,10
e. Komposisi Gizi dalam 2 11,12
ASI. 3 13,14,15

Hal yang dilakukan ibu


42

Perilaku dalam pemberian ASI 10 1,2,3,4,5,6


pemberian eksklusif. ,7,8,9,10
ASI eksklusif

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005: 129). Menurut

Arikunto (2006 ) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-

tingkat kevalidan atau kesatuan suatu instrumen. Kusioner diberikan

kepada sekelompok responden sebagai sarana uji coba. Kemudian

kuisioner diberi nilai jawaban masing-masing sesuai dengan sistem

penilaian yang telah ditetapkan dan mengklasifikasikan sesuai dengan

yang diteliti. Untuk menguji tingkat validitas instrumen, peneliti

menggunakan rumus product moment yang rumusnya sebagai berikut

(Arikunto, 2006: 73):

N xy x y

rxy
N x 2 x 2 Ny 2 y 2
keterangan:

x : skor tiap item

y : skor total

rxy : koefisien korelasi setiap item dengan skor total

Untuk jumlah responden 30 orang dengan tingkat kepercayaan

95%, maka taraf signifikansinya adalah 0,444. Bila rxy r tabel (0,444)

maka butir soal tersebut valid, bila rxy < r tabel (0,444) maka butir soal

tersebut tidak valid.


43

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan selisih sejauh mana

suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan

(Notoatmodjo, 2005: 133). Rumus yang digunakan oleh peneliti untuk uji

reliabilitas adalah:

Rumus korelasi product moment

N xy x y
r11
N x 2 x 2 Ny 2 y 2
Keterangan:

rxy : Korelasi product moment antara kelompok pertama dan kelompok

kedua.

N : Jumlah item yang valid

x : Banyaknya subyek yang menjawab pada item yang valid pada

kelompok I yang akan dipilih.

y : Banyaknya subyek yang menjawab pada item yang valid pada

kelompok II yang akan dipilih.

Pada penelitian ini didapatkan harga riil dengan rumus KR 30 sebesar

0,949 (>0,60) sehingga instrument penelitian ini dapat dikatakan reliabilitas.

G. Teknik Analisa Data

Menurut Azwar (2002) pengolahan data menggunakan tekhnik editing,

coding dan tabulating. Adapun pelaksanaannya meliputi :

1. Editing

Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi.

Editing meliputi memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan

data dan memeriksa keseragaman data.


44

2. Coding

Langkah ini dapat dilakukan hanya memberi kode pada responden untuk

memudahkan analisa data dan mengklasifikasi data menurut jenisnya.

3. Tabulating

Memberi kategori dan skor terhadap jawaban responden dengan

menggunakan sistem kategori dan nilai kemudian menjumlahkan hasil dan

skor yang didapat dan mengklasifikasikan untuk selanjutnya dibuat tabel

distribusi frekuensi.

H. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisa univariat yaitu analisa satu variabel yang digunakan untuk

memperoleh gambaran pengetahuan Ibu tentang ASI Ekslusif dan perilaku

pemberian ASI Eksklusif dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan

dinarasikan.

2. Analisis Bivariat

Analisa ini dilakukan untuk menguji hubungan antara dua variabel

penelitian yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Uji statistik yang

digunakan adalah uji Chi-square karena skala datanya ordinal-nominal,

tingkat kepercayaan yang dipakai adalah 95% atau = 0,05, analisa

dilakukan dengan bantuan komputer.

I. Etika Penelitian

Menurut Aziz Alimul Hidayat (2000) etika penelitian sebagai berikut:

1. Informed Concent
45

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti,

peneliti menjelaskan maksud dari penelitian serta dampak yang mungkin

terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden menolak

untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

haknya. Dalam Karya Tulis Ilmiah ini, 90 responden yang diteliti

dikumpulkan sebelum penelitian.

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan subyek, maka dalam lembar pengumpulan

data peneliti tidak mencantumkan nama terang tetapi tetap diberi kode

atau nama inisial. Dalam Karya Tulis Ilimah ini Anonimity berkode huruf

A s/d AU.

3. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasian informasi yang diperoleh dari responden.

Dalam Karya Tulis Ilmiah ini identitas responden berkode (hanya inisial),

tidak sama dengan nama asli, data dirahasiakan.

J. Keterbatasan penelitian

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini masih

terdapat keterbatasan yaitu keterbatasan waktu, tenaga, dana dan sempitnya

wilayah penelitian dalam proses pengerjaan sehingga hasilnya mungkin

kurang maksimal, penelitian ini merupakan penelitian pertama bagi peneliti

sehingga masih dalam tahap belajar.

K. Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan
46

a. Melakukan studi pendahuluan di RB. Pintan Sari Cabeyan Kecamatan

Bendosari Kabupaten Sukoharjo untuk memperoleh data.

b. Mengajukan permohonan ijin ke lokasi penelitian sesuai dengan aturan

yang berlaku.

c. Menentukan judul, konsultasi ke pembimbing I dan II, serta menyusun

KTI penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Peneliti melakukan pengambilan data di lapangan dengan

menggunakan kuesioner di RB. Pintan Sari Cabean Kecamatan Bendosari

Kabupaten Sukoharjo. Kemudian setelah data diperoleh, dilakukan

pengolahan data dan analisa.

3. Tahap Pelaporan

Pelaporan dilakukan setelah data yang telah terkumpul diolah dan

dianalisa kemudian disajikan, dilaporkan, disimpulkan dan dibuat dalam

bentuk laporan peneliti.

L. Jadwal Penelitian

Tabel 3.2
Jadwal Penelitian

Bulan
No Kegiatan
April 09 Mei 09 Juni 09 Juli 09
1. Pengajuan judul
2. Penyusunan
BAB I
BAB II
BAB III
47

3. Perijinan
4. Pengumpulan data
5. Pengolahan data
BAB IV
BAB V
6. Penulisan Laporan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif di RB Pintan Sari


48

Cabean Bendosari dengan 47 responden yang diteliti pada Juni 2009

adalah sebagai berikut:

a. Umur

Diagram 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
di RB Pintan Sari Cabean Bendosari

Berdasarkan Diagaram 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden berumur 21-30 tahun sebanyak 15 orang (50,00%)

dan paling sedikit berumur 41 sebanyak 1 orang (3,33%).

b. Pendidikan terakhir

Diagram 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di RB
Pintan Sari Cabean Bendosari
49

Pendidikan terakhir reponden diketahui bahwa sebagian besar

responden berpendidikan terakhir SMA sebanyak 16 orang (53,33%)

dan yang paling sedikit berpendidikan terakhir PT sebanyak 2 orang

(6,67%), selengkapnya dapat dilihat pada diagram 4.2 di berikut ini:

c. Pekerjaan

Diagram 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
di RB Pintan Sari Cabean Bendosari

Berdasarkan diagram 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak

20 orang (66,67%) dan 10 orang (33,33%) bekerja sebagai wiraswasta.

d. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif

Untuk dapat menentukan tingkat pengetahuan ibu tentang

ASI eksklusif, peneliti menggunakan alat ukur berupa kuesioner.

Ibu dikategorikan berpengetahuan tinggi (baik) jika prosentase total

nilai jawab 76-100%, berpengetahuan sedang (cukup) jika prosentase

total nilai jawab 56-75%, berpengetahuan rendah (kurang) jika

prosentase total nilai jawab kurang dari 56%.


50

Diagram 4.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
ASI Eksklusif di RB Pintan Sari Cabean Bendosari

Berdasarkan diagram 4.4 dapat diketahui bahwa ibu

mempunyai tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif yang baik

yaitu sebanyak 14 orang (46,7%), cukup sebanyak 9 orang (30,0%) dan

7 orang (23,3%) yang berpengetahuan kurang.

e. Perilaku Ibu dalam pemberian ASI Eksklusif ASI

eksklusif

Untuk dapat menentukan perilaku ibu dalam pemberian ASI

eksklusif, peneliti menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Ibu

dikategorikan berperilaku baik jika ibu memperoleh nilai 80% dan

dikatakan berperilaku kurang baik jika ibu memperoleh nilai < 80%.
51

Diagram 4.5
Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif
di RB Pintan Sari Cabean Bendosari

Berdasarkan diagram 4.5 dapat diketahui bahwa ibu

berperilaku baik dalam pemberian ASI eksklusif yaitu sebanyak 12

orang (40,0%), perilaku cukup sebanyak 11 orang (36,7%) dan 7

orang (23,7%) yang berperilaku kurang baik dalam pemberian ASI

eksklusif.

2. Hasil Analisa Data

a. Hubungan pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif

Hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan

perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada tabulasi

silang dibawah ini :

Tabel 4.1
52

Hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan perilaku ibu


dalam pemberian ASI eksklusif di RB Pintan Sari
Cabean Bendosari

Perilaku
Total
Baik Kurang
Pengetahuan n % n % n %
Baik 13 92,9 1 7,1 14 100
Cukup 4 44,4 5 55,6 9 100
Kurang 0 0,0 7 100 7 100
Total 17 56,7 13 43,3 30 100
Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 14

responden yang tingkat pengetahuannya baik sebanyak 13 orang

(92,9%) diantaranya berperilaku baik. Hal ini berbanding terbalik

dengan responden yang berpengetahuan kurang dimana dari 7 orang

responden yang berpengetahuan kurang, semuanya (100%) berperilaku

kurang. Sedangkan pada responden yang berpengetahuan cukup, dari 9

orang yang berperilaku baik 4 orang (44,4%) dan yang berperilaku

kurang sebanyak 5 orang (55,6%). Hal ini menunjukkan bahwa ada

kecenderungan bahwa pengetahuan berhubungan/berpengaruh

terhadap perilaku seseorang. Hasil analisis korelasi Chi-square

didapatkan nilai 2 = 43,032 dengan taraf signifikansi hitung sebesar

0,000 dimana taraf signifikansi hitung lebih kecil dari taraf signifikansi

tabel sebesar 5% (0,05), sehingga Ho ditolak yang berarti terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

B. Pembahasan
53

Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara

pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI

eksklusif di RB Pintan Sari Cabean Bendosari yang berperilaku cukup dalam

pemberian ASI eksklusif cukup banyak yaitu 24 orang (51,1%). Sebelumnya

peneliti akan memaparkan tentang karakteristik responden meliputi umur,

pendidikan terakhir, pekerjaan, tingkat penghasilan, jumlah anak.

Diagram 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur

antara 21-30 tahun sebanyak 15 orang (50,00%). Berdasarkan data tersebut

maka disimpulkan bahwa sebagian besar responden adalah ibu-ibu yang masih

dalam masa produktif dimana pada masa tersebut daya tangkap ibu terhadap

segala bentuk informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan akan

memperluas pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan membentuk sikap

yang baik terhadap ASI eksklusif, sehingga ibu akan berperilaku baik dalam

pemberian ASI eksklusif.

Diagram 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berpendidikan terakhir terakhir SMA sebanyak 16 orang (53,33%). Semakin

tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak pula ilmu yang telah

diperolehnya, sehingga dengan banyaknya ilmu menunjukkan pengetahuan

yang tinggi dan sikap yang baik. Dengan pengetahuan dan sikap yang baik

terhadap ASI eksklusif akan memberikan dampak positif terhadap perilaku

seseorang untuk berperilaku baik dalam pemberian ASI eksklusif.

Diagram 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak

bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 20 orang (66,67%).
54

Pada ibu yang tidak bekerja akan memiliki banyak waktu untuk berinteraksi

dengan bayinya, sehingga kemungkinan berperilaku baik dalam pemberian

ASI eksklusif akan semakin besar. Lain halnya dengan ibu yang bekerja,

mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk fokus pada pekerjaannya.

Penelitian ini, penulis hanya membahas tentang hubungan pengetahuan

tentang ASI eksklusif dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan

dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Hal ini berdasar hasil uji

Chi-square, terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif, dengan taraf signifikansi

hitung sebesar 0,000 dimana taraf signifikansi hitung lebih kecil dari taraf

signifikansi tabel sebesar 5% (0,05).

Hal ini sesuai dengan teori Green (1980, dalam Notoatmodjo, 2003:

164-165) mengatakan bahwa perilaku manusia terbentuk dari 3 faktor yaitu

faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. Faktor pendukung

(enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Faktor-faktor

pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan. Disimpulkan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya.

Menurut Notoatmodjo (2007: 143-144), pengetahuan adalah

merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
55

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan atau perilaku seseorang.

Menurut Newcomb (dalam Notoatmodjo, 2007: 146-147) sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Hal ini karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan

penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hal ini

sejalan dengan penelitian Rogers (1974) yang mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan yakni: awaremsas (kesadaran), interest (di mana orang

mulai tertarik terhadap stimulus), evaluation (menimbang-nimbang terhadap

baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya), trial (orang mulai mencoba

perilaku yang baru) dan adaption (orang telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus)

Waktu pemberian ASI eksklusif yaitu: sedini mungkin segera setelah

lahir, tiap 15 menit sesuai kebutuhan bayi. Adanya pengaruh kurang baik

terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah


56

sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya persalinan dapat

berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan

sehat. Masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan

pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi, yang seharusnya

ASI yang diberikan pada masa segera setelah persalinan (prenatal). Ibu

seharusnya dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara

cara menyusui yang baikdan benar , yakni tentang posisi dan cara melekatkan

bayi pada payudara ibu.

Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu

mengenai cara pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai aspek kehidupan

kota telah membawa pengaruh terhadap banyak para ibu untuk tidak menyusui

bayinya, padahal makanan penganti yang bergizi tinggi jauh dari jangkauan

mereka. Kurangnya pengertian dan pengertahuuan ibu tentang manfaat ASI

dan menyusui menyebabkan ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu

botol (susu formula). Kesehatan/status gizi bayi/anak serta kelangsungan

hidupnya akan lebih baik pada ibu-ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini

karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan

yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi. Pada

penelitian di Pakistan dimana tingkat kematian anak pada ibu ibu yang lama

pendidikannya 5 tahun adalah 50 % lebih rendah daripada ibu ibu yang buta

huruf. Demikian juga di Indonesia bahwa pemberian makanan padat yang

terlalu dini. Sebagian besar dilakukan oleh ibu yang berpendidikan rendah,

agaknya faktor ketidaktauanlah yang menyebabkannya. Faktor lain yang


57

berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu terhadap lingkungan

sosialnya dan kebudayaan dimana dia dididik. Apabila pemikiran tentang

menyusui dianggap tidak sopan dan memerlukan, maka let down reflex

(reflex keluar) akan terhambat.

Berdasarkan hasil penelitian dari Ati Nureni (2002), menyebutkan

bahwa agar ibu berperilaku dengan benar dalam memberikan ASI eksklusif,

banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain pengetahuan, sikap,

kepercayaan, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan, tersedianya

sarana dan fasilitas yang menunjang pemberian ASI eksklusif

(http://www.digilib.ui.edu, diperoleh tanggal 20 Juli 2008)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan

sikap mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga tingkat pengetahuan dan

sikap ibu terhadap ASI eksklusif berhubungan dengan perilaku ibu dalam

pemberian ASI eksklusif.


58

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka simpulan yang dapat

diambil sebagai berikut :

1. Ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif, yaitu sebanyak 14

responden (46,7%) sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang tentang

ASI eksklusif sebanyak 7 (23,3%) responden.

2. Sebagian besar ibu berperilaku cukup dalam pemberian ASI eksklusif ,

yaitu sebanyak 12 responden (40,0%), sedangkan yang berperilaku kurang

baik sebanyak 7 responden (23,3%)

3. Ada hubungan antara pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan perilaku

ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

B. Saran

1. Bagi RB Pintan Sari

Diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap

mengenai ASI eksklusif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu

dan memotivasi ibu untuk memberikan ASI pada bayinya secara eksklusif.
59

2. Bagi peneliti yang lain

Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, penulis memberikan

saran kepada peneliti lain dalam bidang sejenis yang ingin melanjutkan

dan mengembangkan penelitian ini agar meneliti lebih jauh tentang faktor-
58
faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif di

RB. Pintan Sari Cabean Bendosari.


60

DAFTAR PUSTAKA

Purwanti, H.S.(2004). Konsep Penerapan ASI eksklusif. Jakarta: EGC

.Kompas,2004, 1,www.bkkbn.co.id, diperoleh tanggal 2 mei 2009.

Joglo semar,2009, 4,http://harianJoglosemar.com,diambil tgl 2 mei 2009.

Media Indonesia, 3,2008,http://www.mediaindo.co.id) diperoleh tanggal 5 mei

2009).

Kompas,2004, 5,www.bkkbn.co.id, diperoleh tanggal 2 mei 2009.

Roesli, U. (2001). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan


Swadaya Nusantara.

_____________ (2002). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: PT. Pustaka


Pembangunan Swadaya Nusantara.

_____________(2004). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: PT. Pustaka


Pembangunan Swadaya Nusantara.

Anonim,2008,1,http://qym7882.blogspot.com/2009/04/pengertianperilaku.htm)

diperoleh tgl 4 Mei 2009.

Anonim,2008, 1,http:www,geocities.com,diperoleh tanggal 5 mei 2009.

Epung Saepudin,M.D.N,2009, 2,http://kesehatan.kompas.com diperoleh tanggal

27 Juni 2009).

Anonim,2007,1,http://fuadbahsin.wordpress.com/2008/12/25/asi-eksklusif/

diperolehl tgl 7 mei 2009.


61

Anonim,2004, 2,http://rumahkusorgaku.multiply.com/journal/item/9) diperoleh

tgl 8 Mei 2009.

Anonim,2002, 3,http://www.digilib.ui.edu, diperoleh tanggal 8 juni 2009).

Azwar dan Prihartono, (2003).Metode penelitian:Binarupa Aksara Jakarta Barat

Nursalam.(2003). Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Surabaya: Salemba MedikaBinarupa

Notoatmodjo, S.(2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta

_____________(2002). Metodologi Penelitian Kebidanan.Jakarta : Rineka Cipta

_____________(2007). Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S.(2002). Statistik untuk penelitian.Bandung: Alfabeta

Sugiyono.(2003). Statistik unutk Penelitian.Bandung: Alfabeta.


62

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alahamdulillahirobilalamin, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat

Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul Hubungan

Pengetahuan Ibu Tentang ASI Ekskusif Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif

Di Desa Cabeyan Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjoi. Karya Tulis

Ilmiah ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta Program Studi DIII

Kebidanan.

Banyak pihak yang terlibat dalam penyusunan karya tulis ini, oleh karena

itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Indarwati, SKM, M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Aisyiyah Surakarta.

2. Kamidah, S.Si.T, selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta.

3. Sri Kustiati, SST, selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan

meluangkan waktu serta memberikan arahannya dengan sabar dalam

berkonsultasi sehingga karya tulis ini selesai.


63

4. Endang S.W, S.Si.T, selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan

meluangkan waktu serta memberikan arahannya dengan sabar dalam

berkonsultasi sehingga karya tulis ini selesai.

5. Seluruh Pengajar dan Karyawan STIKES Aisyiyah yang membantu

kelancaran dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Peny Setyorini selaku kepala RB Pintan Sari Cabeyan.

7. Ibu-ibu yang telah bersedia menjadi responden dalan penelitian ini.

8. Bapak dan Ibukku terima kasih atas segala doa, kasih sayang, kesabaran serta

segala fasilitas yang telah Bapak dan Ibu berikan kepada putrimu ini.

9. Kakak aku makasih atas segala nasehat selama ini.

10. Buat anak-anak senasib dan seperjuangan angkatan 2009, makasih atas

kebersamaanya selama ini, semoga sukses selalu.

Mudah-mudahan karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak

yang berkepentingan. Penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari

pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, Juli, 2009

Penulis

You might also like