You are on page 1of 22

Materi konsep keperawatan dasar

Materi Konsep Keperawatan dasar

Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan. Berdasarkan ilmu, artinya perawatan harus dilandasi
dan menggunakan ilmu perawatan dan kiat keperawatan yang mempelajari bentuk dan sebab tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia suatu upaya keperawatan dan penyembuhan. Berdasarkan kiat
artinya perawat lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
secara komperehensip dengan sentuhan seni.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayan kesehatan yang
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang
bersifat kompherensip, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit
mencakup hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Keperawatan bersifat
kompherensip artinya pelayanan keperawatan bersifat menyeluruh, meliputi aspek Manusia biopsiko
sosial dan spiritua .
Secara umum keperawatan adalah merupakan suatau indentifikasi seni. Istilah seni berarti ketrampilan
praktik yang diperoleh melalui pengamatan/ pengalaman.
PENGERTIAN
Ilmu keperawatan adalah sintesa dari ilmu keperawatan dasar, ilmu keperawatan klinik, ilmu biomedik,
ilmu psikologi dan sosial.

Teori Keperawatan
Teori keperawatan (Taylor C. dkk)
Sebagai usaha untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan.

Teori keperawatan (Steven)


Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan
untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil usaha atau pelayanan
keperawatan yang dilakukan.

Teori keperawatan (Newman)


Ada tiga cara pendekatan dalam pengembangan dan pembentukan teori keperawatan yaitu meninjau
teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan dengan tujuan untuk mengintegrasikan teori-teori kedalam
ilmu keperawatan, menganalisa situasi praktek keperawatan dalam rangka mencapai konsep yang
berkaitan dengan praktek keperawatan dan menciptakan suatu kerangka konsep yang memungkinkan
pengembangan teori keperawatan.

Proses Keperawatan

Wolf and Weitzel


Proses perawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan,
melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara
kesehatannya secara optimal.
Ann Martiner
Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah secara ilmiah untuk mengidentifikasi
masalah-masalah pasien, merencanakan secara sistematis dan melaksanakannya serta mengevaluasi
hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Malinda Muraray
Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa
masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, tindakan dan mengevaluasi hasil
tindakan yang telah dilaksankan.
Yura
Proses keperawatan adalah tindakan yang berurutan, dilakukan secara sistematik, untuk menentukan
masalah pasien, membuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksankan rencana itu atau menugaskan
orang lain melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang
diatasinya.
Herbal
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematik untuk mengkaji dan
mendiaknosa status kesehatan pasien, merumuskan masalah yang dicapai, menentukan intervensi dan
mengevaluasi ilmu dan hasil asuhan yang dilakukan terhadap pasien.

KARAKTERISTIK
Teori keperawatan mengidentifikasikan dan didefinisikan sebagai hubungan yang spesifik dari
konsep keperawatan, seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat sakit, keperawatan, dan
konsep lingkungan.
Teori keperawatan harus bersifat imlah, artinya teori keperawatan digunakan dengan alasan atau
rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang logis.
Teori Keperawatan bersifat sederhana dan umum. Artinya teori keperawatan dapat digunaklana
pada masalah sederhana maupun masalah kesehatan yang komplek sesuai dengan situasi praktek
keperawatan.
Teori keperawatan berperan dalam rangka memperkaya body Knowledge keperawatan yang
dilakukan melalui penelitian.
Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki praktek keperawatan.
KEPERAWATAN DASAR
Keperawatan dasar adalah hal yang penting dalam perawatan manusia yang saling berhubungan. Kita
setiap harinya berhubungan dengan sesama kita dan bagaimanapun kita akan juga bertanggung jawab
terhadap orang-orang yang berada dalam jaringan lingkungan sosial kita yang relatif kecil itu. Kita sendiri
kadang-kadang juga tergantung pada orang lain.
Perawatan dasar sebenarnya bersumber pada Tugas dasar ketiga dari kemanusiaan. Sebagai manusia
yang berada bersama dengan manusia lain. Manusia memperoleh pengalaman dalam pengembangan
kepribadiannya, justru karena berhubungan dengan orang lain. Karena perawatan dari orang lain, manusia
dapat berkembang dari seorang bayi menjadi orang dewasa.
Perawatan Dasar yang diberikan orang lain terhadap kita, secara perlahankita pelajari dan mengambil alih
untuk kemudian dijadikan perawatan diri. Keterangan selanjutnya dari pengertian Perawatan dasar
berasal dari Prof. Hattinya Veschure yaitu semua perawatan yang diberrikan dan diterima seseorang
dalam batas lingkungan sosial yang kecil diman individu tersebut termasuk didalamnya, didasarkan pada
keinginan membantusatu sama lain.
Jadi, syarat perawatan dasar adalah adanya suatu struktur lingkungan sosial yang kecil dan kesediaan
untuk melakukan sesuatu bagi mereka.

KARAKTERISTIK KEPERAWATAN DASAR


Kita bertolak dari penjelasan Prof. Hattinya Veschure :
- Perawatan dasar mengarah pada keinginan untuk merawat orang lain. Dalam perawatan dasar
terdapat kesediaan untuk membantu atau dibantu, yang berarti bahwa secara prinsip orang bersedia
memberi bantuan sebagai umpan balik atas bantuan (Perawatan dasar) yang telah disediakan.
- Orang-orang yang terlibat didalamnya saling mengenal juga hubungan dalam perawatan bukan satu-
satunya hubungan yang ada diantara mereka, mengenal masing-masing seperti mengenal sesama
anggota keluarga atau bagaikan mengenal sesama anggota perkumpulan hobby dan sebagainya.
Perawatan dasar memerlukan jangka waktu yang lebih panjang. Pada perawatan dasar ada kemungkinan
bahwa hubungan pribadi ada didalamnya. Ada suatu hubungan emosi yang hangat diantara pribadi yang
terlibat.
- Sepanjang manusia ada, selama itu juga masih diperlukan perawatan dasar, untuk itu uorang tidak
perlu menjalani suatu pendidikan tertentu. Yang penting disini adalah berusaha ikut membantu
menciptakan suatu suasana dimana orang yang bersangkutan merasa aman dan tentram.

SUMBER ILMU KEPERAWATAN

Ilmu keperawatan disadur atau berasal dari berbagai macam buku dan pendapat para ahli dunia
keperawatan. Namun yang pertama kali mengemukakan pendapat pengenal keperawatan adalah
Florence Nithingale yang berkata bahwa : Seseorang menderita sakit apabila itu adalah akibat dari faktor
lingkungan.
Demikian pila dengan Orlando . Yang terkenal dengan pendapatnya yaitu : Delierate nursing approach
, dan masih banyak pendapat para ahli keperawatan lainnya. Tapi meskipun para ahli tersebut
pendapatnya berbeda, namun sesungguhnya pendapat mereka mengenai keperawatan dan ilmu
keperawatan adalah sama.
konsep pengkajian keperawatan
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995).

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang
akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan)

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data
tentang klien (Fundamental Keperawatan)

B. Tujuan Pengkajian Keperawatan

Tujuan Umum :

Tujuan umum dari pengkajian yaitu mengumpulkan data yang berhubungan dengan pasien untuk
menegakan diagnosa keperawatan, kekuatan (kemampuan) pasien dan rencana yang efektif dalam
perawatan pasien.

Tujuan Khusus :

1. Informasi utama (inti) bagi pasien dan keluarga

2. Dasar menentukan diagnosa keperawatan

3. Sumber informasi yang dapat membantu mendiagnosa masalah yang baru muncul

4. Mendukung keputusan klinis agar tercapai tujuan dan tindakan yang sesuai

5. Dasar menentukan kebutuhan pasien, keluarga dan pengasuh pasien

6. Dasar menentukan kebutuhan pasien jika pulang

7. Dasar pemilihan perawatan dan penentuan biaya perawatan

8. Memproteksi hak-hak legal

9. Komponen sistem pelayanan pasien ( dapat untuk menetukan kebutuhan staf perawatan, biaya
perawatan pasien, dll)

10. Untuk mengindentifikasi kebutuhan dan respons klien yang unik terhadap masalah-masalah dan akan
ditegakkan menjadi diagnosis keperawatan yang mempengaruhi rencana intervensi keperawatan yang
diperlukan

11. Untuk menggabungkan dan mengorganisasi data dan beberapa sumber yang dikumpulkan menjadi satu
sehingga masalah kesehatan klien dapat dianalisis dan diidentifikasi
12. Untuk meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan untuk bertindak sebagai poin refernesi dalam
mengukur perubahan yang terjadi pada kondisi kesehatan klien.

13. Untuk mengidentifiaksi karakteristik sesuai respons dan kondisi kesehatan klien yang akan mempengaruhi
rencana dan pemberian intervensi keperawatan.

14. Untuk menyuplai data yang cukup guna memberikan intervensi

keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.

15. Untuk memberikan dasar guna penulisan rencana asuhan keperawatan

yang efektif.

Tujuan Pengkajian menurut Fundamental Keperawatan :

1. Menetapkan dasar data tentang kebutuhan

2. Menetapkan masalah kesehatan

3. Menetapkan pengalaman yang berkaitan

4. Menetapkan praktek kesehatan

5. Menetapkan tujuan nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien

C. Macam-macam Data

1. Data Objektif

Data Objektif adalah pengamatan atau pengukuran yang dibuat oleh pengumpul data atau merupakan data
yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui
(berlaku), seperti : warna kulit, tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, dll. Data-data tersebut diperoleh
melalui `senses` : Sight, smell, hearing, touch dan taste.

2. Data Subjektif

Data subjektif adalah persepsi klien tentang masalah kesehatan mereka, hanya klien yang dapat
memberikan informasi tersebut atau merupakan data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang
disampaikan oleh klien, misalnya rasa nyeri, pusing, mual, ketakutan, kecemasan, ketidaktahuan, dll.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk
menentuan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien.

Cara yang biasa digunakan untuk mengumpulkan data tentang klien antara lain : wawancara (interview),
pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik (pshysical assessment) dan studi dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untu menanyakan hal-
hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang
direncanakan.

Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah
keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara perawat dengan klien. Selain itu wawancara
juga bertujuan untuk membantu klien memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi
masalah dan tujuan keperawatan, serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut
selama tahap pengajian.

Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi. Komunikasi keperawatan
adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan kemampuan skill komunikasi dan interaksi.
Komunikasi keperawatan biasanya digunaan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi
terapeutik adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk bertuar pikiran
dan perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa
kepedulian yang tinggi.

Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon
klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan konta mata.
Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang penting dalam pengumpulan data, tetapi juga
merupakan sesuatu hal yang sulit dipelajari.

Tahapan wawancara / komunikasi :

1. Persiapan.

Sebelum melaukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan persiapan dengan membaca
status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk kepada klien, karena akan
mengganggu dalam membina hubungan saling percaya dengan klien.

Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa atau memberi kesempatan
kepada klien kapan mereka sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan digunakan dalam
wawancara harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar wawancara.

2. Pembukaan atau perkenalan

Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah dengan memperkenalkan diri : nama,
status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan.
Perawat perlu memberikan informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan
dimana, bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh mengetahuinya.

3. Isi / tahap kerja

Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus
yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

a. Fokus wawancara adalah klien

b. Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila perlu.

c. Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien

d. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien


e. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya

f. Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya

g. Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.

4. Terminasi

Perawat mempersiapkan untu penutupan wawancara. Untuk itu klien harus mengetahui kapan
wawancara dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir
wawancara perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama.
Jika diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah :

1. Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya

2. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan-keluhannya / pendapatnya secara


bebas

3. Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien

4. Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian

5. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

6. Tidak bersifat menggurui

7. Memperhatikan pesan yang disampaikan

8. Mengurangi hambatan-hambatan

9. Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara duduk)

10. Menghindari adanya interupsi

11. Mendengarkan penuh dengan perasaan

12. Memberikan kesempatan istirahat kepada klien

Macam wawancara :

1. Auto anamnese : wawancara dengan klien langsung

2. Allo anamnese : wawancara dengan keluarga / orang terdekat.

Hambatan wawancara :

1. Internal :

a. Pandangan atau pendapat yang berbeda

b. Penampilan klien berbeda


c. Klien dalam keadaan cemas, nyeri, atau kondisinya menurun

d. Klien mengatakan bahwa ia tidak ingin mendengar tentang sesuatu hal

e. Klien tidak senang dengan perawat, atau sebaliknya

f. Perawat berpikir tentang sesuatu hal yang lain / tidak fokus ke pasien

g. Perawat sedang merencanakan pertanyaan selanjutnya

h. Perawat merasa terburu-buru

i. Perawat terlalu gelisah atau terburu-buru dalam bertanya

2. External :

a. Suara lingkungan gaduh : TV, radio, pembicaraan di luar

b. Kurangnya privacy

c. Ruangan tidak memadai untuk dilakukannya wawancara

d. Interupsi atau pertanyaan dari staf perawat yang lain.

2. Pengamatan atau Observasi

Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra
lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data
tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah :

a. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci kepada klien (meskipun
komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan
klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : `Pak, saya akan
menghitung nafas bapak dalam satu menit` - kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak
valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya.

b. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien

c. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh perawat yang
lain.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan
klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah :
1. Inspeksi

Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui
pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning (icteric), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis),
dll

2. Palpasi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami
kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.

3. Auskultasi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang disebut
dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

4. Perkusi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh menggunakan tangan atau alat
bantu seperti reflek hammer untuk mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga dilakukan
pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas jantung,
batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dll.

E. Klasifikasi Data

1. Menurut Tingkat Pengolahannya

a. Raw Data : Merupakan data mentah dan belum diolah

b. Array Data : Data yang belum dikelompokkan tetapi sudah disusun besar kecilnya

c. Ungrouped Data : Merupakan raw data yang belum diketahui kelompoknya

d. Grouped data : data yang telah dikelompokkan dalam kelas-kelas tertentu misalnya tabel distribusi
frekuensi

2. Menurut bentuk angka

a) Data diskrit : data yang dibentuk angka bulat (hasil menghitung)

b) Data kontinyu :data yang berbentuk angka pecahan (desimal)/ hasil mengukur

Contoh : BB, TB

3. Menurut sifatnya

a) Data kuantitatif : data yang berwujud angka

b) Data kualitatif: data yang tidak berwujud angka

4. Menurut sumbernya

a) Data primer : data yang didapat langsung dari individu atau masyrakat

b) Data sekunder : data yang didapat dari orang lain, organisasi tertentu yang sudah diolah
5. Menurut skala pengukuran

a) Skala nominal : mempunyai beberapa kategori, diantara kategori tak dapat diketahui tingkat
perbedaannya

Contoh : - jenis kelamin : laki-laki, perempuan

-Golongan pekerjaan : pegawai negeri, ABRI, swasta dan buruh

b) Skala ordinal : mempunyai beberapa kategori, antara kategori dapat diketahui tingkat perbedaan, akan
tetapi tidak dapat diketahui besarnya perbedaan.

Contoh : tingkat pendidikan : tidak sekolah, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi

c) Skala interval : mempunyai beberapa kategori, antara beberapa kategori dapat di bedakan dan dapat di
ketahui besarnya perbedaan, tapi antara kategori tidak dapat di ketahui kelipatannya dan tidak mengakui
titik nol absolute.

Contoh :

0 C, ada suhunya sebab perhitungan suhu sampai dengan minus ( - )

Tingkat pengetahuan, nilai A : 80, nilai B : 40 hal ini tidak berarti A dua kali lebih pandai dari B.

d) Data skala ratio : mempunyai beberapa kategori antara kategori di katahui tingkat perbedaannya, dapat
di ketahui tingkat kelipatanya dan mengakui adanya titik nol absolute.

Contoh :

Rasio penduduk laki-laki dan wanita 48 : 52

Rasio guru murid 1 : 10

F. Validasi Data

Verifikasi data untuk mengkonfirmasi kelengkapan, keakuratan, dan aktualitas data.


Dengan memvalidasi data, membantu perawat untuk memastikan kelengkapan informasi dari pengkajian,
kecocokan data objektif dan subjektif, mendapatkan tambahan informasi, menghindari ketidakteraturan
dalam mengupulkan dan memfokuskan data sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penulisan dan
identifikasi masalah. Alfaro-LeFevre (1998), menjelaskan bahwa yang termasuk cara memvalidasi data
antara lain: bandingkan antara data yang didapat dengan fungsi normal, rujuk pada buku, jurnal,dan hasil
penelitian, periksa konsistensi data subjektif dengan data objektif yang didapat, klarifikasi dengan
pernyataan-pernyataan klien, dan cari persetujuan kolega tentang kesimpulan yang dibuat.

Validasi data: meyakinkan bahwa data yg diperoleh

hasil pengumpulan data adalah fakta (nyata & benar)

Upaya untuk melakukan Validasi data :

a. Gunakan skala yang akurat


b. Validasi data/ informasi dari orang lain
c. Validasi data dengan cara:
- Ulangi pemeriksaan data

- Selalu memeriksa data abnormal yang ekstrim


dengan cara lain

- Menanyakan kepada yang lebih mengerti

G. Pencatatan dan Laporan Pengkajian Keperawatan

Fokus dokumentasi pengkajian pada data klinik adalah perawat dapat


mengimplementasikan dan mengorganisasi data. Bentuk dokumentasi dapat berupa data dasar, lembar
alur (flow sheet) dan catatan perkembangan, yang semuanya termasuk tipe pengkajian informasi. Untuk
mencapai catatan pengkajian secara aktual, maka perlu dipertimbangkan pedoman dalam pembuatan
pencatatan pengkajian, diantaranya :

1. Gunakan format yang terorganisasi

2. Gunakan format yang telah ada

3. Format yang mencakup pengkajian perkembangan, pemeriksaan dari kepala sampai dengan seluruh
tubuh dapat memperluas informasi.

LAMPIRAN
MODEL KEPERAWATAN DALAM PENGKAJIAN ATAU PENGUMPULAN DATA (1982) : Pola Kesehatan
Fungsional

1. Pola penatalaksaan kesehatan atau persepsi sehat

a. Pola sehat sejahtera yang dirasakan

b. Pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat

c. Pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif

d. Ketaatan pada ketentuan media dan keperawatan

2. Pola nutrisi metabolik

a. Pola makan biasa dan masukan cairan

b. Tipe makanan dan cairan

c. Peningkatan atau penuruan berat badan

d. Nafsu makan, pilihan makanan

3. Pola eliminasi

a. Defekasi, berkemih

b. Penggunaan alat bantu

c. Penggunaan obat-obatan

4. Pola aktivitas latihan

a. Pola aktivitas, latihan dan rekreasi

b. Kemampuan untuk mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri, bekerja, dll)

5. Pola tidur dan istirahat

a. Pola tidur istirahat dalam 24 jam

b. Kualitas dan kuantitas tidur

6. Pola kognitif perseptual keadekuatan alat sensori

a. Penglihatan, perasa, pembau

b. Kemampuan bahasa, belajar, ingatan, dan pembuatan keputusan

7. Pola persepdi konsep diri

a. Sikap klien mengenai dirinya

b. Persepsi klien tentang kemampuannya


c. Pola emosional

d. Citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri dan peran diri

8. Pola peran dan tanggung jawab

a. Persepsi klien tentang pola hubungan

b. Persepsi klien tentang peran dan tanggung jawab

9. Pola seksual reproduksi

a. Kepuasan dan ketidakpuasan yang dirasakan klien terhadap seksualitasnya

b. Tahap dan pola reproduksi

10. Pola koping dan toleransi stres

a. Kemampuan mengendalikan stres

b. Sumber pendukung

11. Pola nilai dan keyakinan

a. Nilai, tujuan dan keyakinan

b. Spiritual

c. konflik
Kirimkan Ini lewat Email
Konsep Dasar Keperawatan dan menurut WHO
0 comments

Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan


kesehatan, ikut menentukan menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga keperawatan secara keseluruhan
jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang unik
terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif.
Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan standart
dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat
dengan baik.

Sejarah Keperawatan

Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi ini, keperawatan terus berkembang
sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke abad terus
berkembang, berikut adalah perkembangan keperawatan di dunia :

1. Mother Instink

Pekerjaan keperawatan sudah ada sejak manusia diciptakan, keperawatan ada sebagai suatu naluri (instink). Setiap
manusia pada tahap ini menggunakan akal pikirannya untuk menjaga kesehatan, menggurangi stimulus kurang
menyengkan, merawat anak, menyusui anak dan perilaku masih banyak perilaku lainnya.

2. Animisme

Manusia pada tahap ini memiliki keyakinan bahwa keadaan sakit adalah disebabkan oleh arwah/roh halus yang ada
pada manusia yang telah meninggal atau pada manusia yang hidup atau pada alam ( batu besar, pohon, gunung,
sungai, api, dll). Untuk mengupayakan penyembuhan atau perawatan bagi manusia yang sakit maka roh jahat harus
di usir, para dukun mengupayakan proses penyembuhan dengan berusaha mencari pengetahuan tentang roh dari
sesuatu yang mempengaruhi kesehatan orang yang sakit. Setelah dirasa mendapatkan kemampuan, para dukun
berupaya mengusir roh dengan menggunakan mantra-mantra atau obat-obatan yang berasal dari alam.
3. Keperawatan penyakit akibat kemarahan para dewa

Pada tahap ini manusia sudah memiliki kepercayaan tentang adanya dewa-dewa, manusia yang sakit disebabkan oleh
kemarahan dewa. Untuk membantu penyembuhan orang yang sakit dilakukan pemujaan kepada para dewa di tempat
pemujaan (kuil), dengan demikian dapat dikatakan bahwa kuil adalah tempat pelayanan kesehatan.

4. Ketabiban

Mulai berkembang kemungkinan sejak 14 abad SM, pada masa ini telah dikenal teknik pembidaian, hygiene umum,
anatomi manusia.

5. Diakones dan Philantrop

Berkembang sejak 400 SM, para diakones memberikan pelayanan perawatan yang diberikan dari rumah ke rumah,
tugas mereka adalah membantu pendeta memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pada masa ini merupakan
cikal bakal berkembangnya ilmu keperawatan kesehatan masyarakat. Philantop adalah kelompok yang mengasingkan
diri dari keramaian dunia, dimana mereka merupakan tenaga inti yang memberikan pelayanan di pusat pelayanan
kesehatan (RS) pada masa itu.

6. Perkembangan ilmu kedokteran Islam

Pada tahun 632 Masehi, Agama Islam melalui Nabi Muhamad SAW dan para pengikutnya menyebarkan agama Islam
keseluruh pelosok dunia. Selain menyebarkan ajaran agama beliau juga menyebarkan ilmu pengetahuan tentang
perilaku hidup bersih dan pengobatan terhadap penyakit (kedokteran).

7. Perawat terdidik ( 600 1583 )

Pada masa ini pendidikan keperawatan mulai muncul, dimana program itu menghasilkan perawat-perawat terdidik.
Pendidikan keperawatan diawali di Hotel Dien dan Lion Prancis yang kemudian berkembang menjadi rumah sakit
terbesar disana. Pada awalnya perawat terdidik diseleksi dari para pengikut agama dimana tenaga mereka
diperbantukan dalam kegiatan perawatan paska terjadinya perang salib. Tokoh perawat yang terkenal pada saat (1182
1226) itu adalah St Fransiscas dari Asisi Italia.

8. Perawat Profesional (abad 18 19)


Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat sejak abad ini termasuk ilmu kedokteran dan keperawatan. Florence
Nightingale (1820-1910) adalah tokoh yang berjasa dalam pengembangan ilmu keperawatan, beliau mendirikan
sekolah keperawatan moderen pada tahun 1960 di RS St. Thomas di London.

Melihat perkembangan keperawatan di dunia dengan kemajuannya dari tahap yang paling klasik sampai dengan
terciptanya tenaga keperawatan yang professional dan diakui oleh dunia internasional tentu dapat dijadikan cerminan
bagi perkembangan keperawatan di Indonesia. Mengikuti perkembangan keperawatan di dunia, keperawatan di
Indonesia juga terus berkembang, adapun perkembangannya adalah sebagai berikut :

1. Seperti halnya perkembangan keperawatan di dunia, di Indonesia pada awalnya pelayanan perawatan masih
didasarkan pada naluri, kemudian berkembang menjadi aliran animisme, dan orang bijak beragama.

2. Penjaga orang sakit (POS/zieken oppasser)

Sejak masuknya Vereenigge oost Indische Compagine di Indonesia mulai didirikan rumah sakit, Binnen Hospital adalah
RS pertama yang didirikan tahun 1799, tenaga kesehatan yang melayani adalah para dokter bedah, tenaga perawat
diambil dari putra pertiwi. Pekerjaan perawat pada saat itu bukan pekerjaan dermawan atau intelektual, melainkan
pekerjaan yang hanya pantas dilakukan oleh prajurit yang bertugas pada kompeni. Tugas perawat pada saat itu adalah
memasak dan membersihkan bagsal (domestik work), mengontol pasien, menjaga pasien agar tidak lari/pasien
gangguan kejiwaan.

3. Model keperawatan Vokasional (abad 19)

Berkembangnya pendidikan keperawatan non formal, pendidikan diberikan melalui pelatihan-pelatihan model
vokasional dan dipadukan dengan latihan kerja.

4. Model keperawatan kuratif (1920)

Pelayanan pengobatan menyeluruh bagi masyarakat dilakukan oleh perawat seperti imunisasi/vaksinasi, dan
pengobatan penyakit seksual.

5. Keperawatan semi profesional

Tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan (keperawatan) yang bermutu oleh masyarakat, menjadikan tenaga
keperawatan dipacu untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang keperawatan. Pendidikan-pendidikan
dasar keperawatan dengan sistem magang selama 4 tahun bagi lulusan sekolah dasar mulai bermunculan.
6. Keperawatan preventif

Pemerintahan belana menganggap perlunya hygiene dan sanitasi serta penyuluhan dalam upaya pencegahan dan
pengendalian wabah, pemerintah juga menyadari bahwa tindakan kuratif hanya berdampak minimal bagi masyarakat
dan hanya ditujukan bagi mereka yang sakit. Pada tahun 1937 didirikan sekolah mantri higene di Purwokerto,
pendidikan ini terfokus pada pelayanan kesehatan lingkungan dan bukan merupakan pengobatan.

7. Menuju keperawatan profesional

sejak Indonesia merdeka (1945) perkembangan keperawatan mulai nyata dengan berdirinya sekolah pengatur rawat
(SPR) dan sekolah bidan di RS besar yang bertujuan untuk menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Pendidikan itu diberuntukan bagi mereka lulusan SLTP ditambah pendidikan selama 3 tahun, disamping itu juga
didirikan sekolah bagi guru perawat dan bidan untuk menjadi guru di SPR. Perkembangan keperawatan semakin nyata
dengan didirikannya organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia tahun 1974.

8. Keperawatan profesional

Melalui lokakarya nasional keprawatan dengan kerjasama antara Depdikbud RI, Depkes RI dan DPP PPNI, ditetapkan
definisi, tugas, fungsi dan kompetensi tenaga perawat professional di Indonesia. Diilhami dari hasil lokakarya itu maka
didirikanlah akademi keperawatan, kemudian disusul pendirian PSIK FK-UI (1985) dan kemudian didirikan pula
program paska sarjana (1999).

B. Pengertian Keperawatan

Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah
pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu,
kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien
alam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak.

Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada praktik
keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang
bersifat humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standart pelayanan dengan berpegang teguh
kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau memalui upaya kolaborasi.

C. Definisi Perawat

Definisi perawat menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki
kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui
pendidikan keperawatan.

Tyalor C Lillis C Lemone (1989) mendefinisikan perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau
memelihara, membantu dengan melindungi seseorang karena sakit, luka dan proses penuaan.

Definisi perawat menurut ICN (international council of nursing) tahun 1965, perawat adalah seseorang yang telah
menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk
memberikan pelayanan keperawatan yan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit
dan pelayanan penderita sakit.

D. Tren Keperawatan

Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya
pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai
terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional
berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan
masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping
meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga
menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.

Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan
yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan
masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis
menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi
bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan
pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka
terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum menggembirakan,
banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya :

1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan
pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun 1869.

2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.

3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik keperawatan, lisensi )

Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan berdampak negatif terhadap
mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan sehat untuk semua pada tahun 2010 , maka solusi
yang harus ditempuh adalah :

1. Pengembangan pendidikan keperawatan.

Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan professional, pengembangan
teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan
merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan.
Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana
penunjang pendidikan.

2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional

Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan.
Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus
segera di lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.

3. Penyempurnaan organisasi keperawatan

Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan mengakomodasi
setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan
yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan
suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan
harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional.
Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam :

1. Nilai intelektual

Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari:

a. Body of Knowledge

b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)

c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.

2. Nilai komitmen moral

Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut
Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral
dan tanggung jawab etik.

Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :

a. Beneficience

selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien.
(Johnstone, 1994)

b. Fair

Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi
memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.

c. Fidelity

Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan
harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.

3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat


Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk
kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka.
Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap
tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.

Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi
keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab
anggota profesi.

Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap klien.

Dibawah ini adalah pengertian kesehatan menurut who. Simak dibawah ini :

Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or infirmity

Menurut WHO, ada empat komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu:

1. Sehat Jasmani

Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan
kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan
baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

2. Sehat Mental

Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno Jiwa yang sehat terdapat di
dalam tubuh yang sehat (Men Sana In Corpore Sano).

Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:

a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu
gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.

b. Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian
dan toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.

c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat
menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.

3. Kesejahteraan Sosial

Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur,
kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah
suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam
kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta
masyarakat umum.

4. Sehat Spiritual

Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk
berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi
keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai Positive Health karena lebih realistis
dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.

You might also like