You are on page 1of 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny.

I DENGAN OMPHALOCELE
DI RUANG HCU NEONATUS RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun guna memenuhi tugas praktik klinik


Keperawatan Anak

Disusun Oleh:
Winda Novita Sari J230170004
Bayu Argo Kusumo J230170010
Eka Putranti J230170011

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 1


BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Omfalokel adalah suatu hernia pada pusat, sehingga sebagian isi
perut keluar dan di bungkus suatu kantong peritoneum (Rustam Mochtar,
2008).
Omphalocele (omfalokel) adalah adanya protrusi (keadaan menonjol
kedepan) pada waktu lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar
pada dinding abdomen di umbilikus dan usus yang menonjol hanya
ditutupi oleh membrane tipis transparan yang terdiri dari amnion dan
peritoneum (W. A. Newman Dorland, 2012).
Omfalokel (eksomfotos) merupakan suatu cacat umbilikus, tempat
usus besar dan organ abdomen lain dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai
dengan kelainan kromosom, yang harus disingkirkan. Cacat dapat
bervariasi dan diameter beberapa centimeter sampai keterlibatan dinding
abdomen yang luas. Organ yang menonjol keluar ditutupi oleh lapisan
tipis peritoneum yang mudah terinfeksi (Pincus Eatzel dan Len Roberts,
2012).

B. Etiologi
Penyebab pastinya tidak diketahui. Pada 25-40% bayi yang
menderita omfalokel, kelainan ini disertai oleh kelainan bawaan lainnya,
seperti kelainan:
1) Masalah genetik atau abnormalitas kromosom.
2) Faktor kehamilan seperti penyakit maternal dan infeksi, penggunaan
obat (antibiotic oxytetracycline), merokok, faktor tersebut
dikonstribusikan dengan insufisiensi plasenta dan kelahiran dengan
usia kehamilan rendah (small gestation age) atau bayi premature.
3) Hernia diafragmatika kongenital.
4) Kelainan jantung atau defek jantung.
5) Defisiensi asam folat.

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 2


6) Defisiensi salisilat.
7) Hypoxia (penurunan suplai oksigen ke jaringan).
8) Kandungan lemah.
Bentuk kerusakan dinding abdomen pada bayi mengakibatkan
terganggunya pada pembentukan organ selama periode embrio.
Berikut ini teori pada etiologi omphalocel :
9) Keadaan sederhana yang mengikuti bentuk tubuh secara terus
menerus.
10) Kegagalan isi perut untuk kembali ke abdomen.
11) Kegagalan lipatan tubuh bagian lateral yang sempurna untuk berpindah
dan dinding tubuh yang menutup.
12) Ketidakmampuan usus untuk bermigrasi secara normal.

C. Manifestasi Klinis
Menurut A.H. Markum (2010), manifestasi dari omfalokel adalah :
1. Organ visera/internal abdomen keluar.
2. Penonjolan pada isi usus.
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound
Sedangkan tanda-tanda yang lain :
1. Apabila omfalokel berukuran kecil hanya usus yang keluar atau
menonjol.
2. Apabila omfalokel berukuran besar usus, hati atau limfa yang keluar
atau menonjol.
3. Sering ditemukan pada bayi premature.

D. Patofisiologi
Menurut Suriadi & Yuliani R(2012), patofisiologi dari omphalokel adalah:
1. Embriogenesis. Pada janin usia 5-6 minggu isi abdomen terletak di
luar embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi
pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum
akan masuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan
terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 3


hati. Dinding tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion
yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar,
keadaan ini disebut omfalokel.
2. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi
dalam dinding abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan
herniasi pada isi usus pada salah satu samping umbilikus (yang
biasanya pada samping kanan). Ini menyebabkan organ visera
abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak tertutup oleh
kantong.
3. Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap
sebagai anomaly.
4. Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam
pembentukan dinding abdomen sehingga dinding abdomen sebagian
tetap terbuka.
5. Letak defek umumnya disebelah kanan umbilikus yang terbentuk
normal.
6. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin.
Akibatnya, usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan
iritasi cairan amnion dalam kehidupan intra uterine. Usus juga tampak
pendek. Rongga abdomen janin sempit.
7. Usus-usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen
berhubungan dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan
pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung, sehingga terjadi
dehidrasi dan hipotermi, kontaminasi usus dengan kuman juga dapat
terjadi dan menyebabkan sepsis, aerologi menyebabkan usus-usus
distensi sehingga mempersulit koreksi pemasukan ke rongga abdomen
pada waktu pembedahan.

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 4


E. Pathway
Perkembangan embrio terganggu Tindakan Operatif

Gangguan pembentukan cincin umbilikus Dilakukan apabila tercapainya resusitasi dan status hemodinamik stabil

Ketidaklengkapan penutupan dinding abdomen Mengembalikan organ visera abdomen Menutup Defek

Keluarnya organ visera dari kapasitas abdomen Mengurangi herniasi organ intra abdomen

Masuk ke dalam umbilikus dan terjadi pembesaran Mengoptimalkan fungsi kulit dan fascia

Terjadinya malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen Primary closure (Primer) Stage closure (Bertahap)

Organ berkembang di luar rongga Teknik Skin flap atau Teknik Silo

Hanya terbungkus dinding tipis lapisan peritonium dan amnion Membuka dan mengeksisi kantong

Omphalocel Organ abdomen di eksplorasi dan dikoreksi

Jika ditemukan malrotasi akan di reposisi


Non Operasi

Omfalokel besar Status klinis bayi buruk

Diameter > 5cm Bayi prematur/kelainan kongenital berat

Dapat terjadi herniasi seluruh organ intra abdomen

Akan sulit dilakukan operasi primer dan membahayakan bayi saat penutupan

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 5


Pre Operasi Post Operasi

Adanya organ diluar rongga abdomen Adanya luka pasca tindakan operatif

Penguapan dan pancaran panas tubuh Risiko Kontaminasi Diskontiunitas jaringan Nyeri akut
dengan kuman
Dehidrasi Sistem imun menurun Adanya perbaikan Bayi gelisah dan Rewel
Masuknya bakteri ke tubuh lapisan kulit
Kekurangan cairan tubuh Invasi kuman Reflek Sucking Lemah
Menimbulkan Sepsis Kerusakan integritas kulit
Hiportermi Risiko Infeksi Ketidakseimbangan Nutrisi
Hipertermia kurang dari kebutuhan tubuh

Sumber : Dorlan (2012), Markum (2010)

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 6


F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanan postnatal (setelah kelahiran)
Penatalaksannan postnatal meliputi penatalaksanaan segera
setelahlahir (immediate postnatal), kelanjutan penatalakasanaan awal
apakah berupaoperasi atau nonoperasi (konservatif) dan
penatalaksanaan post operasi. Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera
dirujuk ke suatu pusat yang memiliki fasilitas perawatan intensif
neonatus dan bedah anak. Bayi-bayi dengan omphalokele biasanya
mengalami lebih sedikit kehilangan panas tubuh sehingga lebih sedikit
membutuhkan resusitasi awal cairan. Adapun penatalaksanaan yang
segera dilakukan pada bayi dengan omphalokel adalah :
a. Tempatkan bayi pada ruangan yang aseptik dan hangat untuk
mencegah kehilangan cairan,hipotermi dan infeksi.
b. Posisikan bayi senyaman mungkin dan lembut untuk menghindari
bayi menangis dan air swallowing. Posisi kepala sebaiknya lebih
tinggi untuk memperlancar drainase.
c. Lakukan penilaian ada tidaknya distress respirasi yang mungkin
membutuhkan alai bantu venltilasi seperti intubasi endotrakeal.
Beberapa macam alat bantu ventilasi seperti mask tidak dianjurkan
karena dapat menyebabkan masuknya udara kedalam traktus
gastrointestinal.
d. Pasang pipa nasogastrik atau pipa orogastrik untuk mengeluarkan
udara dan cairan dari system usus sellinop dapat mencegah
muntah, mencegah aspirasi, mengurangi distensi dan tekanan
(dekompresi) dalam sistem usus sekaligus mengurangi tekanan
intra abdomen, dan perlu dipasang rectal tube untuk irigasi serta
untuk dekompresi sistem usus.
e. Pasang kateter uretra untuk mengurangi distensi kandung kencing
dan mengurangi tekanan intra abdomen.
f. Pasang jalur intra vena (sebaiknva pada ektremitas atas) untuk
pemberian cairan dan nutrisi parenteral sehingga dapat menjaga
tekanan intravaskuler dan menjaga kehilangan protein vang

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 7


mungkin terjadi karena gangguan sistem usus, dan untuk
pemberian antibiotik broad spektrum
g. Lakukan monitoring dan stabilitas suhu, status asam basa, cairan
dan elektrolit.
h. Pemeriksaan darah lain seperti fungsi ginjal, glukosa dan
hematokrit perlu dilakukan guna persiapan operasi bila diperlukan.
i. Evaluasi adanya kelainan kongenital lain yang ditunjang oleh
pemeriksaan rongent thoraks dan ekhokardiogram.
j. Bila bayi akan dirujuk sebaiknya bayi ditempatkan dalam suatu
inkubator hangat dan disuplai oksigen
2. Penatalaksanaan nonnoperasi (konservatif)
Penatalaksanaan omfalokel secara konservatif dilakukan pada
kasus omfalokel besar atau terdapat perbedaan yang besar antara
volume organ-organ intra abdomen yang mengalami herniasi atau
eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant omphalocele atau
terdapat status klinis bayi yang buruk sehingga ada kontra indikasi
terhadap operasi atau pembiusan seperti pada bayi-bayi prematur yang
memiliki hyaline embran disease atau bayi yang memiliki kelainan
kongenital berat yang lain seperti gagal jantung. Pada giant
omphalocele bisa terjadi herniasi dari seluruh organ-organ
intraabdomen dan dinding abdomen berkembang sangat buruk,
sehingga sulit dilakukan penutupan (operasi/repair) secara primer dan
dapat membahayakan bayi.
Tindakan nonoperatif secara sederhana dilakukan dengan dasar
merangsang epitelisasi dari kantong atau selaput. Setelah granulasi
terbentuk maka dapat dilakukan skin graft yang nantinya akan
terbentuk hernia ventralis yang akan direpair setelah status
kardiorespirasi membaik.
Perawatan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Bayi dijaga agar tetap hangat dan nyaman
b. Kantong ditutup kasa steril dan ditetesi NaCl 0,9%
c. Posisi penderita miring

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 8


d. NGT diresidu setiap 30 menit
e. Terapi medikamentosa dijelaskan ada beberapa obat yang biasa
digunakan untuk merangsang epitelisasi adalah0,25 % merbromin
(mercurochrome), 0,25% silver nitrat, silver sulvadiazine dan
povidone iodine (betadine). Obat-obat tersebut merupakan agen
antiseptik yang pada awalnya akan memacu pembentukan eskar
bakteriostatik dan perlahan-lahan akan merangsang epitelisasi.
Obat tersebut berupa krim dan dioleskan pada permukaan selaput
atau kantong dengan elastik dressing yang sekaligus secara
perlahan dapat menekan dan mengurangi isi kantong.
3. Indikasi terapi non bedah
a. Bayi dengan ompalokel raksasa (giant omphalocele) dan kelainan
penyerta yang dapat mengancam jiwa dimana penanganannya
harus didahulukan daripada omfalokelnya.
b. Neonatus dengan kelainan yang menimbulkan komplikasi bila
dilakukan pembedahan.
c. Bayi dengan kelainan lain yang berat yang sangat mempengaruhi
daya tahan hidupnya.
Adapun prinsip kerugian dari metode ini adalah bahwa organ
viserayang mengalami kelainan tidak dapat diperiksa, sebab akan
meningkatkan bahaya yang terjadi akibat kelainan yang tidak
terdeteksi dan dapat menimbulkan komplikasi misalnya obstruksi usus
yang juga bisa terjadi akibat adhesi antara usus halus dan kantong.
Jika infeksi dan ruptur kantong dapat dicegah, kulit dari dinding
anterior abdomen secara lambat akan tumbuh menutupi kantong,
dengan demikian akan terbentuk hernia ventralis, karena sikatrik yang
terbentuk biasanya tidak sebesar bila dilakukan operasi. Metode ini
terdiri dari :
a. Pemberian lotion antiseptik secara berulang pada kantong, yang
mana setelah beberapa hari akan terbentuk skar.
b. Setelah sekitar 3 minggu, akan terjadi pembentukan jaringan
granulasi yangsecara bertahap karena terjadi epitelisasi dari tepi

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 9


kantong. Alternatif lain yang aman adalah alkohol 65% atau 70%
atau gentian violet cair 1%.
c. Setelah keropeng tebal terbentuk bubuk antiseptik dapat
digunakan. Hernia ventralis memerlukan tindakan kemudian tetapi
kadang-kadang menghilang secara komplet.
4. Penatalaksanaan dengan operasi
Tujuan dari tindakan operatif untuk mengembalikan organ visera
abdomen ke dalam rongga abdomen dan menutup defek. Dengan
adanya kantong yang intak, tak diperlukan operasi emergensi, sehingga
seluruh pemeriksaan fisik dan pelacakan kelainan lain yang mungkin
ada dapat dikerjakan. Keberhasilan penutupan primer tergantung
padaukuran defek serta kelainan lain yang mungkin ada.
Tujuan operasi atau pembedahan ialah memperoleh lama
ketahanan hidup yang optimal dan menutup defek dengan cara
mengurangi herniasi organ-organ intra abomen, aproksimasi dari kulit
dan fascia serta dengan lama waktu tinggal di RS yang pendek.
Operasi dilakukan setelah tercapai resusitasi dan status hemodinamik
stabil. Operasi dapat bersifat darurat bila terdapat ruptur kantong dan
obstruksi usus.
Operasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure
(penutupan secara primer atau langsung) dan staged closure
(penutupan secara bertahap), Standar operasi baik pada primary
ataupun staged closure yang banyak dilakukan pada sebagian besar
pusat adalah dengan membuka dan mengeksisi kantong. Organ-organ
intraabdomen kemudian dieksplorasi, dan jika ditemukan malrotasi
akan dikoreksi.
a. Primary Closure Primary closure merupakan treatment of choice
pada omfalokel kecil dan medium atau terdapat sedikit perbedaan
antara volume organ-organ intra abdomen yang mengalami
herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen. Primary closure
biasanya dilakukan pada omfalokel dengan diameter defek < 5-6
cm. Operasi dilakukan dengan general anestesi dengan obat-obatan

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 10


blok neuromuskuler. Mula-mula hubungan antara selaput dengan
kulit serta fascia diinsisi dan vasavasa umbilikus dan urakus
diidentifikasi dan diligasi. Selaput kemudian dibuang dan organ-
organ intra abdomen kemudian diperiksa. Sering defek diperlebar
agar dapat diperoleh suatu insisi linier tension free dengan cara
memperpanjang irisan 23 cm ke superior dan inferior. Kemudian
dilakukan manual strecthing pada dinding abdomen memutar
diseluruh kuadran abdomen. Manuver tersebut dilakukan hati-hati
agar tidak mencederai liver atau ligamen. Kulit kemudian dideseksi
atau dibebaskan terhadap fascia secara tajam. Fascia kemudian
ditutup dengan jahitan interuptus begitu pula pada kulit. Untuk
kulit juga dapat digunakan jahitan subkutikuler terutama untuk
membentuk umbilikus (umbilikoplasti) dan digunakan material
yang dapat terabsorbsi. Standar operasi ialah dengan mengeksisi
kantong dan pada kasus giant omphalocele biasanya dilakukan
tindakan konservatif dahulu, namun demikian beberapa ahli pernah
mencoba melakukan operasi langsung pada kasus tersebut dengan
teknik modifikasi.
b. Staged closure. Pada kasus omfalokel besar atau terdapat
perbedaan yang besar antara volume organ-organ intra abdomen
yang mengalami herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen
seperti pada giant omphalocele, dapat dilakukan tindakan
konservatif. Cara tersebut ternyata memakan waktu yang lama,
membutuhkan nutrisi yang banyak dan beresiko terhadap
pecahnya kantong atau selaput sehingga dapat timbul infeksi. Juga
pada keadaan tertentu selama operasi, ternyata tidak semua pasien
dapat dilakukan primary closure. kenaikan IGP (intra
gastricpressure) >20 mmHg dan CVP >4 mmHg selama usaha
operasi primer dapat menyebabkan kenaikan tekanan intraabdomen
yang dapat berakibat gangguan kardiorespirasi dan dapat
membahayakan bayi sehingga usaha operasi dirubah dengan
metode staged closure. Beberapa ahli kemudian mencari solusi

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 11


untuk penatalaksanaan kasus-kasus tersebut, yang akhirnya
ditemukan suatu metode staged closure.
c. Teknik skin flap. Pada prosedur ini, dibuat skin flap melalui cara
undermining/mendeseksi/membebaskan secara tajam kulit dan
jaringan subkutan terhadap fascia anterior muskulus rektus
abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus eksternus disebelah
lateralnya sampai batas linea aksilaris anterior atau media. Kantong
atau selaput dibiarkan tetap utuh. Skin flap kemudian ditarik dan
dipertemukan pada garis tengah untuk menutupi defek yang
kemudian cara tersebut menimbulkan hernia ventralis. Hernia
ventralis timbul karena kulit terus berkembang sedangkan otot-otot
dinding abdomen tidak. Biasanya 6-12 minggu kemudian dapat
dilakukan repair terhadap hernia ventralis.
d. Teknik silo, teknik silo dapat dilakukan juga bila terdapat
omfalokel yang sangat besar sehingga tidak dapat dilakukan
dengan teknik skin flap. Silo merupakan suatu suspensi prostetik
yang dapat menjaga organ-organ intra abdomen tetap hangat dan
menjaga dari trauma mekanik terutama saat organ-organ tersebut
dimasukkan ke dalam rongga abdomen. Operasi diawali dengan
mengeksisi kantong atau selaput omfalokel. Kemudian cara yang
sama dilakukan seperti membuat skin flap namun dengan lebar
yang sedikit saja sehingga cukup untuk memaparkan batas fascia
atau otot. Suatu material prostetik silo (Silastic reinforced with
Dacron) kemudian dijahitkan dengan fascia dengan benang
nonabsorble, sehingga terbentuk kantong prostetik ekstra abdomen
yang akan melindungi organ-organ intra abdomen. Organ-organ
intra abdomen dalam silo kemudian secara bertahap dikurangi dan
kantong diperkecil. Usaha reduksi dapat dilakukan tanpa anestesi
umum, tetapi bayi harus tetap dimonitor di ruangan neonatal
intensiv care. Reduksi dapat dicapai seluruhnya dalam beberapa
hari sampai beberapa minggu. Pada beberapa kasus, reduksi
komplet dapat dicapai dalam 7-10 hari. Kegagalan reduksi lebih

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 12


dari 2 minggu dapat berakibat infeksi dan terpisahnya silo dari
jaringan. Penggunaan dacron felt pledgets dapat mengurangi resiko
terlepasnya atau kerusakan sambungan karena terlalu tegang dan
lama. Setelah seluruh isi kantong masuk ke rongga abdomen
kemudian dilakukan operasi untuk mengambil silo dan menutup
kulit.

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut A.H. Markum (2010), pemeriksaan diagnostik dari omphalokel :
1. Pemeriksaan Fisik, akan tampak kantong yang berisi usus dengan atau
tanpa hati di garis tengah pada bayi yang baru lahir.
2. Pemeriksaan Laboratorium.
a. Darah lengkap rutin,
b. Analisa Gas Darah,
c. Gambaran Darah Tepi,
d. Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP).
Diagnosis prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi
dengan peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada
spinabifida yang disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase dan
pseudokolinesterase.
3. Prenatal, ultrasoundgraph : menunjukkan adanya defek omphalokel
4. Pemeriksaan radiology fetal sonography dapat menggambarkan
kelainan genetik dengan memperlihatkan marker structural dari
kelainan kariotipik. Echocardiography fetus membantu
mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk mendukung diagnosis
kelainan genetik diperjelas dengan amniosentesis. Pada omphalocele
tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di garis
tengah pada bayi yang baru lahir.

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 13


H. Komplikasi
Komplikasi dari omphalokel adalah :
1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada
permukaan yang telanjang.
2. Kematian jaringan usus yang bisa berhubungan dengan kekeringan
atau trauma oleh karena usus yang tidak dilindungi
3. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balance cairan dan
nutrisi yang adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral.
4. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan
ventilator yang lama.
5. Nekrosis / Kematian jaringan
6. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan
bawaan lain yang memperburuk prognosis

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.
a. Mengkaji Kondisi Abdomen
1) Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka.
2) Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilikus.
3) Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi.
4) Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar,
akut/ironis sering disebabkan oleh inflamasi, obstruksi.
5) Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang
mungkin disebabkan oleh pelambatan pengosongan lambung,
akumulasi gas/feses, inflamasi/obstruksi.
b. Mengukur temperatur tubuh
1) Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak
dengan gangguan GI, biasanya berhubungan dengan dehidrasi,
infeksi atau inflamasi.
2) Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jam.
3) Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak
c. Kaji Sirkulasi

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 14


Kaji adanya sianosis perifer
d. Kaji distress pernafasan
1) Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru.
2) Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat.
3) Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam
(hipernea).
4) Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea.
5) Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan.
6) Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan
nyeri dada.
7) Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing).
8) Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Op
1) Resiko infeksi (pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat)
2) Hipertermi berhubungan dengan Dehidrasi
3) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familier
dengan sumber informasi
b. Post Op
1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur
pembedahan menutup abdomen).
2) Ansietas orangtua berhubungan dengan status kesehatan.
3) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan
kognitif.
3. Rencana Keperawatan
a. Pre op
1) Resiko infeksi (pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat)
NOC :
a) Risk Control : Infectious Process
b) Self-care : Hygiene
c) Infection severity : Newborn
Kriteria Hasil :

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 15


a) Mengetahui faktor resiko
b) Bersihkan daerah perineal
c) Infeksi pada umbilikus dapat dicegah
NIC :
a) Perineal Care
Bantu pasien untuk membersihkan
Jaga perineum agar tidak kering
b) Proteksi Infeksi
Monitor tanda-tanda gejala infeksi sitemik dan lokal
Pelihara teknik isolasi
c) Monitor Elektrolit
Monitor cairan yang hilang
Monitor adekuatnya ventilasi
2) Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
NOC :
a) Thermogulation : Newborn
b) Vital signs
Kriteria Hasil :
a) Tidak ada tanda-tanda hipertermi
b) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
NIC :
a) Fever treatment
Monitor warna kulit dan temperature
Monitor intake dan output cairan
b) Vital sign monitoring
Monitor nadi, suhu, dan pernapasan
Monitor pada nafas abnormal
c) Environmental management
Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien
Batasi pengunjung
3) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familier
dengan sumber informasi

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 16


NOC :
Knowledge : Disease Process
Kriteria Hasil :
a) Orang tua memahami proses penyakit secara spesifik
b) Orang tua mengenali tanda dan gejala penyakit
c) Orang tua mengetahui komplikasi yang berpotensi akibat
penyakit
NIC :
Teaching : Disease process
a) Nilai tingkat pengetahuan orang tua berhubungan dengan
proses penyakit
b) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
tersebut berhubungan dengan anatomi fisiologi
c) Gambarkan tanda dan gejala yang berhubungan dengan
penyakit
d) Diskusikan pilihan terapi/perawatan

b. Post op
1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur
pembedahan menutup abdomen).
NOC :
Pain control
Kriteria Hasil :
a) Tingkat nyeri pasien berkurang
b) Ekpresi wajah tidak menunjukan nyeri
NIC :
Pain management
a) Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama
saat tridak dapat berkomunikasi secara efektif.
b) Kurangi faktor-faktor pencetus nyeri
Environmental management : Comfort
a) Jaga kebersihan

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 17


b) Sesuaikan temperature ruangan
2) Ansietas berhubungan dengan perubahanstatus kesehatan.
NOC :
Anxiety level
Anxiety self-Control
Kriteria Hasil :
a) Orang tua tidak mengalami stress
b) Orang tua dapat mengontrol kecemasan
c) Orang tua dapat menggunakan teknik relaksasi untuk
mengurangi kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction
a) Instruksikan orang tua untuk menggunakan teknik relaksasi
b) Observasi reaksi verbal dan non verbal tentang kecemasan
Coping anhancement
a) Perhatikan pemahaman persepsi orang tua terhadap situasi
yang penuh stress
b) Anjurkan orang tua untuk mengungkapkan secara verbal
perasaan, persepsi, dan ketakutan
3) Defisiensi pengetahuan orangtua tentang cara perawatan anak
post op berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
NOC :
Knowledge : Treatment procedure
Kriteria Hasil :
a) Orang tua mengetahui proses penyakit secara spesifik
b) Orang tua mengerti prosedur perawatan post op terhadap
anak nya
NIC :
Teaching : Procedure / treatment
a) Informasikan orang tua/keluarga terdekat tentang kapan dan
dimana prosedur/perawatan akan dilakukan

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 18


b) Informasikan orang tua / keluarga terdekat tentang berapa
lama prosedur / perawatan berlangsung
c) Jelaskan pentingnya prosedur proses perawatan
d) Jelaskan cara perawatan pada anak post op kepada orang tua

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 19


DAFTAR PUSTAKA

Markum, A. H. (2010). Buku Ajar Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta : FKUI


Dorland, W.A. Newman. (2012). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta :
EGC.
Mochtar, Rustam. (2012). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
NANDA International. (2017). Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi
2015-2017. Jakarta : EGC
Pincus Eatzel & Len Roberts. (2008). Kapita Selekta Pediatri. Jakarta : EGC
Suriadi & Yuliani R. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Jakarta :
FKUI

Laporan Pendahuluan Omphalocel_NERS XVII_UMS Page 20

You might also like