Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Impor pangan terutama beras dari tahun ke tahun terus meningkat. Jumlah
penduduk yang terus meningkat menyebabkan konsumsi beras secara nasional terus
meningkat. Ke depan kebutuhan beras untuk konsumsi penduduk akan terus
meningkat sejalan dengan terus meningkatnya jumlah penduduk. Selain karena
jumlah penduduk yang besar dan jumlahnya terus meningkat, konsumsi beras per
kapita juga termasuk tinggi dibandingkan dengan konsumsi beras per kapita negara-
negara lainya. Penduduk Indonesia termasuk pengkomsumsi beras yang paling
"rakus", konsumsi beras per kapita mencapai 102 kg per penduduk per tahun hampir
dua kali lipat dari komsumsi beras per kapita dunia yang rata-rata hanya berkisar 60
kg per kapita per tahun. Komsumsi beras per kapita kita jauh lebih tinggi
dibandingkan Jepang yang mencapai 50 kg per kapita per tahun, Korean hanya 40 kg
per kapita per tahun dan Malasyia serta Thailand masing-masing 70 kg dan 80 kg per
kapita per tahun.
Beras telah menjadi makanan pokok sebagian besar masyarakat kita, bahkan beras
telah dipersepsikan sebagai makanan pokok yang modern tidak seperti singkong,
jagung atau sagu. Inilah yang juga menyebabkan komsumsi beras secara nasional
naik. Keberhasilan pemerintah mempromosikan beras sebagai makanan pokok yang
baik dan modern secara tidak langsung juga mencabut tradisi makanan pokok non
beras yang selama ini sesuai dengan budaya dan agrikultur setempat. Padahal secara
budaya dan agrikultur mereka yang sebelumnya tidak mengkomsumsi beras belum
menguasai budaya dan agrikultur padi termasuk kondisi lahan mereka juga
sebenarnya kurang cocok dengan budaya padi yang dibawa berbarengan dengan
masuknya beras sebagai makanan pokok ke tempat mereka. Akibatnya mereka
senantiasa tergantung pada pasokan beras dari luar.
Peningkatan produksi beras sangat penting, namun lebih penting lagi adalah
bagaimana upaya kita untuk secara bertahap melakukan diversifikasi pangan beras .
Beras dapat diganti dengan makanan lain yang kandunganya sama seperti jagung,
singkong, sagu atau ubi jalar. Makanan pokok non beras ini sudah sejak lama secara
turun menurun sejak nenek moyang kita digunakan juga sebagai makanan pengganti
beras. Sagu sudah sejak lama menjadi makanan utama di sebagaian wilayah di
Indonesia Timur, termasuk jagung maupun ubi jalar. Namun karena keberhasilan
mempromosikan beras sebagai makanan modern dan lambang keberhasilan
pembangunan membuat makanan pokok non beras itu kurang terperhatikan.
Andaikata makanan pokok non beras itu tetap terjaga dan tetap dikonsumsi sebagai
makanan pokok, dapat mengurangi konsumsi beras dan dapat mengurangi tekanan
terhadap produksi beras maupun mengurangi impor beras untuk mencukupi
pemenuhan konsumsi beras nasional. Makanan non beras seperti sagu, ubi jalar,
jagung atau tiwul tidak berarti rendah dan kurang modern. Jagung, singkong atau ubi
jalar posisinya sama dengan beras sebagai makanan pokok, ingat di Meksiko
rakyatnya juga makan jagung dengan berbagai varian olahanya sebagai makanan
pokok bukan beras. Toh rakyat Meksiko juga rakyat yang maju dan modern, tidak
rendah atau miskin. Oleh karena itu untuk mengurangi impor beras kita perlu juga
menekan konsumsi beras per kapita dengan menganekaragamkan makanan yang kita
konsumsi bukan menitikberatkan pada beras saja serta dengan memprmosikan
kembali makanan pokok non beras yang selama ini telah digantikan dengan beras
untuk kembali menjadikan sagu, jagung, singkong atau ubi jalar sebagai makanan
pokok . Bicara pengurangan impor beras bukan hanya bicara mengenai peningkatan
produksi beras nasional akan tetapi juga bicara bagaimana mengurangi komsumsi
beras dengan diversifikasi pangan non beras sebagai makanan pokok dan hilangkan
persepsi kalau kita belum makan nasi berarti kita "belum makan".
Sagu (Metroxylon spp) merupakan salah satu sumber pangan tradisional potensial
yang dapat dikembangkan dalam diversifikasi pangan mendukung ketahanan pangan
lokal dan nasional. Bahan pangan tradisional ini memiliki nilai gizi tidak kalah
dengan sumber pangan lainnya seperti beras, jagung, ubikayu, dan kentang. Potensi
lahan sagu di Maluku cukup luas, demikian pula dengan potensi produksinya cukup
tinggi (30 t/ha/th), jauh melebihi sumber pangan lainnya (padi, jagung, dan kentang).
Tepung sagu dan produk olahannya dapat dikelompokkan sebagai pangan fungsional
karena memiliki kandungan karbohidrat (84,7%) dan serat pangan (3,69-5,96%) yang
cukup tinggi, indeks glikemik (28) rendah, dan mengandung pati resisten,
polisakarida bukan pati, dan karbohidrat rantai pendek yang sangat berguna bagi
kesehatan. Proses budidaya sagu (pra-panen) sampai pengolahan tepung sagu basah
(pasca panen) dilakukan secara alami, sehingga tepung sagu dapat dikategorikan
sebagai pangan organik 100%.
Sagu memiliki potensi yang paling besar untuk digunakan sebagai pengganti
beras. Keuntungan sagu dibandingkan dengan sumber karbohidrat lainnya adalah
tanaman sagu atau hutan sagu sudah siap dipanen bila diinginkan. Pohon sagu dapat
tumbuh dengan baik di rawa-rawa dan pasang surut, dimana tanaman penghasil
karbohidrat lainnya sukar tumbuh. Syarat-syarat agronominya juga lebih sederhana
dibandingkan tanaman lainnya dan pemanenannya tidak tergantung musim. Kandungan
kalori pati sagu setiap 100 gram ternyata tidak kalah dibandingkan dengan kandungan
kalori bahan pangan lainnya. Perbandingan kandungan kalori berbagai sumber pati
adalah (dalam 100 g): jagung 361 Kalori, beras giling 360 Kalori, ubi kayu 195 Kalori,
ubi jalar 143 Kalori dan sagu 353 Kalori.
Suatu kebijakan ketahanan pangan yang dalam pelaksanaannya memanfaatkan
semaksimal mungkin pangan lokal merupakan suatu langkah yang sangat tepat, karena
pangan lokal tersedia dalam jumlah yang cukup di seluruh daerah dan mudah
dikembangkan karena sesuai dengan agroklimat setempat. Sagu sebagai salah satu
komoditas tanaman perkebunan, merupakan pangan lokal bagi masyarakat di beberapa
wilayah memiliki peluang pengembangan yang sangat strategis sebagai komponen
ketahanan pangan dalam memantapkan ketahanan pangan lokal maupun nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
Sagu (Metroxylon spp) termasuk tumbuhan monokotil dari famili Palmae, marga
Metroxylon dan ordo Spadiciflorae (Ruddie et al., 1976) dalam Haryanto dan Pangloli
(1992). Metroxylon berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata, yaitu
Metra berarti isi batang atau empelur dan xylon yang berarti xylem (Flach, 1977).
Secara taksonomi tumbuhan, sistimatika tumbuhan sagu (Metroxylon sp) adalah
sebagai berikut :
Taksonomi Sagu
Divisi Spermatophyta
Kelas Angiospermae
Subkelas Monocotyledonae
Ordo Arecales
Family Palmae
Subfamili Lepidocaroideae (Calamoideae)
Genus Metroxylon
Spesies Eumetroxylon spp.
Sagu (Metroxylon sp.) di duga berasal dari Maluku dan Irian. Hingga saat ini
belum ada data yangmengungkapkan sejak kapan awal mula sagu ini dikenal. Di
wilayah Indonesia bagian Timur, sagu sejak lama dipergunakan sebagai makanan
pokok oleh sebagian penduduknya terutama di Maluku dan Irian Jaya. Teknologi
eksploitasi, budidaya dan pengolahan tanaman sagu yang paling maju saat ini adalah
di Malaysia.
Tanaman Sagu dikenal dengan nama Kirai di Jawa Barat, bulung, kresula, bulu,
rembulung, atau resula di Jawa Tengah; lapia atau napia di Ambon; tumba di
Gorontalo; Pogalu atau tabaro di Toraja; rambiam atau rabi di kepulauan
Aru.Tanaman sagu masuk dalam Ordo Spadicflorae, Famili Palmae. Di
kawasanIndo Pasifik terdapat 5 marga (genus) Palmae yang zat tepungnya telah
dimanfaatkan, yaituMetroxylon, Arenga, Corypha, Euqeissona, dan Caryota.Genus
yang banyak dikenal adalah Metroxylon dan Arenga, karena kandungan acinya cukup
tinggi.
Sagu dari genus Metroxylon, secara garis besar digolongkan menjadi dua,dua
golongan, yaitu yang berbunga atau berbuah sekali (Hapaxanthic) dan yang berbunga
atau berbuah lebih dari sekali (Pleonanthic) (Deinum, 1984 dalam Djumadi,
1989). Golongan pertama mempunyai nilai ekonomi yang penting karena kandungan
acinya tinggi. Golongan ini terdiri dari lima jenis yaitu : (1) metroxylon sagus Rottb.;
(2) Metroxylon rumphii Mart.; (3) Metroylon micracanthum Mart.; (4) Metroxylon
Longispinum Mart. (5) Metroxylon sylvestre Mart.
Sedangkan golongan kedua terdiri dari spesies Metroxylon filarae dan Metroxylon
elatum yang banyak tumbuh di dataran yang relatif tinggi. Golongan ini nilai
ekonominya rendah karena kandungan acinya kurang.
Karateristik dari masing-masing jenis sagu yang tumbuh di Sulawesi
Tenggara dengan ciri morfologi sebagai berikut:
Runggamanu atau Tuni
Tinggi batang sekitar 10 15 meter, tebal kulit 2 -3 cm. Daunnya berwarna hijau
tua dengan tangkai daun berwarn hijau kekuningan. Panjang tangkai daun sekitar
6,85 meter, sedangkan pnjang pelepah daun sekitar 2,71 meter, tangkai daun
berduri pada pangkal sampai ujung pinggiran daun. Pada anakan sagu durinya
sangat banyak dan rapat. Setiap tangkai daun terdiri atas 100-200 helai daun
dengan panjang 151-155 cm dan lebar 8,1-9,1 cm (Tenda et al. 2003). Menurut
Haryanto dan Pangloli (1992) produksi tepung sagu tuni di Sulawesi Tenggara
dapat mencapai 250-300 kg. Sagu ini merupakan jenis sagu yang paling besar
ukurannya dibandingkan dengan jenis lainnya (Manan et al. 1984) dalam
Haryanto dan Pangloli (1992).
f. Panen
Panen dapat dilakukan umur 6 -7 tahun, atau bila ujung batang mulai
membengkak disusul keluarnya selubung bunga dan pelepah daun berwarna putih
terutama pada bagian luarnya. Tinggi pohon 10 15 m, diameter 60 70 cm,
tebal kulit luar 10 cm, dan tebal batang yang mengandung sagu 50 60 cm. Ciri
pohon sagu siap panen pada umumnya dapat dilihat dari perubahan yang terjadi
pada daun, duri, pucuk dan batang.
Langkah-langkah pemanenan sagu adalah sebagai berikut :
Pembersihan untuk membuat jalan masuk ke rumpun dan pembersihan batang
yang akan di potong untuk memudahkan penebangan dan pengangkutan hasil
tebangan.Sagu dipotong sedekat mungkin dengan akarnya. Pemotongan
menggunakan kampak/mesin pemotong (gergaji mesin).Batang dibersihkan
dari pelepah dan sebagian ujung batangnya karena acinya rendah, sehingga
tinggal gelondongan batang sagu sepanjang 6 15 meter. Gelondongan
dipotong potong menjadi 1-2 meter untuk memudahkan pengangkutan. Berat
1 gelondongan adalah + 120 kg dengan diameter 45 cm dan tebal kulit 3,1 cm.
Harga jual pati sagu Rp.2.200,-/kg.
Keterangan :
Riset/penelitian pada Tepung Sagu yang berbeda bisa menghasilkan perbedaan hasil
yang didapat karena berbagai faktor yang mempengaruhi.
2.3. Manfaat Sagu bagi Kesehatan
Beberapa manfaat tanaman sagu sebagai salah satu komoditi budidaya:
Pelepahnya dipakai sebagai dinding atau pagar rumah daunnya untuk atap, kulit atau
batangnya merupakan kayu bakar yang bagus, aci sagu (bubuk yang dihasilkan
dengan cara mengekstraksi pati dari umbi atau empulur batang) dapat diolah menjadi
berbagai makanan, sebagai makanan ternak, serat sagu dapat dibuat hardboard atau
bricket bangunan bila dicampur semen, dapat dijadikan perekat (lem) untuk kayu
lapis.
Tepung sagu juga dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan
makanan yang lebih modern (Bintoro,1999). Seperti halnya dengan jenis karbohidrat
lainnya, tepung sagu juga dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai bahan utama
maupun sebagai bahan tambahan dalam berbagai jenis industri, seperti industri
pangan, industri makanan ternak, industri kertas, industri perekat, industri kosmetika,
industri kimia, dan industri energi. Dengan demikian pemanfaatan dan
pendayagunaan sagu dapat menunjang berbagai macam industri, baik dalam bentuk
industri kecil, menengah maupun industri teknologi tinggi.
Dalam perspektif diversikasi pangan, sagu dapat diolah mejadi berbagai macam
bentuk sajian yang menarik. Pati sagu dapat dioleh menjadi berbagai produk organis-
tradisional, antara lain: papeda, sinoli, ongol-ongol, sagu lempeng, sagu gula, sagu
tumbuh, bubur ne, sagu mutiara, bagea dan lainnya. Disamping itu, pati sagu/tepung
sagu kering sudah dapat dioleh menjadi aneka penganan/produk kontemporer-
fungsional, antara lain: bika, brouwnis, rollcook, bruder, roti, mi, bakso, dan lainnya
(Papilaya, 2008).
Bahan :
250 gr ayam
150 gr tepung sagu tani
3 batang daun bawang
5 siung bawang putih
1 bungkus lada bubuk
1 sdt gula
1 sdt garam
1 butir telur
secukupnya Kol untuk membungkus adonan
Cara membuat :
Cara menyajikan :
Cocok disantap dengan sambal kacang atau dibuat pelengkap sop
Kandungan Gizi :
==================================================================
===
Analysis of the food record
==================================================================
===
Food Amount energy carbohydr.
___________________________________________________________________________
___
Meal analysis: energy 1361.3 kcal (100 %), carbohydrate 137.5 g (100 %)
==================================================================
===
Result
==================================================================
===
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
___________________________________________________________________________
energy 1361.3 kcal 2036.3 kcal 67 %
water 0.0 g 2700.0 g 0%
protein 74.0 g(23%) 60.1 g(12 %) 123 %
fat 52.7 g(35%) 69.1 g(< 30 %) 76 %
carbohydr. 137.5 g(42%) 290.7 g(> 55 %) 47 %
dietary fiber 1.3 g 30.0 g 4%
alcohol 0.0 g - -
PUFA 11.2 g 10.0 g 112 %
cholesterol 409.5 mg - -
Vit. A 192.5 g 800.0 g 24 %
carotene 0.0 mg - -
Vit. E (eq.) 1.0 mg 12.0 mg 8%
Vit. B1 0.3 mg 1.0 mg 26 %
Vit. B2 0.9 mg 1.2 mg 71 %
Vit. B6 0.7 mg 1.2 mg 57 %
tot. fol.acid 34.5 g 400.0 g 9%
Vit. C 0.0 mg 100.0 mg 0%
sodium 258.0 mg 2000.0 mg 13 %
potassium 522.5 mg 3500.0 mg 15 %
calcium 60.5 mg 1000.0 mg 6%
magnesium 59.5 mg 310.0 mg 19 %
phosphorus 555.5 mg 700.0 mg 79 %
iron 4.8 mg 15.0 mg 32 %
zinc 5.2 mg 7.0 mg 74 %
2. Pentul Tempe
Bahan :
300 gr tempe
2 sdm tepung sagu
1 butir telur
Minyak secukupnya untuk menggoreng
Bumbu Yang Dihaluskan:
5 btr bawang merah
2 siung bawang putih
2 cm kencur
1/2 sdt garam
1/4 sdt merica bubuk
1 sdt gula pasir
Cara membuat :
1. Haluskan tempe, campur dengan tepung sagu, putih telur, dan bumbu yg
dihaluskan, aduk rata.
2. Ambil sesendok makan, bentuk bulat lonjong.
3. Panaskan minyak, goreng hingga matang dan berwarna coklat. Angkat dan
tiriskan.
4. Sajikan hangat.
Cara menyajikan :
Cocok disajikan dengan saus sambal atau sambal kacang
Kandungan Gizi :
==================================================================
===
Analysis of the food record
==================================================================
===
Food Amount energy carbohydr.
___________________________________________________________________________
___
Meal analysis: energy 1047.8 kcal (100 %), carbohydrate 78.9 g (100 %)
==================================================================
Result
==================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
___________________________________________________________________________
energy 1047.8 kcal 2036.3 kcal 51 %
water 0.0 g 2700.0 g 0%
protein 63.4 g(24%) 60.1 g(12 %) 105 %
fat 58.4 g(47%) 69.1 g(< 30 %) 85 %
carbohydr. 78.9 g(29%) 290.7 g(> 55 %) 27 %
dietary fiber 4.5 g 30.0 g 15 %
alcohol 0.0 g - -
PUFA 14.1 g 10.0 g 141 %
cholesterol 212.0 mg - -
Vit. A 98.0 g 800.0 g 12 %
carotene 0.0 mg - -
Vit. E (eq.) 4.3 mg 12.0 mg 36 %
Vit. B1 0.4 mg 1.0 mg 43 %
Vit. B2 0.6 mg 1.2 mg 49 %
Vit. B6 1.0 mg 1.2 mg 80 %
tot. fol.acid 178.0 g 400.0 g 45 %
Vit. C 0.0 mg 100.0 mg 0%
sodium 82.7 mg 2000.0 mg 4%
potassium 1164.9 mg 3500.0 mg 33 %
calcium 304.6 mg 1000.0 mg 30 %
magnesium 215.9 mg 310.0 mg 70 %
phosphorus 707.9 mg 700.0 mg 101 %
iron 7.6 mg 15.0 mg 51 %
zinc 6.0 mg 7.0 mg 85 %
3. Kapurung
Bahan-Bahan :
kg Sagu
kg ikan patin
4 buah tomat
kg kangkung
kg labu hijau
kg Kacang tanah
Garam
Bawang putih
Penyedap rasa/masako
Gula putih sendok teh
3 buah jeruk limau kuit/jeruk nipis
Meal analysis: energy 3124,2 kcal (100 %), carbohydrate 107,6 g (100 %)
===============================================================
Result
===============================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
______________________________________________________________________________
energy 3124,2 kcal 2036,3 kcal 153 %
water 1772,0 g 2700,0 g 66 %
protein 305,3 g(40%) 60,1 g(12 %) 508 %
fat 162,5 g(46%) 69,1 g(< 30 %) 235 %
carbohydr. 107,6 g(14%) 290,7 g(> 55 %) 37 %
dietary fiber 67,7 g 30,0 g 226 %
alcohol 0,0 g - -
PUFA 40,8 g 10,0 g 408 %
cholesterol 923,3 mg - -
Vit. A 1701,6 g 800,0 g 213 %
carotene 7,7 mg - -
Vit. E (eq.) 31,5 mg 12,0 mg 263 %
Vit. B1 1,6 mg 1,0 mg 165 %
Vit. B2 2,4 mg 1,2 mg 201 %
Vit. B6 4,4 mg 1,2 mg 364 %
tot. fol.acid 563,9 g 400,0 g 141 %
Vit. C 136,3 mg 100,0 mg 136 %
sodium 2127,0 mg 2000,0 mg 106 %
potassium 7081,1 mg 3500,0 mg 202 %
calcium 868,0 mg 1000,0 mg 87 %
magnesium 930,7 mg 310,0 mg 300 %
phosphorus 3693,2 mg 700,0 mg 528 %
iron 20,7 mg 15,0 mg 138 %
zinc 18,5 mg 7,0 mg 265 %
4. Es Sagu Mutiara
Bahan-Bahan :
60 gr Nangka
100 gr kelapa muda, dikerok
50 gram sagu mutiara, direbus
150 ml susu kental manis putih
750 gram es serut
200 ml gula pasir
300 ml air
1 lembar daun pandan
Cara Membuat :
1. Sirup, rebus gula pasir, air, dan daun pandan. Masak sampai gula larut. Dinginkan.
2. Tata dalam gelas, avokad, kelapa muda, dan sagu mutiara. Tambahkan air gula, es
serut dan susu kental manis. Sajikan.
Kandungan Gizi :
==================================================================
===
Analysis of the food record
==================================================================
===
Food Amount energy carbohydr.
___________________________________________________________________________
___
Meal analysis: energy 1606.2 kcal (100 %), carbohydrate 357.4 g (100 %)
==================================================================
Result
==================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
___________________________________________________________________________
energy 1606.2 kcal 2036.3 kcal 79 %
water 0.0 g 2700.0 g 0%
protein 14.1 g(3%) 60.1 g(12 %) 23 %
fat 17.0 g(9%) 69.1 g(< 30 %) 25 %
carbohydr. 357.4 g(88%) 290.7 g(> 55 %) 123 %
dietary fiber 6.5 g 30.0 g 22 %
alcohol 0.0 g - -
PUFA 0.4 g 10.0 g 4%
cholesterol 49.5 mg - -
Vit. A 100.2 g 800.0 g 13 %
carotene 0.0 mg - -
Vit. E (eq.) 0.6 mg 12.0 mg 5%
Vit. B1 0.2 mg 1.0 mg 16 %
Vit. B2 0.7 mg 1.2 mg 56 %
Vit. B6 0.3 mg 1.2 mg 21 %
tot. fol.acid 42.3 g 400.0 g 11 %
Vit. C 16.2 mg 100.0 mg 16 %
sodium 195.7 mg 2000.0 mg 10 %
potassium 778.6 mg 3500.0 mg 22 %
calcium 586.2 mg 1000.0 mg 59 %
magnesium 81.3 mg 310.0 mg 26 %
phosphorus 449.1 mg 700.0 mg 64 %
iron 1.8 mg 15.0 mg 12 %
zinc 1.9 mg 7.0 mg 27 %
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Diversifikasi pangan merupakan suatu proses pemilihan pangan yang tidak hanya
tergantung pada satu jenis pangan, akan tetapi memiliki beragam pilihan (alternatif)
2. Diversifikasi pangan berkaitan dengan upaya untuk mencapai ketahanan pangan. Tujuan
mencapai pola konsumsi pangan yang tepat, mewujudkan pola pangan harapan, daan gizi
3. Sagu (Metroxylon spp) merupakan salah satu sumber pangan tradisional potensial yang
dapat dikembangkan dalam diversifikasi pangan mendukung ketahanan pangan lokal dan
nasional. Bahan pangan tradisional ini memiliki nilai gizi tidak kalah dengan sumber
pangan lainnya seperti beras, jagung, ubikayu, dan kentang. Potensi lahan sagu di
Maluku cukup luas, demikian pula dengan potensi produksinya cukup tinggi (30 t/ha/th),
jauh melebihi sumber pangan lainnya (padi, jagung, dan kentang). Tepung sagu dan
kandungan karbohidrat (84,7%) dan serat pangan (3,69-5,96%) yang cukup tinggi,
indeks glikemik (28) rendah, dan mengandung pati resisten, polisakarida bukan pati, dan
karbohidrat rantai pendek yang sangat berguna bagi kesehatan. Proses budidaya sagu
(pra-panen) sampai pengolahan tepung sagu basah (pasca panen) dilakukan secara alami,
Alfons, Janes Berthy dan A. Arivin Rivaie. 2011. Sagu Mendukung Ketahanan Pangan
dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim. Diunduh dari
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/03/
perkebunan_perspektif_Vol10211_N-4-JanesB.pdf
Fadila, Ila. 2011. Potensi Sagu dalam Upaya Diversifikasi Pangan. Diunduh dari
https://www.pdf-archive.com/2011/12/05/37-ila-fadila/37-ila-fadila.pdf
http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/SAGU-SEBAGAI-BAHAN-
PANGAN.pdf
Limbongan, Jermia. 2007. mia.2 007.Beberapa Jenis Sagu Potensial di Papua. Diunduh dari
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/ p3261 073.pdf