Professional Documents
Culture Documents
Fakultas Kedokteran
disusun oleh :
11.2015.456
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Penyakit diabetes mellitus perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik
oleh perawat. Secara kuratif dan rehabilitatif seperti pengontrolan kadar gula darah,
melakukan perawatan luka dan mengatur diet makanan sehingga tidak terjadi
peningkatan kadar gula darah. Selain itu perawat maupun dokter juga berperan secara
preventif yaitu dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit diabetes
mellitus untuk meningkatkan pemahaman pasien dan mencegah terjadinya komplikasi.
B. Tujuan
2
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Definisi
Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai dengan anjuran
klasifikasi American Diabetes Association (ADA) 2010. Klasifikasi etiologi DM, menurut ADA
2010 adalah sebagai berikut:1-2
a) Diabetes tipe 1 : Destruksi sel beta disebabkan autoimun atau idiopatik dan umumnya
menjurus ke defisiensi insulin absolute.
b) Diabetes tipe 2 : Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai
defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin.
c) Diabetes tipe lain : seperti defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas, pankreatitis dan DMG (Diabetes Mellitus Gestational).
3
Diagnosis DM ditegakkan dengan mengadakan pemeriksaan kadar glukosa darah. Untuk
penentuan Diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh, vena
ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka criteria diagnostik
yang berbeda sesuai pembakuan WHO, sedangkan untuk pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler. Kriteria diagnosis DM menurut WHO
tahun 2000 dan ADA tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3 di muka sebelah :
1. Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu 200 mg/ dl (11.1 mmol/L). Glukosa darah
sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan
terakhir. Gejala klasik adalah poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa sebab.
2. Kadar glukosa darah puasa 126 mg/ dl (7.0 mmol/L). Puasa adalah pasien tak mendapat
kalori sedikitnya 8 jam.
3. Kadar glukosa darah 2 jam PP 200 mg/ dl (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standar
WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan
ke dalam air. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDTP tergantung dari hasil yang dipeoleh : TGT :
glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl (7,8-11,0 mmol/L) GDPT :
glukosa darah puasa antara 100 125 mg/dl(5,6-6,9 mmol/L)
Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik.
4
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan, mungkin
tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan
meliputi serba banyak (Poli), yaitu banyak makan (poliphagia), banyak minum (polidipsia) dan
banyak kencing (poliuria). Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala banyak
minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang/berat badan turun dengan cepat (turun 5
10 kg dalam waktu 2 4 minggu), mudah lelah. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa
mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetic.4
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit terasa
panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, capai, mudah mengantuk, mata
kabur, biasanya sering ganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi, para ibu hamil sering
mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih
dari 4 kg.
Faktor-faktor risiko terjadinya DM tipe 2 menurut ADA dengan modifikasi terdiri atas:
a) Faktor risiko mayor : Riwayat keluarga DM, obesitas, kurang aktivitas fisik, ras/etnik,
sebelumnya teridentifikasi sebagai IFG, Hipertensi, tidak terkontrol kolesterol dan HDL,
riwayat DM pada kehamilan dan Sindroma polikistik ovarium.
b) Faktor risiko lainnya seperti faktor nutrisi, konsumsi alkohol, kebiasaan mendengkur,
faktor stress, kebiasaan merokok, jenis kelamin, lama tidur, intake zat besi, konsumsi
kopi dan kafein dan paritas.
5
a) Tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala/keluhan dan mempertahankan rasa
nyaman dan tercapainya target pengendalian darah.
a. Penyuluhan
2) Penyuluhan untuk pencegahan sekunder : ditujukan pada diabetisi terutama pasien yang
baru. Materi yang diberikan meliputi : pengertian Diabetes, gejala, penatalaksanaan Diabetes
mellitus, mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik, perawatan pemeliharaan kaki,
dll.
3) Penyuluhan untuk pencegahan tersier : ditujukan pada diabetisi lanjut, dan materi yang
diberikan meliputi : cara perawatan dan pencegahan komplikasi dan upaya untuk rehabilitasi.24,25
Tujuan Diet pada DM adalah mempertahankan atau mencapai berat badan ideal,
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik
serta meningkatkan kualitas hidup.5 Penderita DM didalam melaksanakan diet harus
memperhatikan 3 J yaitu jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti, dan
jenis makanan yang harus diperhatikan.
Komposisi makanan yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang yaitu
yang mengandung karbohidrat ( 45-60%), protein (10-15%) , lemak (20-25%), garam ( 3000
mg atau 6-7 gr perhari), dan serat ( 25 g/hr). Jenis buah-buahan yang dianjurkan adalah buah
golongan B (salak, tomat, dll) dan yang tidak dianjurkan golongan A (nangka, durian, dll).
6
Sedangkan sayuran yang dianjurkan golongan A (wortel, nangka muda, dll) dan tidak dianjurkan
golongan B (taoge, terong, dll).
Beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh, diantaranya
dengan memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB
ideal, ditambah atau dikurangi ( 25-30%), tergantung beberapa faktor misalnya jenis kelamin,
umur, aktivitas dan berat badan.
Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi sebagai
berikut : BBI = 90% X (TB dalam cm 100) X 1 kg
Bagi pria tinggi dibawah 160 cm dan wanita dibawah 150 cm, rumus dimodifikasi sebagai
berikut : Kriteria :
BBI = (TB dalam cm 100) X 1 kg BB Normal : BB ideal 10%
BB Kurus : < BBI 10%
BB Gemuk : >BBI + 10%
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh dapat dihitung dengan rumus :
1) Jenis Kelamin
7
2) Umur
Diabetisi di atas 40 tahun kebutuhan kalori dikurangi yaitu usia 40-59 tahun dikurangi
5%, usia 60-69 tahun dikurangi 10%, dan lebih 70 tahun dikurang 20%.
3) Aktifitas Fisik
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik. Aktivitas
ringan ditambahkan 20%, aktivitas sedang ditambahkan 30%, dan aktivitas berat dapat
ditambahkan 50%.
4) Berat badan
5) Kondisi Khusus
Penderita kondisi khusus, misal dengan ulkus diabetika atau infeksi, dapat ditambahkan
10-20%.3
Tujuan olah raga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah kegemukan,
memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru dan mencegah komplikasi
lebih lanjut. Olah raga meliputi empat prinsip :
Yaitu latihan kontinyu, ritmis, interval, progresif dan latihan daya tahan.
2) Intensitas Olahraga
Takaran latihan sampai 72-87 % denyut nadi maksimal disebut zona latihan. Rumus
Denyut Nadi maksimal adalah 220 dikurangi Usia (dalam tahun).
3) Lamanya Latihan
8
Lamanya latihan kurang lebih 30 menit.
4) Frekwensi latihan
d. Pengobatan
Jika diabetisi telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang teratur namun
pengendalian kadar gula darah belum tercapai maka dipertimbangkan pemberian obat. Obat
meliputi obat hipoglikemi oral (OHO) dan insulin. Pemberian OHO diberikan kurang lebih 30
menit sebelum makan. Pemberian insulin biasanya diberikan lewat penyuntikan di bawah kulit
(subkutan) dan pada keadaan khusus diberikan secara intravena atau intramuskuler. Mekanisme
kerja insulin short acting, medium acting dan long acting.39
9
Bab III
I. Identitas pasien
a. Nama : Rumsih
b. Umur : 63 tahun
e. Pendidikan : SD
h. Pola istirahat : baik yaitu siang jam 1200-1300 dan malam jam 2300-0500
10
i. Jumlah anggota keluarga : 13 orang
e. Pola rekreasi : baik yaitu berjalan pagi setiap pagi di sekitar rumah
d. Penerangan : kurang
e. Kebersihan : buruk
f. Ventilasi : kurang
g. Dapur : ada
11
n. Sanitasi lingkungan : buruk
V. Spiritual keluarga
b. Lain-lain : tiada
12
VIII. Daftar keluarga
IX. Keluhan utama : kerap terbangun malam untuk kencing dan stress memikirkan masalah
rumahtangga anak sulungnya.
13
i. Inspeksi :
ii. Palpasi
a. Promotif : lakukan penyuluhan tentang efek gula yang tinggi pada makanan
sehari-hari ibu, diterangkan juga efek karbohidrat yaitu nasi yang banyak bisa
meningkatkan gula darah ibu. Jadi dianjurkan supaya ibu makan dalam porsi yang
sedikit tapi sering. Anjurkan minum air putih yang banyak bukan air manis
bergula dan teruskan berolahraga setiap pagi seperti yang diamalkan oleh ibu ini.
d. Rehabilitatif : rujukan ke rumah sakit bila penyakit tidak bisa diatasi atau makin
parah.
14
XVI. Prognosis : dubia
XVII. Saran
a. Menyarankan ibu untuk ke puskesmas apabila obat hamper habis atau bilamana ada
tanda-tanda sakit yang lain seperti dada sesak, luka yang sukar sembuh sehingga
membusuk.
b. Ibu disarankan untuk sering kontrol ke puskesmas dan lanjutkan rutin pemeriksaan
gula darah sepertimana yang ibu lakukan sekarang yaitu setiap bulan sekali.
15
Bab IV
Pembahasan
Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi
semua orang yang mencari pelayanan kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain
bila diperlukan. Pelayanan kesehatan holistik dan komprehensif berkesinambungan dengan
memandang pasien adalah bagian dari keluarganya adalah bentuk pelayanan yang akan
ditetapkan pada laporan ini, yang dengan fasilitas terbatas namun ditunjang pengetahuan secara
praktis klinis terkini, maka kasus ini dapat diselesaikan. Pasien sebagai komponen keluarganya
dengan tidak memandang Umur, jenis kelamin dan sesuai dengan kemampuan sosialnya. Sesuai
dengan definisi tersebut, pelayanan kesehatan harus mencangkup lima tingkat pencegahan,
dilaksanakan bersama dokter dengan pasiennya meliputi semua aspek kehidupan (jasmani,
mental dan sosial). Dan terus menerus meningkatkan fungsi keluarga sesuai dengan sumber-
sumber yang dimiliki.
Laporan kasus ini memerlukan pembahasan dalam multi disiplin ilmu yang pada oprasionalnya
merupakan disiplin ilmu kedokteran keluarga mendalami bidang pulmonologi, farmakologi dan
lainnya yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan strata pertama (Primary Health Care).
Sesuai dengan bidang kedokteran yang pada implementasinya berupa pelayanan kedokteran pada
komunitas keluarga, maka intervensi dilaksanakan dengan sasaran pasien dan keluarganya.
16
Analisis Masalah
Dari gejala yang ada Ny.R didapatkan menderita Diabetes Mellitus. Pasien mempunyai perilaku
sering makan makanan yang tinggi gula dan jarang olahraga.
Saat saya bertemu dengannya di puskesmas Ibu Rumsih kelihatan sehat. Beliau
datang dengan keluhan kakinya sering pegal-pegal dan kaku. Ditangannya ada hasil
pemeriksaan laboratorium dari Puskesmas Klari. Ternyata ibu Rumsih ada penyakit
diabetes dengan kadar gula darahnya 261 mg/dl. Ibu Rumsih baru mendapatkan penyakit
diabetes tersebut selama 1 bulan. Sebelum ini ternyata beliau mengidap menyakit
hipertensi selama 10 tahun dengan tekanan darah yang terkini adalah 150/90 mmHg.
Sehingga saat ini, ibu Rumsih harus ngontrol ke puskesmas setiap 10 hari untuk
mengambil obat bagi penyakit hipertensi dan diabetesnya. Ibu Rumsih mempunyai kartu
BPJS dan kartu Indonesia Sehat.
Pada keluarga beliau, tidak ditemukan riwayat penyakit bawaan yang bisa
terbawa juga pada beliau. Ibu Rumsih adalah yang pertama dalam keluarganya yang
mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes.
Beliau dan keluarga juga tidak memiliki penyakit kronis ataupun penyakit
menular. Di anggota keluarganya pun tidak terdapat kecacatan. Pola makannya dan
keluarga pun baik, makan teratur dengan porsi makan yang disesuaikan dengan
kemampuan dan umurnya. Pola istirahat pun beliau cukup dan tidak memaksakan diri
untuk bekerja terlalu keras.
Jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumahnya saat ini ada 13 orang (3
keluarga). Rumahnya sedikit sempit dan padat kerana anak dan cucunya semua tinggal
bawah satu rumah. Suami ibu Rumsih sudah 2 tahun meninggal dunia akibat terjatuh dari
pohon.
Untuk keadaan psikologis pada keluarga ibu tersebut juga baik. Beliau dan
keluarga pun tidak memiliki suatu kebiasaan buruk yang dapat mempengaruhi kesehatan
17
keluarganya. Ketergantungan obat tidak terjadi, hanya beliau tetap mengkonsumi obat
hipertensinya agar tekanan darahnya tidak terlalu tinggi dan timbul lagi gejala klinis dari
penyakit tersebut. Sekarang ditambah beliau harus minum obat diabetesnya juga.
Untuk keadaan rumah ibu Rumsih, luas rumahnya hanya kira-kira 50m2 persegi
dan didiami sebanyak 13 orang. Rumahnya 2 tingkat dan mempunyai satu kamar mandi
tanpa WC. Keluarga ibu Rumsih harus menggunakan WC umum yang terletak tidak jauh
dari rumahnya. Ventilasi dan pengudaraan rumah ibu Rumsih tidak terlalu baik kerana
hanya mempunyai satu jendela kecil dan bagian dalam rumahnya agak sedikit lembab.
Pencahayaan dirumah ibu Rumsih juga kurang bagus kerana cahaya matahari
tidak bisa menembusi rumahnya kerana kawasan perumahan yang begitu padat dan dekat
antara satu sama lain. Jadi rumah ibu Rumsih sentiasa gelap kerana di ruang tamunya
cuma punya satu lampu lambon. Keadaan rumah beliau juga kotor dan tidak terjaga rapi.
Saat saya ke rumahnya saya bisa lihat ada timbunan baju yang belum dilipat diatas lantai
berdekatan tempat sampah. Didapur juga ada pinggan sisa sisa makanan yang belum
dibasuh.
Sumber air minum yang digunakan berasal dari air PAM yang dimasak
sebelumnya Pada bagian sekitar rumah terdapat sumber pencemaran air. Sistem
pembuangan air limbahpun kami tidak melihat letaknya pembuangan air limbah tersebut.
Sistem pembuangan sampah yang dilakukan adalah dengan cara menaruh sampah ke
dalam sebuah plasik dan setelah itu plastic yang berisi sampah ditaruh di depan rumah
lalu nanti ada petugas kebersihan yang mengambil sampah tersebut.
Untuk ketaatan beribadah keluarga ibu Rumsih baik, karena beliau beragama
muslim maka beliau dan keluarga rajin beribadah lima waktu. Ibu Rumsih belum pernah
menunaikan ibadahnya haji.
18
IV. Keadaan Sosial keluarga
Tingkat pendidikan dan kesadaran akan pendidikan pada keluarga ibu Rumsih
semuanya di tingkat sekolah dasar. Hubungan dengan orang lain seperti warga sekitar
juga cukup baik pada keluarga ini. Untuk peran serta dalam masyarakat atau organisasi
sosial ibu Rumsih terlalu aktif ikut kegiatan- kegiatan masyarakat.
V. Kultural keluarga
Keluarga ibu Rumsih merupakan seorang yang berasal dari daerah jakarta. Beliau sudah
tinggal disana sejak lahir dan belum pernah pindah.
Kondisi Pasien
Kondisi pasien menunjukkan keadaan buruk dan membutuhkan terapi dari Puskesmas.
Pendidikan
Keadaan Rumah
Lokasi: Rumah pasien berada didalam gang kecil dan merupakan komplek rumah yang
agak padat. Kondisi lingkungan sekitar berdebu karena jalanan masih berupa semen dan
sebagian tanah.
Kondisi: Jenis bangunan permanen, lantai rumah berupa keramik, Rumah tampak kurang
bersih. Luas rumah 50 m2.
19
Ventilasi: sirkulasi udara kurang baik, suasana rumah tidak terlalu nyaman.
Pencahayaan: pencahayaan kurang baik.
Kebersihan: kebersihan rumah kurang, barang-barang tidak tersusun rapi.
Sanitasi dasar: sumber air minum pasien dari isi ulang
Keadaan biologis: keadaan biologis pasien belum baik, masih membutuhkan terapi.
Keadaan psikologis: hubungan pasien dengan anggota keluarga baik.
Keadaan sosiologis: pasien dan keluarga jarang mengikuti kegiatan di lingkungan sekitar
Keadaan ekonomi: keadaan ekonomi keluarga pasien masih kurang
Keadaan religius: seluruh anggota keluarga menjalankan ibadah dengan baik
20
Bab V
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan data riwayat keluarga diatas kesimpulan yang dapat diambil adalah keadaan
kesehatan keluarga pasien sekarang baik, akan tetapi keluarga harus menjalankan pola hidup
sehat misalnya makan makanan yang rendah gula untuk mencegah penyakit Diabetes Mellitus.
Pasien juga harus sering kontrol tekanan darah ke puskesmas dan berobat rutin.
Saran
Disarankan pasien dan keluarga mengamalkan pola hidup sehat dengan makan makanan
yang berkhasit dan rendah gula, sering olahraga dan tidak merokok untuk mencegah terjadinya
Diabetes Mellitus. Pasien juga harus sering kontrol tekanan darah ke puskesmas dan berobat
rutin.
21
Daftar Pusaka
1. Rani azis, Soegondo sidartawan, Nasir UA, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer arief.
Panduan Pelayanan Medik. Diabetes mellitus. Jakarta: Pengurus Besar Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB.PAPDI); 2009. h.9-14
2. Davey Patrick. At a glance medicine. Diabetes mellitus dan komplikasi diabetes. Jakarta :
Erlangga; 2007.h.135-7
3. Brickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi 8. Jakarta :
EGC; 2009.h.508-60
4. Gustaviani reno, Suyono slamet, Soebardi suharko, Waspadji sarwono,Yunir em,
Soegondo sidartawan. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi 4. Diabetes mellitus di
Indonesia, diagnosis dan klasifikasi diabetes, farmakoterapi dan terapi non farmakologis
DM tipe 2, komplikasi kronik diabetes. Jakarta : FKUI; 2007 h. 1852-86
5. Sutedjo AY. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta:
Amara books; 2009 h.116
6. Price Sylvia, Wilson Lorraine. Patofisiologi. Diabetes mellitus. Ed VI. Jakarta : EGC ;
2010 h. 1260-9
7. Yunir, Em. Suharko Soebardi. Terapi Non Farmakologis pada Diabetes Melitus. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Ed.IV. 2009. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
22
LAMPIRAN
23