You are on page 1of 23

Universitas Kristen Krida Wacana

Fakultas Kedokteran

Laporan Kunjungan Rumah Pasien Diabetes Mellitus

Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Klari, Kabupaten Karawang

disusun oleh :

Nur Asmalina Azizan

11.2015.456

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Karawang, Oktober 2017


Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes Mellitus mempunyai
dua tipe yang pertama Diabetes Mellitus tipe I (IDDM) yaitu diabetes mellitus yang
tergantung insulin dan yang kedua Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) yaitu diabetes
mellitus yang tidak tergantung insulin. Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi pada usia
kurang dari 30 tahun dengan persentase 5% - 10% dari seluruh penderita diabetes
mellitus. Sedangkan pada kasus diabetes mellitus tipe II sering ditemukan pada usia lebih
dari 30 tahun dengan persentase 90% - 95% seluruh penderita diabetes mellitus, obesitas
80% dan non obesitas 20%.1

Penyakit diabetes mellitus perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik
oleh perawat. Secara kuratif dan rehabilitatif seperti pengontrolan kadar gula darah,
melakukan perawatan luka dan mengatur diet makanan sehingga tidak terjadi
peningkatan kadar gula darah. Selain itu perawat maupun dokter juga berperan secara
preventif yaitu dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit diabetes
mellitus untuk meningkatkan pemahaman pasien dan mencegah terjadinya komplikasi.

B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat menjelaskan penanggulangan penyakit tidak menular khusunya


penyakit diabetes mellitus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui angka kejadian diabetes melitus.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan penanggulangan penyakit diabetes melitus di
komunitas.

2
Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi

DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang


terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut
WHO, dikatakan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu
jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan
masalah anatomi dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapati
defisiensi absolut atau relatif dan gangguan fungsi insuli.

2.1.2 Klasifikasi dan Diagnosis Diabetes mellitus

Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai dengan anjuran
klasifikasi American Diabetes Association (ADA) 2010. Klasifikasi etiologi DM, menurut ADA
2010 adalah sebagai berikut:1-2

a) Diabetes tipe 1 : Destruksi sel beta disebabkan autoimun atau idiopatik dan umumnya
menjurus ke defisiensi insulin absolute.

b) Diabetes tipe 2 : Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai
defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin.

c) Diabetes tipe lain : seperti defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas, pankreatitis dan DMG (Diabetes Mellitus Gestational).

3
Diagnosis DM ditegakkan dengan mengadakan pemeriksaan kadar glukosa darah. Untuk
penentuan Diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh, vena
ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka criteria diagnostik
yang berbeda sesuai pembakuan WHO, sedangkan untuk pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler. Kriteria diagnosis DM menurut WHO
tahun 2000 dan ADA tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3 di muka sebelah :

Tabel 1 : Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus menurut ADA 2010.

1. Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu 200 mg/ dl (11.1 mmol/L). Glukosa darah
sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan
terakhir. Gejala klasik adalah poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa sebab.

2. Kadar glukosa darah puasa 126 mg/ dl (7.0 mmol/L). Puasa adalah pasien tak mendapat
kalori sedikitnya 8 jam.

3. Kadar glukosa darah 2 jam PP 200 mg/ dl (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standar
WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan
ke dalam air. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDTP tergantung dari hasil yang dipeoleh : TGT :
glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl (7,8-11,0 mmol/L) GDPT :
glukosa darah puasa antara 100 125 mg/dl(5,6-6,9 mmol/L)

Sumber : ADA 2010.

2.1.3 Gejala dan Tanda-Tanda Diabetes mellitus

Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik.

a. Gejala Akut Penyakit Diabetes mellitus:3

4
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan, mungkin
tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan
meliputi serba banyak (Poli), yaitu banyak makan (poliphagia), banyak minum (polidipsia) dan
banyak kencing (poliuria). Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala banyak
minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang/berat badan turun dengan cepat (turun 5
10 kg dalam waktu 2 4 minggu), mudah lelah. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa
mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetic.4

b. Gejala Kronik Diabetes mellitus

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit terasa
panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, capai, mudah mengantuk, mata
kabur, biasanya sering ganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi, para ibu hamil sering
mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih
dari 4 kg.

2.1.4 Faktor Risiko Diabetes Mellitus

Faktor-faktor risiko terjadinya DM tipe 2 menurut ADA dengan modifikasi terdiri atas:

a) Faktor risiko mayor : Riwayat keluarga DM, obesitas, kurang aktivitas fisik, ras/etnik,
sebelumnya teridentifikasi sebagai IFG, Hipertensi, tidak terkontrol kolesterol dan HDL,
riwayat DM pada kehamilan dan Sindroma polikistik ovarium.

b) Faktor risiko lainnya seperti faktor nutrisi, konsumsi alkohol, kebiasaan mendengkur,
faktor stress, kebiasaan merokok, jenis kelamin, lama tidur, intake zat besi, konsumsi
kopi dan kafein dan paritas.

2.1.5 Penatalaksanaan Diabetes mellitus

Tujuan pengelolaan Diabetes mellitus adalah :

5
a) Tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala/keluhan dan mempertahankan rasa
nyaman dan tercapainya target pengendalian darah.

b) Tujuan jangka panjang yaitu mencegah komplikasi, mikroangiopati dan makroangiopati


dengan tujuan menurunkan mortalitas dan morbiditas.3

Prinsip pengelolaan Diabetes mellitus, meliputi :

a. Penyuluhan

Tujuan penyuluhan yaitu meningkatkan pengetahuan diabetisi tentang penyakit dan


pengelolaannya dengan tujuan dapat merawat sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup
dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Penyuluhan meliputi :

1) Penyuluhan untuk pencegahan primer : ditujukan untuk kelompok risiko tinggi.

2) Penyuluhan untuk pencegahan sekunder : ditujukan pada diabetisi terutama pasien yang
baru. Materi yang diberikan meliputi : pengertian Diabetes, gejala, penatalaksanaan Diabetes
mellitus, mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik, perawatan pemeliharaan kaki,
dll.

3) Penyuluhan untuk pencegahan tersier : ditujukan pada diabetisi lanjut, dan materi yang
diberikan meliputi : cara perawatan dan pencegahan komplikasi dan upaya untuk rehabilitasi.24,25

b. Diet Diabetes mellitus

Tujuan Diet pada DM adalah mempertahankan atau mencapai berat badan ideal,
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik
serta meningkatkan kualitas hidup.5 Penderita DM didalam melaksanakan diet harus
memperhatikan 3 J yaitu jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti, dan
jenis makanan yang harus diperhatikan.

Komposisi makanan yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang yaitu
yang mengandung karbohidrat ( 45-60%), protein (10-15%) , lemak (20-25%), garam ( 3000
mg atau 6-7 gr perhari), dan serat ( 25 g/hr). Jenis buah-buahan yang dianjurkan adalah buah
golongan B (salak, tomat, dll) dan yang tidak dianjurkan golongan A (nangka, durian, dll).

6
Sedangkan sayuran yang dianjurkan golongan A (wortel, nangka muda, dll) dan tidak dianjurkan
golongan B (taoge, terong, dll).

Beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh, diantaranya
dengan memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB
ideal, ditambah atau dikurangi ( 25-30%), tergantung beberapa faktor misalnya jenis kelamin,
umur, aktivitas dan berat badan.

Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi sebagai
berikut : BBI = 90% X (TB dalam cm 100) X 1 kg

Bagi pria tinggi dibawah 160 cm dan wanita dibawah 150 cm, rumus dimodifikasi sebagai
berikut : Kriteria :
BBI = (TB dalam cm 100) X 1 kg BB Normal : BB ideal 10%
BB Kurus : < BBI 10%
BB Gemuk : >BBI + 10%

Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh dapat dihitung dengan rumus :

IMT = BB(kg) / TB(m2) Kriteria :


BB Kurang : < 18,5
BB Normal : 18,5 22,9
BB Lebih : 23
- Dengan risiko : 23 24,9
- Obesitas I : 25-29,9
- Obesitas II : 30 3,41

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain :

1) Jenis Kelamin

Kebutuhan kalori pria sebesar 30 kal/kgBB dan wanita sebesar 25 kal/kgBB.

7
2) Umur

Diabetisi di atas 40 tahun kebutuhan kalori dikurangi yaitu usia 40-59 tahun dikurangi
5%, usia 60-69 tahun dikurangi 10%, dan lebih 70 tahun dikurang 20%.

3) Aktifitas Fisik

Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik. Aktivitas
ringan ditambahkan 20%, aktivitas sedang ditambahkan 30%, dan aktivitas berat dapat
ditambahkan 50%.

4) Berat badan

Bila kegemukan dikurangi 20-30% tergantung tingkat kegemukan. Bila kurus


ditambah 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB.

5) Kondisi Khusus

Penderita kondisi khusus, misal dengan ulkus diabetika atau infeksi, dapat ditambahkan
10-20%.3

c. Latihan Fisik (Olah Raga).

Tujuan olah raga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah kegemukan,
memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru dan mencegah komplikasi
lebih lanjut. Olah raga meliputi empat prinsip :

1) Jenis olah raga dinamis

Yaitu latihan kontinyu, ritmis, interval, progresif dan latihan daya tahan.

2) Intensitas Olahraga

Takaran latihan sampai 72-87 % denyut nadi maksimal disebut zona latihan. Rumus
Denyut Nadi maksimal adalah 220 dikurangi Usia (dalam tahun).

3) Lamanya Latihan

8
Lamanya latihan kurang lebih 30 menit.

4) Frekwensi latihan

Frekwensi latihan paling baik 5 X per minggu.13,41

d. Pengobatan

Jika diabetisi telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang teratur namun
pengendalian kadar gula darah belum tercapai maka dipertimbangkan pemberian obat. Obat
meliputi obat hipoglikemi oral (OHO) dan insulin. Pemberian OHO diberikan kurang lebih 30
menit sebelum makan. Pemberian insulin biasanya diberikan lewat penyuntikan di bawah kulit
(subkutan) dan pada keadaan khusus diberikan secara intravena atau intramuskuler. Mekanisme
kerja insulin short acting, medium acting dan long acting.39

e. Pemantauan Pengendalian Diabetes dan Pencegahan Komplikasi

Tujuan pengendalian DM adalah menghilangkan gejala, memperbaiki kualitas hidup, mencegah


komplikasi akut dan kronik, mengurangi laju perkembangan komplikasi yang sudah ada.
Pemantauan dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial,
pemeriksaan HbA1C setiap 3 bulan, pemeriksaan ke fasilitas kesehatan kurang lebih 4 X
pertahun (kondisi normal) dan dilakukan pemeriksaan jasmani lengkap, albuminuria mikro,
kreatinin, albumin globulin, ALT, kolesterol total, HDL, trigliserida, dan pemeriksaan lain yang
diperlukan.3

9
Bab III

Hasil Kunjungan Rumah

Puskesmas : Puskesmas Klari

Tanggal Kungjungan Rumah : 9 Oktober 2017

I. Identitas pasien

a. Nama : Rumsih

b. Umur : 63 tahun

c. Jenis kelamin : perempuan

d. Pekerjaan : ibu rumah tangga

e. Pendidikan : SD

f. Alamat : No 6, Rw 5, Rt13, jalan Duri, Dusun Desa, Klari.

g. Telepon : 021 5670110

II. Riwayat biologis keluarga

a. Keadaan kesehatan sekarang : sedang

b. Kebersihan perorangan : baik

c. Penyakit yang sering diderita : Diabetes Mellitus

d. Penyakit keturunan : Diabetes Mellitus (DM/sakit gula) dan Hipertensi

e. Penyakit kronis/menular : -tiada-

f. Kecatatan anggota keluarga : -tiada-

g. Pola makan : baik yaitu 2x sehari dengan kuantiti nasi disukat

h. Pola istirahat : baik yaitu siang jam 1200-1300 dan malam jam 2300-0500

10
i. Jumlah anggota keluarga : 13 orang

III. Psikologis keluarga

a. Kebiasaan buruk : -tiada-

b. Pengambilan keputusan : Ibu Rumsih

c. Ketergantungan obat : -tiada-

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : puskesmas Klari

e. Pola rekreasi : baik yaitu berjalan pagi setiap pagi di sekitar rumah

IV. Keadaan rumah/lingkungan

a. Jenis bangunan : permanen

b. Lantai rumah : keramik

c. Luas rumah : 30m2

d. Penerangan : kurang

e. Kebersihan : buruk

f. Ventilasi : kurang

g. Dapur : ada

h. Jamban keluarga : tidak ada

i. Sumber air minum : air pump

j. Sumber pencemaran air : tidak ada

k. Pemanfaatan perkarangan : tidak ada

l. System pembuangan air limbah : tidak ada

m. Tempat pembuangan sampah : ada

11
n. Sanitasi lingkungan : buruk

V. Spiritual keluarga

a. Ketaatan beribadah : baik

b. Keyakinan tentang kesehatan : baik

VI. Keadaan sosial keluarga

a. Tingkat pendidikan : rendah

b. Hubungan antara keluarga : baik

c. Hubungan dengan orang lain : baik

d. Kegiatan organisasi sosial : baik

e. Keadaan ekonomi : kurang

VII. Kultural keluarga

a. Adat yang berpengaruh : tiada

b. Lain-lain : tiada

12
VIII. Daftar keluarga

IX. Keluhan utama : kerap terbangun malam untuk kencing dan stress memikirkan masalah
rumahtangga anak sulungnya.

X. Keluhan tambahan : kesemutan kaki

XI. Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi

XII. Pemeriksaan fisik :

a. Tekanan darah : 110/90mmHg

b. Denyut nadi : 89x/menit

c. Frekuensi nafas : 20x/menit

d. Pemeriksaan kaki diabetik :

13
i. Inspeksi :

Atrofi/hipotrofi : tiada, otot kaki teraba normal

Kontraktur/sikatriks : ada bekas luka dulu yang sukar sembuh

Gerakan-gerakan terbatas : tiada

Lesi kulit (inflitrat, abses, ulkus, gangren) : tiada

ii. Palpasi

Pemeriksaan suhu raba : teraba normal

Pemeriksaan pulsasi a. dorsalis pedis, a. tibialis posterior : teraba


normal

Pemeriksaan sensibilitas menggunakan monofilament : sensasi


yang dirasakan tepat. Normal.

XIII. Diagnosis penyakit : Diabetes Mellitus

XIV. Diagnosis keluarga : tiada

XV. Anjuran penatalaksanaan penyakit

a. Promotif : lakukan penyuluhan tentang efek gula yang tinggi pada makanan
sehari-hari ibu, diterangkan juga efek karbohidrat yaitu nasi yang banyak bisa
meningkatkan gula darah ibu. Jadi dianjurkan supaya ibu makan dalam porsi yang
sedikit tapi sering. Anjurkan minum air putih yang banyak bukan air manis
bergula dan teruskan berolahraga setiap pagi seperti yang diamalkan oleh ibu ini.

b. Preventif : batasi gula dalam makanan terutama saat memasak

c. Kuratif : dapatkan pengobatan dan kontrol di puskesmas.

d. Rehabilitatif : rujukan ke rumah sakit bila penyakit tidak bisa diatasi atau makin
parah.

14
XVI. Prognosis : dubia

XVII. Saran

a. Menyarankan ibu untuk ke puskesmas apabila obat hamper habis atau bilamana ada
tanda-tanda sakit yang lain seperti dada sesak, luka yang sukar sembuh sehingga
membusuk.

b. Ibu disarankan untuk sering kontrol ke puskesmas dan lanjutkan rutin pemeriksaan
gula darah sepertimana yang ibu lakukan sekarang yaitu setiap bulan sekali.

c. Cuba kurangkan stress.

d. Amalkan cara pemasakan yang rendah gula.

e. Menjaga kebersihan lingkungan karena kadang-kala lingkungan yang kurang bersih


juga bisa menimbulkan stress dan mengundang kecelakaan sehingga luka.

15
Bab IV

Pembahasan

Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi
semua orang yang mencari pelayanan kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain
bila diperlukan. Pelayanan kesehatan holistik dan komprehensif berkesinambungan dengan
memandang pasien adalah bagian dari keluarganya adalah bentuk pelayanan yang akan
ditetapkan pada laporan ini, yang dengan fasilitas terbatas namun ditunjang pengetahuan secara
praktis klinis terkini, maka kasus ini dapat diselesaikan. Pasien sebagai komponen keluarganya
dengan tidak memandang Umur, jenis kelamin dan sesuai dengan kemampuan sosialnya. Sesuai
dengan definisi tersebut, pelayanan kesehatan harus mencangkup lima tingkat pencegahan,
dilaksanakan bersama dokter dengan pasiennya meliputi semua aspek kehidupan (jasmani,
mental dan sosial). Dan terus menerus meningkatkan fungsi keluarga sesuai dengan sumber-
sumber yang dimiliki.

Laporan kasus ini memerlukan pembahasan dalam multi disiplin ilmu yang pada oprasionalnya
merupakan disiplin ilmu kedokteran keluarga mendalami bidang pulmonologi, farmakologi dan
lainnya yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan strata pertama (Primary Health Care).
Sesuai dengan bidang kedokteran yang pada implementasinya berupa pelayanan kedokteran pada
komunitas keluarga, maka intervensi dilaksanakan dengan sasaran pasien dan keluarganya.

Bentuk pelayanan menyeluruh (holistic), paripurna (komprehensif) terpadu,


berkesinambungan, tidak saja dilaksanakan pada saat awal namun juga selanjutnya.
Sasaran adalah pasien dengan memandangnya sebagai bagian dari keluarga.
Sifat pelayanan adalah memandang kemampuan sosial pasien (manusiawi), dan
memandang kemampuan diri (merujuk bila tak mampu), serta bersifat ilmiah yaitu
ditunjang dengan pengetahuan kedokteran dan kemampuan praktis klinis mutakhir.

16
Analisis Masalah

Dari gejala yang ada Ny.R didapatkan menderita Diabetes Mellitus. Pasien mempunyai perilaku
sering makan makanan yang tinggi gula dan jarang olahraga.

I. Riwayat Biologis Keluarga

Saat saya bertemu dengannya di puskesmas Ibu Rumsih kelihatan sehat. Beliau
datang dengan keluhan kakinya sering pegal-pegal dan kaku. Ditangannya ada hasil
pemeriksaan laboratorium dari Puskesmas Klari. Ternyata ibu Rumsih ada penyakit
diabetes dengan kadar gula darahnya 261 mg/dl. Ibu Rumsih baru mendapatkan penyakit
diabetes tersebut selama 1 bulan. Sebelum ini ternyata beliau mengidap menyakit
hipertensi selama 10 tahun dengan tekanan darah yang terkini adalah 150/90 mmHg.

Sehingga saat ini, ibu Rumsih harus ngontrol ke puskesmas setiap 10 hari untuk
mengambil obat bagi penyakit hipertensi dan diabetesnya. Ibu Rumsih mempunyai kartu
BPJS dan kartu Indonesia Sehat.

Pada keluarga beliau, tidak ditemukan riwayat penyakit bawaan yang bisa
terbawa juga pada beliau. Ibu Rumsih adalah yang pertama dalam keluarganya yang
mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes.

Beliau dan keluarga juga tidak memiliki penyakit kronis ataupun penyakit
menular. Di anggota keluarganya pun tidak terdapat kecacatan. Pola makannya dan
keluarga pun baik, makan teratur dengan porsi makan yang disesuaikan dengan
kemampuan dan umurnya. Pola istirahat pun beliau cukup dan tidak memaksakan diri
untuk bekerja terlalu keras.

Jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumahnya saat ini ada 13 orang (3
keluarga). Rumahnya sedikit sempit dan padat kerana anak dan cucunya semua tinggal
bawah satu rumah. Suami ibu Rumsih sudah 2 tahun meninggal dunia akibat terjatuh dari
pohon.

Untuk keadaan psikologis pada keluarga ibu tersebut juga baik. Beliau dan
keluarga pun tidak memiliki suatu kebiasaan buruk yang dapat mempengaruhi kesehatan

17
keluarganya. Ketergantungan obat tidak terjadi, hanya beliau tetap mengkonsumi obat
hipertensinya agar tekanan darahnya tidak terlalu tinggi dan timbul lagi gejala klinis dari
penyakit tersebut. Sekarang ditambah beliau harus minum obat diabetesnya juga.

II. Keadaan Rumah /Lingkungan

Untuk keadaan rumah ibu Rumsih, luas rumahnya hanya kira-kira 50m2 persegi
dan didiami sebanyak 13 orang. Rumahnya 2 tingkat dan mempunyai satu kamar mandi
tanpa WC. Keluarga ibu Rumsih harus menggunakan WC umum yang terletak tidak jauh
dari rumahnya. Ventilasi dan pengudaraan rumah ibu Rumsih tidak terlalu baik kerana
hanya mempunyai satu jendela kecil dan bagian dalam rumahnya agak sedikit lembab.

Pencahayaan dirumah ibu Rumsih juga kurang bagus kerana cahaya matahari
tidak bisa menembusi rumahnya kerana kawasan perumahan yang begitu padat dan dekat
antara satu sama lain. Jadi rumah ibu Rumsih sentiasa gelap kerana di ruang tamunya
cuma punya satu lampu lambon. Keadaan rumah beliau juga kotor dan tidak terjaga rapi.
Saat saya ke rumahnya saya bisa lihat ada timbunan baju yang belum dilipat diatas lantai
berdekatan tempat sampah. Didapur juga ada pinggan sisa sisa makanan yang belum
dibasuh.

Sumber air minum yang digunakan berasal dari air PAM yang dimasak
sebelumnya Pada bagian sekitar rumah terdapat sumber pencemaran air. Sistem
pembuangan air limbahpun kami tidak melihat letaknya pembuangan air limbah tersebut.
Sistem pembuangan sampah yang dilakukan adalah dengan cara menaruh sampah ke
dalam sebuah plasik dan setelah itu plastic yang berisi sampah ditaruh di depan rumah
lalu nanti ada petugas kebersihan yang mengambil sampah tersebut.

III. Spiritual keluarga

Untuk ketaatan beribadah keluarga ibu Rumsih baik, karena beliau beragama
muslim maka beliau dan keluarga rajin beribadah lima waktu. Ibu Rumsih belum pernah
menunaikan ibadahnya haji.

18
IV. Keadaan Sosial keluarga

Tingkat pendidikan dan kesadaran akan pendidikan pada keluarga ibu Rumsih
semuanya di tingkat sekolah dasar. Hubungan dengan orang lain seperti warga sekitar
juga cukup baik pada keluarga ini. Untuk peran serta dalam masyarakat atau organisasi
sosial ibu Rumsih terlalu aktif ikut kegiatan- kegiatan masyarakat.

Keadaan ekonomi bapak Bunawar bisa digolongkan dalam kelompok yang


kurang karena ibu Rumsih tidak bekerja dan hanya mengharapkan pendapatan menantu
lelakinya yang bekerja sebagai tukang ojek. Namun mereka masih bisa makan nasi
sekurang kurang nya 2 kali satu hari.

V. Kultural keluarga
Keluarga ibu Rumsih merupakan seorang yang berasal dari daerah jakarta. Beliau sudah
tinggal disana sejak lahir dan belum pernah pindah.

Analisis Kunjungan Rumah

Kondisi Pasien

Kondisi pasien menunjukkan keadaan buruk dan membutuhkan terapi dari Puskesmas.

Pendidikan

Pendidikan keluarga rendah.

Keadaan Rumah

Lokasi: Rumah pasien berada didalam gang kecil dan merupakan komplek rumah yang
agak padat. Kondisi lingkungan sekitar berdebu karena jalanan masih berupa semen dan
sebagian tanah.
Kondisi: Jenis bangunan permanen, lantai rumah berupa keramik, Rumah tampak kurang
bersih. Luas rumah 50 m2.

19
Ventilasi: sirkulasi udara kurang baik, suasana rumah tidak terlalu nyaman.
Pencahayaan: pencahayaan kurang baik.
Kebersihan: kebersihan rumah kurang, barang-barang tidak tersusun rapi.
Sanitasi dasar: sumber air minum pasien dari isi ulang

Analisis Fungsi Keluarga

Keadaan biologis: keadaan biologis pasien belum baik, masih membutuhkan terapi.
Keadaan psikologis: hubungan pasien dengan anggota keluarga baik.
Keadaan sosiologis: pasien dan keluarga jarang mengikuti kegiatan di lingkungan sekitar
Keadaan ekonomi: keadaan ekonomi keluarga pasien masih kurang
Keadaan religius: seluruh anggota keluarga menjalankan ibadah dengan baik

20
Bab V
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan

Berdasarkan data riwayat keluarga diatas kesimpulan yang dapat diambil adalah keadaan
kesehatan keluarga pasien sekarang baik, akan tetapi keluarga harus menjalankan pola hidup
sehat misalnya makan makanan yang rendah gula untuk mencegah penyakit Diabetes Mellitus.
Pasien juga harus sering kontrol tekanan darah ke puskesmas dan berobat rutin.

Saran

Disarankan pasien dan keluarga mengamalkan pola hidup sehat dengan makan makanan
yang berkhasit dan rendah gula, sering olahraga dan tidak merokok untuk mencegah terjadinya
Diabetes Mellitus. Pasien juga harus sering kontrol tekanan darah ke puskesmas dan berobat
rutin.

21
Daftar Pusaka

1. Rani azis, Soegondo sidartawan, Nasir UA, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer arief.
Panduan Pelayanan Medik. Diabetes mellitus. Jakarta: Pengurus Besar Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB.PAPDI); 2009. h.9-14
2. Davey Patrick. At a glance medicine. Diabetes mellitus dan komplikasi diabetes. Jakarta :
Erlangga; 2007.h.135-7
3. Brickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi 8. Jakarta :
EGC; 2009.h.508-60
4. Gustaviani reno, Suyono slamet, Soebardi suharko, Waspadji sarwono,Yunir em,
Soegondo sidartawan. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi 4. Diabetes mellitus di
Indonesia, diagnosis dan klasifikasi diabetes, farmakoterapi dan terapi non farmakologis
DM tipe 2, komplikasi kronik diabetes. Jakarta : FKUI; 2007 h. 1852-86
5. Sutedjo AY. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta:
Amara books; 2009 h.116
6. Price Sylvia, Wilson Lorraine. Patofisiologi. Diabetes mellitus. Ed VI. Jakarta : EGC ;
2010 h. 1260-9
7. Yunir, Em. Suharko Soebardi. Terapi Non Farmakologis pada Diabetes Melitus. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Ed.IV. 2009. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

22
LAMPIRAN

23

You might also like