Professional Documents
Culture Documents
Oleh
dr.Pertiwi Febriana Chandrawati MSc,SpA
Pendahuluan
Definisi
Diare akut menurut Cohen4 adalah keluarnya buang air besar sekali atau
lebih yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari.
Menurut Noerasid5 diare akut ialah diare yang terjadi secara mendadak pada
1
bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Sedangkan American Academy of
Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan
frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan
tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama
3 7 hari6. Dan menurut Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak IDAI diare
akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi
cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.
Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia
dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya7. Diperkirakan angka
kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun
dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 5 episode per anak per tahun dalam
5 tahun pertama kehidupan8. Penyebab terbanyak pada usia 0-2 tahun adalah
infeksi rotavirus.Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun
2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei
pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan
penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat
proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita
13,2% dengan peringkat 29. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Diare pada
anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau
tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus
ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta
dollar di Amerika Serikat.
Klasifikasi
Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang
dibagi lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal,
anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit
dan jamur, sedangkan non infeksi karena alergi, radiasi10.
Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh
gastroenteritis, keracunan makanan, karena antibiotika dan infeksi sistemik.
Etiologi diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan
tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah
dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare pada anak dan bayi7.
2
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 60%)
sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus,
Minirotavirus.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus
cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E
coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio
cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit
adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba
hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis
4,7,11,12
suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang
masuk melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan
infeksi dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang
baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.4,7
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP,
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli
agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir
sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus
sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk
ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua
bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.
5,7
Sebuah studi tentang masalah diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak
di bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya
tiga agen infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan
meningkat pada anak penderita diare. Agen ini adalah Rotavirus,Shigella spp
dan E. Coli enterotoksigenik Rotavirus jelas merupakan penyebab diare akut
yang paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas tropis dan iklim
sedang.13 Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu
seperti susu, produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas
atau tidak sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan
dan bahan-bahan kimia. Beberapa macam obat, terutama antibiotika dapat juga
3
menjadi penyebab diare. Antibiotika akan menekan flora normal usus sehingga
organisme yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika akan berkembang
bebas.7,14 Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu sendiri juga
memegang peranan penting. Diare juga berhubungan dengan penyakit lain
misalnya malaria, schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya
misalnya, pneumonia, radang tenggorokan, dan otitis media.4,7
Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu
diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare
osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus
akan difermentasi oleh bahteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus
meningkat yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari
bakteri akan menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi
cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi
akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi,
post vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.7
4
Manifestasi kinis
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering
disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Tanpa
dehidrasi bila penurunan berat badan kurang dari 5%,dehidrasi ringan-sedang
(dehidrasi tak berat) bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan dehidrasi
berat bila penurunan lebih dari 10%.7,15
5
Mukosa Ubun-
%
Gejala & Keadaan Mata dan Mulut Rasa ubun Turgor akral
turun l n
Tanda Umum* air mata dan Haus* besar kulit*
BB
bibir
Minum
Dicubit
Tanpa Baik, Normal, Normal, tidak hangat
Basah kembali <5
Dehidrasi Sadar ada Tidak cekun
cepat
Haus g
Dehidrasi
Ringan Tampak Sedikit
Gelisah Cekung, Kembali
Sedang Kering Kehausa cekun 5 10
Rewel kurang lambat hangat
(dehidrasi n g
tak berat)
Letargik, Sulit,
Sangat Kembali
Dehidrasi Kesadara Sangat tidak Sangat dingin 0
cekung,tid sangat >10
Berat n kering bisa cekun %
ak ada lambat
Menurun minum g
Derajat Dehidrasi
* Tanda utama
Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi
hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema ( 130m 150 mEg/L ) dan
dehidrasi hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi
adalah tipe iso natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan
tubuh, sisanya 15 % adalah diare hipernatremia dan 5% adalah diare
hiponatremia.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis
metabolik dengan anion gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya disertai
hiperkloremia. Selain penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH
6
darah kenaikan pCO2. Hal ini akan merangsang pusat pernapasan untuk
meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya meningkatkan eksresi CO2
melalui paru ( pernapasan Kussmaul ). Untuk pemenuhan kebutuhan kalori
terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya
produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan
dehidrasi berat dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan
akumulasi anion asam secara bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan
asidosis.17
Penatalaksanaan
7
untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi 15. Keuntungan upaya terapi
oral karena murah dan dapat diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan
cairan rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara
75-90 mEq/L dan untuk pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara
11
40-60mEq/L Anak yang diare dan tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera
pemberian makanannya sesuai umur6.
1 Tanpa Dehidrasi : cairan rumah tangga (LGG,air tajin dll) dan ASI
diberikan semaunya, oralit diberikan sesuai usia setiap kali buang air
besar atau muntah dengan dosis :
Kurang dari satu tahun : 50-100 cc
1-5 tahun : 100-200 cc
Lebih dari 5 tahun : semaunya.
2 Dehidrasi Ringan Sedang ( dehidrasi tidak berat )
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan
pemberian oral sesuai dengan umur dan deficit yang terjadi atau
dengan oralit 75 cc/kg/BB dalam 4 jam pertama,namun jika gagal
dapat diberikan secara nasogastric tube 75 ml/kg bb/4jam. Jika tetap
gagal berikan dengan menggunakan intravena. Pemberian cairan oral
dapat dilakukan setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam.
Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada
17
anak .
Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9
pilar yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut
dehidrasi ringan sedang pada anak, yaitu12 :
1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )
2. Cairan hipotonik
3. Rehidrasi oral cepat 3 4 jam
4. Realiminasi cepat dengan makanan normal
5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus
6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan
7. ASI diteruskan
8. Suplemen dengan CRO ( CRO rumatan )
9. Anti diare tidak diperlukan
8
3 Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10%
untuk bayi dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital
tubuh ( somnolen-koma, pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik
sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral.
Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan
12,15,17
sebagai berikut :
Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
Usia >12 bln: 30ml/kgbb/ jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2 jam
Minum peroral diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB
selama proses rehidrasi.
Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi
kebutuhan penderita akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi
masalah besar karena hanya menyangkut waktu yang pendek.
Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana
biasanya . Segala kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan
protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah sebabnya mengapa pada
pemberian terapi cairan diusahakan agar penderita bila
memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai
biasanya bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang tidak
memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum tetap dapat
dilanjutkan.18
Nutrisi :
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering, ( lebih kurang 6 kali sehari ), rendah serat, buah-buahan diberikan
terutama pisang.
Hipernatremia : ( Na > 155 mEq/L )
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian
cairan dekstrosa 5%+ salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10
meq perhari karena bisa menyebabkan edem otak.
Hiponatremia : ( Na< 130 mEq/L )
Koreksi kadar Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi
yaitu memakai ringer laktat atau normal salin, atau dengan memakai rumus :
Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125- kadar Na serum x 0,6 x berat badan;
diberikan dalam 24 jam.
9
Hiperkalemia : ( K> 5 mEq/L )
Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB
iv perlahan-lahan dalam 5-10 menit, sambil memantau detak jantung.
Hipokalemia : ( K< 3,5 mEq/L )
Koreksi dilakukan menurut kadar K :
Jika kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan 75 mEq/kgBB peroral perhari
dibagi tiga dosis.
Jika kadar K< 2,5 mEq/L, berikan secara drip intravena dengan
dosis :
o 3,5- kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam
dalam 4 jam pertama
o 3,5- kadar K terukur x BB(kg) X 0,4+1/6x 2 mEq x BB dalam
20 jam berikutnya
10
0,225%+D5
Riger Laktat 273 - 130 109 4 Laktat 28
Ka-En 3A 290 27 50 50 20 Laktat 20
Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10
Standard
311 111 90 80 20 Citrat 10
WHO-ORS
Reduced
osmalarity 245 70 75 65 20 Citrat 10
WHO-ORS
EPSGAN
recommend 213 60 60 70 20 Citrat 3
ation
11
karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan
translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara
klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan
darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis 15. Anti motilitis seperti difenosilat
dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial
overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.21
15,18
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain
Kolera :
Amebiasis:
Antisekretorik - Antidiare
22
Salazer lindo E dkk dari Department of Pedittrics, Hospital Nacional
Cayetano Heredia, Lima,Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril
( acetorphan ) yang merupakan enkephalinace inhibitor dengan efek anti
sekretorik serta anti diare ternyata cukup efektif dan aman bila diberikan pada
anak dengan diare akut oleh karena tidak mengganggu motilitas usus sehingga
penderita tidak kembung .Bila diberikan bersamaan dengan cairan rehidrasi oral
akan memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan hanya
memberikan cairan rehidrasi oral saja .Hasil yang sama juga didapatkan oleh
Cojocaru dkk dan cejard dkk.untuk pemakaian yang lebih luas masih
memerlukan penelitian lebih lanjut yang bersifat multi senter dan melibatkan
12
sampel yang lebih besar.23
Probiotik
Mikronutrien
13
19 28
lamanya diare maupun frekuensi diare. Bhandari dkk mendapatkan
pemberian vitamin A 60mg dibanding dengan plasebo selama diare akut dapat
menurunkan beratnya episode dan risiko menjadi diare persisten pada anak
yang tidak mendapatkan ASI tapi tidak demikian pada yang mendapat ASI.
14
intoleransi lemak pada diare akut sifatnya sementara dan biasanya tidak terlalu
berat sehingga tidak memerlukan formula khusus.Pada situasi yang
memerlukan banyak energi seperti pada fase penyembuhan diare, diet rendah
lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan
32
diare kronik
Kesimpulan
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama, karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama
diare akut adalah infeksi Rotavirus yang bersifat self limiting sehingga tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotika. Pemakaian antibitika hanya untuk
kasus-kasus yang diindikasikan.Masalah utama diare akut pada anak berkaitan
dengan risiko terjadinya dehidrasi. Upaya rehidrasi menggunakan cairan
rehidrasi oral merupakan satu-satunya pendekatan terapi yang paling
dianjurkan. Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting
dalam terapi diare akut. Pemakaian anti sekretorik,probiotik, dan mikronutrien
dapat memperbaiki frekuensi dan lamanya diare. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah pemberian makanan atau nutrisi yang cukup selama diare
dan mengobati penyakit penyerta.
DIARE BERKEPANJANGAN
15
Diare berkepanjangan lebih difokuskan pada lama diare yang
berkepanjangan lebih dari 1 minggu sampai 2 minggu.
Diagnosis :
Diagnosis didasarkan atas adanya diare lebih dari 1 minggu dan kurang
dari 2 minggu.
Pengertian :
Diare Kronis merupakan kategori luas dari kondisi diare, termasuk penyakit
diare dengan etiologi non infeksi, yang berlangsung lebih dari 2 minggu.
Diare Persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan
penyebab infeksi.
Diare kronis terjadi oleh karena kerusakan mukosa usus multi komplek, dan
biasanya disertai gangguan berbagai macam proses intestinal yang
bekerjasama dan atau yang berkaitan satu sama lain.3-20% diare akut pada
balita menjadi persisten dengan kematian yang lebih tinggindaripada diare akut.
Faktor Risiko :
Beberapa faktor resiko adalah umur ( satu tahun pertama kehidupan ), status
nutrisi, status immunologi, kejadian infeksi sebelumnya, pemberian PASI dan
berbagai infeksi pathogen (EIEC, EPEC, Cryptosporium). Faktor risiko penting
untuk pathogenesis dan pencegahan.
Diagnosis :
Diagnosis didasarkan atas adanya diare lebih dari 2 minggu. Hal-hal yang perlu
diperhatikan :
1. Kemungkinan anak mengalami dehidrasi :
a. Keseimbangan cairan : riwayat input/intake dan output cairan
b. Riwayat banyaknya buang air kecil
c. Tanda dehidrasi
2. Riwayat penggunaan antibiotic : ampicillin, clindamicin, neomycin,
sitostatik
3. Riwayat tindakan bedah saluran pencernaanmalabsorbsi
16
4. Infeksi ekstraintestinal saat itu.
5. Kemungkinan ada etiologi diare intestinal :
Riwayat tinja dengan lender darah
Tanda-tanda klinik lain
Tatalaksana
Penderita baru dengan gastroenteritis kronis atau persisten sebaiknya
dirawat inap untuk mencari etiologi dan menatalaksana dengan baik. Tujuan
utama tatalaksana klinik adalah mempertahankan status hidrasi, status nutrisi
memperbaiki kerusakan mukosa. Pada keadaan tertentu member antibiotic
yang tepat.
Tata laksana penderita rawat inap
1. Tatalaksana cairan dan elektrolit
17
a. Formula lengkap
b. Formula tidak lengkap : cairan rumah tangga.
c. Cairan intravena (kalau ada indikasi)
2. Medikamentosa : hanya atas indikasi ( tergantung etiologi : lihat diare
akut )
3. Tatalaksana gizi : sangat penting, prinsip pemberian adekuat, mudah
dicerna dan diabsorbsi, diberikan sedikit-sedikit tetapi frekuen, ASI
terus.
4. Vitamin dan mineral : asam folat, seng, besi, vit B12, vit A.
5. Pengaturan makanan : pada fase penyembuhan masukan kalori harus
tinggi (420-670 kkal/kg/hari) dengan makanan bervolume rendah
( tambahkan minyak )
6. Menghilangkan faktor-faktor resiko
Pemantauan
- Keadaan umun, tanda utama
- Hidrasi
- Berat badan , paling tidak sampai berat badan normal tercapai.
Indikasi Sembuh
Penderita dinyatakan sembuh bilamana gejala dan tanda diare sudah
hilang, kausa dapat diatasi.
Komplikasi
o Asidosis, Kussmaul
o Hipovolemia
o Gagal ginjal
o Kejang
o Panas
Dicari bagaimana patofisiologinya !!
o Muntah
o Malabsorbsi glukosa/ maltose
o Hiponatremia
o Hipernatremia
o Illeus paralitik
18
Kepustakaan
1. Kandun NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan
masyarakat dalam kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI juli
2003 hal 29
2. Barkin RM Fluid and Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric
Diagnosis Little Brown and Company 1990;20 23.
3. Booth IW, CuttingWAM. Current Concept in The Managemnt of Acute in
Children Postgraad Doct Asia 1984 : Dec : 268 274
4. Coken MB Evaluation of the child with acute diarrhea dalam:Rudolp
AM,Hofman JIE,Ed Rudolp?s pediatrics: edisi ke 20 USA 1994 : prstice
Hall international,inc hal 1034-36
5. Norasid H,Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare ) akut dalam:
Gastroenterologi anak praktis, Ed Suharyono, Aswitha B,EM
Halimun : edisi ke2 Jakarta 1994: Balai penerbit FK-UI hal 51-76
6. American Academy of Pediatrics Propesional commite on Quality
improvement subcommitte o Acute Gastroenteritis Pratice parameter
: the management of acute gastroeneritis in young children
Pediatrics 1996:97:424-35
7. Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak
diagnosa dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta
2002 : Salemba Medika hal 73-103
8. Barnes GL,Uren E, stevens KB dan Bishop RS Etiologi of acute
Gastroenteritis in Hospitalized Children in Melbourne, Australia,from
April 1980 to March 1993 Journal of clinical microbiology, Jan
1998,p,133-138
9. Departemen kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta
2002
10. Lung E. Acute diarrheal Diseases dalam Current diagnosis abd
treatment in gastroenterology.Ed.Friedman S ; edisi ke 2 New Tork
2003 :McGraw Hill,hal 131-49
11. American Academy of Pediatrics Commite on Nutrition.Use of oral fluid
therapy and post-treatment feeding following enteritis in children in
a developed country. Pediatrics 1985;75;358-61
19
12. Hegar B, Kadim M. Tatalaksana diare akut pada anak dalam Majalah
kesehatan Kedokteran indonsia Vol 1 No 06,2003
13. Smith-Walker JA.Masalah Pediati di Bidang Gastroenterologi Tropis
dalam Problem Gastroenterologi Daerah Tropis Ed GC Cook,edisi ke
1 jakarta 2003; EGC 113-41
14. Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran
cerna.dalam Sari pediatric Vol 2,No. 4 maret 2001
15. Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen disre pada
bayi dan anak. Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/
16. Sandhu BK. Pratical guideline for the management of gastroenteritis in
children J Ped Gastroenterol Nutr 2001;33:S36-9
17. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada
tatalaksana diare akut dalam kumpulan makalah Kongres Nasional II
BKGAI Juli 2003
18. Armon K. Stephenson T, Macfaul R, Eccleston P, Warneke U. An
evidence and consensus based guideline for acute diarrhea
management Arch Dis Child 2001;85:132-42.
19. Bhan MK.Current consepts in management of acute diarrhea Indian
Pediatrics 2003:40:463-76
20. Ditjen PPM dan PLP,1999,Tatalaksana Kasus Diare Departemen
Kesehatan RI hal 24-25
21. Sinuhaji AB Peranan obat antidiare pada tatalaksana diare akut dalam
kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI juli 2003
22. Salazar-Lindo E. Santisteban-Ponces J, Chea WooE,Gutierez M.
Rececaddotril in treatment of acute watery diarrea in children N. Eng
J med 23003;34;463-7
23. Firmansyah A.Peran obat dalam tatalaksana diare pada anak.Dalam
Majalah Kesehatan Kedokteran Indonesia Vol 1 No07,2003,
24. Rohim A, Soebijanto MS.Probiotik dan flora normal usus dalam Ilmu
penyakit anak diagnosa dan penatalaksanaan . Ed Soegijanto S. Edisi
ke 1 Jakarta 2002 Selemba Medika hal 93-103
25. Van Niel Cornelis W, Feudtner C, Garisson MM, Dimitri A. Lactobacillus
Therapy for Acute InfectiousDiarrehe Children : A.Meta-analysis
Pediatrics 2002;109;678-684
26. Sazawal S dkk.Zine supplementation in young children with acute
diarrhea in India N Enggl J Med 1995;333:839-44
20
27. Strand TA dkk.Effectiveness and Efficacy of Zine for the Treatment of
Aucte Diarrhea in Young Children Pediatrics 2002;109;898-903
28. Bhandari N, Bahl R, Sazawal Sand.Bhan MK Breast-Feeding Status
Alters the Effect of Viatmin A Threatment During Aucte Diarrhea in
Children J. Nutr:127;1997:59-63
29. Baker SS;Davis AM.Hypocaloric oral therapyduring an episode of
diarrhea and vomiting can lead to severe malnutrition J Pediatr
Gastroenterol Nutr 1998 Jul;27(1)1-5.
30. Lama More RA;Gil-Alberdi Gonzalez B. Effect of nucleotides as dietary
supplement on diarrhea in healthy infants An Esp Pediatr 1998
Apr;48(4):371-5
31. CDC Recommendation and report The Management of Acute Diarrhea
in Children Oral Rehydration, Maintenance,and Nutritional Therapy
1992
32. Suharyono.Terapi nutrisi diare kronik Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan ilmu Kesehatan Anak ke XXXI, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia 1994.
33. Ditjen PPM&PLP Depkes RI.Tatalaksana Kasus Diare Bermaslah.
Depkes RI 1999 ;
21