You are on page 1of 22

MAKALAH PENDIDIKAN

PANCASILA

KELOMPOK 2
Nama : Arina Da Selva
M. Ivan Erlangga
Ria Shania
Materi : Pancasila Sebagai Dasar Negara

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II


Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
12120
1. PENGERTIAN IMPLEMENTASI

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai


pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah
kebijakan yang telah dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan
sepenuhnya.Kalau diibaratkan dengan sebuah rancangan bangunan yang dibuat
oleh seorangInsinyur bangunan tentang rancangan sebuah rumah pada kertas
kalkirnya maka implementasi yang dilakukan oleh para tukang adalah rancangan
yang telah dibuattadi dan sangat tidak mungkin atau mustahil akan melenceng
atau tidak sesuai denganrancangan, apabila yang dilakukan oleh para tukang tidak
sama dengan hasilrancangan akan terjadi masalah besar dengan bangunan yang
telah di buat karenarancangan adalah sebuah proses yang panjang, rumit, sulit dan
telah sempurna darisisi perancang dan rancangan itu. Maka implementasi
kebijakanjuga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah
direncanakan dalam kebijakannya untuk dijalankan dengan segenap hati dan
keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadiapabila yang dilaksanakan
bertolak belakang atau menyimpang dari yang telahdirancang maka terjadilah
kesia-sian antara rancangan dengan implementasi. Rancangan kebijakan dan
implementasi kebijakan adalah sebuah sistem danmembentuk sebuah garis lurus
dalam hubungannya (konsep linearitas) dalam artiimplementasi mencerminkan
rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman aktor lapangan yang terlibat
dalam proses sebagai inti kebijakan untuk memahami perancangan kebijakan
dengan baik dan benar.

2. IMPLEMENTASI PANCASILA DARI MASA KE MASA

a. Masa Orde Lama

Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang


berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada
saat itu kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan
kondisi sosial-budaya berada dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah
(inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian
bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama.
Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-
1950, periode 1950-1959, dan periode 1959-1966.

Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi


masalah, tetapi lebih dari itu ada upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai
dasar negara dengan faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun
tahun 1948 dan oleh DI/TII yang akan mendirikan negara dengan dasar islam.
Pada periode ini, nilai persatuan dan kesatuan masih tinggi ketika menghadapi
Belanda yang masih ingin mempertahankan penjajahannya di bumi Indonesia.
Namun setelah penjajah dapat diusir, persatuan mulai mendapat tantangan. Dalam
kehidupan politik, sila keempat yang mengutamakan musyawarah dan mufakat
tidak dapat dilaksanakan, sebab demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi
parlementer, dimana presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara, sedang
kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri. Sistem ini menyebabkan
tidak adanya stabilitas pemerintahan. Kesimpulannya walaupun konstitusi yang
digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensiil, namun dalam
praktek kenegaraan system presidensiil tak dapat diwujudkan.

Pada periode 1950-1959, walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi


rumusan sila keempat bukan berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara
terbanyak (voting). Sistem pemerintahannya yang liberal sehingga lebih
menekankan hak-hak individual. Pada periode ini persatuan dan kesatuan
mendapat tantangan yang berat dengan munculnya pemberontakan RMS, PRRI,
dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari NKRI. Dalam bidang politik,
demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap
paling demokratis. Tetapi anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat
menyusun UUD seperti yang diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis politik,
ekonomi, dan keamanan, yang menyebabkan pemerintah mengeluarkan Dekrit
Presiden 1959 untuk membubarkan Konstituante, UUD 1950 tidak berlaku, dan
kembali kepada UUD 1945. Kesimpulan yang ditarik dari penerapan Pancasila
selama periode ini adalah Pancasila diarahkan sebagai ideology liberal yang
ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan.

Pada periode 1956-1965, dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin.


Demokrasi bukan berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah
nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno.
Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam
konstitusi. Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden
seumur hidup, politik konfrontasi, menggabungkan Nasionalis, Agama, dan
Komunis, yang ternyata tidak cocok bagi NKRI. Terbukti adanya kemerosotan
moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai
Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.
Dalam mengimplentasikan Pancasila, Bung Karno melakukan pemahaman
Pancasila dengan paradigma yang disebut USDEK. Untuk memberi arah
perjalanan bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang teguh UUD 45,
sosialisme ala Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan
kepribadian nasional. Hasilnya terjadi kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang
memprihatinkan. Walaupun posisi Indonesia tetap dihormati di dunia
internasional dan integritas wilayah serta semangat kebangsaan dapat ditegakkan.
Kesimpulan yang ditarik adalah Pancasila telah diarahkan sebagai ideology
otoriter, konfrotatif dan tidak member ruang pada demokrasi bagi rakyat.

b. Masa Orde Baru

Orde baru berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945


secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang telah
menyimpang dari Pancasila. Situasi internasional kala itu masih diliputi konflik
perang dingin. Situasi politik dan keamanan dalam negeri kacau dan ekonomi
hampir bangkrut. Indonesia dihadapkan pada pilihan yang sulit, memberikan
sandang dan pangan kepada rakyat atau mengedepankan kepentingan strategi dan
politik di arena internasional seperti yang dilakukan oleh Soekarno.

Dilihat dari konteks zaman, upaya Soeharto tentang Pancasila, diliputi


oleh paradigma yang esensinya adalah bagaimana menegakkan stabilitas guna
mendukung rehabilitasi dan pembangunan ekonomi. Istilah terkenal pada saat itu
adalah stabilitas politik yang dinamis diikuti dengan trilogi pembangunan.

Perincian pemahaman. Pancasila itu sebagaimana yang kita lihat dalam


konsep P4 dengan esensi selaras, serasi dan seimbang. Soeharto melakukan ijtihad
politik dengan melakukan pemahaman Pancasila melalui apa yang disebut dengan
P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia
Pancakarsa. Itu tentu saja didasarkan pada pengalaman era sebelumnya dan situasi
baru yang dihadapi bangsa.

Pada awalnya memang memberi angin segar dalam pengamalan Pancasila,


namun beberapa tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata
tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Walaupun terjadi peningkatan kesejahteraan
rakyat dan penghormatan dari dunia internasional, Tapi kondisi politik dan
keamanan dalam negeri tetap rentan, karena pemerintahan sentralistik dan
otoritarian. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan
tertutup bagi tafsiran lain. Demokratisasi akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran
HAM terjadi dimana-mana yang dilakukan oleh aparat pemerintah atau negara.
Pancasila seringkali digunakan sebagai legimitator tindakan yang menyimpang. Ia
dikeramatkan sebagai alasan untuk stabilitas nasional daripada sebagai ideologi
yang memberikan ruang kebebasan untuk berkreasi. Kesimpulan, Pancasila
selama Orde Baru diarahkan menjadi ideology yang hanya menguntungkan satu
golongan, yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan demi persatuan dan
kesatuan hak-hak demokrasi dikekang.

c. Masa Orde Reformasi


Seperti juga Orde Baru yang muncul dari koreksi terhadap Orde Lama,
kini Orde Reformasi, jika boleh dikatakan demikian, merupakan orde yang juga
berupaya mengoreksi penyelewengan yang dilakukan oleh Orde Baru. Hak-hak
rakyat mulai dikembangkan dalam tataran elit maupun dalam tataran rakyat
bawah. Rakyat bebas untuk berserikat dan berkumpul dengan mendirikan partai
politik, LSM, dan lain-lain. Penegakan hukum sudah mulai lebih baik daripada
masa Orba. Namun, sangat disayangkan para elit politik yang mengendalikan
pemerintahan dan kebijakan kurang konsisten dalam penegakan hukum. Dalam
bidang sosial budaya, disatu sisi kebebasan berbicara, bersikap, dan bertindak
amat memacu kreativitas masyarakat. Namun, di sisi lain justru menimbulkan
semangat primordialisme. Benturan antar suku, antar umat beragama, antar
kelompok, dan antar daerah terjadi dimana-mana. Kriminalitas meningkat dan
pengerahan masa menjadi cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang
berpotensi tindakan kekerasan.

Kondisi nyata saat ini yang dihadapi adalah munculnya ego kedaerahan
dan primordialisme sempit, munculnya indikasi tersebut sebagai salah satu
gambaran menurunnya pemahaman tentang Pancasila sebagai suatu ideologi,
dasar filsafati negara, azas, paham negara. Padahal seperti diketahui Pancasila
sebagai sistem yang terdiri dari lima sila (sikap/ prinsip/pandangan hidup) dan
merupakan suatu keutuhan yang saling menjiwai dan dijiwai itu digali dari
kepribadian bangsa Indonesia yang majemuk bermacam etnis/suku bangsa, agama
dan budaya yang bersumpah menjadi satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa
persatuan, sesuai dengan sesanti Bhineka Tunggal Ika.

Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan diantara sesama warga bangsa


saat ini adalah yang ditandai dengan adanya konflik dibeberapa daerah, baik
konflik horizontal maupun konflik vertikal, seperti halnya yang masih terjadi di
Papua,Maluku. Berbagai konflik yang terjadi dan telah banyak menelan korban
jiwa antar sesama warga bangsa dalam kehidupan masyarakat, seolah-olah
wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila yang lebih
mengutamakan kerukunan telah hilang dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Orde Reformasi yang baru berjalan beberapa tahun telah memiliki empat
Presiden. Pergantian presiden sebelum waktunya karena berbagai masalah. Pada
era Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarno Putri, Pancasila secara
formal tetap dianggap sebagai dasar dan ideologi negara, tapi hanya sebatas pada
retorika pernyataan politik. Ditambah lagi arus globalisasi dan arus demokratisasi
sedemikian kerasnya, sehingga aktivis-aktivis prodemokrasi tidak tertarik
merespons ajakan dari siapapun yang berusaha mengutamakan pentingnya
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara.

Ideologi negara yang seharusnya menjadi acuan dan landasan seluruh


elemen bangsa Indonesia khususnya para negarawan dan para politisi serta pelaku
ekonomi dalam berpartisipasi membangun negara, justru menjadi kabur dan
terpinggirkan. Hasilnya NKRI mendapat tantangan yang berat. Timor-Timur yang
telah lama bergabung dalam NKRI melalui perjuangan dan pengorbanan lepas
dengan sekejap pada masa reformasi tersebut. Daerah-daerah lain juga
mengancam akan berdiri sendiri bila tuntutannya tidak dipenuhi oleh pemerintah
pusat. Tidak segan-segan, sebagian masyarakat menerima aliran dana asing dan
rela mengorbankan kepentingan bangsanya sebagai imbalan dolar.

Dalam bahasa intelijen kita mengalami apa yang dikenal dengan subversi
asing, yakni kita saling menghancurkan negara sendiri karena campur tangan
secara halus pihak asing. Di dalam pendidikan formal, Pancasila tidak lagi
diajarkan sebagai pelajaran wajib sehingga nilai-nilai Pancasila pada masyarakat
melemah.

3. PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI


a. Perlunya Pedoman Implementasi Pancasila
Setelah hakikat Pancasila dapat dipahami secara tepat, benar dan
mendalam terutama mengenai konsep, prinsip dan nilai yang terkandung di
dalamnya, maka Pancasila diyakini memiliki kapasitas yang handal untuk
mengarahkan perjuangan mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia.
Di depan telah diuraikan bahwa kebenaran dan ketangguhan Pancasila
tidak perlu diragukan lagi. Namun tanpa pemahaman oleh masyarakat luas secara
mendalam terhadap konsep, prinsip dan nilai yang terkandung di dalamnya,
disertai dengan sikap, kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan serta
mengantisipasi perkembangan zaman, Pancasila akan memudar dan tidak dapat
bertahan. Oleh karena itu setiap upaya pengembangan melalui implementasi
Pancasila perlu dilaksanakan secara tepat dan benar, sehingga masyarakat dapat
bersikap dan bertindak secara tepat dalam memperkokoh dan mempertahankan
Pancasila. Untuk itulah diperlukan suatu pedoman yang dapat dipergunakan oleh
masyarakat, sebagai pegangan mengimplementasikan Pancasila dengan baik dan
benar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.

b. Sistem, Struktur dan Strategi Implementasi Pancasila.


Setiap upaya untuk mengimplementasikan Pancasila dalam berbagai
bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, pertama-tama perlu didasari oleh
pemahaman terhadap maksud dan tujuannya, selanjutnya apa dan bagaimana
implementasi tersebut diselenggarakan, siapa saja yang terlibat di dalamnya, dan
bagaimana cara yang sebaiknya diterapkan, serta bentuk kelembagaan yang
diperlukan. Hal ini perlu dicantumkan dalam Pedoman Umum agar semua pihak
faham mengenai siapa melakukan apa, kapan dan bagaimana.
Maksud dan Tujuan Implementasi Pancasila
Maksud Implementasi Pancasila :
1) Mengembangkan pola fikir dan pola tindak berdasar pada konsep, prinsip,
dan nilai yang terkandung dalam Pancasila.
2) Mengembangkan sikap dan perilaku dalam mempertahankan dan menjaga
kelestarian Pembukaan UUD 1945.
3) Mengembangkan kemampuan mengoperasionalisasikan demokrasi dan
HAM berdasarkan Pancasila.
4) Mengembangkan kemampuan dalam penyusunan peraturan perundang-
undangan yang sejalan dan tidak bertentangan dengan Pancasila sebagai
dasar negara.
5) Mengembangkan pola pikir Bhinneka Tunggal Ika yang berwujud sikap,
tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan bangsa yang pluralistik.
6) Mengembangkan pemikiran baru dalam menghadapi perkembangan
zaman tentang Pancasila tanpa meninggalkan jatidirinya.
Tujuan implementasi Pancasila :
1) Masyarakat memahami secara mendalam konsep, prinsip, dan nilai
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2) Masyarakat memiliki keyakinan akan ketangguhan, ketepatan, dan
kebenaran Pancasila sebagai ideologi nasional, pandangan hidup bangsa,
dan dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3) Masyarakat memiliki pemahaman, kemauan dan kemampuan
mengimplementasi-kan Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan
berbangsa dan bernegara.

c. Sasaran Implementasi
Berdasarkan kesepakatan bangsa, Pancasila adalah dasar negara dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka konsekuensinya setiap warganegara harus
memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila. Pada dasarnya setiap warga negara telah memiliki pemahaman terhadap
nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, dengan latar belakang pengalaman
dan pendidikan masing-masing. Demi efektivitas dan efisiensi, perlu dipilih
kelompok sasaran yang strategis yang mempunyai dampak ganda (multiplier
effect)yang tinggi, antara lain :
elit politik;
insan pers;
anggota legislatif, eksekutif dan yudikatif pusat dan daerah;
tokoh agama, pemuda, adat
pengusaha;
dengan harapan agar mereka menjadi teladan dalam mengimplementasikan
Pancasila. Sasaran berikutnya baru masyarakat secara luas.
4. IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM PEMBUATAN
KEBIJAKAN EGARA / PEMERINTAH DALAM BIDANG POLITIK,
EKONOMI, SOSIAL BUDAYA DAN HANKAM

Berikut beberapa implementasi pancasila diberbagai bidang:

1) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG POLITIK.

Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada


dasar ontologis manusia.Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa
manusia adalah sebagai subjek Negara, oleh karena itu kehidupan politik harus
benar-benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus
mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila dam
esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara harus
segera diakhiri.

Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang


politik dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28.Pasal-pasal tersebut
adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan kemanusiaan
yang adil dan beradap yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan
ke-2 pancasila.Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional
bidang politik di Negara Republik Indonesia.

Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka pembuatan


kebijakan negara dalam bidang politik harus berdasar pada manusia yang
merupakan subyek pendukung pancasila, sebagai mana dikatakan oleh Noto
Nagoro (1975:23) bahwa yang berketuhanan, berkemanusiaan,berpersatuan,
berkerakyatan, dan berkeadilan adalah manusia. Manusia adalah subyek negara
dan oleh karena itu politik negara harus berdasar dan merealisasikan harkat dan
martabat manusia di dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar sistem politik negara
dapat menjamin hak-hak asasi manusia.Dengan kata lain, pembuatan kebijakan
negara dalam bidang politik di Indonesia harus memperhatikan rakyat yang
merupakan pemegang kekuasaan atau kedaulatan berada di tangan rakyat. Selain
itu, sistem politik yang dikembangkan adalah sistem yang memperhatikan
pancasila sebagai dasar-dasar moral politik.
Contoh Kebijakan :

Kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila yaitu dengan


pencabutan paket undang-undang bidang politik dan menyusun yang baru
dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1999 tentang Partai Politik,
Undang-Undang No. 3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum, dan
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan
MPR, DPR, dan DPRD, serta penggantian Undang-Undang Nomor 5
tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, dan Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, dengan Undang-
Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-
Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah beserta berbagai peraturan.
Pemilihan umum
System Kepartaian mengalami perubahan, Parpol bebas untuk didirikan
Politik Luar Negeri yang lebih proaktif dalam menjalankan jalannya
politik internasional
Kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila adalah kebijakan
program mobil murah, banyak pengamat politik menilai bahwa hal
tersebut sangat berbau politik karena alasannya hanya meningkatkan
produktifitas ekonomi, padahal efek belakangnya adalah kemacetan dan
pemborosan sumber daya (BBM).

2) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG EKONOMI.

Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang,
sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan
jarang mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan
Pancasila yang lebih tertuju kepada ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang
humanistic yang mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas
(Mubyarto,1999). Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan
saja melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat.Maka
sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.

Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang


politik dituangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33 dan pasal 34.Pasal-pasal
tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan
keadilan sosial yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke 4 dan sila
ke-5 pancasila.Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan sistem
ekonomi pancasila dan kehidupan ekonomi nasional. Berdasarkan penjabaran
pokok-pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang
ekonomi di indonesia dimaksudkan untuk menciptakan sistem perekonomian yang
bertumpu pada kepentingan rakyat dan berkeadilan. Salah satu pemikiran yang
sesuai dengan maksud ini adalah gagasan ekonomi kerakyatan yang dilontarkan
oleh Mubyarto, sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2000:239), yaitu
pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan, melankan demi
kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Dengan kata lain,
pengembangan ekonomi tidak bisa di pisahkan dengan nilai-nilai moral
kemanusiaan.
Contoh Kebijakan :
Kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila yaitu, kebijakan
penetapan harga minimum (floor price), tujuan pemerintah adalah untuk
melindungi produsen terutama untuk produk dasar pertanian. Misalnya
harga gabah kering terhadap harga pasar yang terlalu rendah. Hal ini
dilakukan supaya tidak ada tengkulak (orang/pihak yang membeli dengan
harga murah dan dijual kembali dengan harga yang mahal) yang membeli
produk tersebut diluar harga yang telah ditetapkan pemerintah. Jika pada
harga tersebut tidak ada yang membeli, pemerintah akan membelinya
melalui BULOG (Badan Usaha Logistik) kemudian didistribusikan ke
pasar. Namun, mekanisme penetapan harga seperti ini sering mendorong
munculnya praktik pasar gela, yaitu pasar yang pembentukan harganya di
luar harga minimum.
BLT (Bantuan Langsung Tunai)
Kebijakan Pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM)
BI Rate
Nilai Tukar
Operasi Moneter
Kebijakan Makroprudensial untuk pengelolaan liquiditas dan
mikroprudensial lalu lintas modal
Pembanguan RSUP
Keringanan pajak pada industry yang berorientasi pada eekspor
Perbaikan ekspor mineral
Kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila adalah kebijakan
impor kedelai, dalam hal ini yang dirugikan adalah produsen pertanian dan
pengusaha kecil (pabrik temped an tahu) dalam negeri, walaupun tujuan
pemerintah untuk menanggulangi permainan pasar yang akan meniadakan
kedelai dan menyebabkan harga kedelai naik tinggi. Kenaikan Harga BBM
karena menurut Kwik Kian Gie dalam analisisnya menjelaskan bahwa
dengan kondisi SDA Indonesia yang melimpah, negara mestinya
mengalami surplus (keuntungan) dengan kenaikan harga minyak dunia.

3) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG SOSIAL DAN


BUDAYA
Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya
didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki
oleh masyarakat tersebut.Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan
reformasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti-klimaks proses reformasi
dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai social budaya dalam
masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia
saat ini terjadi berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk
massa yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan
yang lainnya yang muaranya adalah masalah politik.

Oleh karena itu dalam pengembangan social budaya pada masa reformasi
dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia
sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri.Dalam prinsip etika
pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic, artinya nilai-nilai pancasila
mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang berbudaya.

Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang


politik dituangkan dalam pasal , 29, pasal 31, dan pasal 32. Pasal-pasal tersebut
adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradap, dan persatuan yang massing-masing
merupakan pancaran dari sila pertama, kedua, dan ke-tiga pancasila.Ketiga pokok
pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang kehidupan keagamaan,
pendidikan, dan kebudayaan nasional.

Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka implementasi


pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang sosial budaya
mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat indonesia harus diwujudkan dalam ptoses pembangunan masyarakat
dan kebudayaan di indonesia. Dengan demikian, pancasila sebagai sumber nilai
dapat menjadi arh bagi kebijakan negara dalam mengembangkan krhidupan sosial
budaya indonesia yang beradab, sesuai dengan sila ke-2, kemanusiaan yang adil
dan beradab.Pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat
nilai-nilaiyang dimliki bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai pancassila. Hal ini tidak
dapat dilepaskan dari fungsi pancasila sebagai sebuah sistem etika yang
keseluruhan nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang beradap.
Contoh Kebijakan :
BOS (Bantuan Operasional Sekolah)
Beasiswa dan Program Keluarga Harapan
JAMKESMAS
Kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila yaitu kebijakan
sosial mengenai fakir miskin mengacu pada pelaksanaan program
JPS (Jaring Pengaman Sosial) yang diterapkan di Indonesia paska
krisis ekonomi. JAMKESMAS jaminan kesehatan masyarakat.
Kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila adalah
Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin.
Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan
pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.

4) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG PERTAHANAN


DAN KEAMANAN.

Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum.Demi


tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan
negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka
melindungi hak-hak warganya.

Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik


dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30.Pasal-pasal tersebut merupakan
penjabaran dari pokok pikiran persatuan yang merupakan pancaran dari sila
pertama pancasila.Pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang
pertahanan dankeamanan nasional.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus diawali dengan
kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum. Pertahanan dan keamanan
negara di atur dan dikembangkan menurut dasar kemanusiaan, bukan
kekuasaandengan kata lain, pertahanan dan keamanan indonesia berbasis pada
moralitas keamanan sehingga kebijakan yang terkait dengannya harus terhindar
dari pelanggaran hak-hak asasi manusia.

Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdasar pada tujuan


tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
(sila pertama dan kedua), berdasar pada tujuan untuk mewujudkan kepentingan
seluruh warga sebagai warga negara (sila ke tiga), harus mampu menjamin hak-
hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (sila keempat), dan
ditujukan untuk mewujudkan keadilan dalam hidup masyarakat (sila kelima).
Semua ini dimaksudkan agar pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam
konteks negara hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan negara dalam
melindungi dan membela wilayah negara dengan bangsa, serta dalam mengayomi
masyarakat.
Contoh Kebijakan :
Mendirikan KPK
Realisasi HAM dan Reormasi Sektor Keamanan
Perlindungan TKI ddi Luar Negeri dan Kebijakan Bea dan Cukai
Misi perdamaian
Kebijakan wilayah kekuasaan Negara Indonesia
Kontrak Pengadaan peralatan ANTI SADAP untuk amankan strategis
TNI
Dibukanya lokakarya tentang penyusunan rencana induk pemenuhan
alat peralatan Pertahanan dan Keamanan (alphankam)

5. KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG SESUAI DENGAN NILAI-


NILAI PANCASILA

A. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa


Sila Ketuhanan yang maha Esa mencerminkan bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang beragama dan adanya kebebasan dalam memeluk agama masing-
masing dan menjalankan ibadah menurut agam dan
kepercayaannya itu. Artinya tidak ada pemaksakaan suatu agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain, yaitu tidak boleh
memaksakan orang lain memeluk agama kita atau memaksa seseorang untuk
berpindah ke agama lain. Negara memberikan jaminan kebebasan kepada warga
negara untuk memeluk agama yang sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan
masing-masing.
Dibuatnya kebijakan-kebijakan yang mencakup sila Ketuhanan Yang Maha Esa
yaitu dengan mempertimbangkan moral serta sifat-sifat sitem moral Indonesia
supaya bisa melandasi atau menjadi pedoman perilaku perorangan, kelompok-
kelompok dalam masyarakat.

Adapun kebijakan pemerintah yang sesuai dengan sila pertama antara lain:
1. Pendidikan agama
Pendidikan agama di Indonesia telah diadakan sejak tahun 1950, dengan
dibentuknya panitia bersama yang dipimpin Prof. Mahmud yunus dari
Departemen Agama, Mr. Hadi dari Departemen P dan K, hasil dari panitia itu
adalah SKB yang dikeluarkan pada bulan Januari.
Kebijakan ini sesuai dengan sila pertama pancasila yang menjamin
penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya, Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama,
Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga
negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.

2. Adanya kementrian agama Republik Indonesia.


Keberadaan Departemen Agama dalam struktur pemerintah Republik
Indonesia melalui proses panjang. Sebagai bagian dari pemerintah negara
Republik Indonesia; Kementerian Agama didirikan pada 3 Januari 1946. Dasar
hukum pendirian ini adalah Penetapan Pemerintah tahun 1946 Nomor I/SD
tertanggal 3 Januari 1946.

3. Diakuinya enam Agama resmi di Indonesia


Ketetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan
dan/atau Penodaan Agama pasal 1 menyatakan bahwa, "Agama-agama yang
dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen (Protestan), Katolik,
Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius)"
Namun, setelah reformasi Indonesia tahun 1998, ketika kejatuhan Soeharto,
Abdurrahman Wahid dipilih menjadi presiden yang keempat. Wahid mencabut
instruksi presiden No. 14/1967 dan keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 1978.
Agama Konghucu kini secara resmi dianggap sebagai agama di Indonesia. Kultur
Tionghoa dan semua yang terkait dengan aktivitas Tionghoa kini diizinkan untuk
dipraktikkan. Warga Tionghoa Indonesia dan pemeluk Konghucu kini dibebaskan
untuk melaksanakan ajaran dan tradisi mereka. Seperti agama lainnya di Indonesia
yang secara resmi diakui oleh negara.

4. Menjadikan hari besar keagamaan sebagai hari libur nasional.

B. Sila Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia
yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan
norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap
sesama manusia maupun terhadap lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang adil
mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang
berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu pengertian
bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil
terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap
lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai kemanusiaan
yang beradab mengandung makna bahwa beradab erat kaitannya dengan aturan-
aturan hidup, budi pekerti, tata krama, sopan santu, adat istiadat, kebudayaan,
kemajuan ilmu pengetahuan, dsb. Semua aturan diatas bertujuan untuk menjaga
agar manusia tetap beradab, tetap menghargai harkat dan derajat dirinya sebagai
manusia. Adab diperlukan agar manusia bisa meletakkan diri pada tempat yang
sesuai.

Kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan sila kedua contohnya yaitu:


a. Menegakkan HAM
Pemerintah berusaha semaksilmal mungkin menegakkan Hak Asasi Manusia
dengan membuat peraturan-peraturan HAM . Peraturan HAM dalam Konstitusi
Negara diantaranya sebagai berikut:

Undang-Undang Dasar Tahun 1945


Jaminan perlindungan tentang hak asasi manusia yang terdapat dalam
Undang-Undang Dasar Tahun 1945, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Hak atas persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, pasal 27


Ayat (1)
2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, pasal 27 Ayat (2)
3. Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dan lisan dan
tulisan, pasal 28

Undang-Undang

Peraturan HAM juga dapat dilihat dalam Undang-Undang Yang pernah


dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Antara lain sebagai berikut:

1. UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti penyiksaan,


Perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi dan
merendahkan martabat.
2. UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan Pendapat.
3. UU Nomor 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU Nomor 25
Tahun 1997 tentang Hubungan Perubahan.

Pengaturan HAM dalam peraturan pemerintah dan keputusan Presiden, di


antaranya adalah sebagai berikut.

1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun


1999 tentang Pengadilan HAM
2. Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 181 Tahun 1998 tentang Pendirian
Komisi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Wanita
3. Keputusan presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Pengadilan Hak Asasi Manusia pada

Keseluruhan ketentuan perundang-undangan di atas merupakan pintu pembuka


bagi strategi selanjutnya, yaitu tahap penataan aturan secara konsisten. Pada tahap
ini diupayakan mulai tumbuh kesadaran terhadap penghormatan dan penegakan
HAM, baik dikalangan aparat pemerintah maupun masyarakat karna HAM
merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu diperjuangkan, dihormati, dan
dilindungi oleh setiap manusia.
Penataan aturan secara konsisten memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi,
persyaratan pertama adalah demokrasi dan supermasi hukum, kedua, HAM
sebagai tatanan sosial.
b. Peraturan No 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan No 101 Tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran (PBI) pada penghujung tahun 2012 lalu. Peraturan itu pada intinya
mengatur tentang siapa saja yang berhak menerima bantuan pembayaran iuran
jaminan kesehatan dari pemerintah yang diambil dari APBN. Jaminan Kesehatan
ini akan mulai berlaku pada 1 Januari 2014.

c. Kebijakan Hukum
Kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila yaitu kebijakan terkait
pemberian hukuman, pemberian remisi, asimilasi dan grasi. Semua kebijakan
tersebut diatur dalam undang-undang.

C. Sila Ketiga, Persatuan Indonesia


Sila ke -3 ini mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi
seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama, suku, bahasa, dan
budaya. Sehingga dapat disatukan melalui sila ini berbeda-beda tetapi tetap satu
atau disebut dengan Bhineka Tunggal Ika. Persatuan Indonesia mengutamakan
kepentingan dan keselamatan negara ketimbang kepentingan golongan pribadi
atau kelompok seperti partai. Hal yang dimaksudkan adalah sangat mencintai
tanah air Indonesia dan bangga mengharumkan nama Indonesia. Sila ini
menanamkan sifat persatuan untuk menciptakan kerukunan kepada rakyat
Indonesia. Sila yang mempunyai lambang pohon beringin ini bermaksud
memelihara ketertiban yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam nilai Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah


sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama
diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa suku, ras,
kelompok, golongan, maupun kelompok agama. Oleh karena itu perbedaan adalah
merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen
yang membentuk Negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi
satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu
seloka Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan bukannya untuk diruncingkan menjadi
konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling
menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan
tujuan bersama.

Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu, maupun
golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya
harkat dan martabat seluruh warganya. Negara memberikan kebebasan atas
individu, golongan, suku, ras, maupun golongan agama untuk merealisasikan
seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral. Oleh karena
itu tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh
tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan seluruh
warganya) mencerdaskan kehidupan warganya, serta kaitannya dengan pergaulan
dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk mewujudkan suatu ketertiban dunia
yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan sila Persatuan Indonesia antara lain
a. Mewajibkan pelaksanaan Upacara Bendera
Terkait Kewajiban pelaksanaan upacara bendera diatur dalam:
1. UUD RI Tahun 1945
2. UU no. 09 Tahun 2010 tentang Keprotokolan
3. UU no. 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negera, serta
Lagu Kebangsaan

Kebijakan terkait Upacara bendera tersebut sesuai sila ketiga Persatuan


Indonesia. Karena dengan melaksanakan upaca bendera dapat memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Kementrian Pertahanan

Adanya kementrian pertahanan ini merupakan penerapan Nilai Keutuhan


Kesatuan dan Persatuan bangsa indonesia. Fungsi utamanya yaitu untuk
mempertahankan keutuhan NKRI. Mencegah serangan-serangan dari dalam
maupun dari luar yang mengancam persatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

c. Pendidikan Pancasila

Dengan adanya pendidikan pancasila, diharapkan generasi penerus bangsa bisa


memahami Ideologi bangsa Indonesia. Dengan begitu bangsa indonesia tidak
mudah terpengaruh dengan ideologi-ideologi asing yang tidak sesuai dengan
kebudayaan bangsa Indonesia.
Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman
dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan
beradab, perilaku kebudayaan, dan beraneka ragam kepentingan perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan perorangan dan golongan. Dengan demikian, perbedaan pemikiran,
pendapat, atau kepentingan diatasi melalui keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

D. Sila ke Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan dan Perwakilan

Sila ke-4 yang mana berbunyi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Sebuah kalimat yang secara
bahasa membahasakan bahwa Pancasila pada sila ke 4 adalah penjelasan Negara
demokrasi. Sebuah keputusan pada intinya tidak boleh ada suatu kehendak yang
dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum diambil keputusan yang menyangkut
kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah. Keputusan
dilakukan secara mufakat. Musyawarah untuk mencapai mufakat ini, diliputi oleh
semangat kekeluargaan, yang merupakan ciri khas Bangsa Indonesia. Nilai
kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan. Nilai ini menganut paham demokrasi.

Kebijakan pemerintah yang sesuai dengan sila ke-4 antara lain:


1. Tidak melarang adanya unjuk rasa
Kebebasan menyampaikan pendapat melalui unjuk rasa atau demonstrasi
merupakan bagian dari implementasi prinsip sila keempat pancasila.
Pemerintah tidak melarang adanya unjuk rasa atau berpendapat di muka umum.

2. Sidang pleno MPR


MPR bersidang sedikitnya dua kali dalam lima tahun di ibukota negara. Sidang
MPR yang dilaksanakan biasanya membahas rancangan undang-undang,
rancangan anggara, ataupun membahas permasalahan yang ada . Sebelum
mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu diupayakan
pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai hasil yang mufakat.

3. Pemilihan Umum
Pemilihan umum sesuai dengan prinsip demokrasi yang terkandung dalam sila
keempat pancasila. Pemilu merupakan salah satu penerapan prinsip kerakyatan.
factor yang menyebabkannya sesuai dengan pancasila adalah asas LUBER, yaitu:
langsung. Berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan
tidak boleh diwakilkan, umum berarti pemilu dapat diikuti seluruh warga Negara
yang sudah memiliki hak menggunakan suara, bebas berarti pemilih diharuskan
memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, dan rahasia berarti
suara yang diberikan pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu
sendiri.

E. Kebijakan Pemerintah yang Sesuai dengan Nilai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia

Pemberian Bantuan untuk warga miskin


Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global, artinya kemiskinan
adalah masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia.
Kemiskinan berhubungan dengan kekurangan materi, rendahnya penghasilan, dan
adanya kebutuhan sosial. Sehingga pemerintah memberikan bantuan BLT berupa
uang tunai dan sembako kepada masyarakat miskin. Di Indonesia terdapat
kecenderungan bahwa seakan-akan kemiskinan hanya diberantas oleh program-
program pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan seolah mencakup pemberian
modal usaha untuk membuka warung kecil di sudut kampung, pemberian sapi
atau kambing untuk peternakan dan pelatihan keterampilan perbengkelan atau
kerajinan tangan. Asumsinya sederhana, jika orang miskin diberi modal dan
dilatih, maka mereka akan memiliki pekerjaan dan pendapatan, sehingga
kehidupan mereka bisa menjadi lebih baik.
Asuransi Kesejahteraan Sosial
Penelitian evaluasi Program Jaminan Kesejahteraan Sosial: Asuransi
Kesejahteraan Sosial ini bertujuan memahami proses dan hasil pelaksanaan
program. Instrument utama dalam menganalisis data lapangan menggunakan
konsep asuransi sosial, yaitu suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat
wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas resiko sosial
ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.
Pemberian Dana Pensiun
Kementerian Keuangan memastikan 4,7 juta PNS akan mendapatkan gaji ke-13
bulan ini. Kepastian tersebut menyusul terbitnya Peraturan Pemerintah No 33
Tahun 2011 tanggal 30 Juni 2011 tentang pemberian gaji atau pensiun tunjangan
bulan ketiga belas dalam tahun anggaran 2011 kepada pegawai negeri, pejabat
negara, dan penerima pensiun tunjangan.
Mendirikan Pustu/Puskesmas Pembantu di Setiap Daerah
Untuk mensejahterakan rahyat, tidak hanya dengan serangkaian materi tetapi
kesehatan itu lebih penting, karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa
pendirian puskesmas-puskesmas di setiap daerah, dengan tujuan agar semua
rakyatnya bisa hidup sehat, tanpa mengidap penyakit yang parah dengan biaya
yang murah bahkan pengobatan gratis.
Pemberdayaan Perempuan
Dengan meningkatkan peranaan perempuan dalam bekerja, berkarier di bidang
apa saja dan meningkatkan kesetaraannya, meningkatkan jumlah dan proporsi
perempuan dalam menamatkan pendidikannya, menurunkan kasus tindak
kekerasan terhadap perempuan, maka suatu kebijakan seperti itu dapat mengubah
nasib kaum perempuan di masa sekarang.

You might also like