Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Perilaku sumber daya manusia dalam organisasi sangat mempengaruhi dalam kinerja
Perusahaan. Perilaku ada berdasarkan tingkah perilaku extra-role atau yang lebih dikenal
dengan istilah Organizational Citizenship Behavior (OCB). OCB melibatkan beberapa
perilaku yaitu meliputi perilaku menolong orang lain, menjadi sukarelawan untuk tugas-
tugas ekstra, dan patuh terhadap aturan-aturan serta prosedur-prosedur di tempat kerja.
Perilaku-perilaku ini menggambarkan "nilai tambah karyawan" dan merupakan salah satu
bentuk perilaku prososial, yaitu perilaku sosial yang positif, konstruktif dan bermakna
membantu. Motivasi Kerja yang tinggi juga akan tercipta bila kualitas kehidupan kerja
memberikan kenyaman dan kesejahteraan bagi kehidupan di lingkungan kerja dan
lingkungan keluarga. Kualitas kehidupan kerja (Quality Of Work Life) dipandang
mampu untuk meningkatkan peran serta dan sumbangan para anggota atau karyawan
terhadap organisasi. Adanya kualitas kehidupan kerja juga menumbuhkan keinginan para
karyawan untuk tetap tinggal dalam organisasi. Penelitian juga menunjukkan adanya
hubungan positif antara praktek kualitas kehidupan kerja dengan kinerja karyawan.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui, menganalisis dan membuktikan:
OCB berpengaruh terhadap motivasi kerja. QWL berpengaruh terhadap motivasi kerja.
OCB berpengaruh terhadap kinerja pegawai. QWL berpengaruh terhadap kinerja.
Motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai. pengaruh Motivasi kerja sebagai
mediasi hubungan OCB terhadap kinerja Pengaruh Motivasi kerja sebagai mediasi
hubungan QWL terhadap kinerja.
Kata Kunci : OCB, QWL, Motivasi kerja dan kinerja
PENDAHULUAN
Karyawan hampir menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam sehari di
tempat kerja mereka. Bagi perusahan adalah penting untuk membuat lingkungan yang
kondusif bagi karyawan sehingga mereka lebih baik melakukan dan juga efisiensi
organisasi dapat ditingkatkan. Dan perusahan sebagai organisasi pastilah mengalami
dinamika yang dinamis, perubahan yang terjadi sangatlah banyak factor yang
mempengaruhinya, baik factor internal maupun factor ekternal.
PT. Surveyor Carbon Consulting Indonesia (PT.SCCI) sebuah anak perusahaan
dari PT. Surveyor Indonesia (PT.SI) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) didirikan pada tahun 2002. PT. Surveyor Indonesia (PT.SI) dengan perusahaan
asal Australia bernama CCI Holding Limited (CCI) dengan saham 50:50%. Juli 2007,
CCI Holdings Limited di akuisisi oleh perusahaan asal Perancis yang bernama Bureau
Veritas (BV), sehingga 50% saham CCI dimiliki oleh BV. Februari 2011, Bureau Veritas
melepas 50% kepemilikan sahamnya kepada PT. SI. Sejak itu PT. SI memiliki
sepenuhnya saham sebesar 100%. PT. SCCI bergerak pada bidang jasa penilaian,
pengujian, serta pengamatan komoditi Batubara dengan kantor pusat di Jakarta dan
memiliki cabang di Samarinda, Banjarbaru, Palembang, dan Berau. PT. SCCI didirikan
dengan harapan dapat meningkatkan Kinerja karyawannya secara terus menerus.
Gambar 2. Kapasitas terpasang PT. SCCI untuk Preparasi dan Laboratorium Per Sep 2016
Bagi karyawan, tingkat Kinerja yang tinggi dapat memberikan motivasi kerja
yang tinggi di bidang pekerjaannya. Selain itu ada adalah banyak perilaku yang tidak
terdeskripsi secara formal yang dilakukan oleh karyawan, misalnya membantu rekan
kerja menyelesaikan tugas, kesungguhan dalam mengikuti rapatrapat perusahaan, sedikit
mengeluh banyak bekerja, dan lain-lain.
Pada dasarnya kinerja karyawan merupakan hasil proses yang kompleks, baik
berasal dari diri pribadi karyawan ( internal factor ) maupun upaya strategis dari
perusahaan (Raduan et al., 2006 : 59). Faktor-faktor internal tersebut misalnya motivasi,
tujuan, harapan dan lain-lain. Sementara faktor eksternal adalah lingkungan fisik dan non
fisik perusahaan. Kinerja yang baik tentu saja merupakan harapan bagi semua perusahaan
dan institusi yang mempekerjakan karyawan, sebab kinerja karyawan ini pada akhirnya
diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Faktor internal pegawai tersebut diantaranya motivasi kerja, Keterlibatan kerja, sikap
kerja, etos kerja, keloyalan. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kinerja karyawan yang
akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja suatu organisasi (wirawan, 2009 : 6).
Selengkapnya faktor-faktor tersebut digambarkan sebagai berikut:
Lingkungan Faktor Internal Karyawan: Lingkungan Internal
Ekternal: Bakat dan sifat Pribadi Organisasi:
Kreatifitas
Kehidupan ekonomi Pengetahuan dan Visi, misi dan Tujuan
Kehidupan Politik keterampilan organisasi
Kehidupan sosial Kompetensi Kebijakan organisasi
Budaya dan agama Pengalaman kerja Bahan mentah
masyarakat Keadaan fisik Teknologi (robot,sistem
Kompetitor Keadaan Psikologi produksi, dsb)
Strategi organisasi
Perilaku Kerja Karyawan: Sistem Management
Etos Kerja Kompensasi
Disiplin Kerja Kepemimpinan
Motivasi kerja Modal
Semangat kerja Budaya organisasi
Sikap kerja Ilkim Organisasi
Stres Kerja Teman sekerja
Keterlibatan Kerja
Kepemimpinan
Kepuasan Kerja
Keloyalan
STUDI KEPUSTAKAAN
Organisational citizenship Behaviour (OCB)
Dasar-dasar OCB berakar pada Barnard 1938 dan gagasan bahwa keinginan
individu untuk bekerja sama sangat penting dan sangat diperlukan bagi organisasi.
Demikian pula, Katz 1964 menyinggung OCB dengan anggapan bahwa, selain bergabung
dan tinggal dengan organisasi dan memenuhi standar kinerja, karyawan harus secara
spontan melampaui peran mereka. Katz dan Kahn 1978 memperluas gagasan ini dengan
menggambarkan perilaku spontan yang secara intrinsik kooperatif dan mutlak diperlukan
untuk fungsi organisasi.
Perilaku-perilaku kerja karyawan telah menjadi subjek penelitian yang menarik
minat para peneliti dan akademisi. Di antara perilaku karyawan berbagai perilaku kerja
sering digunakan untuk memprediksi kinerja individu, kelompok, dan organisasi
(Bateman & Organ, 1983; Organ, 1988. Konstruk perilaku kerja karyawan yang banyak
mendapat perhatian para peneliti adalah perilaku kerja OCB yang dikembangkan oleh
Organ (1988), bahwa fungsi organisasi difasilitasi ketika karyawan bekerja melampaui
persyaratan peran formal yang tidak secara eksplisit dibutuhkan oleh deskripsi pekerjaan
dan sistem imbalan formal. Jenis dari perilaku karyawan seperti ini oleh Bateman dan
Organ (1983) dan Smith, Organ, dan Near (1983) dinamakan sebagai "perilaku ekstra
peran" (OCB). OCB telah menjadi salah satu topik yang lebih luas dipelajari di bidang
perilaku organisasi (NP Podsakoff, Whiting, Podsakoff, & Blume, 2009; Vigoda-Gadot,
2007.
Topik ini menjadi menarik adalah mungkin karena setidaknya ada dua alasan.
Pertama, hasil positif perilaku kewarganegaraan (OCB) terhadap organisasi. Banyak
penelitian telah menunjukkan bahwa OCB secara positif berkaitan dengan kinerja, salah
satu hasil yang paling dicari dalam literatur studi organisasi, pada individu, unit, dan
tingkat analisis organisasi (Ehrhart, Bliese, & Thomas, 2006; NP Podsakoff et al, 2009;.
PM Podsakoff et al, 2000). Selain itu, OCB diakui juga memberikan kontribusi terhadap
lingkungan kerja yang sehat dan lebih positif (Organ, 1988; Organ & Ryan, 1995).
Kedua, OCB memberikan tantangan intelektual yang menggiurkan bagi para peneliti:
karena perilaku ini biasanya tidak termasuk dalam deskripsi pekerjaan atau kebijakan
resmi perusahaan, mereka dapat dengan mudah terjadi tanpa disadari, terdefinisi, dan
tidak terukur. Akibatnya, para peneliti tergoda untuk mengungkap dan memahami jenis
perilaku yang lain, dan untuk mengembangkan teori-teori yang menjelaskan proses
melalui mana karyawan berkontribusi terhadap keberhasilan individu dan perusahaan.
Dengan demikian, untuk alasan praktis dan teoritis, OCB telah menjadi topik yang sangat
menarik.
Lima kategori utama OCB yang diusulkan oleh Organ (1988) dan terus menjadi
dimensi yang paling sering diuji dalam penelitian modern: altruism, conscientiousness,
sportsmanship, courtesy, and civic virtue (P. M. Podsakoff, MacKenzie, Moorman, &
Fetter, 1990). Altruism merupakan perilaku yang membantu orang lain dalam
menghadapi masalah dalam pekerjaannya. Conscientiousness mengacu pada perilaku
seseorang yang tepat waktu, tingkat kehadiran tinggi, dan berada di atas persyaratan
normal yang diharapkan. Sportmanships menunjukkan seseorang yang tidak suka
memprotes atau mengajukan ketidakpuasan terhadap masalah-masalah kecil. Courtesy
menunjukkan sikap sopan santun dan hormat yang ditunjukkan dalam setiap perilaku.
Civic virtue menunjukkan kontribusi terhadap isu-isu politik dalam suatu organisasi pada
suatu tanggung jawab.
Quality of Work Life (QWL)
Istilah Quality of Work Life terkenal berasal dari konferensi internasional
hubungan perburuhan tahun 1972 di Arden House, Columbia University, New York
(Davis & Cherns, 1975 dalam Sinha C, 2012). Meskipun tampaknya tidak disepakati
definisi Quality of Work Life, telah digunakan sebagai konstruksi yang berkaitan dengan
kesejahteraan karyawan. Beberapa orang mengatakan bahwa Mills (1978) mungkin yang
pertama menciptakan istilah Quality of Work Life (QWL) dan ia menyarankan bahwa
QWL pindah ke kosakata permanen dari serikat pekerja dan manajemen. Dari perspektif
bisnis, QWL ini penting karena ada bukti yang menunjukkan bahwa sifat lingkungan
kerja berkaitan dengan kepuasan karyawan dan perilaku yang berhubungan dengan
pekerjaan (Greenhaus et al., 1987 dalam Sinha C, 2012). QWL juga ditemukan untuk
mempengaruhi respon kerja karyawan dalam hal identifikasi organisasi, kepuasan kerja,
keterlibatan kerja, usaha kerja, prestasi kerja, niat untuk berhenti, omset organisasi dan
keterasingan pribadi (Carter et al, 1990;. Efraty & Sirgy, 1990;. Efraty et al, 1991, dalam
Sinha C, 2012).
Konsep utama QWL membicarakan tentang pemuasan kebutuhan karyawan
melalui penyediaan jaminan kerja, reward systems yang lebih baik, upah yang tinggi,
kesempatan untuk pertumbuhan. Senada dengan itu, Johnson (Kheradmand E, 2010)
mengemukakan QWL is defined as the favorable conditions and environments of a
workplace that support and promote employee satisfaction by providing them with
rewards, job security, and growth opportunities. Pada masa mendatang, bidang QWL
nampaknya akan dipengaruhi oleh perubahan sosial.
Motivasi Kerja
Dalam bukunya Kreitner (2005 : 248) mendefinisikan motivasi sebagai proses
psikologis yang meningkatkan dan mengarahkan prilaku untuk mencapai tujuan
sedangkan menurut Luthans (2006 : 13) motivasi adalah proses sebagai langkah awal
seseorang melakukan tindakan akibat kekurangan secara fisik dan psikis atau dengan kata
lain adalah suatu dorongan yang ditunjukan untuk memenuhi tujuan tertentu. Menurut
Anaroga (2001 : 25) motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan
kerja, oleh sebab itu motivasi kerja dalam psikologi karya biasa disebut pendorong
semangat kerja. Menurut Robbins (2006 : 214), motivasi adalah proses yang berperan
pada intensitas, arah dan lamanya berlangsung upaya individu kearah pencapaian sasaran.
Kinerja
Robbins (2007:183) : Bahwa Kinerja diperusahaan dipengaruhi oleh tingkat
kepuasan kerja. Produktivitas dan kepuasan kerja mempunyai hubungan positif atau
searah, yaitu apabila kepuasan tinggi maka produktivitas juga akan tinggi, dan apabila
kepuasan rendah maka produktivitas juga akan rendah. Artinya bahwa organisasi-
organisasi dengan karyawan yang terpuaskan cenderung lebih efektif, dari pada
organisasi dengan karyawan yang kurang terpuaskan. Untuk menilai Kinerja karyawan
dibutuhkan penilaian kinerja. Melalui penilaian kinerja, karyawan akan mendapatkan
informasi mengenai seberapa baik ia bekerja jika dibandingkan dengan standard
organisasi. Dengan kata lain karyawan akan mendapat umpan balik atas kinerja mereka
sebagai pedoman perilaku di masa depan. Sehingga diperlukan penilaian Kinerja yang
dilakukan secara benar dan tepat agar hasilnya dapat dijadikan informasi terhadap fokus
strategi organisasi ke depan.
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini adalah di PT. SCCI Meliputi Kantor Pusat Jakarta, Kantor Cabang
Palembang, Samarinda, Banjarmasin dan Berau. Waktu penelitian dilakukan pada Bulan
Mei sampai bulan September 2016.
Jenis dan Sumber Data
Menurut Nawawi (2005:96-97): Data yang digunakan dalam penelitian terdiri
atas dua jenis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Data kuantitatif, adalah jenis data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka atau
jumlah dengan satuan ukur, yang dapat dihitung secara sistematis. Dalam penelitian
ini yang termasuk data kuantitatif adalah skor jawaban responden.
2. Data kualitatif, adalah jenis data yang tidak dalam bentuk angka, seperti struktur
organisasi, uraian tugas, dan unit kerja.
Populasi
Menurut Sugiyono (2008:115) : Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek / subjek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, yang
ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Definisi lainnya
mengatakan bahwa, populasi terdiri dari semua item atau individu yang kita tertarik
tentang apa yang ingin dicapai kesimpulan, baik yang sifatnya terbatas (finite) atau yang
tidak terbatas (infinite) (Berenson et al., 2012, Doane and Seward, 2013). populasi dalam
penelitian ini adalah karyawan pada PT. Surveyor Carbon Consulting Indonesia, yang
berjumlah 132 orang.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik probabilistik, yaitu simple
random sampling. Sehingga seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk
dipilih sebagai sampel. Simple random sampling dikatakan simple karena memilih
sampel secara acak dengan mengabaikan strata, jenis kelamin, usia dan atribut lain dalam
populasi tersebut (Sugiyono, 2008, Sugiyono, 2013).
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data dilakukan dengan cara menemui responden, Metode
yang dipergunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut :
1) Observasi
Menurut Supardi (2006:88) : Metode observasi merupakan metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematik gejala yang akan
diselidiki. Observasi dilakukan menurut prosedur dan aturan tertentu, sehingga dapat
diulangi kembali bila diperlukan. Hasil observasi memberikan kemungkinan untuk
ditafsirkan secara ilmiah.
2) Kuesioner
Menurut Sutopo (2006:82) : Pengumpulan data bisa dilakukan secara tidak
langsung melalui kuesioner, dengan menggunakan daftar pertanyaan yang disebarkan
kepada responden. Daftar pertanyaan tersebut memuat hal-hal yang berkaitan dengan
variabel-variabel OCB, QWL dan Motivasi kerja, yang diindikasikan dapat
mempengaruhi Kinerja karyawan di PT. Surveyor Carbon Consulting Indonesia.
Defenisi Operasional Variabel
Tabel 2. Operasional Variabel Penelitian
Kuesi
Variabel Dimensi Indikator
oner
perilaku membantu orang lain dalam
Organizational Citizenship mengatasi setiap masalah yang ada
OCB1 Helping Behavior 1-4
Behavior (X1). terkait dengan karyawan dalam suatu
beberapa perilaku meliputi organisasi
perilaku menolong orang Perilaku tersebut melibatkan kreatif dan
OCB2 Conscientiosnee 5-8
lain, menjadi sukarelawan inovatif secara sukarela
untuk tugas-tugas ekstra, suatu daya toleransi yang tinggi
dan patuh terhadap aturan- OCB3 Spartmanship terhadap lingkungan yang kurang atau 9-12
aturan serta prosedur di bahkan tidak menyenangkan
tempat kerja. peduli terhadap kelangsungan hidup
OCB4 civid virtue 13-16
organisasi
Penghargaan dari energi karyawan
Pengupahan gaji yang
QWL1 dimanifestasikan sebagai hasil produksi, 1-3
adil dan sesuai
atau suatu jasa dianggap sama untuk itu
suatu sistem pengendalian terhadap
Kondisi kerja yang
QWL2 manusia, sarana , lingkungan kerja dan 4-6
aman dan sehat
perangkat lunak.
sejauhmana pekerjaan yang digeluti
kesempatan untuk
Quality of Work Life (X2) oleh karyawan memberikan kesempatan
menggunakan dan
QWL3 kepada karyawan untuk menggunakan 7-9
mengembangkan
persepsi karyawan tentang dan mengembangkan segala
kapasitas diri
kesejahteraan mental dan kemampuan dan keterampilan
fisiknya ketika bekerja. sejauhmana pekerjaan yang digeluti
Kesempatan untuk oleh karyawan dapat memberikan
QWL4 10-12
maju dan berkembang peluang bagi dirinya untuk maju dalam
karier di masa yang akan datang
rekan kerja dapat menerima kehadiran
Relasi sosial di individu dan sejauhmana lingkungan
QWL5 13-15
tempat kerja kerja lepas dari prasangka yang
destruktif.
organisasi dapat memenuhi hak-hak
berkaitan juga dengan
yang semestinya dimiliki karyawan dan
QWL6 hak-hak pribadi 16-18
sejauhmana organisasi memberikan
karyawan
kebebasan terhadap keleluasan pribadi
sejauhmana pekerjaan mempengaruhi
Kerja dan ruang
peranan-peranan hidup pribadi
QWL7 kehidupan 19-21
karyawan, seperti hubungan dengan
keseluruhan
keluarga.
organisasi memiliki tanggung jawab
Relevansi sosial dari sosial terhadap lingkungannya,
QWL8 kehidupan kerja sejauhmana organisasi dapat
22-24
memberikan kebanggaan kepada
karyawannya
Semangat yang tinggi Bekerja dengan semangat, Bekerja
MK1 1-3
Motivasi Kerja (Y) untuk berprestasi dengan disiplin dan komitmen
pengakuan dari rekan kerja Mendapat
adanya semangat yang Ingin mendapatkan pengakuan dari atasan Mendapat
MK2 4-6
tinggi untuk berprestasi, pengakuan Pengakuan dari keluarga Mendapat
ingin mendapatkan pengakuan dari lingkungan sosial
pengakuan, mendapatkan
Mendapatkan mendapatkan gaji, insentif, bonus
MK3 7-9
kompensasi, merasa puas kompensasi Kenaikan jabatan Promosi jabatan
dalam bekerja dan Menginginkan Mendapat pertumbuhan pribadi Merasa
lingkungan kerja sesuai MK4 10-12
kepuasan bekerja senang terhadap pekerjaan
harapan.
Mengharapkan Jenis pekerjaan sesuai minat dan bakat
MK5 13-15
lingkungan kerja Sifat pekerjaan menarik dan menantang
1-5
Kinerja (Z) K1 Kualitas pekerjaan Kualitas hasil dalam pekerjaan.
Kinerja : Pelaksanaan
6-10
pekerjaan berkualitas, K2 Kuantitas pekerjaan Kuantitas hasil dalam pekerjaan.
kuantitas dan konsisten
Ketepatan waktu dalam melaksanakan 11-15
terhadap hasil yang dicapai. K3 Disiplin kerja waktu
tugas.
Uji Validitas
Uji validitas ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana item-item pertanyaan
kuesioner yang disusun dapat mewakili variabel yang sedang diukur. Pengujian validitas
menggunakan loading factor dari perhitungan perangkat lunak SmartPLS
Suatu model dinyatakan valid jika memiliki loading factor di atas 0,5, atau dengan kata
lain loading factor yang lebih rendah dari 0,5 memiliki convergent validity rendah,
sehingga factor loading yang lebih rendah dari 0,5 harus di drop dari model
Maka didapat Analisis Jawaban Responden Terhadap Variabel Penelitian OCB dan
QWL Karyawan PT. SCCI termasuk dalam kategori baik begitu juga dengan Motivasi
kerja dan kinerja dapat dilihat di table 6.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas data (uji keandalan) dilakukan untuk mengukur konsistensi dan
stabilitas dari skor (skala pengukuran) sebuah instrumen dalam mengukur konsep tertentu
dan membantu nilai goodness dari sebuah instrumen pengukuran. Sehingga uji reliabilitas
berkaitan dengan porsi pengukuran karena efek permanent yang bertahan dari sampel ke
sampel yang diindikasikan dengan hasil skor yang konsisten (Friedenberg, 1995, Netemeyer
et al., 2003).
Uji kualitas data dilakukan dengan melihat nilai composite reliability yang
dihasilkan dengan perhitungan perangkat lunak SmartPLS dari variabel yang ada yaitu:
OCB (X1), QWL (X2), Motivasi Kerja (Y1), dan Kinerja Karyawan (Y2),. Nilai composite
reliability yang baik adalah 0.70 (Hair et al., 1998) dapat dikatakan bahwa konstruk
memiliki reliabilitas yang tinggi atau reliable dan > 0,6 dikatakan cukup reliable
(Ghozali and Fuad, 2005), Average Variance Extracted (AVE) > 0.50.
Abdillah dan Jogiyanto (2015) menjelaskan juga bahwa sesungguhnya uji
reliabilitas yang merupakan uji konsistensi internal tidak mutlak untuk dilakukan jika
validitas konstruk telah terpenuhi. Hasinya pada tabel dibawah ini
Tabel 7 Composite Reliability dan Cronbach Alpha
Variabel Composite Reliability Cronbach Alpha
Organization Citizenship Behavior (OCB) 0,725 0,634
Quality of worl life (QWL) 0,850 0,814
Motivasi Kerja 0,880 0,854
Kinerja 0,901 0,881
Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa nilai composite reliability semua variabel di
atas 0,7 dan nilai cronbahs alphasemua variabel di atas 0,6, semua variabel fit, hal ini
berarti bahwa semua item pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur variabel
adalah reliable yang baik.
Pengukuran Struktur / Inner Model
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan
antara variabel dari model penelitian. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan
R-square (koefisien determinasi) untuk variabel dependen sebagimana tercantum pada
Tabel 8.
Tabel 8. Tabel R-square Variabel Dependen
Variabel Nilai R-square
Kinerja (Y2) 0,331
Motivasi Kerja(Y1) 0,437
Semakin tinggi nilai R-square, maka semakin besar kemampuan variabel
independen tersebut dapat menjelaskan variabel dependen sehingga semakin baik
persamaan struktural. R Square pada konstruk endogen. Nilai R Square adalah koefisien
determinasi pada konstruk endogen. Menurut Chin (1998), nilai R square sebesar 0.67
(kuat), 0.33 (moderat) dan 0.19 (lemah). Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa variabel
Kinerja memiliki niai r-square sebesar 0,331, artinya bahwa variabel Kinerja dapat
dijelaskan oleh konstruk OCB, konstruk QWL dan konstruk Motivasi kerja sebesar 33 %.
Variabel Motivasi kerja memiliki nilai r-square sebesar 0,437, artinya bahwa variabel
Motivasi kerja dapat dijelaskan oleh konstruk OCB dan konstruk QWL sebesar 43,7 %.
Semakin tinggi nilai r-square, maka semakin besar kemampuan variabel independen
tersebut dapat menjelaskan variabel dependen sehingga semakin baik persamaan
struktural.
Tabel 9 Tabel Path coefficients
Jalur (path) Coefficients
MOTIVASI KERJA (Y1) -> KINERJA(Y2) 0,390
OCB(X1) -> KINERJA(Y2) 0,270
OCB(X1) -> MOTIVASI KERJA (Y1) 0,319
QWL(X2) -> KINERJA(Y2) -0,023
QWL(X2) -> MOTIVASI KERJA (Y1) 0,402
Total effect
tabel 11. Total effect
Jalur Original Sample (O)
MOTIVASI KERJA (Y1) -> KINERJA(Y2) 0,390
OCB(X1) -> KINERJA(Y2) (0,270 + 0,124) 0,394
OCB(X1) -> MOTIVASI KERJA (Y1) 0,319
QWL(X2) -> KINERJA(Y2) (-0,023 + 0,157) 134
QWL(X2) -> MOTIVASI KERJA (Y1) 0,402
Pengaruh OCB (X1) terhadap kinerja(Y2) dengan Motivasi Kerja sebagai
variabel mediasi. Pengaruh langsung : P1 = 0,270 Pengaruh melalui tidak langsung : P2
* P3 = 0,319 x 0,390 = 0,124 Ternyata menghasilkan angka yang beda, dari pengaruh
langsung dan tidak langsung (mediasi) dimana nilai 0,270 > 0,124 sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengaruh Tak langsung variabel Motivasi kerja tidak bisa
memediasi hubungan OCB terhadap kinerja.
Pengaruh QWL (X2) terhadap kinerja(Y2) dengan Motivasi Kerja sebagai
variabel mediasi. Pengaruh langsung : P1 = - 0,023, Pengaruh melalui tidak langsung : P4
* P3 = 0,402 x 0,390 = 0,156,67 157. Ternyata menghasilkan angka yang beda, dari
pengaruh langsung dan tidak langsung (mediasi) dimana nilai -0,0023 < 0,156 sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengaruh Tak langsung variabel Motivasi kerja bisa memediasi
hubungan QWL terhadap kinerja.
Uji T-Statistic
Melalui proses bootstrapping, parameter uji T-Statistic diperoleh untuk
memprediksi hubungan antar variabel. Pengujian hipotesis didasarkan pada nilai yang
terdapat pada analisis model struktural, tingkat signifikansi koefisien jalur didapat dari t-
statistic. Batas nilai pengujian hipotesis yaitu t-statistic muatan faktornya (factor
loadings) lebih besar dari nilai kritis (1.96).
Tabel 12 hasil nilai t statistic dari struktural model
Standard
Original Sample T Statistics P
Jalur Deviation
Sample (O) Mean (M) (|O/STDEV|) Values
(STDEV)
MOTIVASI KERJA (Y1) -> KINERJA(Y2) 0,390 0,388 0,144 2,717 0,007
OCB(X1) -> KINERJA(Y2) 0,270 0,266 0,121 2,238 0,026
OCB(X1) -> MOTIVASI KERJA (Y1) 0,319 0,315 0,097 3,291 0,001
QWL(X2) -> KINERJA(Y2) -0,023 -0,018 0,164 0,142 0,887
QWL(X2) -> MOTIVASI KERJA (Y1) 0,402 0,413 0,103 3,918 0,000
Hasil uji hipotesis melalui inner model dapat dilihat pada tabel 12 di atas, dan
hasil dari masing-masing dapat dijelaskan seperti berikut :
pertama: Motivasi Kerja berpengaruh terhadap Kinerja , dimana hasil nilai t statistik
adalah 2,717 1.96, dan p-value 0.007 < 0.05, disimpulkan terdapat
pengaruh signifikan Motivasi Kerja terhadap kinerja.
Kedua: Organization Citizenship Behavior(OCB) berpengaruh terhadap Kinerja,
dimana hasil nilai t statistik adalah 2,238 1.96, dan p-value 0,026 < 0.05,
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan OCB terhadap Kinerja.
Ketiga: OCB berpengaruh terhadap Motivasi Kerja, dimana hasil nilai t statistik
adalah 3,291 1.96, dan p-value 0,001 < 0.05, disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan OCB terhadap Motivasi kerja.
Keempat: QWL tidak berpengaruh terhadap Kinerja, dimana hasil nilai t statistik
adalah 0,142 1.96, dan p-value 0,887 > 0.05, disimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh signifikan QWL terhadap Kinerja.
Kelima: QWL berpengaruh terhadap Motivasi kerja, dimana hasil nilai t statistik
adalah 3,918 1.96, dan p-value 0,00 < 0,05, disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan QWL terhadap Motivasi Kerja.
keenam : pengaruh Tak langsung variabel Motivasi kerja tidak bisa memediasi
hubungan OCB terhadap kinerja
ketujuh : pengaruh Tak langsung variabel Motivasi kerja bisa memediasi hubungan
QWL terhadap kinerja.
Saran
1. Kontribusi QWL terhadap kinerja pegawai sangat perlu di perhatikan oleh
PT.SCCI, dimana QWL adalah persepsi karyawan tentang kesejahteraan mental
dan fisiknya ketika bekerja, dimana faktor penghasilan yang tidak berdasarkan
pendidikan, pengalaman dan kontribusi akan berakibat terganggunya /
mempengaruhi sikap mental psikologi dan kondisi fisik karyawan akan
mempengaruhi motivasi kerja yang implikasinya berpengaruh terhadap kinerja
karyawan dan ujungnya berpengaruh pada kinerja perusahaan.
2. Perilaku yang dilakukan peneliti ini dapat di kombinasikan dan dikembangakan
beberapa variabel lainnya seperti gaya kepemimpinan dan juga budaya organisasi
yang di terapkan di perusahaan. Dengan adanya variabel-variabel penelitian
lainnya tentunya diharapkan akan memberikan penjelasan yang lebih
komprehensif sehingga akan diketahui bagaimana kinerja karyawan dan implikasi
akhir terhadap kinerja perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA