You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit autoimun di masyarakat mencapai 5-7% dan seringkali
merupakan penyakit kronik. Kelainan imunologi yang terjadi merupakan
gambaran suatu penyakit yang heterogen yang dapat dikelompokkan dalam
penyakit sistemik (misalnya arthritis reumatoid) dan penyakit organ spesifik
(misalnya anemia hemolitik autoimun).
Angka kejadian tahunan anemia hemolitik autoimun dilaporkan mencapai
1 per 100.000 orang pada populasi secara umum. Anemia hemolitik autoimun
merupakan kondisi yang jarang dijumpai pada masa anak-anak, kejadiannya
mencapai 1 per 1 juta anak dan bermanifestasi primer sebagai proses
ekstravaskuler.

B. Tujuan

1.Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asukhan keperawatan
pada klien anemia.
2.Tujuan khusus
- mampu memahami teori tentang anemia
- mampu melakukan pengkajian pada penderita yang mengalami anemia
- mampu merumuskan diagnosa kepaerwatan untuk klien yang anemia
- mampu menyusun rencana keperawatan untuk klien yang anemia
- mampu mengaplikasikan tindakan keperawatn yang telah dipelajari pada
klien anemia
- mampu menilai/ mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien
anemia.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hemolisis adalah kerusakan sel darah merah pada sirkulasi sebelum 120
hari (umur eritrosit normal). Hemolisis mungkin asymptomatic, tapi bila
eritropoesis tidak dapat mengimbangi kecepatan rusaknya sel darah merah
dapat terjadi anemia. (Gurpreet, 2004)
Autoimmune hemolytic anemia (AIHA) adalah suatu kondisi dimana
imunoglobulin atau komponen dari sistem komplemen terikat pada antigen
permukaan sel darah merah dan menyebabkan pengrusakan sel darah merah
melalui Sistem Retikulo Endotelial (SRE). Antibodi yang khas pada AIHA antara
lain IgG, IgM atau IgA dan bekerja pada suhu yang berbeda-beda. (Lanfredini,
2007)
AIHA tipe hangat diperantarai IgG, yang mengikat sel darah merah secara
maksimal pada suhu 37oC. Pada AIHA tipe dingin diperantarai oleh IgM (cold
aglutinin), yang mengikat sel darah merah pada suhu yang rendah (0 sampai
4oC).
AIHA tipe hangat lebih sering dijumpai dari pada tipe dingin. Wanita lebih
sering terkena daripada laki-laki.
Direct Coombs tes dapat menunjukkan adanya antibodi atau komplemen
pada permukaan sel darah merah dan merupakan tanda dari autoimun hemolisis.

B. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, fungsi imun yang abnormal dapat menyebabkan
tubuh menyerang sel darah merah yang normal. Beberapa penyebab tidak
normalnya system imun antara lain:
1. Obat-obatan:

2
- Alpha-methyldopa
- L-dopa
2. Infeksi
- Infeksi virus
- Mycoplasma pneumonia
3. Keganasan
- Leukemia
- Lymphoma (Non-Hodgkins tapi kadang juga pada Hodgkins)
4. Penyakit Collagen-vascular (autoimun) misal: Lupus
Kerusakan sel eritrosit pada anak maupun dewasa sering disebabkan oleh
adanya mediator imun, baik autoimun maupun aloimun antibodi. Berbagai faktor
yang berperan dalam proses kerusakan eritrosit :
1. Antigen sel eritrosit
2. Antibodi-anti sel eritrosit
3. Komponen non imunoglobulin, misalnya protein komplemen
serum
4. Sistem fagosit mononuklear, khususnya reseptor fc pada makrofag
limpa.

C. Klasifikasi
Gambaran klinis anemia hemolitik autoimun dikelompokkan berdasar
autoantibodi spesifik yang dimilikinya atau reaksi warm atau cold yang terjadi.
Klasifikasi anemia hemolitik autoimun :
1. Warm reactive antibodies
a. Primer (idiopatik)
b. Sekunder :
1). Kelainan limfoproliferatif
2). Kelainan autoimun (Sistemik lupus eritematosus/SLE)
3). Infeksi mononukleosis

3
c. Sindroma evan
d. HIV
2. Cold reactive antibodies
a. Idiopatik (Cold agglutinin diseases)
b. Sekunder :
1). Atipikal atau pneumonia mikoplasma
2). Kelainan limfoproliferatif
3). Infeksi mononukleosis
3. Paroxysmal cold hemoglobinuria (PCH)
a. Sifilis
b. Pasca infeksi virus
4. Drug induce hemolytic anemia
a. Hapten mediated
b. Imun komplek (kinin)
c. True autoimmune anti RBC type
d. Metabolite driven

D. Gambaran Klinis
Gejala dan tanda yang timbul tidak tergantung dari beratnya anemia tetapi
juga proses hemolitik yang terjadi.
Anemia hemolitik autoimun menunjukkan gejala berupa mudah lelah,
malaise, demam, ikterus dan perubahan warna urine. Seringkali gejala disertai
dengan nyeri abdomen dan gangguan pernafasan. Tanda-tanda lain yang
ditemukan ialah hepatomegali dan splenomegali. Gambaran klinis anemia
hemolitik dengan antibodi tipe warm berupa pucat, ikterik, splenomegali dan
anemia berat. Dua per tiga dari kasus dihubungkan dengan IgG, merupakan
antibodi langsung yang bereaksi terhadap antigen sel eritrosit dari golongan Rh.

4
Berbeda dengan IgG autoantibodi, IgM pada cold reactive antibody tidak
menimbulkan kerusakan secara langsung terhadap sel retikuloendotelial pada
sistem imun.

E. Pemeriksaan Penunjang
Gambaran darah tepi menunjukkan adanya proses hemolitik berupa
sferositosis, polikromasi maupun poikilositosis, sel eritrosit berinti,
retikulositopeni pada awal anemia.
Kadar hemoglobin 3-9 g/dL, jumlah leukosit bervariasi disertai gambaran
sel muda (metamielosit, mielosit dan promielosit), kadang disertai
trombositopeni.
Gambaran sumsum tulang menunjukkan hiperplasi sel eritropoitik
normoblastik.
Kadar bilirubin indirek meningkat.
Pemeriksaan Direct Antiglobulin Test (DAT) atau lebih dikenal dengan
Direct Coombs test menunjukkan adanya antibodi permukaan / komplemen
permukaan sel eritrosit. Pada pemeriksaan ini terjadi reaksi aglutinasi sel eritrosit
pasien dengan reagen anti IgG menunjukkan permukaan sel eritrosit
mengandung IgG (DAT positif).

Direct Coombs' Test.

5
F. Penatalaksanaan
Penderita dengan anemia hemolitik autoimun IgG atau IgM ringan kadang
tidak memerlukan pengobatan spesifik, tetapi kondisi lain di mana terdapat
ancaman jiwa akibat hemolitik yang berat memerlukan pengobatan yang intensif.
Tujuan pengobatan adalah mengembalikan nilai-nilai hematologis normal,
mengurangi proses hemolitik dan menghilangkan gejala dengan efek samping
minimal.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan :
1. Kortikosteroid
Penderita dengan anemia hemolitik autoimun karena IgG mempunyai respon
yang baik terhadap pemberian steroid dengan dosis 2-10mg/kgBB/hari. Bila
proses hemolitik menurun dengan disertai peningkatan kadar Hb (monitor
kadar Hb dan retikulosit), maka dosis kortikosteroid diturunkan secara
bertahap.
Pemberian kortikosteroid jangak panjang perlu mendapat pengawasan
terhadap efek samping, dengan monitor kadar elektrolit, peningkatan nafsu

6
makan, kenaikan berat badan, gangguan tumbuh kembang, serta risiko
terhadap infeksi.
2. Gammaglobulin intravena
Pemberian gammaglobulin intravena dengan dosis 2g/kgBB pada penderita
anemia hemolitik autoimun dapat diberikan bersama-sama dengan
kortikosteroid.
3. Tranfusi Darah
Pada umumnya, anemia hemolitik autoimun tidak membutuhkan tranfusi
darah. Tranfusi sel eritrosit diberikan pada kadar hemoglobin yang rendah,
yang disertai dengan tanda-tanda klinis gagal jantung dengan dosis
5ml/kgBB selama 3-4jam.

4. Plasmafaresis atau Tranfusi Tukar


Plasmafaresis untuk pengobatan anemia hemolitik autoimun yang
disebabkan oleh IgG kurang efektif bila dibandingkan dengan hemolitik
yang disebabkan oleh IgM meskipun sifatnya hanya sementara.
5. Splenektomi
Penderita yang tidak responsif terhadap pemberian kortikosteroid dianjurkan
untuk splenektomi. Tetapi mengingat komplikasi splenektomi (seperti
sepsis), maka tindakan ini perlu dipertimbangkan.

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA HEMOLITIK

A. Pengkajian
a. Data demografi
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan klien pernah terpajan zat-zat kimia atau mendapatkan
pengobatan seperti anti kanker,analgetik dll
Kemungkinan klien pernah kontak atau terpajan radiasi dengan kadar
ionisasi yang besar
Kemungkinan klien kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung
as. Folat,Fe dan Vit12.
Kemungkinan klien pernah menderita penyakit-penyakit infeksi
Kemungkinan klien pernah mengalami perdarahan hebat

8
2) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit anemia dapat disebabkan olen kelainan/kegagalan genetik yang
berasal dari orang tua yang sama-sama trait sel sabit
3) Riwayat kesehatan sekarang
- Klien terlihat keletihan dan lemah
- Muka klien pucat dan klien mengalami palpitasi
- Mengeluh nyeri mulut dan lidah
4) Kebutuhan dasar
a) Pola aktivitas sehari-hari
- Keletihan,malaise,kelemahan
- Kehilangan produktibitas : penurunan semangat untuk
bekerja

b) Sirkulasi
- Palpitasi,takikardia,mur mur sistolik,kulit dan membran mukosa
( konjungtiva,mulut,farink dan bibir) pucat
- Sklera : biru atau putih seperti mutiara
- Pengisian kapiler melambat atau penurunan aliran darah keperifer
dan vasokonstriksi (kompensasi)
- Kuku : mudah patah,berbentuk seperti sendok
- Rambut kering,mudah putus,menipis dan tumbuh uban secara
prematur
c) Eliminasi
Diare dan penurunan haluaran urin
d) Integritas ego
Depresi,ansietas,takut dan mudah tersinggung
e) Makanan dan cairan
- Penurunan nafsu makan

9
- Mual dan muntah
- Penurunan BB
- Distensi abdomen dan penurunan bising usus
- Nyeri mulut atau lidah dan kesulitan menelan
f) Higiene
Kurang bertenaga dan penampilan tidak rapi
g) Neurosensori
- Sakit kepala,pusing,vertigo dan ketidak mampuan berkonsentrasi
- Penurunan penglihatan
- Gelisah dan kelemahan
h) Nyeri atau kenyamanan
Nyeri abdomen samar dan sakit kepala

i) Pernafasan
Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas (takipnea,ortopnea, dan
dispnea)
j) Keamanan
Gangguan penglihatan,jatuh,demam dan infeksi
k) Seksualitas
- Perubahan aliaran menstruasi ( menoragia/amenore)
- Hilang libido
- Impoten
2. Pemeriksaan diagnostik
- Jumlah darah lengakap (JDL) : Hb dan Ht menurun
- Jumlah eritrosit menurun
- Bilirubin serum ( tak tergonjugasi) : meningkat
- Tes schilling : penurunan ekskresi Vit12 di urin
- Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urin dan feses

10
B. Diagnosa keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrien ke sel.
2) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk
mencerna / ketidakmampuan untuk mencerna makanan / absorbsi nutrien
yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.
3) Intoleransi aktivitas b.d ketidak mampuan antara suplai oksigen dan
kebutuhan.

11
C. Intervensi
DIAGNOSA TUJUAN&KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Perubahan perfusi Setelah dilakuakan intervensi Mandiri Memberikan informasi tentang derajat
jaringan b.d keperawatan,perubahan perfusi Awasi TTV,kaji pengisian kapiler,warna kulit/mebran atau keadekuatan perfusi jaringan dan
penurunan jaringan dapat diatasi dengan mukosa,dasar kuku membantu menentukan kebutuhan
komponen seluler kriteria hasil : Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi intervensi
yang diperlukan Menunjukkan perfusi Meningkatkan ekspansi paru dan
untuk pengiriman adekuat,misalnya TTV memaksimalkan oksigenisasi untuk
oksigen atau stbil,membran mukosa merah Selidiki keluhan nyeri dada,palpitasi kebutuhan seluler
nutrien ke sel muda,pengisian kapiler baik
Haluaran urin adekuat Iskemia seluler mempengaruhi jaringan
Catat keluhan rasa dingin,pertahankan suhu miokardial/potensial resiko infark
lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi
Vasokonstriksi ( keorgan vital )
menurunkan sirkulasi perifer.kenyamanan
Hindri penggunaan bantalan penghangat atau botol pasien/kebutuhan rasa hangat untuk
air panas,ukur suhu air mandi dengan termometer menghindari panas berlebihan pencetus
Kolaborasi vasodilatasi ( penurunan perfusi organ )
Awasi pemeriksaan laboratorium mis: Hb/Ht dan Termoresptor jaringan dermal dangkal

12
jumlah SDM karena gangguan oksigen

Berikan SDM darah lengkap/packed,produk darah Mengidentifikasi defisiensi dan


sesuai indikasi.awasi ketat untuk komplikasi transfusi kebutuhan pengobatan/respon terhadap
terapi
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi Meningkatkan jumlah sel pembawa
oksigen : memperbaiki defisiensi untuk
menurunkan resiko perdarahan
Memaksimalkan transpor kejaringan
Mandiri
Kaji riwayat nutrisi,termasuk makanan yang disukai
Perubahan nutrisi : setelah dilakukan intervensi
kurang dari keperawatan Perubahan nutrisi : Observasi dan catat masukan makanan pasien
kebutuhan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh Mengidentifikasi defisiensi,menduga
b.d kegagalan dapat diatasi dengan kriteria hasil Timbang BB tiap hari kemungkinan intervensi
untuk mencerna / : Mengawasi masukan kalori/kualitas
ketidakmampuan Menunjukkan peningkatan Berikan makanan sedikit dengan frekuensi sering kekurangan konsumsi makanan
untuk mencerna BB/BB stabil dengan nilai dan makan diantara waktu makan Mengawasi penurunan BB/efektivitas
makanan / absorbsi laboratorium normal intervensi nutrisi
nutrien yang Tidak mengalami tanda mal Observasi dan catat kejadian mual an muntah,flatus Makan sedikit dapat menurunkan

13
diperlukan untuk nutrisi dan gejala lain yang berhubungan kelemahan dan meningkatkan pemasukan
pembentukan SDM Menunjukkan prilaku juga mencegah distensi gaster
normal perubahan pola hidup untuk Berikan dan bantu higiene mulut yang baik sebelum Gejala GI dapat menunjukkan efek
meningkatkan dan dan sesudah makan.gunakan sikat gigi yang halus anemia (hipoksia )pada organ
mempertahankan BB yang untuk penyikatan yang lembut.berikan pencuci mulut
sesuai yang diencerkan bila mukosa oral luka Meningkatkan nafsu makan dan
pemasukan oral,menurunkan
pertumbuhan bakteri,meminimalkan
Kolaborasi kemungkinan infeksi.Teknik perawatan
Konsul pada ahli gizi mulut kusus mungkin diperluakan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri
Pantau pemetriksaan laboratorium mis : berat
Hb/Ht,albumin protein,transferin,besi
serum,Vit12,as.folat dan elektrolit serum Membantu dalam membuat rencana diet
untuk memenuhi kebutuhan induvidual
Berikan obat sesuai indikasi,mis : Meningkatkan efektifitas program
- vitamin dan suplemen mineral,mis:sianokbalamin pengobatan,termasuk sumber diet
- as.folat (flovite) :as. Askorbat nutrisiyang dibutuhkan
- besidrex : tran (IM/IV) Kebutuhan pergantian tergantung pada
- tambahan besi oral,mis : fero sulfat tipe anemia dan/ adanya masukan oral

14
(feosol),feroglukonat (fergon),as. Hidroklorida yang buruk dan defisiensi yang
(HCl) diidentifikasi
anti jamur/pencuci mulut anestetik jika diindikasikan

berikan diet halus,rendah serat,menghindari Mungkin diperlukan pada adanya


makanan panas,pedas/terlalu asam sesuai indikasi stomatitis/glositis untuk meningkatkan
berikan suplemen nutrisi,mis : ensure,isokal penyembuhan jaringan mulut dan
memudahakan masukan
Mandiri Bila ada lesi oral,nyerindapat membatasi
Intoleransi kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas.Catat tipe makanan yang dapat ditoleransi
aktivitas b.d laporan kelelahan dan kesulitan menyelesaikan tugas pasien
ketidak mampuan kaji keseimbangan/gangguan keseimbangan gaya Meningkatkan masukan protein dan kalori
antara suplai Setelah dilakukan intervensi jalan,kelemahan otot
oksigen dan keperawatan, intoleransi aktivitas
kebutuhan dapat diatasi dengan kriteria hasil Mempengaruhi pilihan intervensi atau
: awasi TD,nadi,pernafasn selama dan sesudah bantuan
Melaporkan peningkatan aktifitas.Catat respons terhadap tingkat aktifitas
toleransi aktivitas (termasuk (mis : peningkatan denyut Menunjukkan perubahan neuralogi karena
aktivitas sehari-hari) jantung/TD,disritmia,pusing,dispnea,takipnea dsb) defisiensi Vit12, mempengaruhi keamanan

15
Menunjukkan penurunan pasien atau resiko cidera
tanda fisilogis intoleransi,mis : berikan lingkungan tenang,pertahankan tirah baring Manifestasi kardiopulmonal dari jantung
nadi,pernafasan,dan TD masih jika diindikasikan.Pantau dan batasi pengunjung dan dan paru untuk membawa jumlah oksigen
dalam rentang normal telepon yang kuat kejaringan
ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau Meningkatkan istirahat untk menurunkan
terhadap pusing kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan tegangan paru

berikan bantuan dalam aktivitas atau ambulasi bila Hipotensi postural atau hipoksia serebral
perlu memungkinkan pasien untuk melakukannya dapat menyebabkan pusing,bedenyut dan
sebanyak mungkin peningkatan resiko cidera
rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien Membantu bila perlu,harga diri
termasuk aktivitas yang dipandang pasien meningkat bila pasien melakukan
perlu,tingkatkan tingkat aktivitas seauai toleransi aktivitas sendiri
Meningkatkan secara bertahap tingkat
aktivitas sampai normal dan memperbaiki
gunakan teknik penghematan energi,mis : mandi tonus otot/stamina tanpa
dengan dduduk,duduk dalam melakukan aktivitas dll kelemahan.Meningkatkan harga diri dan
rasa terkontrol
anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila Mendorong pasien melakukan banyak

16
palpitasi nyeri dada,nafas pendek,kelemahan atau kegiatan dan membatasi penyimpangan
pusing terjadi energi dajn mencegan kelemahan
Regangan/stres kardiopulmonal
berlabihan/stres dadat menimbulkan
dekompensasi/kegagalan

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia bukan merupakan suatu penyakit melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh.Anemia
hanyalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh berbagai macam
panyebab.Pada dasarnya anemia disebabkan oleh gangguan pembentukan eritrosit
sumsum tulang,kehilangan darah (perdarahan) dan proses penghancuran eritrosit
dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
Gejala klinis yang biasa terjadi pada seseorang yang gangguan anemia dapat
berupa : nyeri pada mulut dan lidah,muka pucat,kelemahan dan
keletihan,palpitasi,tkikardia.mur mur sistolik,diare dan penurunan haluaran
urin,penurunan nafsu makan,mual dan muntah,distensi abdomen dan penurunan
bising usus,rambut kering,mudah putus,menipis dan tumbuh uban secara
prematur,nafas pendek,gangguan penglihatan dan demam.
Pengkajian yang dilakukan pada klien yang anemia dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan sebagai berikut : perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen
dan nutrisi,perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna dan ketidakmampuan mencerna makanan dan absorbsi
nutrien yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal serta intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan.
Implementasi keperawatan pada klien anemia harus sesuai dengan intervensi
atau rencana keperawatan yang telah dibuat.Oleh karena itu perawat harus
memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif sehingga meminimalkan
kemungkinan terjadi komplikasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S (editor)., 2006. Buku
ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Made IB., 2006. Hematologi Klinik Dasar. Jakrta: Buku kedoketran EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI., 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fk
UI.

Barbara J. Bain, F. R. A. CP., F. R. C. Path.,Diagnosis from the Blood Simer.


http://www.NEJM.com. Html. Volume 353:498-507.Augustus 4, 2005.

19

You might also like