You are on page 1of 5

1.

Judul Jurnal
Rehabilitasi Pasien Pasca Stroke
2. Nama Penulis
Okti Sri Purwanti dan Arina Maliya
3. Nama Jurnal
Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697
4. Volume/Penerbit Jurnal
Vol.1/ -
5. Rangkuman Isi Jurnal
Stroke dan penyakit serebrovaskuler adalah penyebab kematian kedua setelah
jantung. Menurut WHO, tercatat lebih dari 4,6 juta orang meninggal dunia karena
terkena stroke. Di Indonesia kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam.
Bahkan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar
di Asia (Yastroki, 2007). Dari sejumlah klien post stroke, ditemukan data 10% klien
dapat kembali bekerja tanpa kelemahan, 40% penyandang cacat ringan dan 50%
penyandang cacat berat Untuk itu klien post stroke membutuhkan program
rehabilitasi. Program rehabilitasi post stroke merupakan program yang terpadu yang
menggunakan pendekatan medik, psikosoial, educational, dan vocational yang
bertujuan agar tidak timbul berbagai masalah komplikasi disertai kolaborasi dengan
dokter ahli syaraf, dokter rehabilitasi medik, perawat, fisioterapis, terapi occupational,
pekerja sosial medik, psikolog serta klien dan keluarga turut berperan.
Menurut Ibrahim (2001) rehabilitasi tidak hanya terbatas pada pemulihan
kondisi semata, tetapi juga mencakup rehabilitasi yang bersifat psikososial, penuh
dengan kasih sayang serta empati yang luas, guna membangkitkan penderita.
Rehabilitasi medik meliputi tiga hal, yaitu rehabilitasi medikal, sosial, dan vokasional.
Untuk klien stroke, tahap rehabilitasi dapat diuraikan menjadi berbagai tahapan,
antara lain:
1). Rehabilitasi stadium akut
Sejak awal tim rehabilitasi medik sudah diikutkan, terutama untuk mobilisasi.
Programnya dijalankan oleh tim, biasanya latihan aktif dimulai sesudah prosesnya
stabil, 24-72 jam sesudah serangan, kecuali perdarahan. Sejak awal Speech terapi
diikutsertakan untuk melatih otot-otot menelan yang biasanya terganggu pada stadium
akut. Psikolog dan Pekerja Sosial Medik untuk mengevaluasi status psikis dan
membantu kesulitan keluarga.
2) Rehabilitasi stadium sub akut
Pada stadium ini kesadaran membaik, penderita mulai menunjukan tanda-tanda
depresi, fungsi bahasa mulai dapat terperinci. Pada post GPDO pola kelemahan
ototnya menimbulkan hemiplegic posture. Kita berusaha mencegahnya dengan cara
pengaturan posisi, stimulasi sesuai kondisi klien.
3) Rehabilitasi stadium kronik
Pada saat ini terapi kelompok telah ditekankan, dimana terapi ini biasanya sudah
dapat dimulai pada akhir stadium subakut. Keluarga penderita lebih banyak
dilibatkan, pekerja medik sosial, dan psikolog harus lebih aktif.

Pada klien stroke biasanya mengalami keterbatasan gerak, oleh karena itu
diperlukan rehabilitasi imobilisasi, menurut Hoeman (1996) tujuan mobilisasi adalah:

1) Mempertahankan range of motion.


2) Memperbaiki fungsi pernafasan dan sirkulasi.
3) Menggerakkan seseorang secara dini pada fungsi aktifitas meliputi gerakan di
tempat tidur, duduk, berdiri dan berjalan.
4) Mencegah masalah komplikasi.
5) Meningkatkan kesadaran diri dari bagian hemiplegi.
6) Meningkatkan kontrol dan keseimbangan duduk dan berdiri.
7) Memaksimalkan aktivitas perawatan diri.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Artati, Wasisto
Utomo, Jumaini dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Mobilisasi Dini Pada Pasien
Stroke Infark Terhadap Peningkatan Pemulihan Fungsional. Pada jurnal diperoleh
hasil penelitian yang dilakukan di ruang Merak II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
sebagai berikut:

a. Perbedaan rata-rata kemampuan fungsional responden sebelum dilakukan intervensi


mobilisasi dini pada kelompok eksperimen dan tanpa intervensi pada kelompok
kontrol, tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata- rata antara kemampuan
fungsional sebelum dilakukan intervensi mobilisasi pada kelompok eksperimen dan
tanpa intervensi pada kelompok kontrol.
b. Perbedaan rata-rata kemampuan fungsional responden sesudah dilakukan mobilisasi
dini dengan intervensi pada kelompok eksperimen dan tanpa intervensi pada
kelompok kontrol kontrol, adanya perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai
kemampuan fungsional sesudah intervensi mobilisasi pada kelompok eksperimen dan
tanpa intervensi pada kelompok kontrol.
c. Pengaruh tingkat kemampuan fungsional antara sebelum dan sesudah dilakukan
mobilisasi pada kelompok eksperimen disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan antara tingkat kemampuan fungsional sebelum dengan sesudah dilakukan
mobilisasi pada kelompok eksperimen.
d. Pengaruh tingkat kemampuan fungsional antara sebelum dan sesudah dilakukan
mobilisasi tanpa intervensi pada kelompok kontrol disimpulkan bahwa juga ada
perbedaan yang signifikan antara rata-rata kemampuan fungsional sebelum dengan
sesudah dilakukan mobilisasi tanpa intervensi pada kelompok kontrol.
Dengan dilakukannya penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi
sangat penting agar kondisi pasien membaik dengan penyembuhan spontan, belajar,
dan latihan.
Jurnal penelitian Neri Basmara yang berjudul Efektifitas Senam Stroke
Terhadap Perbaikan Kemampuan Fungsional Pasien Pasca Stroke Di Instalasi
Rehabilitasi Medik Rsup Dr. M. Djamil Padang juga mendukung penelitian-
penelitian diatas dimana ia meyebutkan bahwa dengan latihan mobilisasi senam pada
pasien stroke setelah mengikuti terapi senam stroke selama 2 minggu (4x pertemuan),
4 dari 6 orang pasien (67%) tersebut mengalami peningkatan kemampuan fungsional
sebesar 5 poin. Sedangkan pada 2 orang pasien lainnya (33%) belum terlihat adanya
peningkatan kemampuan fungsional walaupun telah mengikuti terapi senam stroke
selama 2 minggu (4x pertemuan). Terjadinya peningkatan skor indeks barthel pada 4
dari 6 orang pasien peserta terapi senam stroke tersebut menurut hemat peneliti
merupakan indikasi bahwa ada pengaruh positif antara senam stroke dengan
peningkatan kemampuan fungsional pasien pasca stroke.

6. Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit berbahaya kedua setelah jantung yang dewasa ini
banyak menyerang masyarakat di negara-negara berkembang akibat pola hidup yang
kurang sehat. Di Indonesia sendiri penderita stroke tergolong banyak.
Dari berbagai penelitian diatas disimpulkan bahwa rehabilitasi klien pasca
stroke dengan latihan mobilisasi sangat berpengaruh pada keadaan dan kemandirian
klien dalam bergerak. Dengan latihan mobilisasi dapat membantu klien untuk
mencegah masalah komplikasi, mempertahankan ROM klien, memperlancar sirkulasi
udara klien karena klien mampu bergerak, dan memaksimalkan kemandirian klien
dalam merawat diri.

7. Manfaat untuk llmu Keperawatan dan Pelayanan Kesehatan


Rehabilitasi klien pasca stroke dengan mobilisasi seperti yang disebutkan
jurnal-jurnal diatas memberi dorongan pada perawat dan pelayanan kesehatan lainnya
untuk lebih memahami bagaimana cara memberikan dukungan serta latihan-latihan
gerakan pada pasien pasca stroke, agar pasien mampu bergerak walaupun gerakannya
terbatas untuk mencegah kaku-kaku sendi yang berlebihan, agar pasien dapat
memaksimalkan dalam pemenuhan kebutuhan pribadi secara mandiri. Hal tersebut
tentu saja tidak dapat dicapai secara instan melainkan harus dilakukan dengan latihan
rutin. Selain itu bagi perawat dapat meningkatkan kinerja dalam memberikan asuhan
keperawatan yang baik dalam teknik rehabilitasi khususnya teknik mobilisasi dini dan
tetap bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya seperti fisioterapis.
ANALISIS JURNAL
Disusun untuk memenuhi penugasan mata kuliah Kebutuhan Biologi dan Fisiologi 2

Oleh:
Savitri
22020114120015
A.14.2

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

You might also like