You are on page 1of 9

BAB 3.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis


3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien (Haq, 2011)
a. Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis
dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring
dengan bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis
sehingga lebih cenderung memiliki infeksi Helicobacter Pylory atau
gangguan autoimun daripada orang yang lebih muda. Sebaliknya, jika
mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup
yang tidak sehat.
b. Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
c. Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
d. Tingkat pendidikan yang rentang terkena gastritis biasanya
yangmemiliki tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan
pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit
ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan
akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah
penyakit ini.

2. Riwayat kesehatan
a. Diagnosa medis : Gastritis
b. Keluhan utama pada pasien yang menderita gastritis biasanya mengeluh
nyeri perut bagian kiri atas
c. Riwayat penyakit sekarang pada pasien yang menderita gastritis adalah
nyeri perut bagian kiri atas, mual, muntah
d. Riwayat penyakit dahulu pada pasien yang lebih beresiko yaitu yang
pernah mengalami gastritis (kambuh)
e. Riwayat kesehatan keluarga penderitanya yaitu pada anggota keluarga
yang mengonsumsi alkohol, mengkonsumsi alkohol, mengidap gastritis,
kelebihan diet atau diet sembarang

3. Pengkajian keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat.
Gejala yang muncul yaitu kelemahan, kelelahan, tidak bisa tidur karena
nyeri perut, takhikardi, takipnu ( hiperventilasi ).
b. Sirkulasi.
Gejala yang muncul yaitu hipotensi, takhikardi, disritmia, kelemahan
nadi atau perifer, pengisian kapiler lambat, warna kulit pucat, sianosis,
kelembaban kulit, berkeringat.
c. Integritas Ego.
Gejala : Faktor stress akut atau psikologi, perasaan tidak berdaya.
Tanda : Tanda ansietas, misalnya ; pucat, gelisah, berkeringat, perhatian
menyempit.
d. Eliminasi.
Gejala : Perubahan pola defekasi, karakteristik feces.
Tanda : Nyeri tekan abdomen, distensi abdomen. peningkatan bunyi usus,
karakteristik feses ; diare dan konstipasi.
e. Makanan dan cairan
Gejala : Anorexia, mual, dan muntah, cegukan, tidak toleran terhadap
makanan.
Tanda : Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun.
f. Neorosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, terasa berdengung, status mental, tingkat
kesadaran terganggu, cenderung mengantuk, disorientasi, bingung.
g. Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, rasa
ketidaknyamanan atau distres samar-samar setelah banyak makan dan
hilang setelah minum obat antasida, nyeri epigastrium kiri menyebar
ketengah dan menjalar tembus kepinggang 1-2 jam setelah makan (ulkus
peptik), nyeri epigastrium kanan 4 jam setelah makan dan hilang setelah
diberi antasida (ulkus doudenum).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol penggunaan obat tertentu,
stress psikologis.
h. Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat
Tanda : Peningkatan suhu.

4. Pemeriksaan fisik : Review of System (Haq, 2011)


B 1 (breath) : takhipnea
B 2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian
perifer lambat, warna kulit pucat.
B 3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
B 4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
B 5 (bowel) : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran
terhadap makanan pedas.
B 6 (bone) : kelelahan, kelemahan

5. Pemeriksaan diagnostik (Haq, 2011)


a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan
lambung karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh
urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida
(CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat
terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas
usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30
menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang
kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna
dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung
nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi
lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal
acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan
diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang
menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).

g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO,
maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi
asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui
teradinya aklorhidria atau tidak.
3.2 Analisa Data
Berdasarkan pengkajian diatas berikut ini adalah analisa datanya (Herdman dan Kamitsuru, 2015)
No. Data Penunjang Etiologi Masalah
1. DS :
Konsumsi makanan bersifat
- Klien mengeluh nyeri di perut kiri atas
- Klien mengatakan tidak nafsu makan iritasi

DO : Agen cedera biologis Nyeri
- Klien tampak meringis menahan kesakitan (inflamasi mukosa lambung)
- Klien tampak gelisah, merengek dan hampir menangis
- Klien tampak melindungi bagian tubuh yang sakit (perut sebelah
Nyeri
kiri atas)
2. DS :
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
Ketidakmampuan makan
- Ketidakmampuan memakan makanan (setiap makan merasa mual

Ketidakseimbangan
dan mau muntah) Kurang asupan makanan
- Nyeri abdomen nutrisi : kurang dari
DO : Ketidakseimbangan nutrisi : kebutuhan tubuh
- Penurunan berat badan kurang dari kebutuhan tubuh
- Bising usus hiperaktif
- Membran mukosa pucat
3. DS : Ansietas Keletihan

- Klien mengatakan merasa lemah karena nyeri di perutnya
Gangguan tidur
- Klien mengatakan tidak mampu melakukan rutinitasnya karena
nyeri di perutnya

- Klien merasa cemas karena nyeri di perutnya
Peningkatan kelelahan fisik
- Klien tidak bisa tidur karena nyeri di perutnya

DO :
Keletihan
- Klien tampak lemah dan lelah
- Klien tampak terganggu dengan nyeri di perutnya
4. DS :
Gastritis
- Klien tidak bisa tidur karena nyeri di perutnya
Gangguan pola
Nyeri Berat
DO :
istirahat : tidur
- Terlihat kantung mata pada mata klien
Gangguan pola istirahat : tidur
- Klien terlihat mengantuk saat bangun tidur
5. DS :
- Klien merasa cemas karena nyeri di perutnya Ancaman pada status terkini
- Klien merasa mual dan ingin muntah
- Klien tidak bisa tidur karena nyeri di perutnya Stressor Ansietas

DO :
Ansietas
- Klien tampak lemah
- Klien tampak gelisah
6. DS : Kekurangan nutrisi Intoleran aktivitas
- Klien mengatakan bahwa dia dibantu keluarganya ataupun
meminta tolong kepada perawat untuk berjalan ataupun Kelemahan fisik
beraktivitas
DO :

- Klien terlihat dapat berjalan ke kamar mandi sendirian Intoleran aktivitas


- Klien bisa berjalan sendiri

3.3 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan analisa data diatas dapat diangkat diagnosa keperawatan sebagai berikut, (Herdman dan Kamitsuru, 2015)
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis (inflamasi mukosa lambung) ditandai dengan klien mengeluh nyeri di perut kiri
atas, tidak nafsu makan, tampak meringis menahan kesakitantampak gelisah, merengek dan hampir menangis, tampak
melindungi bagian tubuh yang sakit (perut sebelah kiri atas).
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan ditandai dengan klien
mengatakan tidak nafsu makan, ketidakmampuan memakan makanan (setiap makan merasa mual dan mau muntah), nyeri
abdomen, Penurunan berat badan, bising usus hiperaktif, membran mukosa pucat.
3. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kelelahan fisik yang ditandai dengan klien mengatakan merasa lemah karena nyeri
di perutnya, tidak mampu melakukan rutinitasnya karena nyeri di perutnya, merasa cemas karena nyeri di perutnya, tidak bisa
tidur karena nyeri di perutnya, tampak lemah dan lelah, tampak terganggu dengan nyeri di perutnya.
4. Gangguan pola istirahat : tidur berhubungan dengan nyeri berat ditandai dengan klien tidak bisa tidur karena nyeri di perutnya,
terlihat kantung mata pada mata klien, terlihat mengantuk saat bangun tidur.
5. Ansietas berhubungan dengan stressor ditandai dengan klien merasa cemas karena nyeri di perutnya, merasa mual dan ingin
muntah, tidak bisa tidur karena nyeri di perutnya, klien tampak lemah, gelisah.
6. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan klien mengatakan bahwa dia dibantu keluarganya
ataupun meminta tolong kepada perawat untuk berjalan ataupun beraktivitas, terlihat dapat berjalan ke kamar mandi sendiri, bisa
berjalan sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Haq, Nuzulul Z. 2011. Asuhan Keperawatan (Askep) Gastritis. Surabaya :


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. [Serial Online]
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35839-Kep
%20Pencernaan-Askep%20Gastritis.html#popup (diakses 25 September
2017)
Herdman, T.H., dan Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 5. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

You might also like