You are on page 1of 12

BAB 2.

DASAR TEORI

Pada bab dasar teori dibahas mengenai teori-teori dasar pendukung penelitian
ini. Teori-teori dasar seperti definisi bahan komposit, jenis-jenis bahan komposit,
dan sifat mekanik dijelaskan berdasarkan referensi yang diperoleh dari beberapa
buku, jurnal ilmiah, dan lain-lain.

2.1 Bahan Komposit


Bahan komposit merupakan penggabungan dari dua bahan atau lebih yang
digabung dengan tujuan untuk menghasilkan suatu bahan baru. Dari
penggabungan ini, sifat unggul dari masing-masing bahan penyusun masih dapat
terlihat (Smallman dan Bishop, 2000).
Menurut Sentosa, dkk (2015) komposit dibentuk dari dua atau lebih jenis
bahan yang berbeda, yaitu:
1. Penguat
Penguat (reinforcement) merupakan salah satu bagian utama penyusun dari
komposit yang mempunyai sifat kurang elastis (ductile) tetapi lebih kaku serta
lebih kuat. Salah satu contoh penguat dari bahan komposit adalah serat alam
seperti sabut kelapa, rami, ampas tebu, dll.
2. Matrik
Matrik diartikan sebagai bahan pengikat antar serat yang berfungsi sebagai
pelindung dari penguat dan mendistribusikan gaya eksternal ke penguat. Matrik
dapat berbentuk logam, keramik, maupun polimer.

Serat Matrik Bahan Komposit

Gambar 2.1 Komposisi Komposit (Callister dan Rethwisch, 2007)


7

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahan komposit


merupakan kombinasi dari dua atau lebih bahan yang memiliki sifat berbeda
dimana bahan yang satu berperan sebagai penguat dan yang lainnya sebagai
matrik.
Menurut Campbell (2010), bahan komposit memiliki beberapa kelebihan
yaitu:
1. Memiliki kekuatan dan modulus tinggi;
2. Tahan terhadap korosi;
3. Berkurangnya bahan dasar yang digunakan saat produksi sehingga biaya
produksi lebih ekonomis.

2.2 Klasifikasi Bahan Komposit


Callister dan Rethwisch (2010) menyatakan bahwa secara garis besar bahan
komposit dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jika ditinjau berdasarkan
matriknya yaitu :
1. Metal Matrix Composite (Komposit Matrik Logam)
Komposit matrik logam merupakan gabungan dari dua atau lebih bahan yaitu
logam sebagai matrik dan bahan kedua sebagai penguat. Komposit jenis ini
memiliki kelebihan yaitu ketahanan terhadap temperatur yang tinggi. Disamping
itu, komposit matrik logam juga memiliki kelemahan yaitu beratnya yang cukup
tinggi karena menggunakan logam sebagai matrik.
2. Ceramic Matrix Composite (Komposit Matrik Keramik)
Kombinasi dari dua jenis bahan yaitu keramik sebagai matrik dan bahan
lainnya sebagai penguat. Kelebihan dari komposit matrik keramik yaitu massa
jenisnya yang lebih rendah dibandingkan komposit logam dan memiliki nilai
modulus elastisitas tinggi. Sementara itu, kekurangan dari jenis komposit ini yaitu
mudah patah dan kemampuan menahan beban mekanik rendah (Akovali, 2001).
3. Polymer Matrix Composite (Komposit Matrik Polimer)
Komposit polimer mulai fenomenal sejak tahun 1960-an dan sekarang telah
berkembang pada aplikasi pesawat terbang, perahu, kapal, otomotif, infrastruktur
sipil, dan produk konsumen yang lain. Komposit polimer merupakan komposit
8

dengan matriks berasal dari polimer. Pada saat ini, komposit dengan bahan matrik
polimer merupakan bahan komposit yang banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Komposit matrik polimer terdiri dari bahan polimer seperti poliester,
epoxy, polimide sebagai matrik dan serat sintetis atau serat alam sebagai penguat.
Serat penguat memiliki kekuatan dan modulus yang tinggi, sedangkan matrik
untuk melindungi serat dari lingkungan luar dan sebagai bahan pengikat antar
serat penguat.
Menurut Firdaus (2015) bahan komposit dengan matrik polimer memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan bahan konvensional seperti logam.
Kelebihan tersebut antara lain:
a. Bahan komposit tahan terhadap korosi;
b. Bahan komposit memiliki massa jenis yang lebih rendah dibanding dengan
bahan konvensional;
c. Bahan komposit mempunyai kelebihan dari segi versatility (berdaya guna)
yaitu produk yang mempunyai gabungan sifat-sifat yang menarik yang dapat
dihasilkan dengan mengubah sesuai jenis matrik dan serat yang digunakan;
d. Bahan komposit mudah diproses (dibentuk).

Febrianto (2011) menjelaskan bahwa berdasarkan bentuk bahan penguatnya,


bahan komposit diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Fibrous Composite (Komposit Serat)
Komposit serat merupakan jenis komposit yang terdiri dari satu lamina atau
satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.2. Serat atau fiber dalam bahan komposit berperan sebagai bagian
utama yang menahan beban, sehingga besar kecilnya kekuatan bahan komposit
bergantung pada kekuatan serat yang digunakan. Semakin kecil diameter bahan
serat (mendekati ukuran kristal) maka semakin kuat bahan tersebut, karena
minimnya cacat pada bahan komposit yang terbentuk.
9

Gambar 2.2 Komposit Serat (Febrianto, 2011)

Bahan yang digunakan sebagai serat terbagi menjadi dua yaitu serat alam dan
serat sintetis. Serat sintetis adalah serat buatan manusia yang tersusun dari bahan
anorganik dengan komposisi kimia tertentu. Serat sintetis memiliki sifat mekanik
yang cukup baik, namun memiliki dampak terhadap lingkungan yang tidak baik.
Sementara itu, serat alam merupakan serat yang berasal dari alam. Saat ini telah
banyak dikembangkan komposit serat alam karena ketersediaannya cukup besar di
muka bumi sehingga pembuatan bahan komposit menjadi lebih ekonomis.
Beberapa contoh serat alam yang banyak ditemukan antara lain serat sabut kelapa,
serat rami, serat kenaf, dan lain-lain. Sebagai komponen penguat di dalam
komposit, serat alam ini mempunyai keunggulan antara lain sifatnya yang dapat
didaur ulang serta dapat terbiodegradasi secara alami (Zimmermann, dkk., 2004).
2. Laminated Composites (Komposit Laminat)
Komposit laminat merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau
lebih yang digabung menjadi satu. Setiap lapisan pada komposit laminat
memiliki karakteristik sifat yang berbeda-beda. Bentuk dari komposit laminat
terlihat seperti pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Komposit Laminat (Febrianto, 2011)


10

3. Particulate Composites (Komposit Partikel)


Komposit partikel yaitu komposit yang menggunakan partikel/serbuk sebagai
penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam matriknya seperti yang terlihat
pada gambar 2.4. Partikel sebagai bahan penguat sangat menentukan sifat
mekanik dari komposit karena meneruskan beban yang didistribusikan oleh
matrik. Salah satu contoh dari komposit partikel adalah partikel serbuk genteng
(monmorillonite) yang digunakan sebagai penguat dalam bahan komposit.

Gambar 2.4 Komposit Partikel (Febrianto, 2011)

2.3 Serat Sabut Kelapa


Menurut Febrianto (2011), kelapa merupakan jenis palmae yang biasa
tumbuh di pantai. Tanaman ini memiliki batang pohon yang berbentuk ramping
lurus, tingginya sekitar 10-14 meter, dan tidak bercabang. Daun dari kelapa
bersirip/berpelepah genap dengan panjang yang mencapai 2-3 meter. Buahnya
bulat berbentuk kerucut terbungkus serabut tebal dan bergaris tengah sekitar 25
cm. Kelapa juga memiliki sabut tebal dan batok keras, berisi air dan daging yang
mengandung santan.
Indonesia merupakan negara kepulauan dan berada di daerah tropis. Kondisi
ini mendukung tumbuhnya pohon kelapa sehingga di Indonesia banyak dijumpai
kelapa. Hal ini ditunjukkan dengan data Dirjen Perkebunan tahun 2015 yang
menunjukkan bahwa luas areal kebun kelapa di Indonesia sekitar 3,261 juta ha,
tersebar di 33 daerah tanam di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara,
Sulawesi, Maluku, Irian.
Gambar 2.5 merupakan gambar serat sabut kelapa. Sabut kelapa merupakan
hasil samping dan merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar
35 persen dari bobot buah kelapa. Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian
besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat
meningkatkan nilai tambahnya. Secara tradisional sabut kelapa hanya
11

dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat rumah tangga lainnya
(Sarjito, 2009).
Pada saat ini pemanfaatan sabut kelapa terus dikembangkan, salah satunya
yaitu menjadi serat alami alternatif yang digunakan dalam pembuatan bahan
komposit. Serat sabut kelapa mulai dilirik penggunaannya menjadi bahan
komposit karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1. Ketersediaanya cukup melimpah;
2. harganya terjangkau;
3. sifat mekaniknya cukup baik seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1.

Gambar 2.5 Sabut Kelapa

Tabel 2.1 Sifat-sifat fisika sabut kelapa


Sifat-sifat Nilai Satuan
Massa Jenis 1,25 g/cm3
Tensile strenght 220 MPa
E. Modulus 6 GPa
Sumber: (Beukers dan Brouwer, 2004).

2.4 Matrik
Matrik adalah fasa dalam bahan komposit yang umumnya lebih elastis tetapi
mempunyai kekuatan yang lebih rendah. Syarat pokok matrik yang digunakan
dalam komposit adalah matrik harus bisa meneruskan beban, sehingga serat harus
12

bisa melekat pada matrik dan kompatibel antara serat dan matrik, artinya tidak ada
reaksi yang mengganggu. Umumnya matrik dipilih yang mempunyai ketahanan
panas yang tinggi (Triyono & Diharjo, 2000). Matrik dibagi menjadi tiga yaitu
polimer, keramik, dan logam. Polimer memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan logam dan keramik, diantaranya massa jenis rendah, biaya
produksi rendah, dan mudah dibentuk (Tuttle, 2012).
Menurut Sidik (2003), polimer (poly = banyak, dan meros = bagian)
merupakan molekul raksasa yang biasanya memiliki bobot molekul tinggi,
dibangun dari pengulangan unit-unit. Molekul sederhana yang membentuk unit-
unit ulangan ini dinamakan monomer. Reaksi penggabungan dari monomer
menjadi polimer disebut reaksi polimerisasi.
Berdasarkan respon terhadap temperatur, polimer dibedakan menjadi polimer
termoset dan polimer termoplastik (Ghosh, 2002). Polimer termoset merupakan
polimer yang tidak dapat diubah bentuknya setelah mengalami proses pemanasan.
Polimer termoplastik yang akan melunak apabila dipanaskan dan dapat dibentuk
sesuai pola yang diinginkan. Setelah dingin, polimer ini akan mempertahankan
bentuknya yang baru (Febrianto, 2011).
Berdasarkan proses pembuatannya, polimer diklasifikasikan ke dalam dua
bagian yaitu :
1. Polimer alami adalah polimer yang telah tersedia di alam. Contoh dari
polimer alam antara lain protein (seperti sutera, serat otot dan enzim),
polisakarida (pati dan selulosa), karet dan asam-asam nukleat.
2. Polimer buatan adalah polimer yang dibuat oleh manusia. Contoh dari
polimer buatan yaitu plastik, nilon, polipropilena, dan sebagainya.

Polipropilena (PP) adalah polimer yang terbentuk dari struktur satuan


(monomer) propilena, dan digolongkan dalam polimer termoplastik atau disebut
plastik saja. Plastik merupakan bahan yang mudah diubah bentuk dengan
perlakuan panas. Sifat dari plastik adalah massa jenis atau densitasnya rendah,
tidak korosif, dapat didaur ulang, harganya relatif murah (Sudirman, 2002).
Polipropilena merupakan salah satu jenis plastik sintetik yang terbuat dari hasil
13

samping minyak bumi. Polipropilena memiliki sifat melunak dan meleleh jika
dipanaskan (Billmeyer, 1984). Berdasarkan sifat optisnya, polipropilena termasuk
bahan yang dapat bersifat transparan, translucent bahkan opaque bergantung pada
ketebalannya. Semakin tebal, kemampuan poipropilena untuk mentransmisikan
cahaya semakin berkurang (Tripathi, 2002). Adapun struktur molekul
polipropilena dapat dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Struktur Kimia Polipropilena (Adysti, 2013)

Adapun karakteristik dari polipropilena dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Karakteristik Polipropilena


Sifat-sifat Nilai Satuan
Tensile Strength 36 MPa
Pemanjang/Elongation 8 %
Modulus Kelenturan 1.700 MPa
o
Titik leleh 176 C
Sumber: (Fitriah, 2013).

2.5 Sifat Mekanik


Kualitas dan sifat mekanik dari material komposit polimer merupakan hal
yang harus diamati pada pembuatan material komposit. Menurut Febrianto (2011)
sifat mekanik merupakan sifat yang menunjukkan kemampuan suatu bahan untuk
menahan gaya (F) yang diberikan.

2.5.1 Kekuatan Tarik


Menurut Firdaus (2011), kekuatan tarik merupakan kemampuan suatu bahan
untuk menahan gaya tarikan yang diberikan. Uji tarik dilakukan untuk mengetahui
kekuatan tarik dari suatu bahan uji. Apabila suatu bahan uji diberi tegangan tarik
14

maka panjangnya akan mengalami peningkatan, namun jika ditarik secara terus
menerus maka bahan uji tersebut lama kelamaan akan putus seperti yang
ditunjukkan gambar 2.7a.

a b
Gambar 2.7 Diagram data hasil uji tarik (Haryati, 2014)

Hubungan antara gaya penarik dan tegangan tarik adalah sebagai berikut:
F
= (2.1)
A0
dimana: : tegangan tarik (Pa)
A0 : luas penampang (m2 )
F : gaya (N)

Gambar 2.8 Bentuk penampang bahan uji

Berdasarkan gambar 2.8, luas penampang bahan uji atau A0 dapat


ditentukan dengan menggunakan persamaan:
A0 = b d (2.2)
dimana: b : lebar pada bagian yang sempit (m)
d : tebal bahan uji (m)
15

Berdasarkan gambar 2.7b, suatu bahan yang diberi tegangan tarik akan
mengalami deformasi dan bersifat elastis jika tidak melebihi tegangan luluh.
Tegangan luluh (yield stress) menunjukkan batas perilaku elastisitas bahan dalam
menghasilkan deformasi yang permanen. Dengan kata lain apabila bahan
menerima tegangan di atas tegangan luluh maka bahan akan mengalami
perubahan permanen artinya tidak dapat kembali ke bentuk semula. Ketika
tegangan tarik terus diberikan hingga melebihi tegangan tarik maksimum maka
bahan tersebut akan mengalami putus atau patah (Haryati, 2014).
Besarnya regangan adalah jumlah pertambahan panjang karena pemberian
gaya tarik dibandingkan dengan panjang daerah ukur mula-mula.
l
= (2.3)
l0
dimana: : regangan (%)
l : perubahan panjang (m)
l0 : panjang mula-mula (m)

Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan terhadap regangan.


Modulus elastisitas digunakan untuk mengetahui kekakuan dari sebuah bahan
komposit. Modulus elastisitas dapat ditentukan dengan memprediksi kemiringan
dari daerah elastis pada kurva. Kurva tegangan-regangan di atas sering
dihubungkan dengan tegangan luluh (y ), yaitu tegangan tarik yang menyebabkan
suatu bahan mengalami deformasi. Menurut Callister dan Rethwisch (2010),
tegangan luluh dapat ditentukan menggunakan metode offset, yaitu dengan cara
menggeser garis lurus daerah elastis pada kurva tegangan-regangan ke kanan
sejauh nilai regangan sebesar 0,2% hingga memotong kurva tegangan terhadap
regangan. Garis lurus tersebut disebut garis offset. Hubungan linier antara
tegangan dan regangan untuk suatu batang yang mengalami tarikan atau tekanan
sehingga diperoleh modulus elastisitas material dinyatakan sebagai:
y
E= (2.4)
y
16

dimana: E : modulus elastisitas (Pa)


y : tegangan luluh (Pa)
y : regangan luluh (%)

Selain tegangan luluh, pada gambar 2.7 juga terdapat UTS (Ultimate Tensile
Strenght). UTS merupakan tegangan tarik maksimum sebelum bahan uji putus.
Keadaan ini menyatakan kekuatan tarik yang berada pada daerah plastis dan
dinyatakan dalam persamaan:
F maks
UTS = (2.5)
A0
dimana : UTS : kekuatan tarik maksimum (Pa)
Fmaks : gaya tarik maksimum (N)
A0 : luas penampang (m2)

2.5.2 Kekuatan Bending


Pengujian bending bertujuan untuk mengetahui besarnya kekuatan bending
dan modulus bending dari material komposit. Mujtahid (2010) mengatakan bahwa
pada uji bending bahan yang berbentuk batang ditempatkan pada dua tumpuan,
kemudian beban diterapkan ditengah-tengah tumpuan tersebut seperti pada
gambar 2.8. Jenis pengujian bending ini disebut dengan 3-point bending. Selain
ditentukan titik gaya (F), ditentukan pula dua titik pada bahan yang berfungsi
sebagai penahan. L merupakan jarak antara titik tengah tumpuan yang diberi
laju pembebanan konstan.

L/2 L/2

Gambar 2.9 Pemasangan Uji Bending


17

Kekuatan bending dapat dihitung menggunakan rumus:


3FL
b = (2.6)
2bd2
dimana : b : kekuatan bending (Pa)
F : gaya (N)
L : panjang batang uji (m)
b : lebar batang uji (m)
d : tebal batang uji (m)

Sementara itu, untuk menentukan nilai modulus bending (Eb) bahan dapat
dihitung dengan rumus:
L3 F
Eb = (2.7)
4bd3
dimana : Eb : modulus bending (Pa)
: defleksi (m)
b : lebar batang uji (m)
d : tebal batang uji (m)

Gambar 2.10 Defleksi pada bahan uji

Menurut Prasetyo (2010), defleksi dapat diartikan sebagai perubahan


bentuk suatu bahan uji secara vertikal karena faktor gaya pembebanan. Gambar
2.9 menunjukkan keadaan awal bahan sebelum mengalami deformasi, sedangkan
gambar 2.10 menunjukkan bahan mengalamai deformasi akibat pembebanan yang
diberikan. Dari gambar 2.10, jarak perpindahan didefinisikan sebagai defleksi
bahan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi
deformasi.

You might also like