Professional Documents
Culture Documents
DASAR TEORI
Pada bab dasar teori dibahas mengenai teori-teori dasar pendukung penelitian
ini. Teori-teori dasar seperti definisi bahan komposit, jenis-jenis bahan komposit,
dan sifat mekanik dijelaskan berdasarkan referensi yang diperoleh dari beberapa
buku, jurnal ilmiah, dan lain-lain.
dengan matriks berasal dari polimer. Pada saat ini, komposit dengan bahan matrik
polimer merupakan bahan komposit yang banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Komposit matrik polimer terdiri dari bahan polimer seperti poliester,
epoxy, polimide sebagai matrik dan serat sintetis atau serat alam sebagai penguat.
Serat penguat memiliki kekuatan dan modulus yang tinggi, sedangkan matrik
untuk melindungi serat dari lingkungan luar dan sebagai bahan pengikat antar
serat penguat.
Menurut Firdaus (2015) bahan komposit dengan matrik polimer memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan bahan konvensional seperti logam.
Kelebihan tersebut antara lain:
a. Bahan komposit tahan terhadap korosi;
b. Bahan komposit memiliki massa jenis yang lebih rendah dibanding dengan
bahan konvensional;
c. Bahan komposit mempunyai kelebihan dari segi versatility (berdaya guna)
yaitu produk yang mempunyai gabungan sifat-sifat yang menarik yang dapat
dihasilkan dengan mengubah sesuai jenis matrik dan serat yang digunakan;
d. Bahan komposit mudah diproses (dibentuk).
Bahan yang digunakan sebagai serat terbagi menjadi dua yaitu serat alam dan
serat sintetis. Serat sintetis adalah serat buatan manusia yang tersusun dari bahan
anorganik dengan komposisi kimia tertentu. Serat sintetis memiliki sifat mekanik
yang cukup baik, namun memiliki dampak terhadap lingkungan yang tidak baik.
Sementara itu, serat alam merupakan serat yang berasal dari alam. Saat ini telah
banyak dikembangkan komposit serat alam karena ketersediaannya cukup besar di
muka bumi sehingga pembuatan bahan komposit menjadi lebih ekonomis.
Beberapa contoh serat alam yang banyak ditemukan antara lain serat sabut kelapa,
serat rami, serat kenaf, dan lain-lain. Sebagai komponen penguat di dalam
komposit, serat alam ini mempunyai keunggulan antara lain sifatnya yang dapat
didaur ulang serta dapat terbiodegradasi secara alami (Zimmermann, dkk., 2004).
2. Laminated Composites (Komposit Laminat)
Komposit laminat merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau
lebih yang digabung menjadi satu. Setiap lapisan pada komposit laminat
memiliki karakteristik sifat yang berbeda-beda. Bentuk dari komposit laminat
terlihat seperti pada gambar 2.3.
dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat rumah tangga lainnya
(Sarjito, 2009).
Pada saat ini pemanfaatan sabut kelapa terus dikembangkan, salah satunya
yaitu menjadi serat alami alternatif yang digunakan dalam pembuatan bahan
komposit. Serat sabut kelapa mulai dilirik penggunaannya menjadi bahan
komposit karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1. Ketersediaanya cukup melimpah;
2. harganya terjangkau;
3. sifat mekaniknya cukup baik seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1.
2.4 Matrik
Matrik adalah fasa dalam bahan komposit yang umumnya lebih elastis tetapi
mempunyai kekuatan yang lebih rendah. Syarat pokok matrik yang digunakan
dalam komposit adalah matrik harus bisa meneruskan beban, sehingga serat harus
12
bisa melekat pada matrik dan kompatibel antara serat dan matrik, artinya tidak ada
reaksi yang mengganggu. Umumnya matrik dipilih yang mempunyai ketahanan
panas yang tinggi (Triyono & Diharjo, 2000). Matrik dibagi menjadi tiga yaitu
polimer, keramik, dan logam. Polimer memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan logam dan keramik, diantaranya massa jenis rendah, biaya
produksi rendah, dan mudah dibentuk (Tuttle, 2012).
Menurut Sidik (2003), polimer (poly = banyak, dan meros = bagian)
merupakan molekul raksasa yang biasanya memiliki bobot molekul tinggi,
dibangun dari pengulangan unit-unit. Molekul sederhana yang membentuk unit-
unit ulangan ini dinamakan monomer. Reaksi penggabungan dari monomer
menjadi polimer disebut reaksi polimerisasi.
Berdasarkan respon terhadap temperatur, polimer dibedakan menjadi polimer
termoset dan polimer termoplastik (Ghosh, 2002). Polimer termoset merupakan
polimer yang tidak dapat diubah bentuknya setelah mengalami proses pemanasan.
Polimer termoplastik yang akan melunak apabila dipanaskan dan dapat dibentuk
sesuai pola yang diinginkan. Setelah dingin, polimer ini akan mempertahankan
bentuknya yang baru (Febrianto, 2011).
Berdasarkan proses pembuatannya, polimer diklasifikasikan ke dalam dua
bagian yaitu :
1. Polimer alami adalah polimer yang telah tersedia di alam. Contoh dari
polimer alam antara lain protein (seperti sutera, serat otot dan enzim),
polisakarida (pati dan selulosa), karet dan asam-asam nukleat.
2. Polimer buatan adalah polimer yang dibuat oleh manusia. Contoh dari
polimer buatan yaitu plastik, nilon, polipropilena, dan sebagainya.
samping minyak bumi. Polipropilena memiliki sifat melunak dan meleleh jika
dipanaskan (Billmeyer, 1984). Berdasarkan sifat optisnya, polipropilena termasuk
bahan yang dapat bersifat transparan, translucent bahkan opaque bergantung pada
ketebalannya. Semakin tebal, kemampuan poipropilena untuk mentransmisikan
cahaya semakin berkurang (Tripathi, 2002). Adapun struktur molekul
polipropilena dapat dilihat pada gambar 2.6.
maka panjangnya akan mengalami peningkatan, namun jika ditarik secara terus
menerus maka bahan uji tersebut lama kelamaan akan putus seperti yang
ditunjukkan gambar 2.7a.
a b
Gambar 2.7 Diagram data hasil uji tarik (Haryati, 2014)
Hubungan antara gaya penarik dan tegangan tarik adalah sebagai berikut:
F
= (2.1)
A0
dimana: : tegangan tarik (Pa)
A0 : luas penampang (m2 )
F : gaya (N)
Berdasarkan gambar 2.7b, suatu bahan yang diberi tegangan tarik akan
mengalami deformasi dan bersifat elastis jika tidak melebihi tegangan luluh.
Tegangan luluh (yield stress) menunjukkan batas perilaku elastisitas bahan dalam
menghasilkan deformasi yang permanen. Dengan kata lain apabila bahan
menerima tegangan di atas tegangan luluh maka bahan akan mengalami
perubahan permanen artinya tidak dapat kembali ke bentuk semula. Ketika
tegangan tarik terus diberikan hingga melebihi tegangan tarik maksimum maka
bahan tersebut akan mengalami putus atau patah (Haryati, 2014).
Besarnya regangan adalah jumlah pertambahan panjang karena pemberian
gaya tarik dibandingkan dengan panjang daerah ukur mula-mula.
l
= (2.3)
l0
dimana: : regangan (%)
l : perubahan panjang (m)
l0 : panjang mula-mula (m)
Selain tegangan luluh, pada gambar 2.7 juga terdapat UTS (Ultimate Tensile
Strenght). UTS merupakan tegangan tarik maksimum sebelum bahan uji putus.
Keadaan ini menyatakan kekuatan tarik yang berada pada daerah plastis dan
dinyatakan dalam persamaan:
F maks
UTS = (2.5)
A0
dimana : UTS : kekuatan tarik maksimum (Pa)
Fmaks : gaya tarik maksimum (N)
A0 : luas penampang (m2)
L/2 L/2
Sementara itu, untuk menentukan nilai modulus bending (Eb) bahan dapat
dihitung dengan rumus:
L3 F
Eb = (2.7)
4bd3
dimana : Eb : modulus bending (Pa)
: defleksi (m)
b : lebar batang uji (m)
d : tebal batang uji (m)