You are on page 1of 33

BAB I

PENGERTIAN, SCOPE, DAN FUNGSI-FUNGSI POKOK


ADMINISTRASI PENDIDIKAN

1. Apakah administrasi itu ?

Dalam dunia pendidikan di Indonesia, bidang studi administrasi pendidikan mulai


berkembang dengan pesat sejak pertengahan pertama abad ke-20, terutama sejak
berakhirnya perang dunia kedua. Tidak mengherankan jika paa pendidikan sendiri
banyak yang belum dapat memahami betapa perlu dan pentingnya administrasi
pendidikan itu dalam penyelanggaraan dan pengembangan pendidikan pada umumnya
pendidikan itu sendiri ilmu, terus mengalami pengembangan sesuai dengan
perkembangan pendidikan di negara masing-masing.

a. Ilmu administrasi dan administrasi pendidikan


Administrasi pendidikan adalah penggunaan atau aplikasi ilmu administrasi ke dalam
pendidikan. Sebelum menguraikan apakah administrasi pendidikan itu,ada baiknya kita
mengetahui terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan ”administrasi”.
Kata ”administrasi” berasal dari bahasa latin yang terdiri atas kata ad dan ministrate.
Kata ad mempunyai arti yang sama dengan to dalam bahasa inggris, yang berarti ”ke”
atau ”kepada”. Dan ministrate sama artinya dengan kata to serve atau to conduct yang
berarti “melayani”. “membantu”, atau mengarahkan”.
Jadi kata ”administrasi’ dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk
membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai
suatu tujuan.
Frederick Taylor (1856) sering disebut sebagai bapak dari gerakan manajemen
berdasarkan ilmu pengetahuan. Ia dapat pula dikatakan sebagai pelopor dari timbulnya
ilmu administrasi.
Orang lain yang juga terkenal sebagai perintis timbulnya ilmu administrasi ialah seorang
industrialis Prancis bernama Henry Fayol (1841).
Perkembangan ilmu administrasi yang pada mulanya bergerak didalam dunia industri dan
perusahaan, kemudian menjalar ke dalam pemerintah atau negara, sehingga kini kita
mengenal adanya Business administration dan governmental administrastion atau public
administration. Para ahli pendidikan mulai menyadari bahwa meskipun prinsip-prinsip
administrasi dalam berbagai lapangan memiliki kesamaan, baik dalam proses maupun
tujuannya, dalam dunia pendidikan mempunyai kekhususan yang tidak dapat disamakan
begitu saja dengan dunia perusahaan ataupun pemerintahan.
Tujuan perusahaan adalah memproleh keuntungan yang besar atau menghasilkan
produksi yang sebanyak-banyak dengan kualitas yang tinggi. Demikian pula dalam dunia
pendidikan, hasil produksi yang banyak dan kualitas tinggi menjadi tujuan; namun hasil
produksi dan kualitas tinggi yang diharapkan itu berbeda sifatnya dengan hasil
perusahaan.
Demikianlah maka administrasi pendidikan sebagai suatu ilmu tidak dapat kita samakan
begitu saja dengan administrasi bisnis, administrasi pemerintahan, ataupun administrasi
militer. Seorang administrasi perusahaan misalnya, tidak dengan sendirinya untuk tidak
mengatakan tidak mungkin dapat bertindak sebagai administrasi pendidikan dengan baik
dan sukses.

b. Pengertian administrasi pendidikan


Di dalam proses administrasi pendidikan pada akhirnya bermaksud untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, administrasi pendidikan tidak sama dengan
pendidikan. Tidak semua kegiatan pencapaian tujuan pendidikan itu adalah pendidikan.
Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala
suatu, baik personel, spritualmaupun material, yang bersangkut paut dengan pencapaian
tujuan pendidikan sedangkan pendidikan, baik di artikan sebagai proses maupun sebagai
produk, adalah masalah perseorangan. Anak didik sendirilah yang harus membuat
perubahan di dalam dirinya sesuai dengan yang dikehendakinya.

2. Manajemen dan administrasi pendidikan


Administrasi pendidikan ialah manajemen. Istilah manajemen lebih terkenal dan umum
dipakai di dalam dunia perusahaan/ekonomi dari pada di dalam dunia pendidikan.
Manajemen adalah fungsi dewan manajer (biasanya dinamakan
manajemen), untuk menetapkan kebijakan (policy) mengenai apa macam
produk yang akan dibuat, bagaimana pembiayaannya, memberikan servis
dan memilih serta melatih pegawai, dan lain-lain faktor yang mempengaruhi
kegiatan suatu usaha. Lebih-lebih lagi manajemen bertanggung jawab dalam
membuat suatu susunan organisasi unttuk melaksanakan kebijakan itu.
Definisi yang kedua ini lebih menonjolkan pada perusahaan/ekonomi; masalah produk
dan penyaluran termasuk di dalamnya. Namun jika artinya yang prinsip kita terapkan
pada penyelanggaraan pendidikan, maka manajemen dalam arti manajemen sekolah sama
dengan administrasi pendidikan.
Kata ”manajer” kita artikan ”kepala sekolah” atau ”pemimpin” pendidikan yang lain;
kata ”penyaluran” (menyalurkannya) kita artikan kemana anak didik kita itu kita arahkan
supaya dapat bekerja (sekolah kejuruan) atau untuk dapat melanjutkan ke sekolah yang
lebih tinggi; dalam hal ini menyangkut soal tujuan pendidikan.definisi manajemen
tersebut pada prinsipnya mengandung arti yang sama denganadministrasi pendidikan.
Fungsi-fungsi pokok dalam manajemen perusahaan seperti planning, organizing,
actuating/staffing, commanding/directing, coordinating, controling/supervision,
comunicating, dan sebagainya.
Prof. Dr Arifin Abdurachman mengemukakan bahwa administrasi mengandung
pengertian yang lebih luas daripada manajemen. Manajemen merupakan salah satu aspek
dari administrasi, dikatakan juga bahwa manajemen adalah inti dari administrasi, bahwa
setiap kegiatan manajemen adalah kegiatan administrasi meskipun tidak semua kegiatan
administrasi adalah manajemen.
The Liang Gie dan Sutarto mengemukakan perbedaan antara manajemen dan
administrasi. Dikemukakannya bahwa manajemen termasuk salah satu unsur
administrasi.
Prof. Dr. Arifin Abdurachman mengemukakan bahwa ”manajemen adalah kegiatan-
kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan dengan
menggunakan orang-orang pelaksana”.Jadi, dalam hal ini kegiatan dalam manajemen
terutama adalah mengelola orang-orangnya sebagai pelaksana.

3. Administrasi pendidikan dan administrasi sekolah

Pasal 1b yang baru dikatakan bahwa : Administrasi pendidikan adalah suatu proses
keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan, dan
pembiayaan, dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik
personel, material, maupun spiritual, untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif
dan efisien.
Administrasi sekolah merupakan bagian dari administrasi pendidikan. Administrasi
pendidikan meliputi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan pendidikan
disuatu negara atau bahkan pendidikan pada umumnya. Sedangkan administrasi sekolah
kegiatan-kegiatannya terbatas pada pelaksanaan pengelolaan penididikan disekolah
sehingga kita mengenal adanya administrasi sekolah dasar, administrasi sekolah lanjutan,
administrasi perguruan tinggi dan sebagainya.
Sekolah merupakan lembaga yang dalam kegiatan-kegiatannya secara langsung
menangani subjek didik atau anak didik yang pada hakikatnya merupakan subjek yang
dikenai sasaran tujuan pendidikan, maka titik berat pembicaraan tentang ruang lingkup
administrasi pendidikan pada umumnya ditekankan pada kegiatan-kegiatan yang
menyangkut sekolah seperti kepemimpinan kepala sekolah, supervisi terhadap guru-guru
bimbingan terhadap siswa, dan sebagainya.

4. Scope (bidang garapan) adminisrasi pendidikan

Unsur kelompok manusia melahirkan timbulnya administrasi personel yang antara lain
menyangkut masalah bagaimana memilih, mengangkat dan menempatkan, membimbing
dan mengawasi semua personel yang terlibat didalam kegiatan administrasi dalam rangka
pencapaian tujuan pendidikan. Masalah kepemimpinan; bagaimana sikap dan sifat
seorang pemimpin yang dikehendaki didalam pendidikan, tipe-tipe kepemimpinan mana
yang sesuai, syarat-syarat apa yang diperlukan sebagai seorang pemimpin pendidikan
yang baik, dan sebagainya.
Setiap kegiatan didalam proses administarsi pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan tergambarkan didalam kurikulum sekolah masing-
masing.
Dalam setiap kegiatan administrasi perlu adanya pengorganisasian yang baik dan teratur.
Manusia yang terlibat didalamnya harus diorganisasi sehingga mereka mempunyai
tanggung jawab dan wewenang serta hak dan kewajiban, sesuai dengan kedudukan dan
fungsinya masing-masing. Dalam kegiatan ini diperlukan pula adanya koordinasi dan
pengawasan atau supervisi yang baik dari pemimpin.
Sistem dan program pendidikan yang tersusun didalam kurikulum, tanpa ditunjang
dengan peralatan dan perlengkapan yang cukup dan sesuai, akan sukar mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Untuk itu maka diperlukan adanya administrasi material atau lebih
terkenal dengan istilah administrasi bisnis pendidikan.
Administrasi pendidikan mencakup bidang-bidang garapan yang sangat luas. Tercakup
didalamnya administrasi personel, administrasi kurikulum, kepemimpinan,
kepengawasan atau supervisi pendidikan, administrasi bisnis pendidikan, organisasi
lembaga pendidikan, dan sebagainya.

5. Pentingnya administrasi pendidikan

Untuk melaksanakan pekerjaan yang sedemikian kompleks dan banyak seginya itu,
diperlukan orang-orang yang cakap dan memiliki pengertian yang luas tentang
pelaksanaan dan tujuan sekolah itu, dan hubungan antara segi-segi yang satu dengan segi
yang lain. Untuk itu diperlukan adanya pimpinan sekolah yang memiliki syarat-syarat
yang dituntut didalam melaksanakan kepemimpinan sekolah.
Tanpa administrasi dan kepemimpinan yang baik, sulit kiranya bagi sekolah untuk
berjalan lancar menuju ke arah tujuan pendidikan dan pengajaran yang seharusnya
dicapai sekolah itu.
Untuk melaksanakan rencana atau program sehingga mencapai hasil yang baik,
diperlukan adanya organisasi dan koordinasi yang baik dan teratur, adanya komunikasi
yang jelas dan lancar, pengawasan dan suvervisi yang kontinyu dan konsekuen dan
adanya penilaian (evaluasi) yang dilakukan dengan teratur dan tepat.

6. Fungsi-fungsi pokok administrasi pendidikan

Dalam pasal 5 diuraikan secara sepintas bahwa setiap administrasi berjalan didalam
rangkaian proses-proses tertentu. Adapun proses administrasi pendidikan itu meliputi
fungsi-fungsi perencanaan organisasi, koordinasi, komunikasi, supervisi kepengawasan-
pembiayaan, dan evaluasi.

A. PERENCANAAN
Perencanaan adalah suatu cara menghampiri masalah-masalah. Dalam penghampiran
masalah itu si perencana berbuat merumuskan apa saja yang harus dikerjakan dan
bagaimana mengerjakannya.
Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan administrasi. Tanpa
perencanaan atau planning, akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam
mencapai tujuan yang diinginkan.

B. PENGORGANISASIAN (organizing)
Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan
kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan. Didalam pengorganisasian terdapat adanya pembagian
tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab secara rinci menurut bidang-bidang dan
bagian-bagian, sehingga terciptalah adanya hubungan-hubungan kerjasama yang
harmonis dan lancar menuju pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian sebagai fungsi administrasi pendidikan menjadi tugas utama bagi para
pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah. Keragaman tugas dan pekerjaan
semacam itu tidak mungkin dilakukan dan dipikul sendiri oleh seorang pemimpin.
Bagaimana kecakapan kepala sekolah mengorganisasi guru-guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam menjalankan tugasnya sehari-hari sehingga tercipta adanya hubungan
kerjasama yang harmonis dan lancar.
Organisasi sebagai salah satu fungsi administrasi pendidikan dapat disimpulkan sebagai
berikut
Organisasi ialah aktivitas-aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-
hubungan sehingga terwujudlah kesatuan usaha dalam mencapai maksud-
maksud dan tujuan-tujuan pendidikan.

C. PENGOORDINASIAN (coordinating)
Adanya koordinasi yang baik dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan
yang tidak sehat dan atau kesimpangsiuran dalam tindakan. Dengan adanya koordinasi
yang baik, semua bagian dan personel dapat bekerja sama menuju ke satu arah tujuan
yang telah ditetapkan.
Sifat kompleks yang dipunyai oleh program pendidikan disekolah menunjukkan sangat
perlunya tindakan-tindakan yang dikoordinasikan.
Jika kita simpulkan, maka:
Koordinasi adalah aktivitas membawa orang-orang, material, pikiran-
pikiran, teknik-teknik dan tujuan-tujuan ke dalam hubungan yang harmonis
dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.

D. KOMUNIKASI
Aktivitas menyebarkan dan menyampaikan gagasan-gagasan dan maksud-maksud ke
seluruh struktur organisasi sangat penting. Proses menyampaikan atau komunikasi ini
meliputi lebih daripada sekadar menyalurkan pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, dan
maksud-maksud secara lisan atau tertulis.
Komunikasi secara lisan pada umumnya lebih mendatangkan hasil dan pengertian yang
jelas daripada secara tertulis.
Menurut sifatnya, komunikasi ada dua macam: komunikasi bebas dan komunikasi
terbatas. Dalam komunikasi bebas, setiap anggota dapat berkomunikasi dengan setiap
anggota yang lain. Sedangkan dalam komunikasi terbatas, setiap anggota hanya dapat
berhubungan dengan beberapa anggota tertentu saja.
Jika kita simpulkan :
Komunikasi dalam setiap bentuknya adalah suatu proses yang hendak
mempengaruhi sikap dan perbuatan orang-orang dalam struktur organisasi

E. SUPERVISI
Pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program itu. Oleh karena itu,
supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Jadi, fungsi supervisi yang terpenting adalah:
1. Menentukan kondisi-kondisi/syarat-syarat apakah yang diperlukan dan
2. Memenuhi/mengusahakan syarat-syarat yang diperlukan itu
Jadi, jika disimpulkan maka:
Supervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan berarti aktivitas-aktivitas
untuk menentukan kondisi-kondisi/syarat-syarat yang esensial yang akan
menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
F. KEPEGAWAIAN (staffing)
Kepegawaian merupakan fungsi yang tidak kalah pentingnya, dalam kepegawaian yang
menjadi titik penekanan ialah persona itu sendiri. Aktivitas yang dilakukan didalam
kepegawaian antara lain:menentukan, memilih, menempatkan, dan membimbing
personel.
Masalah selanjutnya yang perlu diperhatikan didalam kegiatan-kegiatan kepegawaian
ialah pemberian motivasi kepada para pegawai agar selalu bekerja giat, kesejahteraan
pegawai (jasmani maupun rohani), insentif dan penghargaan atas jasa-jasa mereka,
konduite dan bimbingan untuk dapat lebih maju, adanya kesempatan untuk meng-
upgrade diri, masalah pemberhentian dan pensiun pegawai.

G. PEMBIAYAAN
Tanpa biaya yang mencukupi tidak mungkin terjamin kelancaran jalannya suatu
organisasi. Setiap kebutuhan organisasi, baik personel maupun material, semua
memerlukan adanya biaya. Itulah sebabnya maka masalah pembiayaan ini harus sudah
mulai dipikirkan sejak pembuatan planning sampai dengan pelaksanaannya.

H. PENILAIAN (evaluating)
Evaluasi sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktifitas untuk meneliti dan
mengetahui sampai dimana pelaksanaan yang dilakukan didalam proses keseluruhan
organisasi mencapai hasil sesuai dengan rencana atau program yang telah ditetapkan
dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan, dan kesemuanya termasuk proses
keseluruhan yang tidak terpisahkan satu sama lain dan merupakan rangkaian kegiatan
yang kontinyu.
BAB II
KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

1. Pengertian kepemimpinan
Untuk menjelaskan apa arti kepemimpinan itu, akan dikemukakan terlebih dahulu dari
sudut mana seseorang memandang atau memahami hakikat kepemimpinan itu, dan
selanjutnya, berdasarkan pemahaman tersebut akan terlihat bagaimana ia membuat
perumusan atau medefinisikannya

a. Beberapa konsep kepemimpinan


1) Suatu konsep yang menganggap bahwa kepemimpian merupakan suatu
kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri
seorang pemimpin.
2) Konsep kedua agak lebih maju lagi. Konsep ini memandang kepemimpinan
sebagai fungsi kelompok (function of the group). Menurut konsep ini, sukses-
tidaknya suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau
sifat-sifat yang ada pada seseorang tetapi justru yang lebih penting adalah
dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang dipimpinnya.
3) Konsep ketiga merupakan konsep yang lebih maju lebih. Konsep ini tidak hanya
didasari atas pandangan yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas
ekonomi dan politis. Konsep yang ketiga ini menunjukkan bahwa, betapa pun
seorang pemimpin yang baik dan dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota
kelompok, sukses-tidaknya kepimpinannya masih ditentukan pula oleh situasi
yang selalu berubah yang mempengaruhui perubahan dan perkembangan
kehidupan kelompok yang dipimpinnya.

b. Definisi kepemimpinan
kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat
kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam
rangka menyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin,
serta merasa tidak terpaksa.

2. Dimensi-dimensi kepemimpinan
Teori dan penelitian penuh dengan berbagai kerangka acuan untuk menguji aspek-aspek
penting dari tingkah laku kepemimpinan. Kebanyakan konseptualisasi kepemimpinan
berdimensi ganda, paling sedikit mereka menyokong dua tipe yang berbeda.
Di dalam analisisnya, Chester I Barnard4 ) membedakan antara keefektifan dan efisiensi
dari tindakan bekerja sama. Ia mengemukakan bahwa keuletan bekerja sama bergantung
pada dua kondisi, yaitu (a) keefektifannya dan (b) efisiensinya. Keefektifan berhubungan
dengan pencapaian tujuan kerja sama yang bersifat sosial dan nonpersonal. Sedangkan
efisiensi berhubungan dengan kepuasan motif-motif induvidual, dan bersifat personal.

3. Pendekatan dan model kepemimpinan


Pendekatan kepemimpinan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu teori
kepemimpinan awal yang terdiri atas pendekatan pembawaan, sifat-sifat fisik, dan
pendekatan latihan ;teori kepemimpinan situasional; teori kepemimpinan kontigensi; dan
teori kepemimpinan path goal.”

b. Pendekatan sifat-sifat
konsep-konsep kepemimpinan telah dikemukakan bahwa keberhasilan atau kegagalan
seorang pemimpin banyak ditentukan atau dipengaruhui oleh sifat-sifat yang dimiliki
oleh pribadi si pemimpin. Sifat-sifat itu ada pada seseorang karena pembawaan atau
keturunan. Jadi menurut pendekatan ini, seseorang menjadi pemimpin karena sifat-
sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih.

c. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku (behavioral approach) merupakan pendekatan yang berdasarkan
pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya
kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin yang bersangkutan. Sikap dan gaya
kepemimpinan itu tampak dalam kegiatannya sehari-hari, dalam hal bagaimana cara
pemimpinitu memberi perintah, membagi tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi,
cara mendorong semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan pengawasan,
cara membina disiplin kerja bawahan, cara menyelenggarakan dan memimpin rapat
anggota, cara mengambil putusan, dan sebagainya.

d. Pendekatan situasional
Pendekatan situasional biasa disebut pendekatan kontigensi. Pendekatan ini didasarkan
atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi atau lembaga tidak
hanya bergantung pada atau dipengaruhui oleh prilaku dan sifat-sifat pemimpin saja.
Tiap-tiap organisasi atau lembaga memiliki ciri-ciri khusus dan unik. Bahkan organisasi
atau lembaga yang sejenis pun akan menghadapi masalah yang berbeda karena
lingkungan yang berbeda, semangat dan watak bawahan yang berbeda. Situasi yang
berbeda-beda ini harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda pula.
Karena banyaknya kemungkinan yang dapat dipakai dalam menerapkan perilaku
kepemimpinan itu sesuai dengan situasi atau organisasi atau lembaga, maka pendekatan
situasional ini disebut juga pendekatan kontingensi, sesuai dengan kata kontingensi yang
berarti kemungkinan.
Tinggi rendahnya tingkat kematangan kelompok turut menentukan kemana
kecenderungan gaya kepemimpinan seorang pemimpin harus diarahkan. Sebagai ilustrasi
dapat dikemukakan di sini: Seorang kepala sekolah atau kepala kantor yang sebagian
besar anak buahnya berpendidikan sarjana, perilaku kepemimpinan yang diterapkannya
akan berbeda dengan, misalnya jika anak buahnya itu pada umumnya hanya
berpendidikan SMTP atau SMTA.
e. Beberapa model kepemimpinan
Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi melahirkan banyak model
kepemimpinan. Beberapa model kepemimpinan yang akan diutarakan disini adalah
model kepemimpinan kontingensi Fielder, model kepemimpinan tiga dimensi, dan model
kepemimpinan lima faktor.

1) Model kepemimpinan kontingensi fielder


Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh Fred E. Fielder. Dia berpendapat bahwa
keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh suatu gaya kepemimpinan
yang diterapkannya. Dengan kata lain, tidak ada seorang pemimpin yang dapat berhasil
hanya dengan menerapkan satu macam gaya untuk semua situasi. Seorang pemimpin
akan cenderung berhasil dalam menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya
kepemimpinan yang berlainan untuk menghadapi situasi yang berbeda.
Berdasarkan pendapat Fielder tersebut, maka situasi organisasi atau lembaga dikatakan
menguntungkan dalam arti menentukan keberhasilan pemimpin jika:
1. hubungan pemimpin dengan anggota bawahan baik, pemimpin disenangi oleh
anggota kelompoknya dan ditaati segala perintahnya.
2. struktur tugas-tugas terinci dengan jelas dan dipahami oleh tiap anggota kelompok,
setiap anggota memiliki wewenang dan tanggung jawab masing-masing secara jelas,
sesuai dengan fungsinya, dan
3. kedudukan kekuasaan formal pemimpin kuat dan jelas sehingga memperlancar
usahanya untuk mempengaruhi anggota kelompoknya.

2) Model kepemimpinan tiga dimensi


Pendekatan atau model kepemimpinan ini dikemukakan oleh William J. Reddin (1970).
Model ini dinamakan three-dimensional-model karena dalam pendekatannya
menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan, yang disebutnya gaya dasar, gaya
efektif, dan gaya tak efektif menjadi satu kesatuan.
Berdasarkan dua perilaku kepemimpinan, yaitu berorientasi pada orang (people oriented)
dan berorientasi pada tugas (task oriented).

3) Model kontinum berdasarkan banyaknya peran serta bawahan dalam mengambil


keputusan
Pengembangan model kepemimpinan ini adalah Vroom dan Yetton. Keduanya
berpendapat bahwa ada dua macam kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi
pemimpin untuk mengikutsertakan atau tidak mengikutsertakan bawahan dalam
pembuatan keputusan. Dua macam kondisi tersebut ialah: (1) tingkat keefektifan teknis
diantara para bawahan dan (2) tingkat motivasi serta dukungan para bawahan.

f. Aplikasi bagi pendidikan


Banyak gaya kepemimpinan yang dapat timbul oleh adanya beberapa macam pendekatan
yang berbeda. Dalam hubungannya dengan kepemimpinan pendidikan, penulis
berpendapat bahwa ketiga macam pendekatan – pendekatan sifat, perilaku dan situasional
– sangat diperlukan.
Pendekatan sifat-sifat sangat diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan mengingat
bahwa kepala sekolah dan guru-guru ataupun para pendidik lainnya perlu memiliki sifat-
sifat yang baik yang sesuai dengan norma-norma yang dituntut oleh pendidikan. Sebagai
pendidik, guru dan pendidik lainnya diharapakn dapat menjadi suri teladan, dapat
memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak didiknya.
Pendekatan perilaku merupakan konsep kepemimpinan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip mendidik. Fungsi pendidikan adalah mengubah tingkah laku dan menyesuaikan
diri dengan perilaku subjek didiknya, baik perilaku sebagai individu maupun perilaku
kelompok.
Tiap lembaga pendidikan memiliki situasi yang berbeda-beda sehingga memerlukan
perilaku kepemimpinan yang berbeda pula. Kepala sekolah dapat memilih dan
menerapkan perilaku kepemimpinan mana yang dipandang lebih efektif berdasarkan
sifat-sifat, perilaku kelompok, dan kondisi serta situasi lembaga yang dipimpinnya.
BAB III
KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

1. Tipe atau gaya kepemimpinan


Kepemimpinan ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu unsur manusia, unsur sarana,
dan unsur tujuan. Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan atau kecakapan dan
keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinannya, dapat diperoleh
dari pengalaman belajar secara teori ataupun pengalamannya didalam praktek selama
menjadi pemimpin.
Adapun gaya-gaya kepemimpinan yang pokok, atau dapat juga disebut ekstrem, ada tiga
yaitu (1) otokratis (2) laissez faire dan (3) demokratis. Bagaimana ciri-ciri atau sifat-sifat
ketiga gaya atau tipe kepemimpinan tersebut dapat diikuti dalam urain tersebut.

a. Kepemimpina yang otokratis


Baginya, memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Kekuasaan
pemimpin yang otokratis hanya dibatasi oleh undang-undang. Penafsirannya sebagai
pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan memberi perintah. Kewajiban bawahan
atau anggota-anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh membantah
ataupun mengajukan saran.
Setiap perbedaan pendapat diantara anggota-anggota kelompoknya diartikan sebagai
kepicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi
yang telah ditetapkannya.
Bukan supervisi, melainkan inspeksi: mencari kesalahan-kesalahan dan meneliti orang-
orang yang tidak taat dan tidak percaya kepada pribadi si pemimpin, kemudian orang-
orang semacam itu diancam dengan hukuman, dipindahkan atau dipecat dari jabatannya,
dsb. Sebaliknya, orang-orang yang berlaku taat dan patuh dan dapat menyenangkan
pribadinya, menjadi anak mas dan mungkin bahkan diberi penghargaan. Dominasi yang
berlebihan mudah menghidupkan oposisi terhadap kepemimpinan, atau menimbulkan
sifat apatis, atau sifat-sifat agresif pada anggota-anggota kelompok terhadap
pemimpinnya.

b. Kepemimpinan yang laissez faire


Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya. Pemimpin
yang termasuk tipe ini sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap
pekerjaan anggota-anggotanya. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan kepada
anggota-anggota kelompok, tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin.
Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya laissez faire
semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan
bukan karena pengaruh dari pemimpinnya.

c. Kepemimpinan yang demokratis


Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai
diktator, melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin
yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara
kooperatif untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat
dan saran-saran dari kelompoknya. Juga kritik-kritik yang membangun dari para anggota
diterimanya sebagai umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-
tindakan berikutnya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha memupuk rasa
kekeluargaan dan persatuan. Disamping itu ia juga memberi kesempatan bagi timbulnya
kecakapan memimpin pada anggota kelompoknya dengan jalan mendelegasikan sebagian
kekuasaan dan tanggung jawab.

2. Sifat-sifat kepemimpinan
Untuk menjadi pemimpin diperlukan adanya syarat-syarat tertentu. Dan syarat-syarat
serta sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin berbeda-beda menurut golongan
dan fungsi jabatan yang dipegangnya.
Meskipun demikian, disamping syarat-syarat yang khusus berlaku dan diperlukan bagi
jenis-jenis lembaga atau organisasi tertentu, banyak terdapat syarat dan sifat umum yang
berlaku dan diperlukan bagi hampir semua jabatan kepemimpinan.
Suatu konsep yang lebih menarik lagi ialah sifat-sifat yang diharapkan dimiliki oleh
setiap pemimpin yang baik, yang dikemukakan oleh Suprapto pada permulaan
memangku jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ia mendasarkan uraiannya kepada
asas kepemimpinan yang dirumuskan Ki Hajar Dewantara, yaitu: ing ngarso sung tulodo,
ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Kita menyadari bahwa didalam kenyataan hidup tidak akan mungkin ada orang yang
memiliki keseluruhan sifat seperti yang telah diuraikan diatas. Keseluruhan sifat tersebut
hanyalah merupakan tipe ideal yang tidak mungkin terdapat didalam kenyataan. Di pihak
lain, kita pun memahami pula bahwa tidak mungkin semua sifat yang telah diuraikan
diatas berlaku bagi semua pemimpin dari segala organisasi dan dalam segala situasi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin


Dalam pasal ini akan dibicarakan secara khusus dan lebih kongkret faktor-faktor yang
pada umumnya sangat dominan mempengaruhi perilaku seorang pemimpin. Adapun
faktor-faktor yang dimaksud adalah:

a. Keahlian dan pengetahuan yang dimiliki oleh pemimpin untuk menjalankan


kepemimpinannya. Termasuk keahlian dan pengetahuan yang dimaksud disini
ialah latar belakang pendidikan atau ijazah yang dimilikinya, sesuai tidaknya latar
pendidikan itu dengan tugas-tugas kepemimpinan yang menjadi tanggung
jawabnya.
b. Jenis pekerjaan atau lembaga tempat pemimpin itu melaksanakan tugas
jabatannya, tiap jenis lembaga memerlukan perilaku dan sikap kepemimpinan
yang berbeda pula.
c. Sifat-sifat kepribadian pemimpin. Ada yang selalu dapat bersikap dan bertindak
keras dan tegas, tetapi ada juga yang lemah dan kurang berani. Dengan adanya
perbedaan-perbedaan watak dan kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing
pemimpin, meskipun beberapa orang pemimpin memiliki latar belakang
pendidikan sama dan diserahi tugas memimpin lembaga-lembaga yang sejenis,
karena perbedaan kepribadiannya akan menimbulkan perilaku dan sikap yang
berbeda pula dalam menjalankan kepemimpinannya.
d. Sifat-sifat kepribadian pengikut atau kelompok yang dipimpinnya. Perbedaan
sifat-sifat individu dan sifat-sifat kelompok sebagai anak buah atau pengikut
seorang pemimpin akan mempengaruhi bagaimana seyogyanya perilaku dan sikap
pemimpin itu dalam menjalankan kepemimpinannya.
e. Sangsi-sangsi yang ada ditangan pemimpin. Kekuatan-kekuatan yang dimiliki
atau yang ada di belakang pemimpin menentukan sikap dan tingkah lakunya.
Sikap atau reaksi anggota kelompok dari seorang pemimpin yang mempunyai
wewenang penuh akan lain jika dibandingkan dengan sikap atau reaksi anggota
kelomp dari seorang pemimpin yang tidak atau kurang wewenang.

4. Kepala dan pemimpin

a. Kepala dan pemimpin sebenarnya merupakan dua pengertian yang tidak identik.
Keduanya ada persamaan dan perbedaannya.

Persamaannya:
1) Keduanya menghadapi/mengepalai kelompok
2) Keduanya bertanggung jawab
Perbedaan:
1) Kepala bertindak sebagai penguasa, sedangkan pemimpin bertindak sebagai
organisator dan koordinator.
2) Kepala bertanggung jawab terhadap pihak ketiga, pihak atasannya, pemimpin
bertanggung jawab terhadap kelompok yang dipimpinnya.
3) Kepala tidak selalu merupakan bagian dari kelompok, sedangkan pemimpin
merupakan bagian dari kelompok
4) Kekuasaan kepala biasanya berasal dari peraturan-peraturan atau dari pihak
ketiga, sedangkan kekuasaan pemimpin berasal dari kepercayaan anak
buah/kelompoknya.
5) Kelompok/anak buah seorang kepala biasanya bukan atas kemauan sendiri,
melainkan ditunjuk oleh peraturan-peraturan (karena adanya pengangkatan
seorang kepala orang pihak ketiga). Pemimpin diangkat oleh anggota-anggotanya
dan dianggap anggota dari kelompok.

b. Apakah tugas seorang kepala?


Seorang kepala bertanggung jawab kepada pihak ketiga/atasannya, bertanggung jawab
terhadap tugas yang telah dipikulkan kepadanya. Jadi, segala sesuatu itu dilakukan oleh
kelompok berdasarkan keinginan kepala/atasan secara paksaan, bukan berdasarkan
keinginan atau kreasi kelompok.

c. Bagaimana seorang kepala mendapat pengakuan sebagai pemimpin


Kepala harus mengetahui cara yang baik untuk mengerjakan sesuatu, mengetahui
hasil mana yang baik, dan waktu mana yang tepat untuk mencapai tujuan.
Kepala harus dapat meyakinkan kelompoknya bahwa cara, hasil, dan waktu yang
ditetapkan itu tepat dan benar. Tugas seorang kepala yang sebagai pemimpin ialah
memilih pembantu-pembantu yang mempunyai keahlian tertentu sesuai dengan
kebutuhan kelompoknya yang beraneka ragam itu.
d. ”Pemimpin” menurut pandangan kuno dan modern
Pandangan terhadap seorang pemimpin pada waktu dulu ialah pemimpin dianggap orang
yang terpandai tentang segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kebutuhan
kelompok, dan pemimpin itu sendiri harus pandai melakukannya (pandai berburu, cakap
dan berani berperang, pandai mengemudikan perahu layar dan lain-lain.)
Jadi, persamaannya antara pemimpin dahulu dengan sekarang ini ialah mereka bersama-
sama memenuhi kebutuhan kelompok. Jika kebutuhan kelompok itu tidak terpenuhi,
maka ia dapat dianggap bukan pemimpin kelompok itu lagi.
Tugas seorang pemimpin kecuali harus memenuhi kebutuhan kelompok, juga harus dapat
mempengaruhi kelompok sedemikan rupa sehingga apa yang dirasakan sebagai
kebutuhan, benar-benar bersifat realistis, yaitu sesuai dengan kenyataan.

5. Peranan seorang pemimpin


Seorang ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa peranan seorang pemimpin yang baik dapat
disimpulkan menjadi 13 macam:
1. Sebagai pelaksana (executive)
Seorang pemimpin tidak boleh hanya memaksakan kehendak sendiri terhadap
kelompoknya. Ia harus berusaha menjalankan/memenuhi kehendak dan kebutuhan
kelompoknya, juga program atau rencana yang telah ditetapkan bersama.
2. Sebagai perencana (planner)
Seorang pemimpin yang baik harus pandai membuat dan menyusun perencanaan
sehingga segala sesuatu yang diperbuatnya bukan secara ngawur saja, tetapi segala
tindakan diperhitungkan dan bertujuan.
3. Sebagai seorang ahli (expert)
Ia haruslah mempunyai keahlian, terutama keahlian yang berhubungan dengan tugas
jabatan kepemimpinan yang dipegangnya
4. Mewakili kelompok dalam tindakannya keluar (external group representative)
Ia harus menyadari bahwa baik-buruk tindakannya diluar kelompoknya
mencerminkan baik-buruk kelompok yang dipimpinnya.
5. Mengawasi hubungan antaranggota kelompok (controller of internal relationship)
Menjaga jangan sampai ada perselisihan dan berusaha membangun hubungan yang
harmonis dan menimbulkan semangat bekerja kelompok
6. Bertindak sebagai pemberi ganjaran/pujian dan hukuman (purveyor of rewards and
punishments)
Ia harus dapat membesarkan hati anggota-anggota yang giat bekerja dan banyak
sumbangannya terhadapa kelompoknya dan berani pula menghukum anggota yang
berbuat merugikan kelompoknya
7. Bertindak sebagai wasit dan pengarah (arbitrator and mediator)
Dalam menyelesaikan perselisihan ataupun menerima pengaduan-pengaduan diantara
anggota-anggotanya, ia harus dapat bertindak tegas, tidak pilih kasih ataupun
mementingkan salah satu golongan
8. Merupakan bagian dari kelompok
Pemimpin bukanlah seorang yang berdiri diluar atau diatas kelompoknya. Ia
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kelompoknya
9. Merupakan lambang kelompok
Sebagai lambing kelompok, ia hendaknya menyadari bahwa baik buruknya kelompok
yang dipimpinnya tercermin pada dirinya.
10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual
responsibility)
Ia harus bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan anggotanya yang dilakukan
atas nama kelompok.
11. Sebagai seorang pencipta /memiliki cita-cita.
seorang pemimpin hendaknya mempunyai suatu konsepsi yang baik dan realistis.
12. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure).
Tindakan pemimpin terhadap anak buah / kelompoknya hendaklah mencerminkan
tindakan seorang ayah terhadap anak-anak/anggota keluarganya.
13. Sebagai kambing hitam (scape goat).
Seorang pemimpin haruslah menyadari bahwa dirinya merupakan tempat
melemparkan kesalahan/keburukan yang terjadi di dalam kelompoknya.

6. Pengambilan Putusan.
Pengambilan putusan merupakan kegiatan yang selalu kita jumpai dalam setiap
kegiatan kepemimpinan. Pengambilan putusan merupakan fungsi kepemimpinan yang
turut menentukan proses dan tingkat keberhasilan kepemimpinan itu sendiri.

a. Langkah-langkah pengambilan putusan


1) Mendefinisikan/menetapkan masalah
2) Menentukan pedoman pemecaan masalah
3) Mengidentifikasi alternative
4) Mengadakan penilain terhadap alternative yang telah didapat
5) Memilih alternative yang “baik”
6) Implementasi alternative yang dipilih

b. Model-model pengambil putusan


1) Model prilaku adalah model pengambilan keputusan yang didasarkan atas pola
tingkah laku orang yang terlibat dalam organisasi atau lembaga itu.
2) Model informasi merupakan model pengambilan putusan yang didasarkan atas
asumsi.
3) Modal normatif
pengambilan putusan dengan model normatif dimulai dari mengidetifikasi apa yang
dilakukan oleh manajer atau pemimpin yang baik, dan kemudian memberikan pedoman
tentang bagaimana seorang manajer yang baik itu mengambil putusan.
4) Participative decision making
Participative decision making atau shared decision making adalah cara pengambilan
putusan dengan mengikut sertakan bawahan.
c. Jenis-jenis partisipasi
ada tiga jenis partisipasi yang dapat digunakan dalam pengambilan putusan:
1) Sentralisasi demokratis, yaitu prosedur pengambilan putusan dengan cara
pemimpin mengemukakan masalah dan bawahan diminta untuk memberikan
saran-saran.
2) Parlementer, yaitu kekuasaan mengambil putusan diberikan kepada bawahan.
3) Penentuan oleh peserta, yaitu pengambilan putusan yang dalam pelaksanaannya
mengutamakan consensus.
BAB IV
KEPENGAWASAN DALAM PENDIDIKAN

1. Masalah tanggung jawab


Tanggung jawab merupakan syarat utama dalam kepemimpinan. Tanpa memiliki
rasa tanggung jawab, orang tak dapat menjadi pemimpin. Banyak orang mengatakan
”bertanggung jawab” yang sebenarnya hanya bearti berani ”memberi jawab” atas teguran
perbuatannya, biarpun perbuatannya itu salah atau tidak baik.
”Tanggung jawab” adalah pengertian yang di dalamnya mengandung norma-norma etika,
sosial, dan scientific; yang berarti bahwa perbuatan-perbuatan yang dipertanggung
jawabkan itu adalah baik, dapat diterima dan disetujui orang-orang lain/masyarakat, dan
mengandung kebenaranyang bersifat umum.

Tanggung jawab adalah kesanggupan untuk menjalankan suatu tugas


kewajiban yang dipikulkan kepadanya dengan sebaik-baiknya.

Seorang inspektur pendidikan sudah tentu memikul tanggung jawab yang lebih besar dan
luas dan lebih berat daripada seorang kepala sekolah.
Seorang kepala inspeksi mempunyai peranan sentral terhadap sekolah-sekolah yangada di
daerah tanggung jawabnya. Ia menepati posisi untuk menilai dan mengawasi bermacam-
macam kegiatan yang lebih luas dan mempengaruhui orang-orang yang lebih banyak
daripada yang lainnya.semua guru mempunyai daya kesanggupan yang lebih besar
daripada yang mereka pergunakan jika benar-benar mereka diberi kesempatan,
bimbingan, dan diberi jalan untuk mengembangkan kesanggupan-kesanggupannyaitu.
Peranannya di dalam kelas dan proses pelaksanaan administrasi pendidikan tidak kurang
pentingnya.

2. Supervisi (kepengawasan)
a. pendahuluan
adapun perubahan-perubahan tersebut dapat dibagi menjadi tiga aspek :
1) perubahan dalam tujuan
2) perubahan dalam scope (luasnya tanggung jawab/kewajiban), dan
3) perubahan dalam sifatnya.
Adanya perubahan dalam tujuan pendidikan, mengubah pola scope atau luasnya
tanggung jawab yang harus dipikul dan dilaksanakan oleh para pemimpin pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan lebih didesentralisasikan kepada daerah-daerah : masyarakat
diikutsertakan dan turut serta dalam usaha-usaha pendidikan, dan lain-lain.
Tugas kewajiban kepala sekolah, disamping mengatur jalannya sekolah.juga harus
dapat bekerja sama dan berhubungan erat dengan masyarakat. Ia berkewajiban
membangkitkan staf guru-guru dan pegawai sekolah untuk bekerja lebih baik ;
membangun dan memelihara kekeluargaan, kekompakan, dan persatuan antara guru-guru
pegawai dan murid-muridnya.
b. Pengertian supervisi
Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada
perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai
tujuan-tujuan pendidikan.
Supervisi ialah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif.
Dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya mengawasi apakah para guru/pegawai
menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana
cara-caramemperbaiki proses belajar-mengajar. Jadi dalam kegiaan supervisi, guru-guru
tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai patner bekerja
memiliki ide-ide, pendapat-pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar
dan dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan.

c. Tipe-tipe kepengawasan
Fungsi pokok pemimpin sekolah sebagai supervisi terutama ialah membantu
guru-guru dalam mengembangkan potensi-potensi mereka sebaik-baiknya. Untuk
mengembangkan potensi /daya kesanggupan dan kecakapan itu, kepala sekolah selaku
supervisor perlu memperhatikan faktor-faktor penghambat yang telah diuraikan diatas.
Secara singkat kelima tipe tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Supervisi sebagai inspeksi


Dalam bentuk inspeksi ini,supervisi semat-mata merupakan kegiaan menginspeksi
pekerjaan-pekerjaan guru atau bawahan. Orang-orang yang bertugas/mempunyai
tanggung jawab tentang pekerjaan itu disebut inspektur.inspeksi bukanlah suatau
pengawasan yang berusaha menolong guru untuk mengembangkan dan memperbaiki cara
dan daya kerja sebagai pendidik dan pengajar.

2) Laissez faire
Kepengawasan yang bertipe Laissez faire sesungguhnya
merupakankepengawasan yang sama sekali tidak konstruktif. Kepengawasan Laissez
faire membiarkan guru-guru/bawahan bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk dan
bimbingan. Guru-guru boleh menjalankan tugasnya menurut apa yang mereka sukai,
boleh mengajar apa yang mereka ingini dan dengan cara yang mereka hendaki masing-
masing. Tidak mengherankan jika dalam kepengawasan Laissez faire ini mudah sekali
timbul kesimpangsiuran dalam kekuasaan dan tanggung jawab di antara guru-guru dan
pegawai-pegawai lainnya, mudah timbul perselisihan dan kesalahpahaman di antara
mereka

3) Coercive supervision
Di dalam tindakan kepengawasannya sipengawas bersifat memaksakan segala
sesuatu yang dianggapnya benar dan baik menurut pendapatnya sendiri. Guru harus
tunduk dan menuruti petunjuk-petunjuk yang dianggap baik oleh supervisor itu sendiri.
Akan tetapi, untuk perkembangan pendidikan pada umumnya tipe Coerciver ini banyak
kelemahannya. Tidak semua kepala sekolah atau supervise cara-car mengajar yang baik
untuk seluruh mata pelajaran.

4) Supervisi sebagai latihan bimbingan


Tipe supervise ini berlandaskan suatu pandangan bahwa pendidikan itu
merupakan proses pertumbuhan bimbingan. Tipe ini baik, terutama bagi guru-guru yang
baru mulai mengajar setelah keluar dari sekolah guru. Kelemahannya ialah : mungkin
pengawasan, petunjuk-petunjuk, ataupun nasihat-nasihat yang diberikan dalam rangka
training dan bimbingan itu bersifat kolot, sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
pendidikan dan tuntutan zaman sehingga dapat terjadi kontradiksi antara pengetahuan
yang telah diperoleh guru darisekolah guru dengan pendapat supervisor itu sendiri.

5) Kepengawasan yang demokrasi


Supervisi merupak kepemimpinan pendidikan secara kooperatif.tanggung jawab
tidak dipegang sendiri oleh supervisor, melainkan dibagi-bagikan kepada para anggota
sesuai dengan tingkat, keahlian, dan kecakapannya masing-masing. Masalah penting
yang perlu mendapat perhatian bagipara pengawas dan kepala sekolah selaku supervisor
ialah menemukan cara-cara bekerja secara kooperatif yang efektif.

d. Kepengawasan dan semangat


Semangat ialah sesuatu yang membuat orang-orang mengabdi kepada tugas
pekerjaannya, diman kepuasan bekerja dan hubungan-hubungan kekeluargaan yang
menyenangkan menjadi bagian daripadanya. Semangat ialah reaksi emosional dan mental
dari seseorang terhadap pekerjaannya. Dilihat dari sudut administrasi pendidikan,
semangat ialah suatu disposisi pada orang-orang di dalam suatu usaha bersama untuk
bertindak, bertingkah laku, dan berbuat dengan cara yang produktif bagi maksud-maksud
dan tujuan-tujuan organisasi atau usaha pendidikan. Rasa kekeluargaan, loyalitas,
antusiasme, sifat dapat dipercaya, dan kesanggupan bekerja sama, menjadi ciri-ciri
semangat yang tinggi.

e. Ciri-ciri seorang supervisor yang baik


Seorang supervisor hendaknya memiliki ciri-ciri pribadi sebagai guru yang baik,
memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas mengenai proses
pendidikan dalam masyarakat, kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan
melaksanakan human relation yang baik. Supervisor yang baik selalu merasa dibimbing
oleh penemuan-penemuan yang telah didapat dari hasil-hasil penelitian pendidikan dan
mem[punyai kesempatan untuk menyatakan pendapat-pendapat itu di dalam diskusi-
diskusi kelompok dan pertemuan-pertemuan perseorangan.

f. Fungsi-fungsi supervisi
Fungsi-fungsi supervisi pendidikan yang sangat penting diketahui oleh para
pimpinan pendidikan termasuk kepala sekolah, adalah sebagai berikut :
1) Dalam bidang kepemimpinan
a. Menyusun rencanadan policy bersama
b. Mengikut sertakan anggota kelompok (guru-guru, pegawai dalam berbagai
kegiatan.
c. Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan
memecahkan persoalan-persoalan.
2) Dalam hubungan kemanusian
a. Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis.
b. Memumpuk rasa saling menghormati di antara sesama anggota kelompok dan
Sesama manusia.
c. Menghilangkan rasa curiga-mencurigai antara anggota kelompok.
3) Dalam pembinaan proses kelompok
a. Memupuk sikap dan kesediaan tolong-menolong
b. Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok
c. Menguasai teknik-teknik memimpin rapat dan pertemuan-pertemuan lainnya
4) Dalam bidang administrasi personel
a. Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan
untuk suatu pekerjaan
b. Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya kerja
serta hasil maksimal
5) Dalam bidang evaluasi
a. Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci
b. Menguasai dan memiliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan digunakan
sebagai kriteria penilaian

g. Tugas supervisor
1. Menghadiri rapat/pertemuan-pertemuan organisasi-organisasi profesional
2. Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru
3. Mengadakan rapat-rapat kelompok untuk membicarakan masalah-masalah umum
(common problems)

3. Jenis Supervisi
Setiap kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan disekolah maupun di kantor-kantor
memerlukan adanya supervisi agar pekerjaan itu dapat berjalan dengan lancar dan
mencapai tujuan yang telah ditentukan.

a. Supervisi umum dan supervisi pengajaran


Supervisi umum isini adalah supervisi yang dilakukakn terhadap kegiatan-kegiatan
atau pekerjaan yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan
pengajaran seperti supervisi terhadap kegiatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan
sekolah atau kantor-kantor pendidikan, supervisi terhadap kegiatan pengelolaan
administrasi kantor, supervisi pengelolaan keuangan sekolah atau kantor pendidikan dan
sebagainya.

b. Supervisi klinis
Supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari
sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi didalam proses belajar mengajar, dan kemudian
secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau
kekurangan tersebut.
Didalam supervisi klinis cara ”memberikan obatnya” dilakukan setelah supervisor
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap cara guru mengajar, dengan
mengadakan ”diskusi balikan” antara supervisor dan guru yang bersangkutan. Yang
dimaksud dengan ”diskusi balikan” disini ialah diskusi yang dilakukan segera setelah
guru selesai mengajar, dan bertujuan untuk memperoleh balikan tentang kebaikan
maupun kelemahan yang terdapat selama guru mengajar serta bagaimana usaha untk
memperbaikinya.

4. Inservice-training dan upgrading

a. Inservice-training
Inservice-training dan upgrading merupakan salah satu fungsi kepengawasan
(supervisi) yang sangat penting. Pembinaan dan usaha perbaikan pendidikan tidak
mungkin berhasil tanpa disertai dengan pembinaan dan perbaikan mutu pengetahuan serta
cara kerja para pelaksananya.
Pengalaman-pengalaman praktik yang diterimanya dari latihan-latihan praktik
mengajar yang sangat terbatas dan dalam waktu yang tidak lama, belum merupakan
pengalaman yang cukup bermutu untuk memenuhi tugas-tugas dan tanggung jawabnya
setelah keluar dari sekolah guru.
Sebab-sebab perlunya inservice-training, disamping pendidikan persiapan (pre-
service training) yang kurang mencukupi, juga banyak guru yang telah keluar dari
sekolah guru tidak pernah atau tidak dapat menambah pengetahuan mereka sehingga
menyebabkan cara kerja mereka tidak berubah-ubah, itu-itu saja dan begitu-begitu saja
tiap tahun selama belasan tahun mereka bekerja.
Sebab lain mengenai perlunya insevice training atau upgrading ialah suatu
kenyataan bahwa karena kebutuhan yang sangat mendesak, pemerintah mengangkat
guru-guru yang tidak dipersiapkan untuk menjadi guru sebelumnya, baik guru SD
maupun sebagai guru SLP atau SLA.
Program inservice training dapat melingkupi berbagai kegiatan seperti
mengadakan kursus, aplikasi, ceramah-ceramah, workshop, seminar-seminar,
mempelajari kurikulum, survey masayarakat, demonstrasi-demonstrasi mengajar menurut
metode baru, fieldtrip, kunjungan-kunjungan kesekolah diluar daerah, dan persiapan-
persiapan khusus untuk tugas-tugas baru.

b. Upgrading (penataran)
Upgrading adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk meninggikan
atau meningkatkan taraf ilmu pengetahuan dan kecakapan para pegawai, guru-guru, atau
petugas pendidikan lainnya, sehingga dengan demikian keahliannya bertambah luas dan
mendalam.
Inservice training mengandung pengertian yang lebih luas daripada upgrading.
Upgrading termasuk kedalam pengertian inservice training.
5. Penempatan guru dan mutasi pimpinan sekolah

a. Masalah Penempatan Guru


Pengangkatan dan penempatan guru di suatu sekolah merupakan tugas dan tanggung
jawab Kepala kantor wilayah (dahulu Kepala Perwakilan) melalui Kepala Bidang (dahulu
Kepala Kabin) masing-masing.

b. Pentingnya mutasi pimpinan sekolah


Ada suatu kebiasaan dalam masyarakat kita yang menganggap bahwa mutasi itu diartikan
sama dengan ”hukuman” atau ”pelemparan” bagi seorang pegawai. Oleh sebab itu setiap
pegawai yang dimutasikan dianggap telah melakukan suatu pelanggaran atau setidak-
tidaknya diapandang sebagai yang tidak becus melaksanakan tugas jabatannya. Anggapan
seperti inilah yang sering menyebabkan kesulitan bagi pelaksanaan mutasi kepegawaian,
sekalipun untuk maksud-maksud yang baik demi kelancaran dan perbaikan lembaga atau
sekolah yang bersangkutan.
BAB V
KEPALA SEKOLAH SEBAGAI ADMINISTRATOR
DAN SUPERVISOR

1. Pendahuluan
Dapat dilaksanakan atau tidaknya suatu program pendidikan dan tercapai atau
tidaknya tujuan pendidikan itu, sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.

a. Fungsi kepala sekolah dahulu dan sekarang


Kita semua mengetahui bahwa tujuan pendidikan di masa penjajahan Belanda
disesuaikan dengan tujuan kolonialisme Belanda. Sedangkan tujuan pendidikan di
Indonesia sekarang ini harus sesuai dengan dasar dan tujuan negara Republik Indonesia.
Terhadap sekolah dengan pada masa pejajahan Belanda tidak dituntut adanya hubungan
dan kerjasama dengan masyarakat. Bahkan sebaliknya sekolah merupakan lembaga
pendidikan yang terpisah dari kehidupan masyarakat lingkungannya.
Ini berlainan dengan kepala sekolah sekarang setelah Indonesia merdeka. Tugas
dan tanggung jawab kepala sekolah mengalami perkembangan dan perubahan, baik
dalam sifat maupun luasnya. Sesuai dengan pendidikan di negara kita Indonesia yang
bersifat nasional-demokratis, maka sikap dan sifat kepemimpinan kepala sekolah pun
harus berubah dan mengarah kepada kepemimpinan pendidikan yang demokratis,
mengingat situasi dan kondisi serta pertumbuhan persekolahan di negara kita dewasa ini,
banyak masalah baru yang timbul yang harus menjadi tanggung jawab kepala sekolah
untuk dipecahkan dan dilaksanakannya.
Dalam usaha dan memajukan sekolah dan menanggulangi kesulitan-kesulitan
yang dialami sekolah, baik yang bersifat material seperti: perbaikan gedung sekolah,
penambahan ruang, alat-alat perlengkapan, dsb maupun yang bersangkutan dengan
pendidikan anak-anak, kepala sekolah tidak dapat bekerja sendiri hanya dengan guru-
gurunya saja.

b. Syarat-syarat minimal seorang kepala sekolah


Untuk menjalankan tugas sebagai kepala sekolah yang baik diperlukan seseorang
yang memiliki syarat-syarat tertentu. Disamping syarat ijazah (yang merupakan syarat
formal) juga pengalaman kerja dan kepribadian yang baik perlu diperhatiakn.
Yang perlu kita ketahui ialah bahwa keadaan pendidikan dan guru-guru seperti
dikemukakan itu menyebabkan kesulitan-kesulitan bagi pengangkatan kepala sekolah
yang benar-benar dapat memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Seorang kepala sekolah hendaknya memiliki ilmu pengetahuan dan kecakapan
yang sesuai dengan vak atau jurusan serta bidang-bidang pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Tanpa memiliki sifat-sifat serta pengetahuan dan kecakapan seperti
diuraikan diatas, sukarlah baginya untuk dapat menjalankan peranan kepemimpinan yang
baik dan diperlukan bagi kemajuan sekolahnya.
2. Kepala sekolah sebagai administrator
Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap
kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran disekolahnya. Oleh karena itu, untuk
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, kepala sekolah hendaknya memahami,
menguasai dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan
fungsinya sebagai administrator pendidikan.

a. Membuat perencanaan
Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap organisasi atau
lembaga dan bagi setiap kegiatan, baik perseorangan maupun kelompok. Tanpa
perencanaan atau plannig, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan
bahkan mungkin juga kegagalan.
Bahwa dalam penyusunan rencana tahunan ini, guru-guru dan pegawai sekolah
hendaknya diikutsertakan. Ikut sertanya guru-guru dan pegawai sekolah dapat membantu
pemikiran dan ide-ide serta pemecahan masalah yang mungkin tidak terpikirkan atau
tidak dapat dipecahkan sendiri oleh kepala sekolah.
b. Menyusun organisasi sekolah
Organisasi merupakan fungsi administrasi dan manajemen yang penting pula
disamping perencanaan. Disamping sebagai alat, organisasi dapat pula dipandang sebagai
wadah atau struktur dan sebagai proses.
Sebagai wadah, organisasi merupakan tempat kegiatan-kegiatan administrasi itu
dilaksanakan. Dan jika dipandang sebagai proses, maka organisasi merupakan kegiatan-
kegiatan atau menyusun dan menetapkan hubungan-hubungan kerja antarpersonel.
Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan perlu menyusun organisasi sekolah
yang dipimpinnya, dan melaksanakan pembagian tugas serta wewenangnya kepada guru-
guru dan pegawai sekolah sesuai dengan struktur organisasi sekolah yang telah disusun
dan disepakati bersama.

c. Bertindak sebagai koordinator dan pengarah


Adanya koordinasi serta pengarahan yang baik dan berkelanjutan dapat
menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat antarbagian atau
antarpersonel sekolah, dan atau kesimpangsiuran dalam tindakan.

d. Melaksanakan pengelolaan kepegawaian


Pengelolaan kepegawaian mencakup didalamnya penerimaan dan penempatan
guru dan atau pegawai sekolah, pembagian tugas pekerjaan guru dan pegawai sekolah,
usaha kesejahteraan guru dan pegawai sekolah, dsb. Tugas-tugas yang menyangkut
pengelolaan kepegawaian ini sebagian besar dikerjakan oleh bagian tata usaha sekolah
seperti pengusulan guru dan atau pegawai baru, kenaikan pangkat guru-guru dan pegawai
sekolah dan sebagainya.

3. Fungsi-fungsi pokok operasional sekolah


Adanya lima fungsi pokok pengoperasian sekolah yang harus diketahui dan menjadi
tanggung jawab sekolah, yaitu: (1) fungsi manajemen (2) fungsi administrasi umum (3)
fungsi pengawasan atau supervisi (4) fungsi pengajaran (5) fungsi pelayanan khusus.
Administrasi umum merupakan kegiatan administrasi yang melayani atau mencakup
keempat fungsi yang lain, yaitu fungsi manajemen, fungsi supervisi, fungsi pengajaran,
dan fungsi pelayanan khusus. Sedangkan keempat fungsi yang disebut belakangan jika
dihubungkan dengan pengajaran dan kebutuhan siswa ada yang secara langsung
berhubungan dan ada yang tidak langsung.

4. Kepala sekolah sebagai supervisor


Supevisi sebagai salah satu fungsi pokok dalam administrasi pendidikan, bukan hanya
merupakan tugas pekerjaan para pengawas, tetapi juga tugas kepala sekolah terhadap
guru-guru dan pegawai sekolahnya.

a. Tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan


Maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya pandai
meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang diperlukan bagi
kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan disekolah itu semaksimal
mungkin dapat tercapai. Ia harus dapat meneliti dan menentukan syarat-syarat mana yang
telah ada dan mencukupi, mana yang belum ada atau kurang mencukupi yang perlu
diusahakan dan dipenuhi.

b. Prinsip-prinsip dan faktor-faktor yang mempengaruhinya


Setiap sekolah akan berangsur-angsur maju dan berkembang sebagai alat yang benar-
benar memenuhi syarat untuk mencapai tujuan pendidikan. Akan tetapi, kesanggupan dan
kemampuan seorang kepala sekolah dipengaruhi pula oleh berbagai faktor.

c. Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor pengajaran


Fungsinya sebagai supervisor antara lain adalah:
1) Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah didalam
menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
2) Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode
mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.

d. Teknik-teknik supervisi

1) Teknik perseorangan
Teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)
b) Mengadakan kunjungan observasi (observaition visits)
c) Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau
mengatasi problema yang dialami siswa
d) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan
kurikulum sekolah

2) Teknik Kelompok
a) Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
b) Mengadakan diskusi kelompok (group discussion)
c) Mengadakan penataran-penataran (inservice training)

e. Pembagian tugas pekerjaan kepada guru


Bagaimana pemberian tugas atau penempatan guru didalam kelas oleh pemimpin sekolah

1) Sistem penempatan guru dalam kelas


Masalah pemberian tugas/penempatan guru dalam kelas merupakan masalah penting
dalam rangka supervisi yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah

2) Cara memilih dan menempatkan guru dalam kelas


a) Penempatan guru-guru SD
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam masalah ini ialah:
(1) Tiap guru ditempatkan sesuai dengan ijazah dan pengalamannya masing-masing
(2) Kepala sekolah harus mengenal betul-betul pribadi guru masing-masing, siapa
yang sesuai untuk mengajar dikelas satu dan siapa dikelas enam dll

b) Penempatan guru-guru SMTP/SMTA


Kami berpendapat bahwa sistem guru bidang studi tetap dipergunakan di SMTP/SMTA.
Akan tetapi dalam pelaksanaan praktik sehari-hari, kita dapat melihat cara penempatan
dan pembagian tugas yang masih kurang sesuai dengan seharusnya.
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI DALAM PENDIDIKAN
DAN PENGAJARAN

1. Pendahuluan
Sruktur organisasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran di tiap negara berbeda-beda.
Hal ini bergantung pada struktur organisasi dan administrasi pemerintahan negara
masing-masing.
Dalam negara-negara yang menganut sistem demokrasi dalam pemerintahannya, struktur
organisasi pendidikannya disusun menurut pola-pola yang demokratis. Kekuasaan dan
penyelenggaraan pendidikan tidak dilakukan secara sentral, tetapi dibagi-bagikan atau
diserahkan kepada daerah-daerah, disesuaikan dengan kondisi dan kepentingan daerah.
Struktur organisasi pendidikan yang pokok ada dua macam: sentralisasi dan
desentralisasi. Struktur tersebut terdapat beberapa struktur campuran, yakni yang lebih
cenderung ke arah sentralisasi mutlak, dan yang lebih mendekati desentralisasi tetapi
beberapa bagian masih diselenggarakan secara sentral.

2. Struktur sentralisasi
Sesuai dengan sistem sentralisasi dalam organisasi pendidikan ini, kepala sekolah dan
guru-guru dalam kekuasaan dan tanggung jawabnya, serta dalam prosedur-prosedur
pelaksanaan tugasnya, sangat dibatasi oleh peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi
dari pusat yang diterimanya melalui hirarki atasannya.

3. Struktur desentralisasi
Penyelenggaraan dan pengawasan sekolah-sekolah pun berada sepenuhnya dalam tangan
penguasa daerah. Campur tangan pemerintah pusat terbatas pada kewajiban-kewajiban
tentang pemberian tanah subsidi, penyelidikan-penyelidikan pendidikan, nasihat-nasihat
dan konsultasi, serta program pendidikan bagi orang luar negeri.
Tiap daerah atau wilayah diberi otonomi yang sangat luas, yang meliputi penentuan
anggaran biaya, rencana-rencana pendidikan, penentuan personel/guru, gaji guru-
guru/pegawai sekolah, buku-buku pelajaran, juga tentang pembangunan, pemakaian, serta
pemeliharaan gedung sekolah.
Dengan struktur organisasi pndidikan yang dijalankan secara desentralisasi seperti ini,
kepala sekolah tidak semata-mata merupakan seorang guru kepala, tetapi seorang
pemimpin profesional dengan tanggung jawab yang luas dan langsung terhadap hasil-
hasil yang dicapai oleh sekolahnya.

4. Organisasi pendidikan di Indonesia


a. Sejarah singkat
Ditinjau dari sejarah perkembangannya sejak pendidikan di zaman penjajahan Belanda
hingga di zaman kemerdekaan, sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang,
struktur organisasi dan administrasi pendidikan di Indonesia banyak mengalami
perubahan dan perkembangan. Perubahan itu bergerak dari struktur sentralisasi yang
otokratis, secara berangsur-angsur menuju ke arah desentralisasi.
Pada umumnya perubahan-perubahan itu hanyalah merupakan perubahan personel
dibagian atas saja, sedangkan struktur organisasi kebawahnya pada umumnya tidak
mengalami perubahan. Menurut sifatnya, struktur organisasi di Indonesia hingga kini
masih menunjukkan struktur sentarlisasi yang kuat disegala bidang dan urusan sekolah.

b. Penyelenggaraan SD
Juga mengenal urusan penyelenggaraan SD yang semula sepenuhnya diselenggarakan
oleh Departemen P dan K, kemudian sebagian tanggung jawab penyelenggaraannya
diserahkan kepada pemerintah daerah provinsi (gubernur)
Urusan penyelenggaraan SD ditiap provinsi ditangani oleh dua badan atau instansi, yakni
oleh Kabid Pendidikan Dasar sebagai organ di bawah Kantor Wilayah Departemen P &
K, dan oleh Jaawatan P & K (Dinas P dan P) sebagai organ yang langsung di bawah
pemerintah daerah provonsi (gubernur)

c. Pendidikan di luar Dep. P dan K


Departemen di luar Departemen P dan K yang juga menyelenggarakan pendidikan dari
tingkat TK sampai dengan perguruan tinggi ialah Departemen Agama. Sekolah-sekolah
yang didirikan dan dibawah pengawasannya antara lain ialah Raudhotul Atfal (setingkat
dengan TK), Ibtidaiyah (setingkat dengan SD), Tsanawiyah (setingkat dengan SMP),
A’liyah (setingkat dengan SMA), PGAA, IAIN dan madrasah-madrasah islamiyah
lainnya.

5. Struktur organisasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


a. Menteri dan staf ahli menteri
Perkembangan organisasi pendidikan di Indonesia, organisasi pendidikan khususnya
yang ditangani oleh Departemen P dan K selalu mengalami perubahan sesuai dengan
kebutuhan perkembangan masyarakat dan negara.
Struktur organisasi Departemen P dan K yang berlaku sekarang ini disusun berdasarkan
Surat Keputusan Presiden RI No. 45 Tahun 1974 dan No. 15 Tahun 1983.

b. Unit organisasi tingkat pusat


Tiap-tiap unit dibagi ke dalam bagian-bagian sesuai dengan bidang garapannya masing-
masing. Sekretariat Jenderal dibagi menjadi biro-biro, Inspektorat Jenderal dibagi
menjadi beberapa inspektu, Direktorat Jenderal dibagi menjadi direktorat-direktorat dan
BP3K dibagi menjadi beberapa pusat.

c. Kantor Wilayah Departemen P dan K


Didalam struktur organisasi Departemen P dan K, Kantor Wilayah Departemen P dan K
(Kanwil Depdikbud) termasuk instansi vertikal. Tiap kanwil Depdikbud dipimpin oleh
seorang kepala kepala Kanwil yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri P dan
K. Mereka merupakan wakil-wakil Menteri untuk daerah masing-masing.
Didalam struktur organisasi Kanwil Depdikbud terdapat pula kelompok pengawas yang
bertugas sebagai supervisor dan melaksanakan supervisinya ke sekolah-sekolah lanjutan
dan kursus-kursus sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, seperti Pengawas
Pendidikan Guru, Pengawas Pendidikan Menengah Umum, Pengawas Pendidikan
Menengah Kejuruan dsb.
d. Kantor Depdikbud Kabupaten.Kotamadya
Kandepdikbud Kabupaten/Kotamadya terdiri atas lima subbagian yang bertugas
mengurusi masalah-masalah administrasi dan empat seksi yang mengurusi masalah
edukatif atau akademik (
Dalam menjalankan tugasnya, Dinas P dan K Daerah Tingkat II bertanggung jawab
langsung kepada gubernur melalui Jawatan P dan K Provinsi.

e. Kantor Depdikbud Kecamatan


Kantor Depdikbud Kecamatan merupakan organ yang paling bawah, yang mengurusi
pendidikan di TK dan SD, Pendidikan Masyarakat, pembinaan generasi muda,
keolahragaan dan kesenian/kebudayaan yang ada di wilayah kecamatan masing-masing.
Struktur organisasi Kandepdikbud Kecamatan terbagi menjadi empat urusan dan lima
macam penilik, disamping Kandepdikbud Kecamatan, terdapat kepala seksi P dan K
(dahulu penilik P dan K) sebagai organ dibawah kantor Dinas P dan K
Kabupaten/Kotamadya, karena tugas dan tanggung jawabnya yang lebih menyangkut
nasib guru-guru dan karyawan SD sebagai pegawai otonom yang diangkat oleh gubernur,
maka didalam pelaksanaan tugasnya sering terjadi overlapping dengan tugas para penilik
TK-SD. Hal inilah yang sering menimbulkan kebingungan terutama bagi kepala sekolah
dan guru-guru SD sebagai ”ujung tombak” pelaksana pendidikan dasar anak-anak kita.
BAB VII
GURU DAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

1. Pendahuluan
Tugas kewajiban guru hampir seluruhnya mengenai pekerjaan mengajar melulu dalam
arti menyampaikan keterangan-keterangan dan fakta-fakta dari buku kepada murid,
memberi tugas-tugas dan memeriksanya.
Dalam banyak hal pekerjaannya berhubungan erat sekali dengan pekerjaan seorang
pengawas, kepala sekolah, pegawai tata usaha sekolah, dan berbagai pejabat inspeksi
lainnya. Partisipasi guru dalam administrasi pendidikan/sekolah, yakni penyelenggaraan
dan manajemn sekolah.

2. Pentingnya partisipasi guru dalam administrasi pendidikan


Sekolah di zaman kolonial Belanda dahulu menunjukkan bahwa kekuasaan dalam
menentukan kebijakan-kebijakan sekolah berada seluruhnya dalam tangan para pejabat
pimpinan di kantor pusat. Kewajiban para guru sebagai bawahan hanya mengikuti dan
menaatinya, tidak untuk memikirkan mengapa putusan-putusan dan instruksi-instruksi itu
perlu.
Partisipasi guru dalam administrasi sekolah sangat penting dan menjadi keharusan.
Partisipasi dimaksud hendaknya ditafsirkan sebagai kesempatan-kesempatan kepada para
guru dan kepala sekolah untuk memberi contoh tentang bagaimana demokrasi dapat
diterapkan untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan.

3. Arti demokrasi dalam administrasi sekolah


Bahwa administrasi sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan kepemimpinan dengan itu
tujuan-tujuan sekolah dan cara-cara untuk mencapainya dikembangkan dan dijalankan.
Kegiatan-kegiatan kepemimpinan meliputi:
 Kegiatan mengorganisasi personel dan material
 Merencanakan program/kegiatan-kegiatan
 Membangun semangat guru-guru dan inisiatif perseorangan/kelompok ke arah
tercapainya tujuan-tujuan.

4. Beberapa kesempatan berpartisipasi

a. Mengembangkan filsafat pendidikan


Mengembangkan filsafat pendidikan berarti bahwa dalam setiap langkah kegiatan
mendidik selalu berusaha hendak menjawab apakah yang sedang kita lakukan, bagaimana
kita melakukannya, apa sebab kita melakukannya, dan untuk apakah kita melakukannya.

b. Memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum


Guru-guru sendiri untuk sebagian terbesar tidak mengambil bagian apapun dalam
perencanaan perbaikan kurikulum itu. Prosedur itu menghadapi berbagai kesulitan dalam
praktek perbaikan pendidikan dan pengajaran. Hal yang demikian menimbulkan
pengertian tentang keharusan untuk mengikutsertakan guru-guru dalam usaha
memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum
c. Merencanakan kebijakan-kebijakan kepegawaian
Guru-guru tidak mempunyai suara apapun tentang sifat kebijakan-kebijakan kepegawaian
yang menyangkut tugas dan jabatannya. Mereka tinggal menerima dan menjalan saja atas
penempatan, pengangkatan, penentuan gajinya, kesejahteraannya, pemberhentiannya,
dsb. Semua kebijakan tersebut dibuat dan ditentukan oleh pihak atasan di tingkat pusat.
Adapun kebijakan-kebijakan kepegawaian yang memerlukan ikut sertanya guru-guru
dalam perencanaannya-tentu saja harus melalui permusyawaratan perwakilan-antara lain
ialah masalah penempatan, orientasi, promosi (kenaikan pangkat/jabatan) pemberhentian
(pensiun, pemecatan dll) pemindahan, pemberian tugas belajar, cuti, konduite, masalah
gaji, pengobatan, dan kesejahteraan guru-guru dan petugas-petugas pendidikan pada
umumnya.

d. Kesempatan-kesempatan berpartsipasi lainnya


Beberapa diantaranya:
1) Menyelidiki buku-buku sumber bagi guru dan sumber pelajaran bagi murid-murid
2) Merencanakan dan merumuskan tujuan-tujuan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler
serta pelaksanaan dan sistem penilaiannya
3) Menentukan dan menyusun tata tertib sekolah

5. Orientasi bagi guru-guru baru


a. Arti dan perlunya orientasi
Yang dimaksud dengan masa orientasi ialah suatu kesempatan yang diberikan kepada
seorang pegawai atas guru yang baru mulai bekerja, untuk mengadakan observasi dan
berpartisipasi langsung dengan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tugasnya
sebagai guru disekolah itu, agar dalam waktu yang relatif singkat ia dapat segera
mengenal dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia bekerja.
Hampir bagi setiap guru baru pengalaman pertama waktu permulaan mengajar
merupakan pengalaman yang penuh frustasi dan keragu-raguan

b. Tujuan orientas
Tujuan orientasi yang utama ialah membawa guru baru untuk dapat segera mengenal
situasi dan kondisi serta kehidupan sekolah pada umumnya, agar selanjutnya dapat
mendorong/memotivasi kepada mereka untuk bekerja lebih baik dan bergairah.

c. Kegiatan-kegiatan orientas
Arti dan tujuan orientasi seperti telah diuraikan diatas, maka kegiatan-kegiatan orientasi
yang penting yang perlu kita uraikan lebih lanjut adalah sperti berikut:

1) Bantuan mendapat perumahan/tempat tinggal yang sesuai


Masalah perumahan/tempat tinggal sering merupakan masalah yang sangat urgen.
Bantuan untuk mendapat perumahan/tempat tinggal yang layak dan wajar bagi seorang
guru perlu mendapat perhatian. Tempat tinggal guru-guru yang berdekatan dengan
sekolah pada umumnya lebih menguntungkan bagi kelancaran jalannya sekolah.
2) Mengenalkan guru baru kepada sistem dan tujuan sekolah
Pada permulaan sebaiknya guru itu jangan terlalu banyak dibabani tugas-tugas. Dengan
demikian guru tersebut diberi kesempatan untuk bergaul dan mengamati serta mengenal
jalannya sekolah secara umum.

3) Mengenalkan guru baru kepada kondisi dan situasi masyarakat lingkungan


sekolah.
Caranya ialah dengan jalan memberikan informasi-informasi bilamana ia
memerlukannya.

4) Membantu guru baru dalam perkenalan dan penyesuaian terhadap personel


sekolah
Sikap kepala sekolah itu sendiri dalam melayani dan menerima guru yang baru tersebut.
Yang kedua ialah sikap guru-guru dan pegawai sekolah lainnya. Sikap ramah tamah,
hormat-menghormati, dan rasa kekeluargaan yang baik, sangat diperlukan oleh setiap
guru baru.

5) Membant guru baru dalam usaha memperbaiki dan mengembangkan kecakapan-


kecakapan mengajarnya.
Tidak semua guru baru sudah pandai mengajar dan memiliki sikap profesional yang
sesuai dengan tuntutan jabatanny. Apalagi guru yang baru saja keluar dari sekolah guru.
Mereka masih perlu bimbingan dan bantuan dalam menjalankan tugas pekerjaannya.

6) Membangkitkan sikap-sikap dan minat profesional


Pekerjaan sebagai pendidik adalah juga tugas yang bersifat sosial dan amal. Tidak semua
orang yang telah menyelesaikan pendidikannya di suatu lembaga pendidikan guru atau
sekolah guru akan dengan sendirinya telah dapat dan suka serta mempunyai minat yang
besar terhadap pekerjaannya sebagai guru.
Minat dan kesukaan terhadap suatu pekerjaan akan timbul dari pengalaman dan
kebiasaan, terutama pengalaman yang menyenangkan. Karena berkali-kali mengalami
dan melakukan pekerjaan itu, lama-kelamaan timbullah minat dan rasa cintanya kepada
pekerjaan tersebut.

7) Menyediakan kesempatan untuk bertukar ide-ide


Setiap guru baru akan merasa banyak kekurangan, teutama dalam pengalaman,
dibandingkan dengan guru-guru senior yang telah banyak pengalaman. Akan tetapi kita
tidak boleh beranggapan bahwa setiap guru baru itu lebih bodoh atau lebih tidak mampu
dibanding dengan guru yang sudah lama mengajar.

6. Kode etik guru


1. Guru berbakti membingbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
pembangunan manusia yang ber-pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan
orang tua murid dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahannya
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik bedasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan organisasi
guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan.

You might also like