You are on page 1of 149

PENGARUH SELF ESTEEM DAN DUKUNGAN SOSIAL

TERHADAP OPTIMISME HIDUP PENDERITA HIV/AIDS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi salah satu persayaratan


memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun oleh:

Idham Khalid

105070002284
FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1433 H/2011 M

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Idham Khalid

NIM : 105070002284

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Self Esteem dan dukungan
sosial terhadap optimism hidup orang dengan HIV/AIDS adalah benar merupakan karya
saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut.
Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan
sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika
ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 5 Desember 2011

Idham Khalid

105070002284

All you need is love


(Jhon Lennon)

Persembahan

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk ayah dan ibu tercinta

Serta adik-adik dan kakak-kakakku


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat segala

kekuasaan dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masi

jauh dari kesempurnaan. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi

besar Muhammad SAW. serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput dari bantuan berbagai pihak,

oleh karena itu izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, beserta jajarannya. Pudek bagian akademik Ibu Dra. Fadhilah Suralaga,

M.Si, Pudek bagian keuangan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, dan Pudek bagian

kemahasiswaan Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si.

2. Bapak Ikhwan Lutfi M.Psi. dan Ibu Rena Latifah, M.Psi yang telah

membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran serta ide dalam penyusunan

skripsi ini. Penulis banyak mendapatkan masukan, ide, pengetahuan, serta

wawasan yang telah diberikan selama penulis berjuang di kampus tercinta ini,

terimakasi atas waktu dan kesabaranya yang telah diberikannya.

3. Bapak Ikhwan Lutfi M.Psi. Pembimbing Akademik yang hari-harinya cukup

dipadati oleh kami yang selalu membutuhkan bimbingan dan motivasi.

4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan,

semoga Allah SWT, memberikan berlipat-lipat pahala atas amal yang telah

diberikan.

5. Untuk kedua orang tua penulis, M Yakub Siregar dan Khadijah Nasution.

Karena cinta mereka berdua penulis masih bisa berdiri tegak.

6. Saudara-saudaraku yang ku sayangi, kakak (Khairiah), Abah (Zul Hidayat), serta

Adik-adikku (Arfatul Hifni, Nur Sabani dan Abdur Rahman), mari kita menjadi

kebanggan orang tua dan akan menemani mereka sampai di surga kelak amin.
7. Untuk teman-teman ODHA khususnya yang tergabung dalam yayasan Stigma,

terima kasih sudah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini

untuk dijadikan responden semoga Tuhan selalu melimpahkan kebaikan. Amin.

8. Teman-teman psikologi angkatan 2005 khususnya kelas B, Ikbal, Rizki, Vany,

Dewi, Nola Dll. Terkhusus untuk wak Fei, Adi, Budi, Wahyu, Rojak, Agung,

Ruhyat serta teman-teman mahachala Ari, Mahar, Ajeng, Bilqis, Niwah.

9. Untuk kawan-kawan KOMPAK,bete, Ainul, Hafiz,Sidik,Rini,bohal, Adnan,bejo

dll berkat doa dan dukungan kalian akhirnya skripsi ini bisa selesai, semoga

kalian sukses, Amin.

10. Para staf pegawai bagian Akademik, Umum, Keuangan, dan Perpustakaan

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu

dalam proses birokrasi dan kemudahan bagi penulis dalam pembelajaran di

kampus tercinta ini.

11. Semua pihak yang belum bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral,

doa, dan pengertian mereka, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini..

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. untuk itu,

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk dapat

menyempurnakan skripsi ini.


Akhir kata, sangat besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan

manfaat yang besar, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang

membaca dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih lanjut.

Jakarta, 5 desember 2011

Penulis

ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) Desember 2011
(C) Idham Khalid
(D) Pengaruh Self Esteem dan dukungan sosial terhadap optimisme hidup
penderita HIV/AIDS.
(E) Xiii + 98 Halaman
HIV/AIDS menimbulkan masalah yang sulit, misalnya seputar kesehatan,
hubungan dengan orang lain, keuangan, kematian dan perasaan mengenai
seksualitas. Prasangka dan diskriminasi (perlakuan tidak adil) dari orang
lain serta masalah sosial dan ekonomis yang lebih luas juga menyebabkan
banyak persoalan bagi ODHA
Optimisme diartikan sebagai suatu pandangan secara menyeluruh, melihat
hal yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri.
Individu yang optimis mampu menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari
yang telah lalu, tidak takut kegagalan, dan berusaha untuk tetap bangkit
mencoba kembali bila gagal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
Optimisme, diantaranya self esteem dan dukungan sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) apakah terdapat pengaruh self
esteem dan dukungan sosial terhadap optimisme hidup penderita HIV/AIDS
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kausalitas
dengan teknik analisis data menggunakan teknik multi-regresi. Jumlah
populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 penderita HIV/AIDS. Adapun
teknik pemilihan sampel menggunakan incidental. Sementara itu, instrumen
pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan tiga skala yaitu skala
self esteem, dukungan sosial dan optimisme hidup.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan: 1) self esteem dan dukungan sosial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap optimisme hidup penderita
HIV/AIDS. 2) proporsi varian self esteem dan dukungan sosial terhadap
optimisme hidup penderita HIV/AIDS sebesar 76.5%.
Untuk penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran agar mencari dan
menghubungkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi optmimisme hidup
ODHA, diantaranya, religiusitas, self konsep dan self efficacy. Secara
praktis Perlu pengambilan kebijakan oleh pemerintah atau pihak-pihak
terkait untuk mencari penanggulangan yang lebih tepat dalam mengatasi
masalah HIV/AIDS.
(F) Bahan bacaan :24 (1977-2009)
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar persetujuan skripsi.................................................................................. i

lembar Pengesahan............................................................................................... ii

lembar pernyataan................................................................................................ iii

Motto.................................................................................................................... iv

Kata Pengantar................................. v

Abstrak ............................ viii

Daftar Isi ............................................ ix

Daftar Tabel ........................... xiii

Daftar bagan ............................... xv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1


1.2 Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ............................. 9
1.2.1 Batasan Masalah ....................................................... 9
1.2.2 Rumusan Masalah .................................................... 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 10
1.3.1 Tujuan Penelitian ..................................................... 10
1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................... 10
1.4 Sistematika Penulisan .......................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI...................................................................... 12

2.1 Optimisme hidup................................................................... 32


2.1.1 Pengertian optimisme................................................ 32
2.1.2 Aspek-aspek optimisme............................................ 34
2.1.3 Ciri-ciri optimisme.................................................... 37
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi optimisme.......... 38
2.1.5 Fungsi dan Manfaat Optimis dalam Kesehatan......... 39
2.2 Self esteem............................................................................. 14
2.2.1 Pengertian Self esteem............................................... 14
2.2.2 Pembentukan Self esteem.................. ........................ 17
2.2.3 Aspek-aspek Self esteem .......................................... . 19
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Self esteem......... 22
2.3 Dukungan sosial........................................................................ 2
2.3.1 Definisi Dukungan sosial .......................................... 24
2.3.2 Bentuk-bentuk Dukungan sosial ............................... 25
2.3.3 Sumber-sumber Dukungan sosial ............................. 28
2.3.4 Efek Dukungan sosial terhadap kesehatan................ 30
2.4 HIV/AIDS ............................................................................. .. 41
2.4.1 Pengertian HIV/AIDS 41
2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan
HIV/AIDS.. 43
2.4.3 Cara Pencegahan HIV/AIDS. 45
2.4.4 Dampak psikososial HIV/AIDS terhadap ODHA 46
2.5 Kerangka Berfikir ..................................................................... 48
2.6 Hipotesis ................................................................................. 50
BAB III METODE PENELITIAN.. 52
3.1. Jenis Penelitian 52
3.1.1. Pendekatan Penelitian 52
3. 1. 2. Metode Penelitian 52
3. 2. Variabel Penelitian 53
3.2.1. Definisi Variabel Penelitian....... 53
3.2.2. Definisi Konseptual Variabel. 53
3.2.3. Definisi Operasional Variabel.. 54
3. 3. Pengambilan Sampel.. 55
3.3.1. Populasi......................................................... 55
3.3.2. Sampel.. 55
3. 4. Teknik Pengambilan Sampel.. 55
3. 5. Teknik Pengumpulan Data. 56
3.5.1 Instrumen Penelitian .... 56
3. 6. Uji Instrumen Penelitian . 60
3.6. 1. Teknik Uji Instrumen Penelitian..... 60
3.6.2. Hasil Uji Instrumen Penelitian............. 62
3. 7. Teknik Analisa Data.. ........ 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA...................... 68


4.1 Gambaran Umum Responden........................................................ 68
4.2. Deskripsi Skor Variabel optimism hidup, Self Esteem dan dukungan
social ...... 69
4.3 Uji beda berdasarkan jenis kelamin 73
4.4 Uji beda berdasarkan lama terinfeksi 79
4.7 Uji Hipotesis Koefisien Analisa Regresi dari self esteem dan dukungan sosial
terhadap optmimisme hidup ........................................................... 89
4.8 Uji Hipotesis Koefisien Analisa Multiple Regresi dan Proporsi

Varian. 92

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN.................................... 99


5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 99
5.2 Diskusi ............................................................................................. 100
5.3 Saran................................................................................ ................ 102
5.3.1 Saran Teoritis......................................................................... 102
5.3.2 Saran Praktis........................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ......... 104

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

3.1. Bobot nilai tiap item ............................................................................. 57

3.2. Blue print (try out) skala self esteem ............................ 57

3.3. Blue print (field test) skala self esteem.................................................. 60

3.4. Blue print (try out) skala dukungan sosial .......................................... 58

3.5. Blue print (field test) skala dukungan sosial ........................................ 61

3.6 Blue print (try out) skala optimisme hidup.......................................... 60

3.7 Blue print (field test) skala optimisme hidup........................................ 62

4.1. Gambaran umum responden.. 68

4.2. Skor Variabel optimism hidup......................... 62

4.3. Skor Variabel self esteem .. 63

4.4. Skor Variabel dukungan sosial......... 64

4.5 Uji Hipotesis Koefisien Analisa Regresi dari self esteem dan dukungan

Sosial terhadap optimisme hidup 65

4.6 Uji Hipotesis Koefisien Analisa Multiple Regresi 66

4. Proporsi varian. 72

4.8. Uji Beda Untuk optimism hidup Berdasarkan Jenis Kelamin 74

4.9. Uji Beda Untuk Self Esteem Berdasarkan Jenis Kelamin. 75

4.10. Uji Beda Untuk Dukungan Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin 76

4.11 Uji Beda Untuk Perasaan Tentang Diri Sendiri, Perasaan Terhadap Orang

lain dan Hubungan dengan Orang Lain Berdasarkan Jenis Kelamin. 77


4.12 Uji Beda Untuk dukungan sosial berdasarkan Jenis Kelamin 79

4.13 Uji beda untuk optimism hidup berdasarkan lama terinfeksi.. 81

4.14 Uji beda untuk self esteem berdasarkan lama terinfeksi.. 82

4.15 Uji beda untuk dukungan sosial berdasarkan lama terinfeksi.. 83

4.16 Uji Perasaan Tentang Diri Sendiri, Perasaan Terhadap Orang lain dan

Hubungan dengan Orang Lain Self Esteem berdasarkan lama

terinfeksi .. 84

4.17 uji beda untuk dukungan emosional, penghargaan, instrumental,

informasi dan persahabatan Berdasarkan lama terinfeksi. 88


DAFTAR BAGAN

2.1. Kerangka berpikir 38

4.1 Koefisiensi Regresi terhadap optimisme hidup 70

4.2 Koefisiensi multiple Regresi terhadap optimisme hidup 66


BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini berita mengenai kasus infeksi Human Immunodeficiency Virus

(HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) bukan lagi hal yang aneh.

Nisa (2007) menjelaskan, kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun

1981 pada sekelompok kaum homoseksual di California dan New York. Dalam kasus

tersebut ditemukan adanya Sarcoma Kaposi, Pneumonia, Pneumocystis Carini dan

beberapa gejala klinis yang tidak biasa. Kemudian gejala penyakit tersebut semakin

jelas diketahui sebagai akibat adanya kegagalan system imun. Karena itu disebut

AIDS.

Sementara itu, Nisa (2007) menambahkan, di Indonesia kasus AIDS pertama

kali dilaporkan secara resmi oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1987, yang

menimpa seorang warga Negara asing di Bali. Sampai akhir Desember 2005 tercatat

ada 5.321 kasus AIDS dan 4.244 kasus HIV yang telah dilaporkan. Sebanyak 16%

adalah perempuan dan sebagian besar adalah laki-laki (84%). Kelompok umur

terbanyak penderita HIV/AIDS merupakan kelompok umur produktif, yaitu


kelompok umur 20-39 tahun sebanyak 54,07%, dan kelompok umur 30-39 tahun

sebanyak 25,86%.

Hingga tahun 2007 terdapat antara 90.000-130.000 orang Indonesia yang

hidup dengan HIV. Dengan menggunakan perhitungan angka kelahiran sebesar 2,5%,

diperkirakan terdapat 2.250-3.250 bayi yang mempunyai resiko terlahir dengan HIV.

Pola penyebaran infeksi yang umum terjadi adalah melalui hubungan seksual,

kemudian diikuti dengan penularan melalui penggunaan narkotika dan

penyalahgunaan zat adiktif (napza) suntik. Pengguna napza suntik, berdasarkan kasus

yang terlaporkan, jumlah kasus AIDS di Indonesia sejak 1987-2002 terus meningkat,

menyerang semua kelompok umur, khususnya remaja serta kelompok usia produktif.

Data pengawasan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta menunjukan

adanya kenaikan infeksi HIV pada pengguna napza suntik dari 15% pada 1999

menjadi 17,9% pada 2002 (Nisa, 2007).

Sementara itu, dr Ronald Jonathan MSc, menambahkan, jumlah penderita

HIV/AIDS di seluruh Indonesia sejak 1980-an hingga September 2009 yang terdata

oleh Departemen Kesehatan mencapai 18.442 penderita, dengan perbandingan jumlah

penderita laki-laki dan perempuan sebesar tiga berbanding satu dengan rentang usia

tertinggi penderita HIV/AIDS hingga saat ini masih tetap berada pada usia produktif

yaitu 20-39 tahun. Penyebabnya hampir 50% dari penyebaran virus HIV/AIDS terjadi

melalui hubungan seksual dan melalui jarum suntik (pada pengguna narkoba) yang

mencapai 40,7% berdasarkan riset terhadap jumlah total penderita (ANTARA News,

2009).
Sugiarto (2004) menjelaskan bahwa pengetahuan masyarakat yang terbatas mengenai

penyakit AIDS menimbulkan kesan bahwa ODHA ini telah dihukum Tuhan. Mereka

dianggap telah melakukan dosa besar dan menimbulkan rasa malu bagi masyarakat,

karenanya ODHA harus dijauhi dan dikucilkan. Soraya (2006), menambahkan masyarakat

umum di sekitar ODHA akan merasa takut tertular, merasa lingkungannya tercemar dan

dapat merusak nama baik masyarakat sekitar tempat tinggalnya, sehingga membuat mereka

mengucilkan ODHA.

Masdrop (2004) menjelaskan bahwa HIV/AIDS menimbulkan masalah yang

sulit, misalnya seputar kesehatan, hubungan dengan orang lain, keuangan, kematian

dan perasaan mengenai seksualitas. Prasangka dan diskriminasi (perlakuan tidak adil)

dari orang lain serta masalah sosial dan ekonomis yang lebih luas juga menyebabkan

banyak persoalan bagi ODHA. Ronald (2003) menjelaskan bahwa seseorang yang

menderita AIDS sering mengalami masalah-masalah psikologis, terutama kecemasan,

depresi, rasa bersalah (akibat perilaku seks dan penyalahgunaan obat), marah dan

timbulnya dorongan untuk bunuh diri.

Soraya (2006) menambahkan Apabila seseorang telah didiagnosis terinfeksi

HIV biasanya mereka akan menghadapi berbagai masalah diantaranya perasaan malu,

tidak diterima dalam keluarga atau masyarakat, merasa dikucilkan, tidak memilki

masa depan, akan menjadi beban orang lain, sulit mendapatkan pekerjaan, tidak

punya teman, khawatir tidak adaanya obat yang dapat menyembuhkannya dari virus

itu, merasa tidak berguna hilang semangat dan takut akan segera meninggal. Maka
dari itu, juga menurut Soraya, optimisme sangat dibutuhkan oleh penderita

HIV/AIDS.

Menurut Sagerestrom (dalam Ghufron Nur dkk, 2010) optimisme merupakan

cara berpikir yang yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah.

Berpikir positif adalah berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk. Optimis

dapat membantu meningkatkan kesehatan secara psikologis, memiliki perasaan yang

baik, melakukan penyelesaian masalah dengan cara yang logis sehingga hal ini dapat

meningkatkan kekebalan tubuh.

Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Seligman (2008), diperoleh hasil,

bahwa optimisme sangat berpengaruh pada kesejahteraan psikis dan kesehatan mental

seseorang, meningkatkan sistem imun dan menurunkan stress. Studi mengenai

kesehatan mental menunjukan bahwa orang yang optimis jauh dari berbagai penyakit

stres, depresi, dan lainnya. Tingkat perlawanan seseorang terhadap masalah atau

hambatan yang dihadapi terkait dengan tingkat optimismenya. Orang dengan

optimisme kuat biasanya punya perlawanan yang kuat untuk menyelesaikan masalah.

Sebaliknya, orang dengan optimisme rendah (pesimis), biasanya punya tingkat

perlawanan yang lebih lemah, cenderung lebih mudah menyerah pada realitas

ketimbang memperjuangkannya (Ubaedy, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Gill (dalam Nevid, 2006), menunjukkan

adanya hubungan antara optimisme dengan kesehatan yang lebih baik. Misalnya,

pasien yang memiliki pikiran lebih pesimis selama masa sakitnya akan lebih

menderita dan distress. Menurut Ubaedy (2007) Salah satu penyebab yang membuat
orang gagal memilki harapan optimistik adalah sikapnya yang kurang sehat, yakni

ketika seseorang tidak bisa menerima kenyataan dengan warna-warni kehidupan,

yang kerap terjadi malah membuat seseorang mudah stres.

Masdrop (2004) menjelaskan, ketika seseorang divonis positif menderita

HIV/AIDS maka mereka merasa harga dirinya telah jatuh atau rendah dan tidak mau

berinteraksi dengan orang lain. sementara Branden (2007), menjelaskan bahwa tanpa

dibekali self esteem yang sehat, individu akan mengalami kesulitan untuk mengatasi

tantangan hidup maupun untuk merasakan berbagai kebahagiaan dalam hidupnya.

Branden juga mengatakan bahwa self esteem mengandung nilai keberlangsungan

hidup (survival value) yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Hal ini

memungkinkan self esteem mampu memberikan sumbangan bermakna bagi proses

kehidupan individu selanjutnya, maupun bagi perkembangan pribadi yang sehat.

Lerner dan Spanier, 1980 (dalam Ghufron, 2010) berpendapat bahwa harga

diri adalah tingkat penilaian yang positif atau negatif yang dihubungkan dengan

konsep diri seseorang. Harga diri merupakan evaluasi terhadap dirinya sendiri secara

positif dan juga sebaliknya dapat menghargai secara negatif. Berne dan Savary (1994)

menyebutkan bahwa orang yang memiliki harga diri yang sehat adalah orang yang

mengenal dirinya sendiri dengan segala keterbatasannya, mereka tidak malu atas

keterbatasan yang dimiliki, memandang keterbatasan sebagai suatu realitas, dan

menjadikan keterbatasan itu sebagai tantangan untuk berkembang. Ia juga

menyebutkan bahwa harga diri yang sehat adalah kemampuan untuk melihat diri

sendiri berharga, berkemampuan, penuh kasih sayang yang memiliki bakat-bakat


pribadi yang khas serta kepribadian yang berharga dalam hubungannya dengan orang

lain. Sebaliknya, orang yang merasa rendah diri, memiliki gambaran negatif pada diri,

sedikit mengenal dirinya sehingga menghalangi kemampuan untuk menjalin

hubungan, merasa tidak terancam dan berhasil.

Di samping itu, Seligman (2005) menjelaskan bahwa dukungan sosial

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan orang untuk bersikap optimis. Dalam

beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan dukungan sosial terhadap Odha,

dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Zich dan Temoshok (dalam Chatib, 2005)

memimpin sebuah studi longitudinal pada 103 Odha tahap ARC dan AIDS untuk

menilai hubungan antara dukungan sosial dan daya tahan (hardiness) terhadap efek

negatif dari stress (distress) baik secara fisik maupun psikologis. Hasilnya subyek

menunjukan keinginan, ketersediaan, kegunaan dan frekuensi dari penggunaan 4

bentuk dukungan sosial. Empat bentuk tersebut meliputi tingkah laku dukungan

emosional (ada orang yang dapat diajak bicara), tingkah laku memecahkan problem

(memberikan saran-saran), pengaruh personal tidak langsung (keinginan orang lain

untuk menolong), respon-respon dari lingkungan (intervensi dari orang lain untuk

menurunkan stress).

Penelitian, Zich dan Temoshok (dalam Chatib, 2005) menyebutkan bahwa

dukungan sosial secara positif berkorelasi dengan daya tahan dan secara negatif

berkorelasi dengan distress. Baik untuk Odha yang ARC maupun yang AIDS, bentuk

dukungan emosional dipilih dalam semua kategori (keinginan, ketersediaan,

kegunaan dan paling sering digunakan). Bentuk dukungan emosional juga


mempunyai efek yang paling nyata dalam korelasi dengan daya tahan. Hasil ini juga

bisa dihubungkan dengan fakta bahwa dukungan emosional dapat berasal dari

berbagai sumber, sedangkan bentuk lain dari dukungan sosial, misalnya pemecahan

masalah, dapat datang hanya dari seseorang yang sedikit banyaknya tergolong ahli.

Pada subyek tahap AIDS, meningkatnya distress fisik berkorelasi dengan

merendahnya persepsi mengenai ketersediaan dukungan sosial. Baik subyek yang

ARC (Anti Retro Viral) maupun AIDS, persepsi dari ketersediaan dukungan sosial

yang kuat dihubungkan dengan penurunan perasaan ketidakberdayaan dan depresi

(Chatib, 2005).

Idealnya seseorang yang memiliki sellf esteem yang tinggi akan memiliki

optimisme yang tinggi pula, dan mereka yang memiliki self esteem yang positif dan

sangat menyadari siapa dirinya dan potensinya akan memiliki optimis hidup yang

tinggi pula. Di samping itu ODHA juga membutuhkan dukungan sosial untuk

bertahan hidup. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh hingga tahun 2011 di

Yayasan Stigma yang bergerak di bidang penanggulangan HIV/ AIDS bahwa jumlah

penderita ODHA sebanyak 61 orang yang terdiri dari 37 laki-laki dan 24 perempuan

yang berada pada usia produktif yaitu antara 21 40 tahun. Seharusnya, pada kisaran

usia tersebut biasa digunakan untuk melakukan hal-hal bermanfaat seperti berkarya

dan mengaktualkan potensi yang dimiliki. Namun pada faktanya ODHA tidak

mampu berbuat hal yang produktif, berjuang melawan penyakitnya maupun dan juga

stigma negatif dari masyarakat.


Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui sejauh mana self

esteem dan dukungan sosial mampu mempengaruhi optimis hidup penderita

HIV/AIDS karena banyaknya ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) self esteemnya

rendah, merasa dikucilkan oleh masyarakat sehingga kebanyakan ODHA tidak

optimis dalam menjalankan hidupnya. Maka dari itu peneliti memberikan judul

penelitian ini pengaruh self esteem dan dukungan sosial terhadap optimisme hidup

penderita HIV/AIDS.

1.2. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka perlu suatu pembatasan

masalah, adapun pokok permasalahan yang menjadi batasan permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

1. Optimisme adalah harapan kuat terhadap segala sesuatu yang terdapat

dalam kehidupan akan mampu teratasi dengan baik, walaupun ditimpa

banyak masalah dan frustrasi. Optimisme sebagai kecenderungan untuk

memandang segala sesuatu dari segi dan kondisi baiknya dan

mengharapkan hasil yang paling memuaskan.

2. Self esteem adalah penilaian yang diberikan individu terhadap dirinya

sendiri, baik positif maupun negatif, yang kemudian diekspresikan dalam

sikap terhadap dirinya tersebut dalam aspek perasaan mengenai dirinya

sendiri, perasaan terhadap hidup dan hubungan dengan orang lain.


3. Dukungan sosial adalah persepsi individu tentang keberadaan individu lain

yang dapat diandalkan kemampuan dan kehadirannya jika individu dalam

keadaan yang memerlukan bantuan dan orang tersebut menunjukan bahwa

ia peduli, menyayangi dan menghargai individu

4. Penderita HIV/AIDS adalah individu yang terinfeksi HIV. Baik yang masih

pada tahap HIV positif maupun yang sudah masuk pada tahap AIDS.

1.3. Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:

Mayor :

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan self esteem dan dukungan sosial

terhadap optimisme hidup pendirita HIV/AIDS?

2. Seberapa besar sumbangan varian self esteem dan dukungan sosial terhadap

optimisme hidup pendirita HIV/AIDS?

Minor :

1. apakah perasaan mengenai diri sendiri memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap optimisme hidup penderita HIV/AIDS?

2. Apakah perasaan terhadap hidup memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap optimisme hidup penderita HIV/AIDS?


3. Apakah hubungan dengan orang lain memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap optimisme hidup penderita HIV/AIDS?

4. Apakah dukungan emosional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

optimisme hidup penderita HIV/AIDS?

5. Apakah dukungan penghargaan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap optimisme hidup penderita HIV/AIDS?

6. Apakah dukungan instrumental memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

optimisme hidup penderita HIV/AIDS?

7. Apakah dukungan informasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

optimisme hidup penderita HIV/AIDS?

8. Apakah dukungan persahabatan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap optimisme hidup penderita HIV/AIDS?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah

1. untuk melihat pengaruh self esteem dan dukungan sosial terhadap optimis

hidup pendirita HIV/AIDS.

2. Untuk melihat seberapa besar sumbangan varian self esteem dan dukungan

sosial terhadap optimisme hidup pendirita HIV/AIDS

1.4.2. Manfaat Penelitian


Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberikan manfaat, antara

lain:

1. Secara Akademis

Sebagai aset pustaka yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh

kalangan akademisi, baik dosen maupun mahasiswa, dalam upaya

memberikan pengetahuan, informasi, mengenai pengaruh self esteem

dan dukungan sosial terhadap optimisme hidup penderita HIV/AIDS

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat diimplementasikan atau diterapkan di

Yayasan Stigma atau di instansi-instansi lain yang relevan.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman penyusunan dan

penulisan skripsi fakultas Psikologi UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif

Hidayatullah Jakarta (2004). Penulisan penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab

yang terdiri atas:

BAB I : Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : berisi teori-teori dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang

hendak diteliti. Bab ini terdiri dari 6 sub-bab. Sub-bab pertama membahas

tentang optimis hidup (di dalamnya terdapat: pengertian, dinamika, ciri-


ciri, faktor-faktor serta fungsi dan manfaat dari optimis itu sendiri). Sub-

bab kedua membahas tentang self esteem (di dalamnya terdapat:

pengertian, pembentukan, aspek-aspek dinamika, faktor-faktor yang

mempengaruhi, karakteristik).. Sub-bab ketiga membahas tentang

dukungan sosial (di dalamnya terdapat pengertian, bentuk-bentuk dukungan

sosial, sumber dukungan sosial, serta efek dukungan sosial terhadap

kesehatan). Sub-bab keempat, membahas HIV/AIDS (di dalamnya

terdapat: pengertian, faktor-faktor penularan, cara pencegahan, serta

dampak psikososial terhadap ODHA). Sub bab kelima membahas kerangka

berfikir dan sub bab keenam membahas hipotesa penelitian.

BAB III : berisi Jenis penelitian, yang meliputi: Pendekatan dan metode penelitian,

definisi variable dan operasional variable. Populasi dan sample, yang

meliputi: populasi penelitian, sampel penelitian, dan teknik pengambilan

sampel. Pengumpulan data, yang meliputi: instrument penelitian, alat

penelitian yang digunakan. Prosedur penelitian, yang meliputi: tahap

perencanaan,

BAB IV : berisi tentang penguraian hasil uji coba instrumen, pelaksanaan penelitian,

deskripsi data penelitian dan uji hipotesis.

BAB V : Berisi: Kesimpulan, diskusi dan saran.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini terdiri dari 4 sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai optimism, sub

bab kedua self esteem, sub bab ketiga dukungan sosial dan sub bab keempat

HIV/AIDS. Terakhir diuraikan mengenai kerangka berpikir serta hipotesis penelitian.

2.1. OPTIMISME

Dalam pembahasan optimisme peneliti menguraikan mengenai pengertian optimisme,

aspek-aspek optimisme, ciri-ciri optimisme, faktor-faktor optimisme.


2.1.1. Pengertian Optimisme

Dalam Kamus besar bahasa Indonesia (2002), optimisme berarti paham (keyakinan)

atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan; sikap selalu mempunyai

harapan baik dari segala hal .

Seligman (dalam Goleman, 2000) mendefiniskan optimis dalam kerangka

bagaimana orang memandang keberhasilan dan kegagalan mereka. Orang yang

optimis menganggap kegagalan disebabkan oleh sesuatu hal yang dapat diubah

sehingga mereka dapat berhasil pada masa-masa mendatang; sementara orang yang

pesimis menerima kegagalan sebagai kesalahannya sendiri, menganggapnya berasal

dari pembawaan yang telah mendarah daging yang tak dapat mereka ubah. Selain itu,

Seligman (dalam Ubaedy, 2007) juga menambahkan bahwa esensi menjadi orang

optimis adalah menghindarkan diri dari kondisi batin yang terpuruk, hanyut, dan larut

ke dalam realitas buruk. Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, optimis adalah

selalu berpengharapan baik, semangat meraih keberhasialan. Sedangkan optimisme

adalah berpandangan baik dalam menghadapi suatu pekerjaan atau suatu masalah

(Amran, 2002).

Dietrich Bonhoeffer (dalam Ubaedy, 2007) mengungkapkan bahwa esensi

optimis bukan untuk mengubah kenyataan yang sudah terjadi, tetapi mengubah yang

belum terjadi. Sedangkan menurut Ubaedy (2007), optimis memiliki dua pengertian.

Pertama, optimisme adalah doktrin hidup yang mengajarkan kita untuk meyakini

adanya kehidupan yang lebih baik. Kedua, optimisme berarti kecenderungan batin

untuk merencanakan aksi untuk mencapai hasil yang lebih bagus.


Sedangkan menurut Sudirman (2009) optimisme dalam kehidupan dunia

berarti berharap untuk mendapatkan kesejahteraan yang baik, seperti rejeki yang

banyak, kedudukan yang tinggi, dan menjadi orang yang berkuasa. Untuk mencapai

hal itu orang harus bekerja keras dengan cara yang halal.

Menurut Sagerestrom (1998) optimisme merupakan cara berpikir yang yang

positif dan realistis dalam memandang suatu masalah. Berpikir positif adalah

berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk. Optimisme dapat membantu

meningkatkan kesehatan secara psikologis, memiliki perasaan yang baik, melakukan

penyelesaian masalah dengan cara yang logis sehingga hal ini dapat meningkatkan

kekebalan tubuh (Ghufron Nur et al. 2010).

Lopez dan Snyder (2003) berpendapat optimisme sebagai suatu harapan yang

ada pada diri individu bahwa segala sesuatu akan berjalan menuju arah kebaikan.

Perasaan optimisme membawa individu pada tujuan yang diinginkan, yakni percaya

pada diri dan kemampuan yang dimiliki. Sikap optimis menjadikan seseorang keluar

dengan cepat dari permasalahan yang dihadapi karena adanya pemikiran dan perasaan

memiliki kemampuan. Juga didukung anggapan bahwa setiap orang memiliki

keberuntungan sendiri-sendiri (Ghufron Nur et al. 2010).

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa optimisme

adalah sebuah rencana (proses) untuk meyakini adanya kehidupan yang baik dan

keyakinan dijadikan bekal untuk meraih hasil yang lebih baik dengan berusaha

seoptimal mungkin dan mengantisipasi masalah-masalah yang kemungkinan terjadi,


dan walaupun masalah itu harus terjadi, ia tetap berpikir untuk mencari solusi, bukan

larut dalam kondisi terpuruk.

2.1.2. Aspek-aspek Optimisme

Menurut Saligman (2005), terdapat beberapa cara individu memandang suatu

peristiwa/masalah berhubungan erat dengan gaya penjelasan (explanatory style),

yaitu:

a. Permanence

Gaya penjelasan peristiwa ini menggambarkan bagaimana individu melihat

peristiwa berdasarkan waktu, yaitu bersifat sementara (temporary) dan

menetap (parmanence). Orang-orang yang mudah menyerah (pesimis)

percaya bahwa penyebab kejadian-kejadian buruk yang menimpa mereka

bersifat permanen (kejadian itu akan terus berlangsung) selalu hadir

mempengaruhi hidup mereka. Orang-orang yang melawan ketidakberdayaan

(optimis) percaya bahwa penyebab kejadian buruk itu bersifat sementara.

Jika seseorang memikirkan hal-hal buruk dengan kata selalu dan tidak

pernah disertai ciri-ciri yang menyertainya, maka ia memilki gaya pesimistis

yang permanen. Sedangkan orang optimis akan mengatakan kadang-

kadang dan akhir-akhir, menggunakan kata sifat dan menyalahkan hal-hal

yang sementara sifatnya.

Orang-orang yang meyakini bahwa peristiwa baik memiliki penyebab

permanen, ketika berhasil mereka berusaha lebih keras lagi pada kali
berikutnya. Orang-orang yang menganggap peristiwa baik disebabkan oleh

alasan temporer mungkin menyerah, bahkan ketika berhasil, mereka percaya

itu hanya suatu kebetulan. Orang yang paling bisa memanfaatkan keberhasilan

dan terus bergerak maju begitu segala sesuatu mulai berjalan dengan baik

adalah orang yang optimistis.

b. Pervasif (spesifik versus universal).

Gaya penjelasan peristiwa ini berkaitan dengan ruang lingkup peristiwa

tersebut, yang meliputi universal (menyeluruh) dan spesifik (khusus).

Sebagian orang bisa melupakan persoalan dan melanjutkan kehidupan

mereka bahkan ketika salah satu aspek penting dari kehidupan mereka (misal:

pekerjaan, perkawinan) berantakan. Ada sebagian lain yang membiarkan satu

persoalan melebar mempengaruhi segala segi kehidupan mereka. Mereka

menganggapnya sebagai bencana. Seperti pepatah seutas benang kehidupan

terputus, seluruh tenunan terbuai

c. Personalization.

Peronalization merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan

sumber dari penyebab kejadian tersebut, meliputi dari internal (dari dalam

dirinya) dan eksternal (dari luar dirinya).

Dapat disimpulkan dari beberapa sumber di atas, bahwa gaya penjelasan

masalah (explanatory style) terbagi kepada tiga dimensi yaitu; Pertama, permanence

(berdasarkan waktu) yang terbagi kepada permanen dan temporer, kedua, pervasif
(berdasarkan ruang) yang terbagi kepada spesifik dan universal, dan ketiga,

personalization (dari sumber masalah itu sendiri) yang terbagi kepada internal dan

eksternal.

2.1.3. Ciri-cici Optimisme

Menurut McGinnis (1995) terdapat 12 ciri-ciri orang yang optimis,

diantaranya sebagai berikut:

1. tidak terkejut oleh kesulitan seperti berani menerima kenyataan dan

mempunyai penghargaan yang besar pada hari esok.

2. mampu mencari pemecahan masalah seperti memandang permasalahan besar

ataupun permasalahn kecil dapat terselesaikan.

3. merasa yakin mengendalikan masa depan mereka seperti yakin bahwa dirinya

mampu menguasai keadaan.

4. memungkinkan terjadinya pembaharuan secara teratur seperti berhubungan

dengan orang-orang yang mempunyai harapan dan mengambil tindakan

secara sadar dan tidak sadar untuk melawan keinginannya.

5. menghentikan pemikiran negative seperti ,terlihat banyak hal dari segi positif

dan berfikir logis.

6. meningkatkan kekuatan apresiatif seperti menikmati apa yang tedapat di

dunia.
7. menggunakan imajinasi untuk melatih sukses seperti mengubah kekhawatiran

menjadi bayangan positif dan menbayangkan hal-hal positif untuk masa

depan.

8. selalu gembira bahkan ketika merasa tidak bahagia sepeti berprilaku ceria

baik dalam keadaan senang ataupun sedih.

9. merasa yakin bahwa punya kemampuan yang tidak terbatas untuk diukur

seperti mempunyai keyakinan yang sangat kuat.

10. suka bertukar berita baik seperti memandang apa yang dibicarakan dengan

orang lain mempunyai pengaruh yangn penting terhadap suasana hati.

11. membina cinta dalam kehidupan seperti mempunyai hubungan yang sangat

erat, memperhatikan orang yang sedang dalam kesulitan dan mempunyai

kemauan untuk mengagumi dan menikmati banyak hal pada diri orang lain.

12. menerima apa yang tidak bisa diubah seperti dapat menyesuaikandiri dengan

dengan system baru dan mempunyai keinginan untuk mempunyai cara baru.

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Optimisme

Faktor-faktor yang mempengaruhi optimis menurut para ahli, yaitu :

1. Pesimis, banyak orang yang menyatakan mereka ingin bisa lebih positif, tetapi

berpikir mereka terkutuk dengan sifat pesimistik, dan untuk dapat mengubah

dirinya dari pesimis menjadi optimis dapat melalui rencana tindakan yang

ditetapkan sendiri (McGinnis, 1995)


2. Pengalaman bergaul dengan orang lain, kemampuan untuk mengagumi dan

menikmati hal pada diri orang lain merupakan daya yang sangat kuat,

sehingga dapat membantu mereka memperoleh optimism (Clark dalam

McGinnis, 1995)

3. Prasangka, prasangkaan hanyalah prasangkaan, bisa merupakan fakta, bisa

pula tidak (Seligman, 2005)

Sedangkan menurut Larsen dan Buss (2002), cara lain dimana optimisme

dapat meningkatkan kesehatan melalui sebuah mekanisme yang meningkatkan

hubungan sosial. Misalnya saja, teman dan keluarga yang berinteraksi secara

langsung, dapat menjadi obat manjur jika sesuatu mulai menunjukkan ke arah yang

buruk.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa factor-faktor yang

dapat mempengaruhi optimisme seseorang adalah mereka yang memiliki kepercayaan

diri yang rendah, lingkungan pergaulan yang tidak baik, selalu memiliki prasangka

yang tidak baik untuk dirinya maupun dengan orang lain.

2.1.5. Fungsi dan Manfaat Optimis dalam Kesehatan

Menurut Ubaedy (2007), adapun fungsi optimis dibagi menjadi tiga bagian,

diantaranya sebagai berikut:

a. Sebagai energi positif (dorongan).


Seligman (dalam Ubaedy, 2007) mengatakan bahwa esensi menjadi orang

optimis adalah menghindarkan diri dari kondisi batin yang terpuruk, hanyut, dan

larut ke dalam realitas buruk. Studi sejumlah pakar kesehatan mental

menunjukan bahwa orang yang optimis jauh dari berbagai penyakit distres,

depresi, dan lain-lain.

b. Sebagai perlawanan.

Tingkat perlawanan seseorang terhadap masalah atau hambatan yang dihadapi

terkait dengan tingkat keoptimisannya. Orang dengan optimisme kuat biasanya

punya perlawanan yang kuat untuk menyelesaikan masalah. Sebaliknya, orang

dengan optimisme rendah (pesimis), biasanya punya tingkat perlawanan yang

lebih lemah, cenderung lebih mudah menyerah pada realitas ketimbang

memperjuangkannya.

c. Sebagai sistem pendukung.

Optimisme juga berfungsi sebagai sistem pendukung. Kalau seseorang

menginginkan keberhasilan, maka ia berpikir akan berhasil, memiliki kemauan

untuk berhasil, mempunyai sikap yang dibutuhkan untuk berhasil, dan

melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan.

2.2. SELF ESTEEM


Dalam pembahasan self esteem peneliti menguraikan mengenai pengertian self

esteem, pembentukan self esteem, aspek-aspek self esteem, faktor-faktor yang

mempengaruhi self esteem.

2.2.1. Pengertian Self Esteem

Menurut Minchinton (1996), self esteem adalah penilaian terhadap diri sendiri, tolak

ukur harga diri kita sebagai manusia, berdasarkan pada kemampuan penerimaan diri

dan perilaku sendiri. Self esteem juga dapat dideskripsikan sebagai penghormatan

terhadap diri sendiri atau perasaan mengenai diri yang berdasarkan pada keyakinan

mengenai apa dan siapa diri kita sebenarnya.

Sedangkan menurut James (1980) self esteem adalah evaluasi terhadap diri

sendiri (dalam Baron, 2003). Menurut Frey dan Carlock (1984), jika penilaian

terhadap diri positif, di mana ia menirima diri atau memiliki penghargaan yang baik

terhadap diri, maka individu tersebut dikatakan memiliki self esteem yang tinggi.

Larner dan Spanier (1980, dalam Ghufron, 2010) berpendapat bahwa harga diri

adalah tingkat penilaian yang positif atau negative yang dihubungkan dengan konsep

diri seseorang. Harga diri merupakan evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri

secara positif dan juga sebaliknya dapat menghargai secara negative. Menurut

Branden (1992) self esteem merukapan kepercayaan diri pada kemampuan kita dalam

menghadapi tantangan hidup, keyakinan akan diri kita memiliki hak untuk bahagia,

perasaan berharga, berjasa, berhak untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan kita,

dan menikmati buah dari usaha kita.


Menurut Gecas 1982; Rosenberg 1990; et al 1995, dalam (Cast & Burke,

2002) self esteem secara keseluruhan menunjuk pada evaluasi diri yang positif.

Terdiri atas dua dimensi yaitu kemampuan dan keberhargaan (Gecas 1982; Gecas &

Schwalbe, 1983). Dimensi kemampuan (bermakna berdasar pada self esteem)

menunjuk pada tingkat dimana seseorang melihat dirinya sendiri sebagai seseorang

yang memiliki kemampaun dan bermakna. Dimensi keberhargaan diri (berharga

berdasar self esteem) menunjuk pada tingkat dimana seseorang melihat dirinya sendiri

sebagai seseorang yang bernilai.

Menurut Ghufron (2010) harga diri merupakan hasil penilaian yang

dilakukannya dan perlakuan orang lain terhadap dirinya dan menunjukkan sejauh

mana individu memiliki rasa percaya diri serta mampu berhasil dan berguna.

Self esteem adalah suatu konsep penting dan popular, baik dalam ilmu social

maupun kehidupan sehari-hari. Branden (2007), menjelaskan bahwa tanpa dibekali

self esteem yang sehat, individu akan mengalami kesulitan untuk mengatasi tantangan

hidup maupun untuk merasakan berbagai kebahagian dalam hidupnya. Branden juga

mengatakan bahwa self esteem mengandung nilai keberlangsungan hidup (Survival

Value) yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Hal ini memungkinkan self esteem

mampu memberikan sumbangan bermakna bagi proses kehidupan individu

selanjutnya, maupun bagi perkembangan pribadi yang normal dan sehat.

2.2.2 Pembentukan Self Esteem


Menurut Bradshaw (dalam Ghufron 2010) proses pembentukan self esteem telah

dimulai sejak bayi merasakan tepukan pertama kali yang diterima orang mengenai

kelahirannya. Darajat (1980) menyebutkan bahwa self esteem sudah terbentuk pada

masa kanak-kanak sehingga seorang anak sangat perlu mendapatkan rasa

penghargaan dari orang tuanya.

Sedangkan Coopersmith (1967) mengatakan bahwa pola asuh otoriter dan

permisif akan mengakibatkan anak mempunyai harga diri yang rendah. Sementara

itu, pola asuh authoritarian akan membuat anak mempunyai harga diri yang tinggi.

Menurut Coopersmith seperti yang dikutip dalam Ghufron (2010)

menyatakan bahwa pembentukan self esteem dipengaruhi beberapa factor yaitu:

1. Keberartian individu

Keberartian diri menyangkut seberapa besar individu percaya bahwa dirinya

mampu, berarti, dan berharga menurut standar nilai pribadi. Penghargaan

inilah yang dimaksud dengan keberartian diri.

2. Keberhasilan seseorang

Keberhasilan yang berpengaruh terhadap pembentukan harga diri adalah

keberhasilan yang berhubungan dengan kekuatan atau kemampuan individu

dalam mempengaruhi dan mengandalikan diri sendiri maupun orang lain.

3. Kekuatan individu.

Kekuatan individu terhada aturan-aturan, norma, dan ketentuan ketentuan

yang ada dalam masyarakat. Maka semakin besar kemampuan individu dapat

dianggap sebagai panutan masyarakat. Oleh sebab itu, semakin tinggi pula
penerimaan masyarakat terhadap individu bersangkutan. Hal ini mendorong

harga diri tinggi.

2.2.3 Aspek Aspek Self Esteem

Menurut Minchinton (1993) self esteem bukanlah sifat atau aspek tunggal saja,

melainkan sebuah kombinasi dari beragam sifat dan prilaku. Minchinton menjabarkan

tiga aspek self esteem, yaitu perasaan menganai diri sendiri, perasaan terhadap hidup,

serta hubungan dengan orang lain.

1. Perasaan mengenai diri sendiri

Seseorang haruslah menerima dirinya secara penuh, apa adanya. Mampu

menilai diri kita sendiri sebagai manusia. Dengan begitu, perasaannya tentang

dirinya sendiri tidak tergantung pada kondisi eksternal. Apapun yang terjadi

kita dapat merasa nyaman dengan diri kita sendir dan dapat menilai keunikan

yang ada dalam diri kita tanpa menghiraukan karakter atau kemampuan yang

kita punya atau tidak punya.

Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi dapat menghormati dirinya

dan memiliki kkeyakinan penuh bahwa diri kita adalah sosok yang penting,

dan apapun itu jika tidak berlaku bagi orang lain, setidaknya berlaku bagi diri

kita sendiri. Selain itu juga dapat memaklumi dan memafkan diri sendiri atas

segala kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ia miliki. Mereka yang

memiliki harga diri tinggi juga mampu menghargai nilai personal mereka

sebagai seorang individu, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh


pendapat orang lain. Mereka tidak akan merasa lebih baik ketika mereka

dipuji atau merasa buruk ketika mereka dikritisi. Perasaan baik kita mengenai

diri kita sendiri bergantung pada kondisi luar.

2. Perasaan terhadap Hidup

Perasaan terhadap hidup berarti menerima tanggung jawab atas sebagian

hidup yang dijalaninya. Maksudnya, seseorang dengan self esteem tinggi akan

menerima realita dengan lapang dada dan tidak menyalahkan keadaan hidup

ini (atau orang lain) atas segala masalah yang dihadapinya. Ia sadar bahwa

semuanya itu terjadi dengan pilihan dan keputusannya sendiri, bukan karena

factor eksternal. Karena itu, ia pun akan membangun harapan atau cita-cita

secara realistis ; sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Perasaan seseorang terhadap hidup juga menentukan apakah ia akan

menganggap sebuah masalah adalah rintangan hebat atau kesempatan bagus

untuk mengembangkan diri. Selain itu, seseorang dengan self esteem tinggi

juga tidak berusaha mengendalikan orang lain atau situasi yang ada.

Sebaliknya, ia akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.

3. Hubungan dengan Orang Lain

Seseorang dengan toleransi dan penghargaan yang sama terhadap semua

orang berarti memiliki self esteem yang bagus. Ia percaya bahwa setiap orang,

termasuk dirinya, mempunyai hak yang sama dan patut dihormati. Karena itu,
seseorang dengan self esteem tinggi mampu memandang hubungannya dengan

orang lain secara lebih bijaksana.

Saat seseorang merasa nyaman dengan dirinya sendiri, ia pun akan

menghormati orang lain sebagaimana adanya mereka. Ia tidak akan

memaksakan kehendak atau nilai-nilai kepada orang lain karena ia tidak

membutuhkan penerimaan dari orang tersebut agar ia merasa berharga.

Mereka memiliki pemikiran yang masuk akal, dapat menerima kekurangan

orang lain, berwatak tenang, fleksibel, dan bertanggung jawab dalam menjalin

hubungan dengan orang lain. Memandang setiap orang secara sama dan dapat

menghormati orang lain tanpa pandang bulu.

2.2.4 Faktor faktor yang mempengaruhi Self Esteem

1. Faktor jenis kelamin

Menurut Ancok dkk, (1988) wanita selalu merasa harga dirinya lebih rendah

dari pada pria seperti perasaan kurang mampu, kepercayaan diri yang kurang

mampu, atau merasa harus dilindungi. Hal ini mungkin terjadi karena peran

orang tua dan harapan-harapan masyarakat yang berbeda-beda baik pada pria

maupun wanita. Pendapat tersebut sama dengan penelitian dari Coopersmith

(1967) yang membuktikan bahwa harga diri wanita lebih rendah dari pada

harga diri pria.

2. Inteligensi
Menurut Coopersmith (1967) individu dengan harga diri tinggi akan mencapai

prestasi akademik yang tinggi dari pada individu dengan harga tinggi rendah.

Selanjutnya, dikatakan individu dengan harga diri tinggi memiliki skor

inteligensi yang lebih baik, taraf aspirasi lebih baik, dan selalu berusaha keras.

3. Kondisi Fisik

Coopersmith (1967) menemukan adanya hubungan yang konsisten antara

daya tarik fisik dan tinggi badan dengan harga diri. Individu dengan kondisi

fisik yang menarik cenderung memiliki harga diri yang lebih baik

dibandingkan dengan kondisi fisik yang kurang menarik.

4. Lingkungan Keluarga

Coopersmith (1967) berpendapat bahwa perlakuan adil, pemberian

kesempatan untuk aktif, dan mendidik yang demokratis akan membuat anak

mendapat harga diri yang tinggi. Berkenaan dengan hal tersebut Savary

(1994) sependapat bahwa keluarga berperan dalam menentukan

perkembangan harga diri anak. Orang tua yang sering memberikan hukuman

dan larangan tanpa alasan dapat menyebabkan anak merasa tidak berharga.

5. Lingkungan Sosial

Menurut Coopersmith (1967) ada beberapa ubahan dalam harga diri yang

dapat dijelaskan melalui konsep-konsep kesuksesan, nilai, aspirasi, dan

mekanisme pertahanan diri. Kesuksesan tersebut dapat timbul

melaluipengalaman dalam lingkungan, kesuksesan dalam bidang tertentu,

kompetisi, dan nilai kebaikan.


2.3.1 Dukungan Sosial

2.3.1. Pengertian Dukungan Sosial

Banyak ahli yang mendefinisikan dukungan sosial, di antaranya adalah Sarafino

(1998) yang menyatakan bahwa adanya dukungan sosial berarti adanya penerimaan

dari orang tua atau sekelompok orang terhadap individu yang menimbulkan persepsi

dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai dan ditolong (Smet, 1994).

Definisi serupa yang diutarakan oleh Sarason (dalam Gottlieb, 1983), Ia menekankan

adanya orang lain yang dapat diandalkan kemampuan dan kehadirannya jika individu

dalam keadaan yang memerlukan bantuan dan orang tersebut menunjukan bahwa ia

peduli, menyayangi dan menghargai individu.

Gottlieb (Smet, 1994) mendefinisikan dukungan sosial secara operasional

yaitu bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non verbal

yang diberikan oleh suatu jaringan sosial yang akrab. Dukungan ini didapat karena

kehadiran jaringan sosial tersebut dan mempunyai manfaat perilaku bagi pihak

pertama.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan dukungan sosial adalah pemberian bantuan dalam berbagai bentuk baik verbal

maupun non-verbal seperti perhatian, kasih sayang, penilaian, dan nasehat yang

berdampak positif bagi individu. Dukungan sosial didapatkan individu dari hubungan

dengan orang lain dalam suatu jaringan sosial yang dapat diandalkannya.
2.3.2. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial

Para ahli selain memberikan definisi, mereka juga menguraikan bentuk-bentuk

dukungan sosial di antaranya adalah Gottlieb, 1983 (dalam Smet,1994). Pembagian

bentuk dukungan sosial dari para ahli ini mirip satu sama lain dan saling melengkapi.

Berdasarkan pembagian bentuk-bentuk dukungan sosial yang telah mereka uraikan ,

ada lima bentuk umum, yaitu:

a. Dukungan Emosi (emotional support)

Dukungan emosi mengacu pada bantuan yang berbentuk dorongan yang

membesarkan hati, kehangatan, dan kasih sayang. Dukungan ini dikatakan

melibatkan perhatian, rasa percaya dan empati. Beberapa ahli melihatnya sebagai

suatu bentuk tingkah laku yang menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat

individu percaya bahwa ia dihormati, dicintai, dan merasa aman. (Smet, 1994)

menyatakan bahwa dukungan emosi mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap individu. Dapat disimpulkan bahwa dukungan emosi lebih

menitikberatkan pada dukungan yang berupa ungkapan perasaan seorang

individu terhadap orang lain.

b. Dukungan penghargaan (esteem support)

House (dalam Smet, 1994) menyatakan bahwa dukungan penghargaan terjadi

lewat ungkapan penghargaan atau penilaian yang positif untuk individu,

dorongan maju dan semangat, atau persetujuan dengan gagasan atau perasaaan

individu, dan perbandingan positif individu dengan orang lain. Pada dukungan

penghargaan dititik-beratkan pada adanya ungkapan penilaian yang positif atas


individu dan penerimaaan individu apa adanya. Bentuk dukungan ini membentuk

perasaan dalam diri individu bahwa ia berharga, mampu dan berarti.

c. Dukungan Instrumental/Material (instumental/material support)

Dukungan meterial ini mengacu kepada penyediaan barang dan jasa yang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah-masalah secara praktis. Contoh

dukungan ini seperti pinjaman atau sumbangan uang dari orang lain, penyediaan

layanan penitipan anak, penjagaan dan pengawasan rumah yang ditinggal pergi

pemiliknya dan lain sebagainya yang merupakan bantuan nyata berupa materi

atau jasa.

d. Dukungan Informasi (informational support)

Menurut House (dalam Smet, 1994) dukungan informasi memiliki dua bentuk,

yaitu dukungan informasi yang berarti memberikan informasi atau mengajarkan

suatu keterampilan yang dapat memberikan solusi atas suatu masalah, misalnya

berupa petunjuk, nasehat atau penghargaan. Bentuk lainya yaitu dukungan

informasi yang berupa dukungan penilaian (appraisal support) yang melibatkan

informasi sehingga dapat membantu seseorang dalam menilai kemampuan

dirinya seperti dengan memberikan umpan balik atas keterampilan yang dimiliki

individu. Jadi dukungan informasi adalah dukungan yang diberikan dengan cara

memberikan informasi baik berupa nasehat, saran, umpan balik, atau cara-cara

yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

e. Dukungan Persahabatan (companionship support)


Dukungan persahabatan merupakan suatu interksi sosial yang positif dengan

orang lain dimana individu dapat menghabiskan waktu dengan individu lain

dalam suatu aktivitas sosial dan hiburan. Menurut Olford (1992) hal ini dapat

menimbulkan stres karena dapat memenuhi kebutuhan individu akan afiliasi dan

kontak dengan orang lain sehingga tidak membuatnya terlarut dalam

kekhawatiran atas masalah yang dihadapi serta dapat membantu menciptakan

suasana hati yang positif.

2.3.4. Sumber Dukungan Sosial

Sumber-sumber dukungan sosial dikelompokan oleh Gottlieb (1983)

berdasarkan penelitian para ahli mengenai dukungan sosial, yaitu dukungan sosial

dapat berasal dari:

a. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional

(significant others), seperti keluarga, teman dekat atau rekan kerja.

b. Profesional, seperti psikolog atau dokter.

c. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support groups).

Hubungan dengan kalangan non-profesional atau significant others

merupakan hubungan yang menempati bagian terbesar dari kehidupan seorang

individu yang menjadi sumber dukungan sosial yang sangat potensial. Menurut
Gottlieb (1983) kontribusi yang mereka berikan terhadap kesejahtreaan individu

berbeda dengan kontribusi yang diberikan dari kalangan profesional. Hal ini

dikarenakan hubungan antara individu dengan kalangan non-profesional lebih mudah

diperoleh, bebas dari biaya pinansial, dan berakar pada keakraban yang cukup lama.

2.4. HIV/AIDS

Dalam pembahasan HIV/AIDS peneliti menguraikan mengenai defenisi HIV/AIDS,

faktor-faktor yang mempengaruhi penularan HIV/AIDS, cara pencegahan HIV/AIDS,

dampak psikososial.

2.4.1. Pengertian HIV/AIDS

AIDS adalah suatu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus, Human

Immunodeficiency Virus (HIV), yang menghancurkan sistem pertahanan tubuh

(Santrock, 2002). Menurut Djoerban (2009) AIDS (Acquired Immunodefiency

Syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan

oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh viarus HIV (Human

Immunodeficiency Virus) yang termasuk family retroviridae, AIDS merupakan tahap

akhir dari infeksi HIV..

Sylvia (2006) menjelaskan bahwa AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis

tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. Kasus AIDS

mencerminkan infeksi HIV yang sudah berlangsung lama.


Nisa, (2007) menjelaskan sedangkan HIV dalam Pusat Pendidikan Nasional

Kesehatan Republik Indonesia (PUSDIKNAKES RI, 1997) dijelaskan bahwa HIV

adalah sekumpulan mikro organisme yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

Menurut Green (2006) HIV (Human Immunodificienci Virus) adalah virus yang

menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh kita

untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita mulai

lemah, maka timbullah masalah kesehatan. Gejala yang umumnya timbul antara lain,

demam, batuk atau diare yang terus menerus. Kumpulan gejala penyakit akibat

melemahnya sistem kekebalan tubuh inilah yang disebut AIDS (Acquired Immune

Deficiency Syndrome).

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, AIDS atau Acquired Immune

Deficiency Syndrome merupakan sekumpulan gejala yang timbul akaibat menurunnya

sistem kekebalan tubuh manusia yang didapat (bukan keturunan) dan disebabkan oleh

HIV (Human Immunodeficiency Virus). Sedangkan orang yang terinfeksi HIV atau

telah memasuki tahapan AIDS dapat juga disebut Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

2.4.2. Penularan HIV/AIDS

Para ahli manyatakan bahwa AIDS hanya dapat ditularkan melalui hubungan seksual,

penggunaan jarum suntik bersama, atau transfusi darah (Santrock, 2002) Djoerban

(2007) penularan HIV/AIDS terjadi akibat melalui cairan tubuh yang mengandung

virus HIV yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual,
jarum suntik pada pengguna narkotika, transfuse komponen darah dan dari ibu yang

terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu kelompok risiko tinggi

terhadap HIVAIDS misalnya pengguna narkotika, pekerja seks komersil dan

pelanggannya serta narapidana

Nisa (2007), mengungkapkan beberapa cara penularan HIV antara lain:

1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral ataupun anal dengan seorang

pengidap. Ini adalah cara cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90%

dari total kasus sedunia. Lebih mudah terjadi penularan bila terdapat lesi

penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes

genetalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid dan trikomoniasis. Resiko

pada seks anal lebih besar dibanding seks vaginal.

2. Kontak langsung dengan darah/produk darah/ jarum suntik:

a. Transfuse darah/produk darah yang tercemar HIV, resikonya sangat

tinggi, sampai lebih dari 90%.

b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan

sempritnya pada pecandu narkotik suntik.

c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.

3. Secara vertikel dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama

hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.

2.4.3. Cara Pencegahan HIV/AIDS


Nisa, (2007) menjelaskan, Pada prinsipnya, pencegahan dapat dilakukan dengan cara

mencegah penularan virus AIDS. Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui

hubungan seksual, maka penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti

pasangan seksual. Pencegahan lain melalui pencegahan kontak darah, misalnya

pencegahan penggunaan jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh

menjadi pendonor darah. Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula

A-B-C:

a. A adalah abstinensia, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum

menikah.

b. B adalah be faithful, artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks

dengan pasangannya saja/tidak berganti-ganati pasangan.

c. C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak bias dipatuhi maka

harus digunakan alat pencegahan dengan menggunakan kondom.

2.5. Kerangka Berpikir

Optimisme adalah keyakinan bahwa harapan mengenai sesuatu yang baik

pasti akan terjadi. Self esteem adalah kemampuan seseorang untuk menilai dan

memberi penghargaan atas dirinya sendiri sedangkan dukungan sosial adalah adanya

orang lain yang dapat diandalkan kemampuan dan kehadirannya jika individu dalam

keadaan yang memerlukan bantuan dan orang tersebut menunjukan bahwa ia peduli,

menyayangi dan menghargai individu. Pada Orang dengan HIV/ADIS diharapkan


memiliki self esteem yang tinggi yang dapat mempengaruhi optimisme dan dukungan

sosial yang membuat ODHA bisa survive.

Soraya (2006) menjelaskan Apabila seseorang telah didiagnosis terinfeksi

HIV biasanya mereka akan menghadapi berbagai masalah diantaranya perasaan malu,

tidak diterima dalam keluarga atau masyarakat, merasa dikucilkan, tidak memilki

masa depan, akan menjadi beban orang lain, sulit mendapatkan pekerjaan, tidak

punya teman, khawatir tidak adaanya obat yang dapat menyembuhkannya dari virus

itu, merasa tidak berguna hilang semangat dan takut akan segera meninggal.

Menurut Minchinton (1996), self esteem adalah penilaian terhadap diri

sendiri, tolak ukur harga diri kita sebagai manusia, berdasarkan pada kemampuan

penerimaan diri dan perilaku sendiri. Self esteem juga dapat dideskripsikan sebagai

penghormatan terhadap diri sendiri atau perasaan mengenai diri yang berdasarkan

pada keyakinan mengenai apa dan siapa diri kita sebenarnya. Self esteem bukan hanya

sekedar aspek atau kualitas diri tetapi dengan pengertian yang lebih luas yang

merupakan kombinasi yang berhubungan dengan karakter dan perilaku. Dalam hal ini

pentingnya self esteem merupakan inti diri kita dasar dalam diri yang kita bangun

dalam hidup. Selama kita tidak hidup sendirian di bumi ini, perasaan mengenai diri

sendiri dapat mempengaruhi bagaimana cara berhubungan dengan orang lain di

sekitar kita dan pada setiap aspek dalam hidup kita.

Sarafino (1998) menyatakan bahwa adanya dukungan sosial berarti adanya

penerimaan dari orang tua atau sekelompok orang terhadap individu yang

menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai dan


ditolong (Smet, 1994). Definisi serupa yang diutarakan oleh Sarason (dalam Gottlieb,

1983), Ia menekankan adanya orang lain yang dapat diandalkan kemampuan dan

kehadirannya jika individu dalam keadaan yang memerlukan bantuan dan orang

tersebut menunjukan bahwa ia peduli, menyayangi dan menghargai individu.

Kemampuan dalam menilai diri ini adalah bagaimana seseorang memberi

penghargaan atas dirinya sendiri, apakah evaluasi terhadap diri dinilai sebagai sesuatu

yang positif atau negatif yang nantinya dapat membuatnya menjadi optimis atau

malah sebaliknya pesimis. Sedangkan seseorang yang dapat menilai dirinya secara

positif diasumsikan memiliki pemikiran yang lebih optimis dibandingkan seseorang

yang menilai dirinya secara negatif. Asumsi penulis tersebut dapat digambarkan

melalui bagan di bawah ini :

Bagan 2.1
Kerangka Berpikir

Self Esteem
1. Perasaan mengenai diri
sendiri
2. Perasaan terhadap hidup
3. Hubungan dengan orang
lain

Optimisme
Hidup ODHA
2.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

peneliti membuat hipotesis penelitian, sebagai berikut:

H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan self esteem dan dukungan sosial

terhadap optimisme hidup penderita HIV/AIDS.

Ha : Adanya pengaruh yang signifikan self esteem dan dukungan sosial

terhadap optimisme hidup penderita HIV/AIDS.

Adapun hipotesis minor yang terdapat dalam penelitian ini dari variabel self

esteem terdapat, diantaranya:

Ha-1 : Ada pengaruh yang signifikan perasaan mengenai diri sendiri terhadap

optimisme hidup penderita HIV/AIDS.

Ha-2 : Ada pengaruh yang signifikan perasaan terhadap hidup terhadap

optimisme hidup penderita HIV/AIDS.


Ha-3 : Ada pengaruh yang signifikan hubungan dengan orang lain terhadap

optimisme hidup penderita HIV/AIDS.

Ha-4 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan emosional terhadap optimisme

hidup penderita HIV/AIDS.

Ha-5 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan penghargaan terhadap

optimisme hidup penderita HIV/AIDS.

Ha-6 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan instrumental terhadap

optimisme hidup penderita HIV/AIDS.

Ha-7 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan informasi terhadap optimisme

hidup penderita HIV/AIDS.

Ha-8 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan instrumental terhadap

optimisme hidup penderita HIV/AIDS.

BAB III

METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan metodologi penelitian, diantaranya jenis penelitian

(pendekatan penelitian, metode penelitian), dan variabel penelitian (definisi

konseptual variabel, definisi operasional variabel), populasi dan sampel, pengambilan

sampel, teknik dan instrument pengumpulan data (kuisioner dan analisa data), teknik

penyusunan angket, uji instrument penelitian, teknik analisa data, serta prosedur

penelitian.

3.1. Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dimana penelitian

yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai,

peringkat, atau frekuensi), yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk

menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk

melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain

(Sevilla dkk, 2006).

3.1.2. Metode penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian adalah metode kausalitas karena tujuan dalam

penelitian ini adalah melihat pengaruh self esteem terhadap optimis hidup penderita

HIV/AIDS kemudian memprediksikan berapa kontribusi dari masing-masing

independent variable dan dependent variable.

3.2. Variabel Penelitian


3.2.1. Definisi variabel

Menurut Kerlinger (2000), variabel merupakan suatu sifat, simbol atau lambang yang

dapat memiliki bermacam nilai dan sesuatu yang bervariasi. Dalam penelitian ini

terdapat 2 (dua) variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel

terikat (dependent variable). Kerlinger (2000) mendefinisikan variabel bebas adalah

sebab yang dipandang sebagai sebab kemunculan (anteseden), sedangkan variabel

terikat adalah dipandang sebagai akibatnya (konsekuensi).

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini, diantaranya:

Variabel bebas : Self esteem dan dukungan sosial.

Variabel terikat : Optimisme hidup

3.2.2. Definisi konseptual variabel

Adapun definisi konseptual dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Optimisme yang dimaksud disini adalah Harapan kuat terhadap segala sesuatu

yang terdapat dalam kehidupan akan mampu teratasi dengan baik, walaupun

ditimpa banyak masalah dan frustasi. Optimisme sebagai kecenderungan

untuk memandang segala sesuatu dari segi dan kondisi baiknya dan

mengharapkan hasil yang paling memuaskan.

2. Self esteem yang dimaksud disini adalah tingkat penilaian yang positif atau

negatif yang dihubungkan dengan konsep diri seseorang. Harga diri


merupakan evaluasi terhadap dirinya sendiri secara positif dan juga sebaliknya

dapat menghargai secara negatif.

3. Dukungan sosial yang dimaksud disini adalah persepsi individu tentang

keberadaan individu lain yang dapat diandalkan kemampuan dan

kehadirannya jika individu dalam keadaan yang memerlukan bantuan dan

orang tersebut menunjukan bahwa ia peduli, menyayangi dan menghargai

individu

4. Penderita HIV/AIDS merujuk pada individu yang terinfeksi HIV. Baik yang

masih pada tahap HIV positif maupun yang sudah masuk pada tahap AIDS.

3.2.3. Definisi operasional variabel

Definisi operasional melekatkan arti pada suatu konstruk atau variabel dengan cara

menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur

konstruk atau variabel itu. Definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan

penelitian dalam mengukur suatu variabel atau memanipulasinya (Kerlinger, 2000).

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Optimisme adalah skor yang diperoleh dari skala optimisme dari aspek-aspek

optimism yaitu : permanen, pervasive dan personalization

2. Self esteem Adalah skor yang diperoleh dari skala self esteem dari aspek-aspek

self esteem yaitu : perasaan tentang diri sendiri, perasaan tentang hidup dan

hubungan dengan orang lain.

3. Dukungan sosial adalah skor yang diperoleh dari skala dukungan sosial dari
bentuk-bentuk dukungan social yaitu : dukungan emosional, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan

persahabatan

3.3. Pengambilan Sampel

3.3.1. Populasi

Gay dalam Sevilla dkk (2006) mendefinisikan populasi sebagai kelompok dimana

peneliti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya. Sedangkan menurut Kerlinger

(2000) dan Sevilla, dkk (2006) bahwa populasi adalah keseluruhan anggota, kejadian,

atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik. Adapun populasi dalam

penelitian ini merupakan Orang dengan HIV/AIDS di Yayasan Stigma, adapun

populasi ODHA yang peneliti peroleh melalui Yayasan Stigma dan menanyakan

langsung dengan pengurus lembaga adalah sebanyak 61 orang.

3.3.2. Sampel

Dalam penelitian ini melibatkan sampel sebanyak 30 responden


3.3.3. Teknik pengambilan sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik incidental

yaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan. Teknik ini termasuk jenis Non-

probability sampling, dimana semua elemen dari setiap anggota populasi tidak

memiliki kesempatan dan peluang yang sama besar untuk dipilih menjadi sampel

penelitian. Jadi tiap kali peneliti menemukan penderita HIV/AIDS yang berada di

Yayasan Stigma maka ia berhak dijadikan sampel penelitian


.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan pernyataan

tertutup. Dimana pernyataan tertutup merupakan pernyataan yang pilihan jawabanya

tersedia, dengan cara memberikan tanda check list ().

Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala self esteem, dukungan sosial

dan optimis hidup dengan menggunakan 4 pilihan jawaban yakni sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

Adapun perolehan skor dari tem-item berdasarkan dari jawaban yang dipilih

sesuai dengan jenis pernyataan yakni favorable dan unfavorable. Untuk jawaban

favorable skornya bergerak dari kanan ke kiri (SSSTSSTS) dengan nilai

(1234). Sedangkan untuk unfavorable cara skornya bergerak sebaliknya dari

kiri ke kanan (STSTSSSS) dengan nilai (4321). Jika digambarkan

dalam bentuk tabel, maka hasilnya sebagai berikut:

Table 3.1.
Bobot nilai tiap item
Kode Favorable Unfavorable
STS (sangat setuju) 1 4
TS (tidak setuju) 2 3
S (setuju) 3 2
SS (sangat setuju) 4 1
1. Skala self esteem

Self esteem diukur dengan menggunakan kuesioner self esteem yang disusun oleh

peneliti, diambil dari teori self esteem Minchinton. Alat ukur ini terdiri dari 44 item.

Respon jawaban yang diberikan mulai dari sangat setuju sangat tidak setuju.

Tabel 3.2 Skala Self Esteem (Try Out)

No Dimensi Indikator Favorabl Unfavorable


e

1 Perasaan Menerima 1,3,5 2,4,6


tentang diri dirinya sendiri
sendiri secara penuh,
tanpa syarat

Menghormati 7,9*,11* *8,10*,12


diri sendiri
dengan
memaafkan
kekurangan diri

Menghargai diri 13,15 14,16,18


sendiri dengan
tidak mudah
terpengaruh
pihak eksternal

Mengendalikan 17,19,21 20,22,24


emosi sendiri

2 Perasaan Menerima 23,25*,27 26*,28,30


terhadap hidup kenyataan hidup *

Memegang 32,34,36
kendali atas
hidupnya 29*,31
sendiri

3 Hubungan Menghargai hak 33,35 38*,40*,42*


dengan orang orang lain
lain
Toleransi 37,39* 41*,43*,44
terhadap orang
lain

JUMLAH 44

*item yang gugur

Dilihat dari tabel diatas dari 44 item skala self esteem setelah diuji

validitasnya terdapat 30 item yang valid dan 14 item yang gugur. Item yang valid

yaitu :

1,2,3,4,5,6,7,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,28,30,31,32,33,34,35,36,37,44.

Dan item yang gugur yaitu : 8,9,10,11,25,26,27,29,38,39,40,41,42,43

2. Skala dukungan sosial

Dukungan sosial diukur dengan menggunakan kuesioner Dukungan sosial yang

disusun oleh peneliti, diambil dari teori Dukungan sosial Sarafino. Alat ukur ini

terdiri dari 66 item. Respon jawaban yang diberikan mulai dari sangat setuju sangat

tidak setuju.

Tabel 3.3 Blue print skala dukungan sosial

No Aspek Indikator Favourable Unfavourab Jumla


le h
1. Dukungan Merasa mendapat 1, 2*, 3* 7, 8, 9*
Emosional Perhatian, empati,
12
kasih saying
Merasa dipedulikan 4*, 5, 6 10*, 11*, 12
2. Dukungan Merasa dihargai 13*, 14, 15 22, 23, 24* 18
Penghargaa Merasa Diterima oleh 16, 17*, 25*, 26*, 27
n keluarga 18*
Merasa mendapat 19*, 20, 21 28, 29*, 30*
Penilaian positif
3. Dukungan Merasa mendapat 31*, 32*, 37*, 38, 39
Instrumental Bantuan langsung 33
berupa materi
12
Merasa mendapat 34, 35, 36 40*, 41, 42
Bantuan langsung
berupa tindakan
4. Dukungan Membantu 43, 44, 45 49, 50*, 51
Informasi memecahkan
masalah/Solusi
12
Merasa dapat 46*, 47*, 52, 53, 54
Mengevaluasi 48*
penampilan
5. Dukungan Merasa dapat 55*, 56, 57 61*, 62*,
Persahabata Meluangkan waktu 63*
n Merasa mendapat 58, 59*, 64*, 65*, 66 12
Hiburan/ 60*
Rekreasi
TOTAL 33 33 66
*item yang gugur

Dilihat dari tabel diatas dari 66 item skala dukungan sosial setelah diuji

validitasnya terdapat 35 item yang valid dan 31 item yang gugur. Item yang valid

yaitu :

1,5,6,7,8,12,14,15,16,20,21,22,23,27,28,33,34,35,36,38,39,41,42,43,44,45,49,51,52,5
3,54,56,57,58,66. Dan item yang gugur yaitu : 2,3,4,9,10,11,13,17,18,19

,24,25,26,29,30,31,32,37,40,46,47,48,50,55,59,60,61,62,63,64,65.

3. Skala optimism hidup

Optimism hidup diukur dengan menggunakan kuesioner Optimism hidup yang

disusun oleh peneliti, diambil dari teori Optimism hidup Seligman. Alat ukur ini

terdiri dari 41 item. Respon jawaban yang diberikan mulai dari sangat setuju sangat

tidak setuju.

Tabel 3.4 Blue Print Skala Optimisme (try out)


No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Permanen Permanen 16,27*,31 4,13,21,32 7
Temporer 1,3,7*,33 9*,30*,34 7
2. Pervasif Spesifik 11*,24*,25*,26* 8*,12*,18,35 8
Universal 6,14,36 2,23,29*, 37 7
3. Personalization Internal 5,15,38* 10*,22*,39* 6
Eksternal 19,28, 40* 17,20, 41* 6
TOTAL 20 21 41
*item yang gugur

Dilihat dari tabel diatas dari 41 item skala optimism hidup setelah diuji

validitasnya terdapat 24 item yang valid dan 17 item yang gugur. Item yang valid

yaitu : 1,2,3,4,5,6,13,14,15,16,17,18,19,20,21,23,28,31,32,33,34,35,36,37. Dan item

yang gugur yaitu : 7,8,9,10,11,12,22,24,25,26,27,29,30,38,39,40,41.

3.5. Prosedur Pengumpulan Data


1. Sebelum peneliti menyebarkan skala yang digunakan untuk penelitian,

peneliti terlebih dahulu menyarankan mengisi identitas penderita HIV/AIDS,

kemudian penderita HIV/AIDS diminta untuk mengisi angket yang sudah

diberikan.

2. didapat item valid dan tidak valid, item-item yang tidak valid yang dikoreksi

atau dibuang oleh peneliti.

3. Kemudian dianalisis untuk melihat validitas konten dan pola respon terhadap

masing-masing instrumen. Lalu dilihat juga sejauh mana kuesioner ini dapat

dipahami. Dari hasil tersebut, diketahui ada beberapa item yang kurang

dipahami dan memiliki pola respon yang tidak merata, item seperti ini

direvisi oleh peneliti dan beberapa tidak digunakan.

4. Prosedur pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data ialah dengan menyebarkan kuesioner kepada penderita

HIV/AIDS.

5. Hasil skala yang telah diisi kemudian dibawa pulang oleh peneliti kemudian

dikoreksi. kemudian diolah menggunakan program SPSS untuk kemudian

dianalisis lebih lanjut.

3.6. Uji Instrumen Penelitian

3.6.1. Teknik uji instrumen


Dalam penelitian kuantitatif, sebelum melakukan penelitian field study seorang

peneliti harus melakukan penelitian uji coba (try out). Try out dilakukan untuk

mendapatkan nilai validitas dari setiap item dalam skala yang telah dibuat. Dengan

demikian, peneliti dapat memilih dan menyusun kembali skala berdasarkan item yang

terpenuhi nilai validatasnya. Uji intrumen ini diuji pada penderita HIV/AIDS yang

tergabung dalam yayasan Stigma yang melibatkan 30 responden.

Teknik yang peneliti gunakan untuk menguji instrumen penelitian pada try out

adalah uji validitas dan uji reliabilitas.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan dan ketelitian atau

akurasi yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Menurut Sevilla, dkk

(2006) validitas merupakan derajat ketepatan suatu alat tentang pokok isi

yang sebenarnya yang diukur. Dimana validitas berkenaan dengan keterkaitan

data yang diperoleh dengan sifat variabel yang diteliti.

Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data-data

dengan tepat, akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat

mengenai data tersebut. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan

mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya.
Untuk menilai kevalidan masing-masing butir pernyataan dapat dilihat dari

nilai corrected item-total correlation masing-masing butir pernyataan dan

penghitungannya menggunakan program SPSS (Statistical Package for the

Social Sciences) versi 17.0 for Windows.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan suatu alat ukur

tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur. Menurut Sevilla, dkk

(2006) reliabilitas merupakan derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi

yang ditunjukkan oleh instrumen penelitian. Tes dikatakan sebagai reliabilitas

tinggi apabila skor tampak tes itu dikatakan konsisten dan dapat diandalkan.

Adapun uji reliabilitas alat tes atau skala dengan rumus Alpha Cronbach dan

perhitungan menggunakan SPSS 17.0 for windows.

3.7. Hasil Uji Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan try out selama lima hari yakni pada hari

rabu-minggu, tanggal 24-28 Agustus 2011 try out dilakukan pada penderita

HIV/AIDS yang tergabung dalam yayasan Stigma dengan mendatangi kediaman para

penderita HIV/AIDS, sebanyak 30 responden. Kemudian data yang telah diperoleh,

diolah dengan menggunakan program SPSS 17.0.

a. Hasil Uji Validitas


Setelah melakukan pengolahan data hasil try out, maka peneliti mendapatkan

nilai validitas untuk setiap Item dengan nilai validitas dibawah 0,3 akan

dibuang dan gugur. Sementara itu, item-item yang valid akan digunakan

sebagi alat ukur dalam field study.

Skala Self Esteem

Dari hasil perolehan data pada uji validitas skala self esteem, bahwa

dari keseluruhan item yang terdiri dari 44 item, terdapat 30 item

memiliki nilai validits di atas 0,3. Sementara itu 14 item yang

memiliki nilai validitas di bawah 0,3, sehingga item tersebut dianggap

gugur Dengan demikian, skala Self Esteem tersebut dapat

dipergunakan sebagai alat ukur dalam field study.

Skala Dukungan Sosial

Dari hasil perolehan data pada uji validitas skala dukungan sosial,

bahwa dari keseluruhan item yang terdiri dari 66 item, terdapat 35

item yang memiliki nilai validitas di atas 0,3. Sementara itu 31 item

yang memiliki nilai validitas di bawah 0,3, sehingga item tersebut

dianggap gugur.

Skala Dukungan Optimisme Hidup


Dari hasil perolehan data pada uji validitas skala optimisme hidup,

bahwa dari keseluruhan item yang terdiri dari 41 item, terdapat 24

item yang memiliki nilai validitas di atas 0,3. Sementara itu 17 item

yang memiliki nilai validitas di bawah 0,3, sehingga item tersebut

dianggap gugur.

b. Hasil Uji Reliabilitas

Berdasarkan penghitungan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS

17.0, diperoleh berupa angka untuk kedua skala yang disebar pada try out.

Penghitungan reliabilitas dilakukan setelah item yang tidak valid dibuang.

Untuk skala Self Esteem diperoleh angka reliabilitas sebesar 0,877.

Sementara itu, skor dukungan sosial diperoleh angka reliabilitas sebesar

0,898, sedangkan skor optimisme Hidup diperoleh angka reliabilitas sebesar

0,851 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa baik skala self esteem,

dukungan sosial dan optimisme hidup memiliki reliabilitas yang baik.

3.8. Field test

1. Self Esteem

Tabel 3.5
Skala Self Esteem (field test)
No Dimensi Indikator Favorable Unfavorabl
e
1 Perasaan Menerima 1,3,5 2,4,6
tentang diri dirinya sendiri
sendiri secara penuh,
tanpa syarat
Menghormati 7, 12
diri sendiri
dengan
memaafkan
kekurangan diri

Menghargai diri 13,15 14,16,18


sendiri dengan
tidak mudah
terpengaruh
pihak eksternal

Mengendalikan 17,19,21 20,22,24


emosi sendiri

2 Perasaan Menerima 23, 28,30


terhadap hidup kenyataan hidup

Memegang 25,29,27
kendali atas
hidupnya 8
sendiri

3 Hubungan Menghargai hak 9,10


dengan orang orang lain
lain
Toleransi 11 26
terhadap orang
lain

JUMLAH 30

2.Skala dukungan sosial

Tabel 3.6
Blue print skala dukungan sosial (field test)
No Aspek Indikator Favourable Unfavourable Jumlah
1. Dukungan Merasa mendapat
Emosional Perhatian,e mpati, 1 7, 8, 6
kasih saying
Merasa diPedulikan 5, 6 12
2. Dukungan Merasa dihargai 14, 15 22, 23
Penghargaa Merasa Diterima 16, 27
n oleh keluarga 9
Merasa mendapat 20, 21 28
Penilaian positif
3. Dukungan Merasa mendapat 33 31, 32
Instrument Bantuan langsung
al berupa materi
8
Merasa mendapat 2, 34, 35 9, 10
Bantuan langsung
berupa tindakan
4. Dukungan Membantu 3, 4, 13 11, 24
Informasi memecahkan
masalah/
Solusi 8
Merasa dapat 25, 26, 29
Mengevaluasi
penampilan
5. Dukungan Merasa dapat 17, 18
Persahabat Meluangkan waktu
an Merasa mendapat 19 30 4
Hiburan/
Rekreasi
TOTAL 18 17 35

3.Skala optimis
Dalam penelitian ini peneliti mengambil ciri-ciri aspek - aspek berdasarkan

pada teori yang sudah dikemukakan pada bab sebelumnya, yaitu:

Tabel 3.7
Blue Print Skala Optimisme (field test)
No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Permanen Permanen 16,7 4,13,21,8 6
Temporer 1,3,9 10 4
2. Pervasif Spesifik 18,11 2
Universal 6,14,12 2,23,22 6
3. Personalization Internal 5,15 2
Eksternal 19,24 17,20, 4
TOTAL 12 12 24

3.9. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, Untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan pada bab

sebelumnya, penulis menggunakan teknik analisis regresi berganda. Adapun

persamaan umum analisa regresi berganda ini adalah:

y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e

Keterangan:
Y = Dependent variable (DV) yang dalam hal ini Optimisme Hidup
A = Intercept / konstan
b = Koefisien regresi
X1 = perasaan tentang diri sendiri, X2 = perasaan terhadap hidup, X3 = hubungan

dengan orang lain, X4 = dukungan emosional, X5 = dukungan penghargaan, X6 =


dukungan instrumental, X7 = dukungan informasi, X8 = dukungan persahabatan. e =

residu (segala hal yang mempengaruhi rasa bersalah di luar dari IV yang ada di

persamaan)

Dalam penelitian ini, penghitungan statistik dilakukan dengan menggunakan

sistem komputerisasi program SPSS versi 17.00. Yang pertama dilakukan adalah

menjelaskan gambaran umum dari responden. Yang kedua, melakukan kategorisasi

skor pada masing-masing variabel dalam penelitian. Dimana, penentuan kategorisasi

skor untuk melihat seberapa besar pada masing-masing variabel penelitian.

Kemudian melakukan pengujian hipotesis penelitian dengan melihat koefisien

regresi pada keseluruhan variabel penelitian terhadap optmisme hidup. Jika hasil

koefisien regresi pada masing-masing variabel penelitian lebih besar dari nilai

signifikan (p>0,05), maka tidak signifikan. Akan tetapi, jika hasil perhitungannya

lebih kecil nilai signifikan (P<0,05), maka signifikan.

Setelah diperoleh hasil dari pengujian hipotesis, peneliti ingin melihat

seberapa besar kontribusi pada masing-masing variabel penelitian terhadap motivasi

kerja. Hal ini dilakukan dengan memperoleh nilai R2 yang dapat dijelaskan atau

diterangkan oleh seluruh IV yang dianalisis. Dengan kata lain, R2 menunjukkan

presentase varian dari masing-masing variabel penelitian terhadap motivasi kerja DV

yang bisa diterangkan oleh IV.

3.10. Prosedur Penelitian

Penelitian ini berjalan dengan melalui empat tahapan prosedur penelitian,

yaitu tahap persiapan, uji coba, pengambilan data, serta pengolahan data.
1. Persiapan

Dimulai dengan perumusan masalah, menentukan variabel yang akan diteliti,

melakukan kajian teori untuk mendapatkan gambaran, dan penjelasan yang tepat

mengenai variable penelitian. Kemudian menentukan, menyusun, dan menyiapkan

alat ukur yang akan digunakan, yaitu skala self esteem, dukungan sosial dan skala

optimis hidup.

2. Pengujian alat ukur

Sebelum penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen kepada

30 penderita HIV/AIDS di Yayasan Stigma. Uji instrumen ini dilakukan pada tanggal

24-28 agustus 2011.

3. Pelaksanaan penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 19-22 september 2011, peneliti menyebarkan skala

penelitian kepada 30 penderita HIV/AIDS di Yayasan Stigma sebanyak 30 lembar

sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan.

4. Pengolahan data

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data dari hasil instrument

penelitian yang telah diisi oleh responden. Melakukan penilaian dari hasil jawaban

responden pada skala self esteem, dukungan sosial dan optimisme hidup. Melakukan
analisa data dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 for windows untuk

menguji hipotesis dan regresi antar variable penelitian.


BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini akan dibahas hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Yayasan

STIGMA. Hasil penelitian ini mencakup gambaran umum responden, hasil pengujian

hipotesis yang telah diajukan melalui perhitungan statistik, dan pembahasan hasil

pengujian hipotesis.

4.1. Gambaran Umum Responden

Penelitian ini dilakukan di Yayasan STIGMA dengan melibatkan 30

responden. Berikut ini gambaran umum mengenai responden berdasarkan jenis

kelamin, usia, pendidikan, agama, lama terinfeksi.

Tabel 4.1.
Gambaran Umum Responden
Gambaran Umum Responden Kriteria N Persentase
Jenis Kelamin Laki-laki 19 63.4%

Perempuan 11 36.6%

Total 30 100%

Lama terinfeksi >1 tahun 8 26.7%

2 tahun 10 33.3%
3 tahun 7 23.3%

< 4 tahun 5 16.7%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini

berjumlah 30 responden. Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden adalah

laki-laki dengan persentase sebesar 63.4% (19 orang), dan sebagian kecil adalah

perempuan sebesar 36,6% (11 orang). berdasarkan lama terinfeksi, persentase

responden yang terinfeksi >1 tahun sebesar 26.7% (8 orang), sedangkan yang

terinfeksi 2 tahun sebesar 33.3% (10 orang), responden yang terinfeksi 3 tahun

sebesar 23.3% (7 orang), dan yang terinfeksi <4 tahun sebesar 16.7% (5 orang).

4.2. Kategorisasi Skor

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan

penghitungan kategorisasi skor subjek. Penghitungan kategorisasi skor dilakukan

tiap-tiap variabel penelitian, yakni variabel optimism hidup, self esteem dan

dukungan sosial.

Dalam penghitungan kategorisasi skor, terdapat tiga kategori yaitu tinggi,

sedang dan rendah. Untuk mendapatkan kategorisasi tersebut sebelumnya dilakukan

penghitungan untuk mencari nilai x dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


Berikut ini adalah hasil perolehan nilai x pada masing-masing variabel:

Tabel 4.2.
Descriptive Statistics

Minimum Maximum Nilai x

Self Esteem 75.00 105.00 10

Dukungan sosial 88.00 131.00 14

Optimism hidup 56.00 88.00 11

Setelah diperoleh nilai x, maka penghitungan kategorisasi dilakukan

penghitungan formula berikut:

Tabel 4.3.
Kategorisasi Skor

Tinggi Minimum + 3x

Sedang Minimum + 2x

Rendah Minimum + x
Berikut ini penjelasan hasil penghitungan kategorisasi skor pada tiap-tiap

variabel penelitian.

4.2.1. Kategorisasi Skor optimisme hidup

Berikut ini adalah hasil penghitungan kategorisasi skor optimism hidup:

Tabel 4.4
Hasil Kategorisasi Skor Optimisme Hidup
Cumulative
Range Frequency Percent Percent
Valid Rendah 67 57 3 10% 10.0%

Sedang 78 68 19 63.3% 83.3%

Tinggi 89 79 8 26.7% 100%

Total 30 100%

Pada tabel 4.4, diketahui bahwa lebih dari separuh jumlah subjek memiliki

tingkat optimisme hidup sedang yakni dengan persentase sebesar 63.3% (19 orang),

sedangkan subjek yang memiliki tingkat optimisme tinggi yakni dengan persentase
sebesar 26.7% (8 orang) dan selebihnya subjek yang memiliki tingkat optimisme

hidup rendah yakni dengan persentase sebesar 10% (3 orang).

4.2.2. Kategorisasi Skor Self Esteem

Berikut ini adalah hasil penghitungan kategorisasi skor self esteem:

Tabel 4.5.
Hasil Kategori Self Esteem

Cumulative
Range Frequency Percent Percent

Valid Rendah 87 76 5 16.6% 6.7%

Sedang 95 86 14 46.7% 80%

Tinggi 105 96 11 36.7% 100%

Total 30 100%
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa separuh dari jumlah subjek memiliki tingkat

self esteem sedang yakni dengan persentase sebesar 46.7% (14 orang), sedangkan

subjek memiliki tingkat self esteem tinggi yakni dengan persentase sebesar 36.7%

(11 orang) dan subjek yang memiliki tingkat self esteem rendah yakni dengan

persentase sebesar 16.6% (5 orang).

4.2.3. Kategorisasi Skor Dukungan Sosial

Berikut ini adalah hasil penghitungan kategorisasi skor dukungan sosial:

Tabel 4.6.
Hasil Kategori Dukungan Sosial

Cumulative
Range Frequency Percent Percent

Valid Rendah 102 88 3 10% 10.0%

Sedang 116 103 10 33.3% 43.3%

Tinggi 130 117 17 56.7% 100%


Tabel 4.6.
Hasil Kategori Dukungan Sosial

Cumulative
Range Frequency Percent Percent

Valid Rendah 102 88 3 10% 10.0%

Sedang 116 103 10 33.3% 43.3%

Tinggi 130 117 17 56.7% 100%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa separuh dari jumlah subjek memiliki tingkat

dukungan sosial rendah yakni dengan persentase sebesar 56.7% (17 orang),

sedangkan subjek memiliki dukungan sosial sedang yakni dengan persentase sebesar

33.3% (10 orang) dan subjek yang memiliki tingkat dukungan sosial rendah yakni

dengan persentase sebesar 10% (3 orang).

4.2 Uji Hipotesis Koefisien Analisa Regresi dari self esteem dan dukungan sosial

terhadap optmimisme hidup.

Selanjutnya, pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh

antara masing-masing IV terhadap DV. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan

teknik regresi menggunakan SPSS versi 16.00.

Berikut ini adalah hasil koefisien analisa self esteem dan dukungan sosial terhadap

optmimisme hidup:
Tabel 4.7.
description
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 6.310 10.891 .579 .567
Self_esteem .467 .137 .524 3.416 .002
Duk_Sosial .204 .095 .328 2.141 .041

a. Dependent Variable: Optimisme


Berdasarkan tabel 4.475, persamaan regresi berdasarkan nilai B yaitu:

Rasa Bersalah (y) =

6.310 +0.467 self esteem+0.204 dukungan sosial.

Dari persamaan regresi tersebut, bisa dibuat prediksi tentang berapa harga Y

jika nilai setiap IV diketahui.

Berikut ini nilai koefisiensi regresi dari IV self esteem dan dukungan sosial

yang diperoleh nilai beta pada masing-masing variabel penelitian:


Bagan 4.1

Koefisiensi Regresi terhadap optimisme hidup

0,002
Self esteem

Optimisme hidup

0,041

Dukungan sosial

Keterangan:

Tidak Signifikan :

Signifikan :

Berdasarkan pada tabel 4.3. diperoleh hasil pada masing-masing variabel IV terhadap

Rasa Bersalah, sebagai berikut:

1. Pada variabel self esteem diperoleh koefisien nilai B = 0,467 sehingga

diperoleh self esteem memiliki pengaruh positif terhadap optimisme hidup,

dengan kriteria signifikan.


2. Pada variabel dukungan sosial diperoleh koefisien nilai B = 0,204 sehingga

diperoleh dukungan sosial memiliki pengaruh positif terhadap optimisme

hidup, dengan kriteria signifikan.

4.3 Uji Hipotesis Koefisien Analisa Multiple Regresi dan Proporsi Varian

Berikut ini adalah hasil koefisien analisa regresi dari ke-8 IV:

Tabel 4.8
Coefficientsa Analisa Regresi serta Proporsi variannya ke-8 IV

B Beta T Sig.

(Constan) 5.012 .519 .609

Perasaan Tentang Diri


Sendiri .168 .127 .818 .423

Perasaan Terhadap
1.987 .631 3.788 .001
Hidup

Hubungan dengan
.270 .066 .384 .705
orang lain

Duungan emosional -.214- -.071- -.330- .744

Dukungan
-.399- -.172- -.858- .400
penghargaan

Dukungan
-.949- -.399- -1.932- .067
instrumental

Dukungan informasi .965 .378 1.919 .069

Dukungan
2.018 .551 2.469 .022
persahabatan

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ada 2 variabel yang memiliki pengaruh

terhadap optmisme hidup yaitu perasaan terhadap orang lain dan dukungan persahabatan.
Sementara yang memiliki pengaruh paling besar adalah perasaan terhadap orang lain dari

self-esteem dengan nilai signifikansi 0,001 dengan sumbangan sebesar 20.6%, diikuti

duungan persahabatan dari self-esteem dengan nilai signifikansi 0,022 akan tetapi hanya

memiliki sumbangan 6.8%,

Berdasarkan tabel 4.17, persamaan regresi berdasarkan nilai B yaitu:

Optimisme Hidup (y) =

5.012 + 0.168 perasaan tentang diri sendiri + 1.987 perasaan terhadap hidup + 0.270

hubungan dengan orang lain 0.214 dukungan emosional 0.399 dukungan

penghargaan 0.949 dukungan instrumental + 0,965 dukungan informasi + 2.018

persahabatan.

Dari persamaan regresi tersebut, bisa dibuat prediksi tentang berapa harga Y

jika nilai setiap IV diketahui.

Berikut ini nilai koefisiensi regresi dari ke-8 IV yang diperoleh nilai beta pada

masing-masing variabel penelitian:

Berdasarkan pada tabel 4.47. diperoleh hasil pada masing-masing variabel IV

terhadap optimism hidup, sebagai berikut:

1. Pada variabel perasaan tentang diri sendiri diperoleh koefisien nilai B =

+0,168 dan nilai p 0.423 karena p>0.005, sehingga diperoleh perasaan tentang
diri sendiri tidak memiliki pengaruh positif terhadap optimis hidup, dengan

kriteria signifikan.

2. Pada variabel perasaan terhadap hidup diperoleh koefisien nilai B = +1.987

dan nilai p 0.001, karena p>0.005, sehingga diperoleh perasaan terhadap

hidup memiliki pengaruh positif terhadap optimis hidup, dengan kriteria

signifikan.

3. Pada variabel hubungan dengan orang lain diperoleh koefisien nilai B =

+0.270 dan nilai p 0.705 karena p>0.005, sehingga diperoleh hubungan

dengan orang lain tidak memiliki pengaruh positif terhadap optimis hidup,

dengan kriteria tidak signifikan.

4. Pada variabel dukungan emosional diperoleh koefisien nilai B = -0.214 dan

nilai p 0.744 karena p>0.005, sehingga diperoleh dukungan emosional tidak

memiliki pengaruh positif terhadap optimis hidup, dengan kriteria tidak

signifikan.

5. Pada variabel dukungan penghargaan diperoleh koefisien nilai B = -0.399 dan

nilai p 0.400 karena p>0.005, sehingga diperoleh dukungan penghargaan tidak

memiliki pengaruh positif terhadap optimis hidup, dengan kriteria tidak

signifikan.

6. Pada variabel dukungan instrumental diperoleh koefisien nilai B = -0.949 dan

nilai p 0.067 karena p>0.005, sehingga diperoleh dukungan instrumental tidak

memiliki pengaruh negatif terhadap optimis hidup, dengan kriteria tidak

signifikan.
7. Pada variabel dukungan informasi diperoleh koefisien nilai B = +0,965 dan

nilai p 0.069 karena p>0.005, sehingga diperoleh dukungan informasi tidak

memiliki pengaruh positif terhadap optimis hidup, dengan kriteria tidak

signifikan.

8. Pada variabel dukungan persahabatan diperoleh koefisien nilai B = +0,218

dan nilai p 0.022 karena p>0.005, sehingga diperoleh dukungan persahabatan

memiliki pengaruh positif terhadap optimis hidup, dengan kriteria signifikan.

Lebih jelasnya mengenai hasil diatas dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Bagan 4.2

Koefisiensi Regresi terhadap optimism hidup

Perasaan tentang diri 0.423


sendiri

Perasaan terhadap 0.001


orang lain

Hubungan dengan orang 0.705


lain

Dukungan emosional 0.744

Optimism hidup
0.400
Dukungan penghargaan

0.067
Dukungan instrumental
0.069

Dukungan informasi

Dukungan persahabatan
Keterangan:
0.022

Tidak Signifikan :

Signifikan :

4.3. Proporsi Varian

Pada subbab sebelumnya dapat diketahui bahwa perasaan tentang diri sendiri

dan dukungan persahabatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap optimism

hidup penderita HIV/AIDS.

Namun demikian, penulis ingin melihat proporsi varian dari optimism hidup

yang secara keseluruhan bisa diterapkan pada ke-8 IV. Penulis melakukan uji analisis

regresi berganda menggunakan SPSS, hasilnya sebagai berikut:

Yang pertama, menghitung hasil keseluruhan nilai determinasi R2 (R Square)

dari ke-8 IV. Kemudian mulai menghitung nilai determinasi R2 (R Square) satu IV.

Setelah diperoleh hasil nilai determinasi R2 (R Square) dari satu IV secara bersama-

sama dikurangi hasil nilai determinasi R2 (R Square) dari ke-8 IV. Langkah

berikutnya, menambahkan satu IV lagi dan secara bersama-sama pula dikurangi hasil
nilai determinasi R2 (R Square) dari ke-8 IV, begitu dan seterusnya hingga dari

keseluruhan IV dimasukkan yang kemudian dikurangi hasil nilai determinasi R2 (R

Square) dari ke-8 IV sehingga diperolah nilai R2 change/kontribusi varian dari

masing-masing IV. Berikut ini ialah hasil proporsi varian motivasi kerja yang terkait

dengan IV :

Tabel 4.9
Proporsi Varian IV dengan DV
(nilai R2 change/kontribusi varian)

IV R2 R2 F DF F
CHANGE HITUNG TABEL
X1 0,388 38,8% 17,75 1 4.17

X2 0,594 20.6% 7,005 1 4.17


X3 0,606 1.2% 0,315 1 4.17
X4 0,654 4.8% 1,263 1 4.17

X5 0,659 0.5% 0,121 1 4.17

X6 0,660 0.1% 0.023 1 4.17

X7 0,697 3.7% 0.860 1 4.17


X8 0.765 6.8% 1.545 1 4.17
TOTAL 76.5%

Berdasarkan tabel 4.11. dapat diketahui kontribusi masing-masing IV

terhadap optimism hidup. Berikut ini dijelaskan deskripsi dari masing-masing IV

sebagai berikut:

1. Variabel perasaan tentang diri sendiri memiliki kontribusi terhadap optimis hidup

sebesar 38.8%.

2. Variabel perasaan terhadap hidup memiliki kontribusi terhadap optimis hidup

sebesar 20%.

3. Variabel hubungan dengan orang lain memiliki kontribusi terhadap optimis hidup

sebesar 1.2%.

4. Variabel dukungan emosional memiliki kontribusi terhadap optimis hidup

sebesar 4.8%.

5. Variabel dukungan penghargaan memiliki memiliki kontribusi terhadap optimis

hidup sebesar 0.5%.

6. Variabel dukungan instrumental memiliki kontribusi terhadap optimis hidup

sebesar 0.1%.

7. Variabel dukungan informasi memiliki kontribusi terhadap optimis hidup sebesar

3,7%.

8. Variabel dukungan persahabatan memiliki kontribusi terhadap optimis hidup

sebesar 6,8%.
Dengan demikian, variabel penelitian yang memiliki kontribusi terbesar

terhadap optimis hidup adalah perasaan tentang diri sendiri sebesar 38.8%.

Sedangkan variabel penelitian yang memiliki kontribusi terkecil terhadap optimis

hidup adalah dukungan instrumental sebesar 0,1%.

4.4 Uji Beda Berdasarkan Jenis Kelamin

4.4.1.1 Uji Beda Untuk optimism hidup Berdasarkan Jenis Kelamin

Uji beda t-test mean optimism hidup ODHA berdasarkan jenis kelamin. Dari uji beda

tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.10
Descriptin

Optimis N Mean Std. Deviation F Sig.


LakiLaki 19 73.2632 6.37567 .033 .856

Perempuan 11 73.7273 7.24004

Total 30 73.4333 6.58464

Pada kolom variabel jenis kelamin laki-laki memiliki mean 73.2632 dengan

standar deviasi 6.37567 dari 30 responden. Sedangkan jenis kelamin perempuan

memiliki mean 73.7273 dengan standar deviasi 7.24004 dari 30 responden.

Sementara diketahui bahwa taraf signifikan yang tertera pada tabel sebesar 0,856

lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil tabel di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk optimism hidup

pada sampel jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

4.4.1.2 Uji Beda Untuk Self Esteem Berdasarkan Jenis Kelamin

Uji beda t-test mean religiusitas mahasiswa saat mengakses situs porno berdasarkan

jenis kelamin. Dari uji beda tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.11
descriftive
Self esteem N Mean Std. Deviation F Sig.

LakiLaki 19 93.4737 8.01643 .422 .521

Perempuan 11 91.6364 6.36039

Total 30 92.8000 7.39245

Pada kolom variabel jenis kelamin laki-laki memiliki mean 93.4737 dengan

standar deviasi 8.01643 dari 30 responden. Sedangkan jenis kelamin perempuan

memiliki mean 91.6364 dengan standar deviasi 6.36039 dari 30 responden.

Sementara, diketahui bahwa taraf signifikan yang tertera pada tabel sebesar

0,521 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil tabel di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk self esteem

pada sampel jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

4.4.1.3 Uji Beda Untuk dukungan sosial Berdasarkan Jenis Kelamin

Uji beda t-test mean dukungan sosial ODHA berdasarkan jenis kelamin. Dari uji beda

tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.12
Descriptives

Duk sos
N Mean Std. Deviation F Sig.

LakiLaki 19 117.7895 8.74693 .538 .469


Perempuan 11 114.8182 13.50421

Total 30 116.7000 10.60628

Pada kolom variabel jenis kelamin laki-laki memiliki mean 117.7895 dengan

standar deviasi 8.74693 dari 30 responden. Sedangkan jenis kelamin perempuan

memiliki mean 114.8182 dengan standar deviasi 13.50421 dari 30 responden.

Sementara, diketahui bahwa taraf signifikan yang tertera pada tabel sebesar

0,469 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil tabel di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk dukungan

sosial pada sampel jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

4.4.1.4 Uji Beda Untuk Perasaan Tentang Diri Sendiri, Perasaan Terhadap

Hidup dan Hubungan dengan Orang Lain Berdasarkan Jenis Kelamin

Uji beda t-test mean Perasaan Tentang Diri Sendiri, Perasaan Terhadap Orang lain

dan Hubungan dengan Orang Lain ODHA berdasarkan jenis kelamin. Dari uji beda

tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.13
Descriptives
N Mean Std. Deviation F Sig
Perasaan_tntgDiri laki-laki 19 58.9474 5.35904 .616 .439

Perempuan 11 57.4545 4.34428

Total 30 58.4000 4.98688


Perasaan_terhadapHdp laki-laki 19 21.6316 2.16565 .024 .906

Perempuan 11 21.7273 2.05382

Total 30 21.6667 2.08993

Hubungan_DgnOrgLain laki-laki 19 12.8947 1.69623 .521 .476

Perempuan 11 12.4545 1.43970

Total 30 12.7333 1.59597

Pada kolom di atas dijelaskan:

Variabel perasaan tentang diri sendiri dari self esteem berdasarkan jenis

kelamin laki-laki memiliki mean 58.9474 dengan standar deviasi 5.35904 dari

30 responden. Sedangkan jenis kelamin perempuan memiliki mean 57.4545

dengan standar deviasi 4,34428 dari 30 responden. Sementara taraf signifikan

variabel tentang diri sendiri dari self esteem yang tertera pada tabel sebesar

0,439 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil tabel di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

untuk variabel perasaan tentang diri sendiri dari self esteem pada sampel jenis

kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

Variabel perasaan terhadap orang lain dari self esteem berdasarkan jenis

kelamin laki-laki memiliki mean 21.6316 dengan standar deviasi 2.16565 dari

30 responden. Sedangkan jenis kelamin perempuan memiliki mean 21,7273

dengan standar deviasi 2.05382 dari 30 responden. Sementara taraf signifikan


variabel perasaan terhadap orang lain dari self esteem yang tertera pada tabel

sebesar 0,906 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil

tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan untuk variabel perasaan terhadap orang lain dari self esteem pada

sampel jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

variabel hubungan dengan orang lain dari self esteem berdasarkan jenis

kelamin laki-laki memiliki mean 12.8947 dengan standar deviasi 1.69623 dari

30 responden. Sedangkan jenis kelamin perempuan memiliki mean 12.4545

dengan standar deviasi 1.43970 dari 30 responden. Sementara taraf signifikan

variabel hubungan dengan orang lain dari self esteem yang tertera pada tabel

sebesar 0,476 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil

tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan untuk variabel hubungan dengan orang lain dari self esteem pada

sampel jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

4.4.1.5 Uji Beda Untuk dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dukungan informasi dan dukungan persahabatan

Berdasarkan Jenis Kelamin

Uji beda t-test mean dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dukungan informasi dan dukungan persahabatan ODHA berdasarkan

jenis kelamin. Dari uji beda tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.14
Descriptives
N Mean Std. Deviation F Sig
Duk_Emosional laki-laki 19 21.8421 1.67542 1.292 .265

perempuan 11 20.9091 2.84445

Total 30 21.5000 2.17747

Duk_penghargaan laki-laki 19 30.2105 2.76041 1.728 .199

perempuan 11 28.8182 2.85721

Total 30 29.7000 2.83026

Duk_instrumental laki-laki 19 25.8947 2.23345 .025 .876

perempuan 11 25.7273 3.63568

Total 30 25.8333 2.76784

Duk_informasi laki-laki 19 25.6316 2.43152 .007 .932

perempuan 11 25.5455 2.94495

Total 30 25.6000 2.58110

Duk_persahabatan laki-laki 19 14.2105 1.35724 .324 .574

Perempuan 11 13.8182 2.44206

Total 30 14.0667 1.79911

Pada kolom di atas dijelaskan:

Variabel dukungan emosional dari dukungan sosial berdasarkan jenis kelamin

laki-laki memiliki mean 21.8421 dengan standar deviasi 1.67542 dari 30


responden. Sedangkan jenis kelamin perempuan memiliki mean 20.9091

dengan standar deviasi 2,84445 dari 30 responden. Sementara, taraf signifikan

variabel dukungan emosional dari dukungan sosial yang tertera pada tabel

sebesar 0,265 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil

tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan untuk variabel dukungan emosional dari dukungan sosial pada

sampel jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

Variabel dukungan penghargaan dari dukungan sosial berdasarkan jenis

kelamin laki-laki memiliki mean 30.2105 dengan standar deviasi 2.76041 dari

30 responden. Sedangkan jenis kelamin perempuan memiliki mean 28,8182

dengan standar deviasi 2.85721 dari 30 responden. Sementara, taraf signifikan

variabel dukungan penghargaan dari dukungan sosial yang tertera pada tabel

sebesar 0,199 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil

tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan untuk variabel dukungan penghargaan dari dukungan sosial pada

sampel jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

variabel dukungan instrumental dari dukungan sosial berdasarkan jenis

kelamin laki-laki memiliki mean 25.8947 dengan standar deviasi 2.23345 dari

30 responden. Sedangkan jenis kelamin perempuan memiliki mean 25.7273

dengan standar deviasi 3.63568 dari 30 responden. Sementara, taraf signifikan

variabel dukungan instrumental dari dukungan sosial yang tertera pada tabel
sebesar 0,876 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil

tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan untuk variabel dukungan instrumental dari dukungan sosial pada

sampel jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

Variabel dukungan informasi dari dukungan sosial berdasarkan jenis kelamin

laki-laki memiliki mean 25.6316 dengan standar deviasi 2.43152 dari 30

responden. Sedangkan jenis kelamin perempuan memiliki mean 25.5455

dengan standar deviasi 2.94495 dari 30 responden. Sementara taraf signifikan

variabel dukungan informasi dari dukungan sosial yang tertera pada tabel

sebesar 0,932 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil

tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan untuk variabel dukungan informasi dari dukungan sosial pada

sampel jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

Variabel dukungan persahabatan dari dukungan sosial berdasarkan jenis

kelamin laki-laki memiliki mean 14.2105 dengan standar deviasi 1.35724 dari

30 responden. Sedangkan jenis kelamin perempuan memiliki mean 13,8182

dengan standar deviasi 2.44206 dari 30 responden. Sementara taraf signifikan

variabel dukungan persahabatan dari dukungan sosial yang tertera pada tabel

sebesar 0,574 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil

tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan untuk variabel dukungan persahabatan dari dukungan sosial pada

sampel jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

4.5 Uji Beda Berdasarkan Lama Terinfeksi

4.5.1.1 Uji Beda Untuk optimism hidup Berdasarkan lama terinfeksi

Uji beda test mean optimism ODHA berdasarkan lama terinfeksi. Dari uji beda

tersebut diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.15
Descriptive

Optimis N Mean Std. Deviation F Sig

>1tahun 8 72.0000 10.66369 1.617 .210

2tahun 10 74.8000 4.70933

3tahun 7 70.1429 3.13202

<4tahun 5 77.6000 1.14018

Total 30 73.4333 6.58464

Pada kolom uji beda berdasarkan lama terinfeksi, >1tahun memiliki mean

72.0000 dengan standar deviasi 10.66369 dari 8 responden. Pada 2tahun memiliki

mean 74.8000 dengan standar deviasi 4.70933 dari 10 responden. Sementara 3tahun

memiliki mean 70.1429 dengan standar deviasi 3.13202 dari 7 responden. Dan pada

<4tahun memiliki mean 77.6000 dengan standar deviasi 1.14018. sementara taraf

signifikan yang tertera pada tabel sebesar 0,210 lebih besar dari taraf signifikansi
0,05. maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan optimism

hidup pada sampel lama terinfeksi.

4.5.1.2 Uji Beda Untuk Self Esteem Berdasarkan lama terinfeksi

Uji beda test mean Self Esteem ODHA berdasarkan lama terinfeksi. Dari uji beda
tersebut diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.16
descriptive

F Sig
N Mean Std. Deviation

>1tahun 8 91.7500 8.59817 1.209 .326

2tahun 10 93.6000 7.67680

3tahun 7 89.5714 4.50397

<4tahun 5 97.4000 7.43640

Total 30 92.8000 7.39245

Pada kolom uji beda berdasarkan lama terinfeksi, >1tahun memiliki mean 91.7500

dengan standar deviasi 8.59817 dari 8 responden. Pada 2tahun memiliki mean 93.6000

dengan standar deviasi 7.67680 dari 10 responden. Sementara 3tahun memiliki mean 89.5714

dengan standar deviasi 4.50397 dari 7 responden. Dan pada <4tahun memiliki mean 97.4000

dengan standar deviasi 7.43640. sementara taraf signifikan yang tertera pada tabel sebesar

0,326 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan optimism hidup pada sampel lama terinfeksi.


4.5.1.3 Uji Beda Untuk Self Esteem Berdasarkan lama terinfeksi

Uji beda test mean Self Esteem ODHA berdasarkan lama terinfeksi. Dari uji beda tersebut

diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.17
Duksos
Sig

N Mean Std. Deviation F


8 114.8750 13.91235 .754 .530
>1tahun
2tahun 10 113.9000 12.24246

3tahun 7 119.7143 6.57557

<4tahun 5 121.0000 3.08221

Total 30 116.7000 10.60628

Pada kolom uji beda berdasarkan lama terinfeksi, >1tahun memiliki mean

114.8750 dengan standar deviasi 13.91235 dari 8 responden. Pada 2tahun memiliki

mean 113.9000 dengan standar deviasi 12.24246 dari 10 responden. Sementara

3tahun memiliki mean 119.7143 dengan standar deviasi 6.57557 dari 7 responden.

Dan pada <4tahun memiliki mean 121.0000 dengan standar deviasi 3.08221.

sementara taraf signifikan yang tertera pada tabel sebesar 0,530 lebih besar dari taraf

signifikansi 0,05. maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan optimism hidup pada sampel lama terinfeksi.


4.5.1.4 Uji Beda Untuk Perasaan Tentang Diri Sendiri, Perasaan Terhadap

hidup dan Hubungan dengan Orang Lain Berdasarkan lama terinfeksi.

Uji beda t-test mean Perasaan Tentang Diri Sendiri, Perasaan Terhadap Orang

lain dan Hubungan dengan Orang Lain ODHA berdasarkan lama terinfeksi.

Dari uji beda tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.18
Descriptives
Std. Sig
N Mean Deviation F
Perasaan_tntgDiri >1tahun 8 56.7500 5.20302 1.884 .157
2tahun 10 59.0000 4.10961
3tahun 7 56.5714 4.472934
<4tahun 5 62.4000 5.77062
Total 30 58.4000 4.98688
Perasaan_terhadapHdp >1tahun 8 22.1250 2.23207
2tahun 10 22.4000 2.27058 2.303 .100
3tahun 7 20.0000 1.00000

<4tahun 5 21.8000 1.78885

Total 30 21.6667 2.08993

Hubungan_DgnOrgLain >1tahun 8 12.8750 1.72689

2tahun 10 12.2000 1.98886 .574 .637

3tahun 7 13.0000 .81650

<4tahun 5 13.2000 1.48324

Total 30 12.7333 1.59597

Pada kolom di atas dijelaskan:


Variabel perasaan tentang diri sendiri dari self esteem uji beda berdasarkan

lama terinfeksi, >1tahun memiliki mean 56.7500 dengan standar deviasi

5.20302 dari 8 responden. Pada 2tahun memiliki mean 59.0000 dengan

standar deviasi 4.10961dari 10 responden. Sementara 3tahun memiliki mean

56.5714 dengan standar deviasi 4.472934 dari 7 responden. Dan pada <4tahun

memiliki mean 62.4000 dengan standar deviasi 5.77062. sementara taraf

signifikan variabel tentang diri sendiri dari self esteem yang tertera pada tabel

sebesar 0,157 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil

tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan untuk variabel perasaan tentang diri sendiri dari self esteem pada

sampel lama terinfeksi.

Variabel perasaan terhadap orang lain dari self esteem uji beda berdasarkan

lama terinfeksi, >1tahun memiliki mean 22.1250 dengan standar deviasi

2.23207 dari 8 responden. Pada 2tahun memiliki mean 22.4000 dengan

standar deviasi 2.27058 dari 10 responden. Sementara 3tahun memiliki mean

20.0000 dengan standar deviasi 1.00000 dari 7 responden. Dan pada <4tahun

memiliki mean 21.8000 dengan standar deviasi 1.78885. sementara taraf

signifikan variabel perasaan terhadap orang lain dari self esteem yang tertera

pada tabel sebesar 0,100 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan

dari hasil tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan untuk variabel perasaan terhadap orang lain dari self esteem

pada sampel lama terinfeksi.

variabel hubungan dengan orang lain dari self esteem uji beda berdasarkan

lama terinfeksi, >1tahun memiliki mean 12.8750 dengan standar deviasi

1.72689 dari 8 responden. Pada 2tahun memiliki mean 12.2000 dengan

standar deviasi 1.98886 dari 10 responden. Sementara 3tahun memiliki mean

13.0000 dengan standar deviasi 0.81650 dari 7 responden. Dan pada <4tahun

memiliki mean 13.2000 dengan standar deviasi 1.48324. sementara taraf

signifikan variabel hubungan dengan orang lain dari self esteem yang tertera

pada tabel sebesar 0,637 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan

dari hasil tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan untuk variabel hubungan dengan orang lain dari self esteem

pada sampel lama terinfeksi.


4.5.1.5 Uji Beda Untuk dukungan emosional, dukungan penghargaan,

dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan

persahabatan Berdasarkan lama terinfeksi.

Uji beda t-test mean dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dukungan informasi dan dukungan persahabatan ODHA berdasarkan

lama terinfeksi. Dari uji beda tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.19
Descriptives
N Mean Std. Deviation F Sig
Duk_Emosional >1tahun 8 21.1250 2.53194 .352 .788
2tahun 10 21.2000 2.65832
3tahun 7 22.1429 1.46385
<4tahun 5 21.8000 1.64317
Total 30 21.5000 2.17747
Duk_penghargaan >1tahun 8 29.1250 4.01559 .916
2tahun 10 29.7000 3.19896 .170
3tahun 7 30.1429 .89974
<4tahun 5 30.0000 2.12132
Total 30 29.7000 2.83026
Duk_instrumental >1tahun 8 26.0000 3.46410 1.151 .347

2tahun 10 24.6000 2.91357


3tahun 7 26.5714 2.07020
<4tahun 5 27.0000 1.58114
Total 30 25.8333 2.76784
Duk_informasi >1tahun 8 24.8750 3.04432 .592

2tahun 10 25.3000 3.05687 .647


3tahun 7 26.0000 2.16025
<4tahun 5 26.8000 .83666
Total 30 25.6000 2.58110
Duk_persahabatan >1tahun 8 13.7500 2.18763 2.88 .055
0
2tahun 10 13.1000 1.72884
3tahun 7 14.8571 1.21499
<4tahun 5 15.4000 .54772
Total 30 14.0667 1.79911

Pada kolom di atas dijelaskan:

Variabel perasaan tentang dukungan emosional dari dukungan sosial

berdasarkan lama terinfeksi, >1tahun memiliki mean 21.1250 dengan standar

deviasi 2.53194 dari 8 responden. Pada 2tahun memiliki mean 21.2000

dengan standar deviasi 2.65832 dari 10 responden. Sementara 3tahun

memiliki mean 22.1429 dengan standar deviasi 1.46385 dari 7 responden.

Dan pada <4tahun memiliki mean 21.8000 dengan standar deviasi 1.64317.

sementara taraf signifikan variabel dukungan emosional dari dukungan sosial

yang tertera pada tabel sebesar 0,788 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05.

Berdasarkan dari hasil tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan untuk variabel dukungan emosional dari dukungan

sosial pada sampel lama terinfeksi.

Variabel dukungan penghargaan dari dukungan sosial berdasarkan

berdasarkan lama terinfeksi, >1tahun memiliki mean 29.1250 dengan standar

deviasi 4.01559 dari 8 responden. Pada 2tahun memiliki mean 29.7000


dengan standar deviasi 3.19896 dari 10 responden. Sementara 3tahun

memiliki mean 30.1429 dengan standar deviasi 0.89974 dari 7 responden.

Dan pada <4tahun memiliki mean 30.0000 dengan standar deviasi 2.12132.

sementara taraf signifikan variabel dukungan penghargaan dari dukungan

sosial yang tertera pada tabel sebesar 0,916 lebih besar dari taraf signifikansi

0,05. Berdasarkan dari hasil tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan untuk variabel dukungan penghargaan

dari dukungan sosial pada sampel lama terinfeksi

variabel dukungan instrumental dari dukungan sosial berdasarkan berdasarkan

lama terinfeksi, >1tahun memiliki mean 26.0000 dengan standar deviasi

3.46410 dari 8 responden. Pada 2tahun memiliki mean 24.6000 dengan

standar deviasi 2.91357 dari 10 responden. Sementara 3tahun memiliki mean

26.5714 dengan standar deviasi 2.07020 dari 7 responden. Dan pada <4tahun

memiliki mean 27.0000 dengan standar deviasi 1.58114. sementara taraf

signifikan variabel dukungan instrumental dari dukungan sosial yang tertera

pada tabel sebesar 0,347 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan

dari hasil tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan untuk variabel dukungan instrumental dari dukungan sosial

pada sampel lama terinfeksi.

Variabel dukungan informasi dari dukungan sosial berdasarkan berdasarkan

lama terinfeksi, >1tahun memiliki mean 24.8750 dengan standar deviasi


3.04432 dari 8 responden. Pada 2tahun memiliki mean 25.3000 dengan

standar deviasi 3.5687 dari 10 responden. Sementara 3tahun memiliki mean

26.0000 dengan standar deviasi 2.16025 dari 7 responden. Dan pada <4tahun

memiliki mean 26.8000 dengan standar deviasi 0.83666. sementara taraf

signifikan variabel dukungan informasi dari dukungan sosial yang tertera pada

tabel sebesar 0,592 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari

hasil tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan untuk variabel dukungan informasi dari dukungan sosial pada

sampel lama terinfeksi

Variabel dukungan persahabatan dari dukungan sosial berdasarkan

berdasarkan lama terinfeksi, >1tahun memiliki mean 13.7500 dengan standar

deviasi 2.18763 dari 8 responden. Pada 2tahun memiliki mean 13.1000

dengan standar deviasi 1.72884 dari 10 responden. Sementara 3tahun

memiliki mean 14.8571 dengan standar deviasi 1.21499 dari 7 responden.

Dan pada <4tahun memiliki mean 15.4000 dengan standar deviasi 0.54772.

sementara taraf signifikan variabel dukungan persahabatan dari dukungan

sosial yang tertera pada tabel sebesar 0,055 lebih besar dari taraf signifikansi

0,05. Berdasarkan dari hasil tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan untuk variabel dukungan persahabatan

dari dukungan sosial pada sampel lama terinfeksi.

4.6. Koefisien analisa regresi pada jenis kelamin


Berikut ini adalah analisa regresi perasaan tentang diri sendiri, perasaan

terhadap orang lain dan hubungan dengan orang lain dari self-esteem serta dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi dan

dukungan persahabatan dari dukungan sosial pada jenis kelamin berikut ini adalah

tabelnya dan penjelasannya.

Tabel 4.20

B B Beta Beta t T Sig. Sig.

(Laki- (Perempuan) (Laki- (Perempuan) (laki- (Perempuan) (laki- (Perempuan)


laki) laki) laki) Laki)

(Constant) 2.787 35.457 .257 .873 .802 .475

Per_Tentang_diri .536 -.119 .450 -.072 2.069 -.140 .065 .902

Per_terhdp_hidup 1.374 1.781 .467 .505 1.954 .807 .079 .505

Hub_dgn_orglain -.507 .527 -.135 .105 -.628 .185 .544 .870

Duk_emosional .458 .918 .120 .361 .504 .402 .625 .726

Duk_penghargaan .163 -.813 .071 -.321 .247 -.390 .810 .734

Duk_instrumen -1.178 -1.025 -.413 -.515 -2.100 -.605 .062 .607

Duk_Informasi .810 -.687 .309 -.280 1.386 -.280 .196 .806

Duk_persahabatan .742 3.476 .158 1.172 .762 1.089 .464 .390

Bedasarkan tebel di atas jenis kelamin laki-laki secara keseluruhan tidak

memiliki pengaruh terhadap optimism hidup Orang dengan HIV/AIDS. Sementara


jenis kelamin perempuan juga tidak memiliki pengaruh terhadap optimism hidup

Orang dengan HIV/AIDS.

4.7. Koefisien analisa regresi pada lama terinfeksi

Berikut ini adalah analisa regresi perasaan tentang diri sendiri, perasaan

terhadap orang lain dan hubungan dengan orang lain dari self-esteem serta dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi dan

dukungan persahabatan dari dukungan sosial pada lama terinfeksi berikut ini adalah

tabelnya dan penjelasannya

Tabel 4.21

B B Beta Beta T T Sig. Sig.

(baru (telah lama (baru (telah lama (baru (telah lama (baru (telah lama
terinfeksi) terinfeksi) terinfeksi) terinfeksi) terinfeksi) terinfeksi) terinfeksi) terinfeksi)

(Constant) .311 47.809 .020 1.391 .984 .259

Per_Tentang_diri .352 .031 .209 .039 .564 .095 .587 .930

Per_terhdp_hidup 1.712 2.309 .482 .816 1.191 1.774 .264 .174

Hub_dgn_orglain .503 -.878 .120 -.210 .413 -.514 .689 .643

Duk_emosional -.175 -.222 -.057 -.072 -.124 -.177 .904 .871

Duk_penghargaan -.029 -2.026 -.013 -.645 -.038 -1.553 .971 .218

Duk_instrumen -1.131 -1.716 -.458 -.687 -1.293 -1.227 .228 .307

Duk_Informasi .574 1.951 .219 .741 .758 1.881 .468 .157

Duk_persahabatan 2.022 3.151 .497 .692 1.254 1.643 .241 .199

Baru terinfeksi : <1 tahun dan 2 tahun

Telah lama terinfeks : 3 tahun dan >4 tahun


Bedasarkan tebel di atas jenis baru terinfeksi secara keseluruhan tidak memiliki

pengaruh terhadap optimism hidup Orang dengan HIV/AIDS. Sementara telah lama

terinfeksi juga tidak memiliki pengaruh terhadap optimism hidup Orang dengan HIV/AIDS.

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan, diskusi dan saran dari penelitian.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka

kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Self esteem dan dukungan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap optimism

hidup orang dengan HIV/AIDS di yayasan Stigama. Namun berdasarkan koefesiensi

regresi, berdasarkan self esteem, perasaan terhadap orang lain dan berdasarkan dukungan
sosial, dukungan persahabatan memiliki pengaruh signifikan terhadap optmisme hidup,

sedangkan berdasarkan self esteem, perasaan tentang diri sendiri, hubungan dengan orang

lain, dan berdasarkan dukungan sosial, dukungan emosional, dukungan penghargaan,

dukungan instrumental, dan dukungan informasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap optimisme hidup.

2. Proporsi varian Self esteem dan dukungan sosial terhadap optmimisme hidup orang

dengan HIV/AIDS di yayasan stigma memiliki kontribusi sebesar 76,5% sedangkan

33.5% adalah factor yang lain.

5.2. Diskusi

Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh self esteem dan dukungan sosial

terhadap optimisme hidup Orang dengan HIV/AIDS. Adapun hasil yang diperoleh adalah

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara self esteem dan dukungan sosial terhadap

optimisme hidup ODHA. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi self esteem dan dukungan

sosial maka semakin tinggi optimisme hidup ODHA, sebaliknya semakin rendah self esteem

dan dukungan sosial maka semakin rendah optimisme hidup ODHA. Seperti yang dikatakan

Minchinton dalam bukunya maximum self esteem, seseorang yang memiliki harga diri yang

tinggi lebih percaya diri, berani menghadapi tantangan, rasa ingin tahu besar, dan mandiri.

Hal ini didukung oleh harapan yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, karena mereka

merasa sukses dengan hasil usaha yang mereka lakukan

Selain itu, dari hasil penelitian ini terdapat dua variabel penelitian dari keseluruhan

variabel penelitian yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap optmimisme hidup,

yaitu yaitu perasaan tentang diri sendiri dan dukungan persahabatan


Diperoleh hasil dalam penelitian ini bahwa berdasarkan self esteem, perasaan tentang

diri sendiri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap optimism hidup. Selain perasaan

tentang diri sendiri, diperoleh hasil bahwa dukungan persahabatan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap optimism hidup. Menurut Gottlieb (dalam Smet, 1994), dukungan

sosial adalah informasi atau nasehat baik verbal atau non verbal, bantuan nyata atau

tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka

mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Adanya

dukungan sosial yang cukup dapat membuat individu lebih optimis karena merasa

yakin bahwa bantuan akan selalu tersedia bila dibutuhkan.

Berdasarkan hasil penghitungan proporsi varian antara variabel penelitian dengan

optmisme hidup. Diperoleh hasil bahwa self esteem dan dukungan social terhadap optimism

hidup memiliki kontribusi sebesar 76,5%. Variabel penelitian yang memiliki kontribusi

terbesar terhadap optimism hidup adalah perasaan tentang diri sendiri dengan persentase

sebesar 38,8% dan kontribusi terkecil adalah dukungan instrumental dengan persentase

sebesar 0,1%.

Menurut Seligman (1991) optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh,

melihat hal yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri. Individu

yang optimis mampu menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari yang telah lalu, tidak takut

kegagalan, dan berusaha untuk tetap bangkit mencoba kembali bila gagal. Hasil penelitian ini

menunjukan terdapat pengharuh antara self esteem dan dukungan sosial terhadap optimisme

hidup ODHA sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Seligman dimana menurutnya

optimisme mendorong individu untuk selalu berpikir bahwa sesuatu yang terjadi adalah hal
yang terbaik bagi dirinya. Hal ini yang membedakan dirinya dengan orang lain. Orang-orang

yang menyalahkan dirinya sendiri saat mereka gagal (pesimis) membuat rasa penghargaan

terhadap diri mereka sendiri menjadi rendah, sedangkan orang-orang yang menyalahkan

bahwa suatu kejadian bukan berasal dari dirinya (optimis), tidak kehilangan rasa penghargaan

terhadap dirinya sendiri saat kejadian-kejadian buruk menimpa mereka. Dari pernyataan yang

dikemukakan tersebut cukup menjelaskan bagaimana self esteem dan optimisme saling

berkaitan erat.

5.3. Saran

Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat

banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, dari peneliti ada beberapa saran untuk bahan

pertimbangan sebagai penyempurnaan peneliti selanjutnya yang terkait dengan penelitian

serupa, yaitu:

5.3.1. Saran Teoritis

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, variasi dari ke-8 IV hanya menyumbang

pengaruh terhadap optmisme hidup sebesar 76,5 % dan sisanya sebesar 33,5% disebabkan

oleh faktor-faktor lain. Maka dari itu, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar mencari

dan menghubungkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi optimism hidup.

Dan juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti selanjutnya, yaitu :

1. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih selektif lagi dalam memilih homogenitas

responden sehingga benar-benar sesuai dengan kriteria yang menggambarkan sampel

yang hendak diteliti.

2. Dengan jumlah sampel yang masih minim, peneliti selanjutnya untuk menambah

jumlah sampel agar dapat memperoleh data yang lebih banyak lagi.
3. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menelusuri lebih lanjut, faktor-faktor lain

yang sekiranya dapat mempengaruhi optmisme hidup ODHA, sehingga hal ini dapat

dijadikan acuan bagi ODHA dalam menyikapi hidup optimis.

5.3.2. Saran Praktis

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran praktis yang dapat

dilakukan dalam penelitian selanjutnya, diantaranya:

1. Bagi pihak-pihak yang terkait dalam bidang HIV/AIDS, baik lembaga atau instansi,

khususnya Yayasan Stigma dijadikan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan

mutu dan kualitas perawatan, dan pelatihan-pelatihan terutama mengenai optmisme

hidup sebagai upaya mengembangkan potensi yang ada dalam diri ODHA.

2. Bagi ODHA, dapat memberikan informasi dan wawasan dan kemampuan serta

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi optimisme hidup dalam menjalani kehidupan

ini.

3. Untuk masyarakat umum, beban ODHA sudah sangat besar baik secara fisik maupun

psikis. Oleh karena itu ODHA bukan untuk ditakuti dan dihindari, karena HIV/AIDS

tidak menular dengan cara kita bersentuhan kulit atau berjabat tangan, HIV/AIDS

hanya dapat ditularkan bila terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah

seperti hubungan seksual, pengguanaan jarum suntik bersamaan dan transfusi darah.

Oleh karena itu tak ada kata untuk menghindar, namun kita harus memberikan

dukungan agar bisa meminimalisir beban yang diderita ODHA agar lebih optimis

dalam menjalani hidup. Besarnya dukungan sosial yang diberikan akan memilki arti

penting bagi ODHA untuk menjalani roda kehidupan.


DAFTAR PUSTAKA

Benjamin H.Gottlieb, 1983. Sosial Support Strategies. Sage Publications.London.

DEPDIKNAS, 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. Balai Pustaka,
Jakarta.

John M.Echols dan Shadily Hassan, 1999. Kamus Inggris-Indonesia. PT. Gramedia,
Jakarta.

Khoirun Nisa, 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. UIN Jakarta Press.

Santrock, J. W, 2002. Life Span Develovment, jilid II, edisi kelima. Erlangga, Jakarta.

Sarafino, Edward P, 1998. Health Psychologi: Biopsychosocial interaction. John


Willey & Sons, New York.

Seligman Martin, 2005. Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan dengan


Psikologi Positif. PT. Mizan Pustaka, Bandung.

Smet Bart,1994. Psikologi Kesehatan. PT. Grasindo, Jakarta.

Sevilla, Consuelo, G.et, All, 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI Press, Depok.

Ubaedy. AN, 2007. Optimis Kunci Meraih Sukses.PT. Perspektif Media Komunika,
Jakarta.

Siti Soraya, 2006. Peranan Dukungan Sosial terhadap Perilaku Coping pada Ibu
yang Memilki Anak HIV/AIDS. Skripsi Psikologi UIN Jakarta.

Sugiarto Bachtiar, 2004. Konflik dan Pengambilan Keputusan Penderita HIV/AIDS


dalam penggunaan obat ARV. Skripsi Psikologi UIN Jakarta.

Branden, N. (1992). The Power of self esteem. Florida: Health Communication inc.

Cast, D., & Burke, J. (2002). A Theory of Self esteem. Social forces , 80 (3), 1041-1068.
Facts and Findings. 2003. Adolscent self esteem.
http://www.human.cornell.edu/actforyouth. New York.

Frey, D., & Carlock, J. C. (1993). Enhancing self ssteem. Indiana: Accelerated Developed Inc.

Ghufron, M. N., & Risnawita, S. R. (2010). Teori - teori psikologi. Yogyakarta: Ar-ruz Media
Group.

Minchinton, J. (1993). Maximum Self Esteem : The Hand Book for reclaiming your sense of
self worth. Kuala Lumpur: Golden Books Center Sdn, Bhd.

http://selfesteemgames.mcgill.ca/research/psychsci.pdf

http://wat2146.ucr.edu/papers/02b.pdf self esteem teori

self esteem and academic achievement http://www.eurojournals.com/ajsr_3_03.pdf

self esteem and academic interest http://www.aare.edu.au/05pap/mci05383.pdf

self esteem the key of success http://www.dropoutprevention.org/pubs/pdfs/SS03.pdf


Salam Hormat

Segala puji bagi Tuhan YME yang telah melimpahkan kasih sayang-Nya sehingga kita masih
diberikan kelancaran dalam beraktifitas.

Sebagai mahasiswa Psikologi, saya Idham Khalid bermaksud mengadakan penelitian.


Sehubungan dengan itu saya membutuhkan partisipasi Saudara/i untuk mengisi angket sesuai
dengan keadaan hati, perasaan, dan pikiran.

Data pribadi dan jawaban Saudara akan dijaga kerahasiaannya, tidak akan disebarluaskan dan
akan dipergunakan untuk keperluan penelitian saja tanpa menyebutkan nama.

Terima kasih untuk kesediaan Saudara yang telah meluangkan waktunya guna membantu
terwujudnya proses penelitian ini.

Terima kasih

Jakarta, september
2011

Idham Khalid
PERNYATAAN KESEDIAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan kesediaanya untuk menjadi
responden dalam penelitian tentang optimisme hidup. Saya bersedia untuk mengisi angket
ini tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Identitas

Nama (Inisial) :

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Agama :

Tingkat Pendidikan :
Lama terinfeksi :

Jakarta, ............. 2011

(..............................)

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan untuk membantu anda menggambarkan diri anda
sendiri. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan berilah tanda checklist ( ) salah satu
jawaban yang telah disediakan, ada empat pilihan jawaban terhadap masing-masing
pernyataan yang mempunyai arti sebagai berikut :

SS = Sangat Setuju
S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Jika anda keliru melingkari atau berubah pendapat, ubahlah jawaban anda dengan menyilang
tanda ( ) yang keliru tadi dan checklist ( ) jawaban yang anda anggap lebih tepat.

Sekali lagi mohon diperhatikan, bahwa anda diminta menggambarkan diri anda sendiri,
bukan bagaimana seharunya, atau bagaimana sebaliknya. Bila ada pernyataan yang kurang
sesuai dengan anda, piliklah jawaban yang terbaik menurut anda, walaupun anda kurang
begitu yakin. Pernyataan-pernyataan ini tidak ada jawaban yang benar atau salah, oleh sebab
itu jawablah secara terbuka dan jujur. Perhatikan jangan ada pernyataan yang tidak dijawab
dan selamat mengerjakan.

Terima kasih atas partisipasinya!


skala I self esteem

NO Pernyataan SS S TS STS

NO Pernyataan SS S TS STS

1 Secara keseluruhan saya menyukai diri saya

2 Banyak hal di dalam diri saya yang tidak saya sukai

3 Saya memiliki banyak kelebihan

4 Saya merasa tidak berharga

5 Saya adalah orang yang menarik

6 Saya merasa tidak memiliki potensi

7 Saya memiliki kekurangan namun kelebihan yang saya miliki


jauh lebih berarti.

8 Saya tidak takut akan kegagalan atau kekalahan

9 Saya menerima seseorang tanpa menghakimi perilaku mereka

10 Setiap orang mempunyai Nilai dan Hak yang sama di dunia

11 Saya menghargai pendapat teman-teman saya


12 Saya berharap diri saya menjadi orang lain

13 Saya memiliki prinsip mengenai diri saya sendiri

14 Saya mudah tersinggung dengan kritikan orang lain

15 Saya tidak mudah terpengaruh omongan orang lain

16 Saya suka membandingkan diri saya dengan orang lain

17 Saya dapat mengontrol emosi saya

18 Saya sering membeli barang yang sama dengan teman walaupun


barang tersebut tidak saya butuhkan

19 Saya bahagia dengan hidup yang saya jalani

20 Saya mudah merasa sedih dan takut dalam menghadapi masalah

21 Saya tidak sedih yang berkepanjangan ketika menghadapi


masalah

22 Amarah saya mudah disulut oleh orang lain

23 Saya bertanggung jawab atas apa yang terjadi dihidup saya

24 Saya sering merasa kecewa

25 Saya cenderung melakukan apapun agar orang lain mengikuti


kemauan saya

26 Saya tidak suka membantu orang lain

27 Saya cenderung takut akan kegagalan

28 Saya tidak akan dapat menerima keputusan bersama karena hal


tersebut tidak sesuai dengan diri saya

29 Saya ingin orang lain tergantung pada saya


30 Saya marah jika di kritik
Skala II Dukungan Sosial

Skala dukungan sosial

NO Pernyataan SS S TS STS

1 Saya mendapatkan perhatian dari keluarga

2 Orang tua saya sering mengantar saya ke rumah sakit

3 Keluarga memberi tahu rumah sakit rujukan

4 Orang tua saya suka berkonsultasi kepada konselor/dokter


tentang masalah saya
5 Keluarga saya sangat memperhatikan keadaan yang sedang
saya alami
6 Teman teman suka membantu saya

7 Saya tidak mendapatkan perhatian dari keluarga


8 Teman-teman saya tidak peduli dengan keadaan saya

9 Saya merasa tidak ada yang peduli, apa yang sedang saya
alami saat ini
10 Apapun yang terjadi dengan saya, teman-teman saya
acuh/cuek terhadap saya
11 Ketika dalam masalah, tak ada orang-orang rumah yang
mau mendengarkan saya
12 Orang-orang di rumah sudah tidak peduli lagi kepada saya

13 Sahabat saya selalu memberi informasi demi kesehatan


saya
14 Saya ingin dihargai atas kreativitas dan kreasi yang telah
saya lakukan
15 Saya ingin penyakit menjadi penghalang untuk selalu
berkarya
16 Keluarga saya dapat menerima dengan ikhlas dengan
keadaan saya
17 Teman-teman saya membantu saya jika saya meminta
tolong
18 Lingkungan selalu meluangkan waktu untuk sharing

19 Teman-teman mengajak saya jalan-jalan ketika saya stress

20 saya merasa dihargai oleh teman-teman saya atas


kreativitas saya
21 Saya tidak pernah diremehkan

22 Saya merasa dikucilkan/terasingkan oleh lingkungan sosial

23 Tidak ada yangmenghargai Kreativitas yang saya lakukan

24 Tidak ada usaha keluarga demi kebaikan saya


25 Orang tua saya tidak pernah memberikan nasihat kepada
saya
26 Saya tidak bisa menerima kritikan dari orang lain tentang
penyakit HIV/AIDS saya
27 Keluarga mengusir saya, setelah tahu saya positif HIV/AIDS

28 Saya selalu mendapat penilaian negative

29 Tidak ada yang mau sharing kepada saya karna saya


positif HIV/AIDS
30 Teman-teman tidak mengikutsertakan saya jika berlibur

31 Keluarga saya tidak peduli dengan apa yang sedang saya


alami
32 Teman-teman saya merasa cuek ketika mengetahui saya
menderita penyakit HIV/AIDS
33 Teman-teman saya mengumpulkan uang untuk saya
berobat
34 Saudara-saudara saya suka membelikan obat di apotek/rumah
sakit

35 Teman-teman saya mau menemani saya ketika saya sedang


menjalani terapi
Skala III Optimisme hidup

No Pernyataan ST S TS STS

1. Saya pantang menyerah dan putus asa sesulit


apapun masalah yang saya hadapi

2. Saya mengurung diri di rumah karena malu dengan


orang lain

3. Saya yakin setiap masalah pasti ada solusi

4. Saya tidak memiliki harapan lagi

5. Saya ingin seperti saudara/I saya yang sehat

6. Dukungan keluarga membuat saya merasa lebih


semangat untuk beraktifitas

7. Sebesar apapun masalah, saya pasti bisa


menghadapinya

8. Saya tidak akan bisa mengatasi semua masalah


saya

9. Saya bukan tipe orang yang mudah putus asa

10. Saya mudah menyerah kalau ada masalah yang


berat

11. Saya tidak ingin menjadi orang sukses yang


banyak uang agar tidak ada biaya untuk berobat

12. Perhatian dari lingkungan membuat saya lebih


termotivasi dalam menjalani hidup
13. Penyakit saya akan bertambah parah karena tak ada
obat yang dapat menyembuhkannya

14. Perhatian keluarga membuat saya lebih termotivasi


dalam menjalani hidup

15. Saya selalu berdoa kepada Tuhan untuk kebaikan


saya

16. Saya bisa sembuh

17. Keadaan saya sekarang disebabkan karena tidak


mendengarkan ucapan orang tua

18. Saya pasrah dengan apa yang saya derita sehingg


saya enggan untuk melakukan aktifitas yang lain

19. Tuhan pasti menolong saya

20. Bertambah parahnya penyakit saya dikarenakan


ketidak inginan saya untuk berobat

21. Saya tidak ingin seperti saudara-saudara saya yang


sehat, karena saya sudah pasrah dengan keadaan

22. Saya tidak termotivasi dalam menjalani hidup


walaupun saya mendapat perhatian dari sekitar
saya

23. Saya tak Pe-De (percaya diri) dengan diri saya


sekarang

24 Keadaan saya sekarang di sebabkan karena ajakan


teman-teman ketika itu
1. Skala self esteem

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.877 44

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

VAR00001 149.3667 101.275 .582 .870

VAR00002 149.3000 103.666 .412 .873

VAR00003 149.2667 104.202 .359 .874

VAR00004 149.4333 101.840 .488 .872

VAR00005 149.2333 102.737 .505 .872

VAR00006 149.4333 102.323 .503 .872

VAR00007 149.1667 100.213 .610 .869

VAR00008 149.2333 104.875 .255 .876

VAR00009 149.1667 105.178 .167 .878

VAR00010 149.5000 107.293 .036 .880

VAR00011 149.3000 105.390 .244 .876

VAR00012 149.1333 102.257 .574 .871

VAR00013 149.1667 100.213 .610 .869

VAR00014 149.3333 102.299 .484 .872

VAR00015 149.1000 100.852 .641 .869

VAR00016 149.0667 103.720 .384 .874

VAR00017 149.0667 103.513 .470 .873

VAR00018 149.4333 104.392 .313 .875

VAR00019 149.2000 103.821 .349 .874

VAR00020 149.1333 102.257 .574 .871


VAR00021 149.2000 101.752 .533 .871

VAR00022 149.4333 103.289 .332 .874

VAR00023 149.1333 100.533 .658 .869

VAR00024 149.4333 103.840 .365 .876

VAR00025 149.1000 106.162 .181 .876

VAR00026 149.4667 107.085 .042 .880

VAR00027 149.6333 107.689 -.010- .883

VAR00028 149.4000 100.386 .355 .875

VAR00029 149.2333 106.806 .089 .878

VAR00030 149.0667 105.099 .300 .875

VAR00031 149.1333 100.326 .553 .870

VAR00032 149.3667 101.275 .582 .870

VAR00033 149.3000 103.666 .412 .873

VAR00034 149.2667 104.202 .359 .874

VAR00035 149.4333 101.840 .488 .872

VAR00036 149.2333 102.737 .505 .872

VAR00037 149.4333 102.323 .503 .872

VAR00038 149.7333 107.995 -.015- .880

VAR00039 149.2333 104.875 .255 .876

VAR00040 149.1667 105.178 .167 .878

VAR00041 149.5000 107.293 .036 .880

VAR00042 149.3000 105.390 .244 .876

VAR00043 149.5667 107.013 .076 .878

VAR00044 149.1667 100.213 .610 .869


2. Dukungan sosial

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.898 66

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

VAR00001 225.3667 210.792 .363 .896

VAR00002 225.4000 212.041 .262 .897

VAR00003 225.7667 212.323 .152 .898

VAR00004 225.9333 211.926 .140 .899

VAR00005 225.5000 206.879 .534 .895

VAR00006 225.7333 208.478 .367 .896

VAR00007 225.4333 205.289 .648 .894

VAR00008 225.7333 207.995 .362 .896

VAR00009 225.4000 212.041 .262 .897

VAR00010 225.7667 212.323 .152 .898

VAR00011 225.9333 211.926 .140 .899

VAR00012 225.7000 202.769 .445 .895

VAR00013 225.5333 214.464 .068 .899

VAR00014 225.3667 211.344 .322 .897

VAR00015 225.4333 205.013 .547 .894

VAR00016 225.6667 206.299 .575 .894


VAR00017 225.4000 212.041 .262 .897

VAR00018 225.7667 212.323 .152 .898

VAR00019 225.9333 211.926 .140 .899

VAR00020 225.5333 209.223 .439 .896

VAR00021 225.7333 207.375 .524 .895

VAR00022 225.6667 206.299 .575 .894

VAR00023 225.6000 210.041 .383 .896

VAR00024 225.4667 211.292 .195 .898

VAR00025 225.8000 214.510 .054 .899

VAR00026 225.6000 211.697 .269 .897

VAR00027 225.7333 207.375 .524 .895

VAR00028 225.4667 204.257 .635 .893

VAR00029 225.5333 211.292 .259 .897

VAR00030 225.4667 211.292 .195 .898

VAR00031 225.8000 214.510 .054 .899

VAR00032 225.6000 211.697 .269 .897

VAR00033 225.4333 208.323 .520 .895

VAR00034 225.4667 204.257 .635 .893

VAR00035 225.6333 207.620 .487 .895

VAR00036 225.4000 205.421 .651 .894

VAR00037 225.3667 211.413 .272 .897

VAR00038 225.3667 210.792 .363 .896

VAR00039 225.7333 210.409 .329 .896

VAR00040 225.5000 211.638 .240 .897

VAR00041 225.4333 208.323 .520 .895

VAR00042 225.5000 206.879 .534 .895

VAR00043 225.7333 208.478 .367 .896

VAR00044 225.4333 205.289 .648 .894

VAR00045 225.7333 207.995 .362 .896

VAR00046 225.4000 212.041 .262 .897

VAR00047 225.7667 212.323 .152 .898


VAR00048 225.9333 211.926 .140 .899

VAR00049 225.7000 202.769 .445 .895

VAR00050 225.5333 214.464 .068 .899

VAR00051 225.3667 211.344 .322 .897

VAR00052 225.4333 205.013 .547 .894

VAR00053 225.6667 206.299 .575 .894

VAR00054 225.6000 210.041 .383 .896

VAR00055 225.5667 211.840 .259 .897

VAR00056 225.7333 208.616 .396 .896

VAR00057 225.5333 209.223 .439 .896

VAR00058 225.7333 207.375 .524 .895

VAR00059 226.0333 215.413 .008 .900

VAR00060 225.5333 211.292 .259 .897

VAR00061 225.4667 211.292 .195 .898

VAR00062 225.5333 211.292 .259 .897

VAR00063 225.4667 211.292 .195 .898

VAR00064 225.8000 214.510 .054 .899

VAR00065 225.6000 211.697 .269 .897

VAR00066 225.4333 208.323 .520 .895

3. Optimis

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.851 41
Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

VAR00001 138.1000 80.093 .560 .843

VAR00002 138.0333 81.964 .417 .846

VAR00003 138.0000 81.862 .427 .846

VAR00004 138.1667 80.006 .523 .843

VAR00005 137.9667 81.137 .510 .844

VAR00006 138.1667 80.420 .544 .843

VAR00007 138.4667 85.016 .058 .854

VAR00008 137.9667 83.068 .255 .849

VAR00009 137.9000 84.024 .113 .854

VAR00010 138.2333 85.289 .030 .855

VAR00011 138.0333 83.826 .212 .850

VAR00012 138.3000 85.045 .069 .853

VAR00013 137.9000 80.162 .495 .844

VAR00014 138.0667 80.616 .501 .844

VAR00015 137.8333 79.730 .617 .841

VAR00016 137.8000 81.821 .408 .846

VAR00017 137.8000 82.028 .451 .846

VAR00018 138.1667 82.626 .315 .848

VAR00019 137.9333 82.547 .308 .848

VAR00020 137.8667 81.016 .543 .844

VAR00021 137.9333 80.202 .543 .843

VAR00022 138.1667 82.213 .284 .849

VAR00023 137.8667 79.637 .615 .841

VAR00024 138.1667 82.351 .248 .850

VAR00025 137.8333 84.351 .167 .851


VAR00026 138.2000 84.924 .049 .855

VAR00027 138.3667 85.689 -.020- .859

VAR00028 138.1333 79.430 .331 .849

VAR00029 137.9667 84.516 .115 .852

VAR00030 137.8000 83.476 .277 .849

VAR00031 137.8667 78.671 .585 .841

VAR00032 138.1000 80.093 .560 .843

VAR00033 138.0333 81.964 .417 .846

VAR00034 138.0000 81.862 .427 .846

VAR00035 138.1667 80.006 .523 .843

VAR00036 137.9667 81.137 .510 .844

VAR00037 138.1667 80.420 .544 .843

VAR00038 138.4667 85.016 .058 .854

VAR00039 137.9667 83.068 .255 .849

VAR00040 137.9000 84.024 .113 .854

VAR00041 138.2333 85.289 .030 .855


Model Summary

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .875 .765 .676 3.75027 .765 8.550 8

a. Predictors: (Constant), ASPEK5, DIMENSI2, DIMENSI3, DIMENSI1, ASPEK4, ASPEK2, ASPEK3, ASPEK1

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 962.011 8 120.251 8.550 .000

Residual 295.355 21 14.065

Total 1257.367 29

a. Predictors: (Constant), ASPEK5, DIMENSI2, DIMENSI3, DIMENSI1, ASPEK4, ASPEK2,


ASPEK3, ASPEK1

b. Dependent Variable: OPTIMIS

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 5.012 9.658 .519 .609

DIMENSI1 .168 .206 .127 .818 .423

DIMENSI2 1.987 .525 .631 3.788 .001

DIMENSI3 .270 .704 .066 .384 .705

ASPEK1 -.214- .648 -.071- -.330- .744

ASPEK2 -.399- .465 -.172- -.858- .400

ASPEK3 -.949- .491 -.399- -1.932- .067


ASPEK4 .965 .503 .378 1.919 .069

ASPEK5 2.018 .817 .551 2.469 .022

a. Dependent Variable: OPTIMIS

1.DIMENSI 1

Model Summary

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .623 .388 .366 5.24441 .388 17.716 1

a. Predictors: (Constant), DIMENSI1

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 487.260 1 487.260 17.716 .000

Residual 770.107 28 27.504

Total 1257.367 29

a. Predictors: (Constant), DIMENSI1

b. Dependent Variable: OPTIMIS

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 25.431 11.445 2.222 .035

DIMENSI1 .822 .195 .623 4.209 .000


a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 25.431 11.445 2.222 .035

DIMENSI1 .822 .195 .623 4.209 .000

a. Dependent Variable: OPTIMIS

2. DIMENSI 2

Model Summary

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .770 .594 .563 4.35058 .594 19.715 2

a. Predictors: (Constant), DIMENSI2, DIMENSI1

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 746.323 2 373.162 19.715 .000

Residual 511.043 27 18.928

Total 1257.367 29

a. Predictors: (Constant), DIMENSI2, DIMENSI1

b. Dependent Variable: OPTIMIS

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) 11.971 10.167 1.177 .249

DIMENSI1 .407 .197 .308 2.067 .048

DIMENSI2 1.739 .470 .552 3.700 .001

a. Dependent Variable: OPTIMIS

3. DIMENSI 3

Model Summary

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .778 .606 .560 4.36591 .606 13.322 3

a. Predictors: (Constant), DIMENSI3, DIMENSI2, DIMENSI1

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 761.776 3 253.925 13.322 .000

Residual 495.591 26 19.061

Total 1257.367 29

a. Predictors: (Constant), DIMENSI3, DIMENSI2, DIMENSI1

b. Dependent Variable: OPTIMIS

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 10.649 10.308 1.033 .311

DIMENSI1 .301 .230 .228 1.310 .202


DIMENSI2 1.758 .472 .558 3.724 .001

DIMENSI3 .556 .618 .135 .900 .376

a. Dependent Variable: OPTIMIS

4. ASPEK 1

Model Summary

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .809 .654 .598 4.17346 .654 11.797 4

a. Predictors: (Constant), ASPEK1, DIMENSI1, DIMENSI2, DIMENSI3

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 821.921 4 205.480 11.797 .000

Residual 435.445 25 17.418

Total 1257.367 29

a. Predictors: (Constant), ASPEK1, DIMENSI1, DIMENSI2, DIMENSI3

b. Dependent Variable: OPTIMIS

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 6.937 10.054 .690 .497

DIMENSI1 .283 .220 .215 1.288 .210

DIMENSI2 1.381 .495 .438 2.789 .010


DIMENSI3 .026 .656 .006 .040 .968

ASPEK1 .916 .493 .303 1.858 .075

a. Dependent Variable: OPTIMIS

5. ASPEK 2

Model Summary

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .812 .659 .588 4.22763 .659 9.270 5

a. Predictors: (Constant), ASPEK2, DIMENSI1, DIMENSI3, DIMENSI2, ASPEK1

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 828.419 5 165.684 9.270 .000

Residual 428.948 24 17.873

Total 1257.367 29

a. Predictors: (Constant), ASPEK2, DIMENSI1, DIMENSI3, DIMENSI2, ASPEK1

b. Dependent Variable: OPTIMIS

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 5.420 10.491 .517 .610

DIMENSI1 .292 .223 .221 1.307 .203

DIMENSI2 1.289 .524 .409 2.460 .021


DIMENSI3 -.024- .670 -.006- -.036- .971

ASPEK1 .726 .590 .240 1.230 .231

ASPEK2 .260 .431 .112 .603 .552

a. Dependent Variable: OPTIMIS

6. ASPEK 3

Model Summary

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .813 .660 .572 4.30957 .660 7.450 6

a. Predictors: (Constant), ASPEK3, DIMENSI2, DIMENSI1, DIMENSI3, ASPEK2, ASPEK1

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 830.201 6 138.367 7.450 .000

Residual 427.165 23 18.572

Total 1257.367 29

a. Predictors: (Constant), ASPEK3, DIMENSI2, DIMENSI1, DIMENSI3, ASPEK2, ASPEK1

b. Dependent Variable: OPTIMIS

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 6.277 11.047 .568 .575

DIMENSI1 .281 .230 .213 1.220 .235


DIMENSI2 1.267 .539 .402 2.352 .028

DIMENSI3 .062 .738 .015 .084 .934

ASPEK1 .794 .641 .263 1.240 .228

ASPEK2 .306 .464 .131 .659 .516

ASPEK3 -.142- .458 -.060- -.310- .760

a. Dependent Variable: OPTIMIS

7. ASPEK 4

Model Summary

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .835 .697 .600 4.16191 .697 7.227 7

a. Predictors: (Constant), ASPEK4, DIMENSI2, DIMENSI1, ASPEK3, DIMENSI3, ASPEK2, ASPEK1

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 876.294 7 125.185 7.227 .000

Residual 381.072 22 17.321

Total 1257.367 29

a. Predictors: (Constant), ASPEK4, DIMENSI2, DIMENSI1, ASPEK3, DIMENSI3, ASPEK2,


ASPEK1

b. Dependent Variable: OPTIMIS

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) 4.626 10.716 .432 .670

DIMENSI1 .204 .228 .154 .895 .381

DIMENSI2 1.517 .542 .482 2.797 .011

DIMENSI3 -.276- .742 -.067- -.373- .713

ASPEK1 .482 .648 .159 .744 .465

ASPEK2 .021 .480 .009 .043 .966

ASPEK3 -.259- .448 -.109- -.578- .569

ASPEK4 .909 .557 .356 1.631 .117

a. Dependent Variable: OPTIMIS

8. ASPEK 5

Model Summary

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .875 .765 .676 3.75027 .765 8.550 8

a. Predictors: (Constant), ASPEK5, DIMENSI2, DIMENSI3, DIMENSI1, ASPEK4, ASPEK2, ASPEK3, ASPEK1

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 962.011 8 120.251 8.550 .000

Residual 295.355 21 14.065

Total 1257.367 29

a. Predictors: (Constant), ASPEK5, DIMENSI2, DIMENSI3, DIMENSI1, ASPEK4, ASPEK2,


ASPEK3, ASPEK1

b. Dependent Variable: OPTIMIS

a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 5.012 9.658 .519 .609

DIMENSI1 .168 .206 .127 .818 .423

DIMENSI2 1.987 .525 .631 3.788 .001

DIMENSI3 .270 .704 .066 .384 .705

ASPEK1 -.214- .648 -.071- -.330- .744

ASPEK2 -.399- .465 -.172- -.858- .400

ASPEK3 -.949- .491 -.399- -1.932- .067

ASPEK4 .965 .503 .378 1.919 .069

ASPEK5 2.018 .817 .551 2.469 .022

a. Dependent Variable: OPTIMIS

You might also like