Professional Documents
Culture Documents
Skripsi
Disusun oleh:
Idham Khalid
105070002284
FAKULTAS PSIKOLOGI
1433 H/2011 M
PERNYATAAN
NIM : 105070002284
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Self Esteem dan dukungan
sosial terhadap optimism hidup orang dengan HIV/AIDS adalah benar merupakan karya
saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut.
Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan
sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika
ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Idham Khalid
105070002284
Persembahan
Bismillahirrahmanirrahiim
kekuasaan dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masi
jauh dari kesempurnaan. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, beserta jajarannya. Pudek bagian akademik Ibu Dra. Fadhilah Suralaga,
M.Si, Pudek bagian keuangan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, dan Pudek bagian
2. Bapak Ikhwan Lutfi M.Psi. dan Ibu Rena Latifah, M.Psi yang telah
wawasan yang telah diberikan selama penulis berjuang di kampus tercinta ini,
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
semoga Allah SWT, memberikan berlipat-lipat pahala atas amal yang telah
diberikan.
5. Untuk kedua orang tua penulis, M Yakub Siregar dan Khadijah Nasution.
Adik-adikku (Arfatul Hifni, Nur Sabani dan Abdur Rahman), mari kita menjadi
kebanggan orang tua dan akan menemani mereka sampai di surga kelak amin.
7. Untuk teman-teman ODHA khususnya yang tergabung dalam yayasan Stigma,
terima kasih sudah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini
Dewi, Nola Dll. Terkhusus untuk wak Fei, Adi, Budi, Wahyu, Rojak, Agung,
dll berkat doa dan dukungan kalian akhirnya skripsi ini bisa selesai, semoga
10. Para staf pegawai bagian Akademik, Umum, Keuangan, dan Perpustakaan
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu
11. Semua pihak yang belum bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral,
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. untuk itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk dapat
manfaat yang besar, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang
Penulis
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) Desember 2011
(C) Idham Khalid
(D) Pengaruh Self Esteem dan dukungan sosial terhadap optimisme hidup
penderita HIV/AIDS.
(E) Xiii + 98 Halaman
HIV/AIDS menimbulkan masalah yang sulit, misalnya seputar kesehatan,
hubungan dengan orang lain, keuangan, kematian dan perasaan mengenai
seksualitas. Prasangka dan diskriminasi (perlakuan tidak adil) dari orang
lain serta masalah sosial dan ekonomis yang lebih luas juga menyebabkan
banyak persoalan bagi ODHA
Optimisme diartikan sebagai suatu pandangan secara menyeluruh, melihat
hal yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri.
Individu yang optimis mampu menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari
yang telah lalu, tidak takut kegagalan, dan berusaha untuk tetap bangkit
mencoba kembali bila gagal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
Optimisme, diantaranya self esteem dan dukungan sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) apakah terdapat pengaruh self
esteem dan dukungan sosial terhadap optimisme hidup penderita HIV/AIDS
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kausalitas
dengan teknik analisis data menggunakan teknik multi-regresi. Jumlah
populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 penderita HIV/AIDS. Adapun
teknik pemilihan sampel menggunakan incidental. Sementara itu, instrumen
pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan tiga skala yaitu skala
self esteem, dukungan sosial dan optimisme hidup.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan: 1) self esteem dan dukungan sosial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap optimisme hidup penderita
HIV/AIDS. 2) proporsi varian self esteem dan dukungan sosial terhadap
optimisme hidup penderita HIV/AIDS sebesar 76.5%.
Untuk penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran agar mencari dan
menghubungkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi optmimisme hidup
ODHA, diantaranya, religiusitas, self konsep dan self efficacy. Secara
praktis Perlu pengambilan kebijakan oleh pemerintah atau pihak-pihak
terkait untuk mencari penanggulangan yang lebih tepat dalam mengatasi
masalah HIV/AIDS.
(F) Bahan bacaan :24 (1977-2009)
DAFTAR ISI
Halaman Judul
lembar Pengesahan............................................................................................... ii
Motto.................................................................................................................... iv
Kata Pengantar................................. v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
Varian. 92
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
4.5 Uji Hipotesis Koefisien Analisa Regresi dari self esteem dan dukungan
4. Proporsi varian. 72
4.11 Uji Beda Untuk Perasaan Tentang Diri Sendiri, Perasaan Terhadap Orang
4.16 Uji Perasaan Tentang Diri Sendiri, Perasaan Terhadap Orang lain dan
terinfeksi .. 84
PENDAHULUAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan
(HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) bukan lagi hal yang aneh.
Nisa (2007) menjelaskan, kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun
1981 pada sekelompok kaum homoseksual di California dan New York. Dalam kasus
beberapa gejala klinis yang tidak biasa. Kemudian gejala penyakit tersebut semakin
jelas diketahui sebagai akibat adanya kegagalan system imun. Karena itu disebut
AIDS.
kali dilaporkan secara resmi oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1987, yang
menimpa seorang warga Negara asing di Bali. Sampai akhir Desember 2005 tercatat
ada 5.321 kasus AIDS dan 4.244 kasus HIV yang telah dilaporkan. Sebanyak 16%
adalah perempuan dan sebagian besar adalah laki-laki (84%). Kelompok umur
sebanyak 25,86%.
hidup dengan HIV. Dengan menggunakan perhitungan angka kelahiran sebesar 2,5%,
diperkirakan terdapat 2.250-3.250 bayi yang mempunyai resiko terlahir dengan HIV.
Pola penyebaran infeksi yang umum terjadi adalah melalui hubungan seksual,
penyalahgunaan zat adiktif (napza) suntik. Pengguna napza suntik, berdasarkan kasus
yang terlaporkan, jumlah kasus AIDS di Indonesia sejak 1987-2002 terus meningkat,
menyerang semua kelompok umur, khususnya remaja serta kelompok usia produktif.
adanya kenaikan infeksi HIV pada pengguna napza suntik dari 15% pada 1999
HIV/AIDS di seluruh Indonesia sejak 1980-an hingga September 2009 yang terdata
penderita laki-laki dan perempuan sebesar tiga berbanding satu dengan rentang usia
tertinggi penderita HIV/AIDS hingga saat ini masih tetap berada pada usia produktif
yaitu 20-39 tahun. Penyebabnya hampir 50% dari penyebaran virus HIV/AIDS terjadi
melalui hubungan seksual dan melalui jarum suntik (pada pengguna narkoba) yang
mencapai 40,7% berdasarkan riset terhadap jumlah total penderita (ANTARA News,
2009).
Sugiarto (2004) menjelaskan bahwa pengetahuan masyarakat yang terbatas mengenai
penyakit AIDS menimbulkan kesan bahwa ODHA ini telah dihukum Tuhan. Mereka
dianggap telah melakukan dosa besar dan menimbulkan rasa malu bagi masyarakat,
karenanya ODHA harus dijauhi dan dikucilkan. Soraya (2006), menambahkan masyarakat
umum di sekitar ODHA akan merasa takut tertular, merasa lingkungannya tercemar dan
dapat merusak nama baik masyarakat sekitar tempat tinggalnya, sehingga membuat mereka
mengucilkan ODHA.
sulit, misalnya seputar kesehatan, hubungan dengan orang lain, keuangan, kematian
dan perasaan mengenai seksualitas. Prasangka dan diskriminasi (perlakuan tidak adil)
dari orang lain serta masalah sosial dan ekonomis yang lebih luas juga menyebabkan
banyak persoalan bagi ODHA. Ronald (2003) menjelaskan bahwa seseorang yang
depresi, rasa bersalah (akibat perilaku seks dan penyalahgunaan obat), marah dan
HIV biasanya mereka akan menghadapi berbagai masalah diantaranya perasaan malu,
tidak diterima dalam keluarga atau masyarakat, merasa dikucilkan, tidak memilki
masa depan, akan menjadi beban orang lain, sulit mendapatkan pekerjaan, tidak
punya teman, khawatir tidak adaanya obat yang dapat menyembuhkannya dari virus
itu, merasa tidak berguna hilang semangat dan takut akan segera meninggal. Maka
dari itu, juga menurut Soraya, optimisme sangat dibutuhkan oleh penderita
HIV/AIDS.
cara berpikir yang yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah.
Berpikir positif adalah berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk. Optimis
baik, melakukan penyelesaian masalah dengan cara yang logis sehingga hal ini dapat
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Seligman (2008), diperoleh hasil,
bahwa optimisme sangat berpengaruh pada kesejahteraan psikis dan kesehatan mental
kesehatan mental menunjukan bahwa orang yang optimis jauh dari berbagai penyakit
stres, depresi, dan lainnya. Tingkat perlawanan seseorang terhadap masalah atau
optimisme kuat biasanya punya perlawanan yang kuat untuk menyelesaikan masalah.
perlawanan yang lebih lemah, cenderung lebih mudah menyerah pada realitas
adanya hubungan antara optimisme dengan kesehatan yang lebih baik. Misalnya,
pasien yang memiliki pikiran lebih pesimis selama masa sakitnya akan lebih
menderita dan distress. Menurut Ubaedy (2007) Salah satu penyebab yang membuat
orang gagal memilki harapan optimistik adalah sikapnya yang kurang sehat, yakni
HIV/AIDS maka mereka merasa harga dirinya telah jatuh atau rendah dan tidak mau
berinteraksi dengan orang lain. sementara Branden (2007), menjelaskan bahwa tanpa
dibekali self esteem yang sehat, individu akan mengalami kesulitan untuk mengatasi
hidup (survival value) yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Hal ini
Lerner dan Spanier, 1980 (dalam Ghufron, 2010) berpendapat bahwa harga
diri adalah tingkat penilaian yang positif atau negatif yang dihubungkan dengan
konsep diri seseorang. Harga diri merupakan evaluasi terhadap dirinya sendiri secara
positif dan juga sebaliknya dapat menghargai secara negatif. Berne dan Savary (1994)
menyebutkan bahwa orang yang memiliki harga diri yang sehat adalah orang yang
mengenal dirinya sendiri dengan segala keterbatasannya, mereka tidak malu atas
menyebutkan bahwa harga diri yang sehat adalah kemampuan untuk melihat diri
lain. Sebaliknya, orang yang merasa rendah diri, memiliki gambaran negatif pada diri,
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan orang untuk bersikap optimis. Dalam
beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan dukungan sosial terhadap Odha,
dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Zich dan Temoshok (dalam Chatib, 2005)
memimpin sebuah studi longitudinal pada 103 Odha tahap ARC dan AIDS untuk
menilai hubungan antara dukungan sosial dan daya tahan (hardiness) terhadap efek
negatif dari stress (distress) baik secara fisik maupun psikologis. Hasilnya subyek
bentuk dukungan sosial. Empat bentuk tersebut meliputi tingkah laku dukungan
emosional (ada orang yang dapat diajak bicara), tingkah laku memecahkan problem
untuk menolong), respon-respon dari lingkungan (intervensi dari orang lain untuk
menurunkan stress).
dukungan sosial secara positif berkorelasi dengan daya tahan dan secara negatif
berkorelasi dengan distress. Baik untuk Odha yang ARC maupun yang AIDS, bentuk
bisa dihubungkan dengan fakta bahwa dukungan emosional dapat berasal dari
berbagai sumber, sedangkan bentuk lain dari dukungan sosial, misalnya pemecahan
masalah, dapat datang hanya dari seseorang yang sedikit banyaknya tergolong ahli.
ARC (Anti Retro Viral) maupun AIDS, persepsi dari ketersediaan dukungan sosial
(Chatib, 2005).
Idealnya seseorang yang memiliki sellf esteem yang tinggi akan memiliki
optimisme yang tinggi pula, dan mereka yang memiliki self esteem yang positif dan
sangat menyadari siapa dirinya dan potensinya akan memiliki optimis hidup yang
tinggi pula. Di samping itu ODHA juga membutuhkan dukungan sosial untuk
bertahan hidup. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh hingga tahun 2011 di
Yayasan Stigma yang bergerak di bidang penanggulangan HIV/ AIDS bahwa jumlah
penderita ODHA sebanyak 61 orang yang terdiri dari 37 laki-laki dan 24 perempuan
yang berada pada usia produktif yaitu antara 21 40 tahun. Seharusnya, pada kisaran
usia tersebut biasa digunakan untuk melakukan hal-hal bermanfaat seperti berkarya
dan mengaktualkan potensi yang dimiliki. Namun pada faktanya ODHA tidak
mampu berbuat hal yang produktif, berjuang melawan penyakitnya maupun dan juga
optimis dalam menjalankan hidupnya. Maka dari itu peneliti memberikan judul
penelitian ini pengaruh self esteem dan dukungan sosial terhadap optimisme hidup
penderita HIV/AIDS.
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka perlu suatu pembatasan
4. Penderita HIV/AIDS adalah individu yang terinfeksi HIV. Baik yang masih
pada tahap HIV positif maupun yang sudah masuk pada tahap AIDS.
Mayor :
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan self esteem dan dukungan sosial
2. Seberapa besar sumbangan varian self esteem dan dukungan sosial terhadap
Minor :
1. untuk melihat pengaruh self esteem dan dukungan sosial terhadap optimis
2. Untuk melihat seberapa besar sumbangan varian self esteem dan dukungan
lain:
1. Secara Akademis
2. Secara Praktis
Sistematika penulisan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman penyusunan dan
Hidayatullah Jakarta (2004). Penulisan penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab
BAB II : berisi teori-teori dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang
hendak diteliti. Bab ini terdiri dari 6 sub-bab. Sub-bab pertama membahas
BAB III : berisi Jenis penelitian, yang meliputi: Pendekatan dan metode penelitian,
perencanaan,
BAB IV : berisi tentang penguraian hasil uji coba instrumen, pelaksanaan penelitian,
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini terdiri dari 4 sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai optimism, sub
bab kedua self esteem, sub bab ketiga dukungan sosial dan sub bab keempat
2.1. OPTIMISME
Dalam Kamus besar bahasa Indonesia (2002), optimisme berarti paham (keyakinan)
atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan; sikap selalu mempunyai
optimis menganggap kegagalan disebabkan oleh sesuatu hal yang dapat diubah
sehingga mereka dapat berhasil pada masa-masa mendatang; sementara orang yang
dari pembawaan yang telah mendarah daging yang tak dapat mereka ubah. Selain itu,
Seligman (dalam Ubaedy, 2007) juga menambahkan bahwa esensi menjadi orang
optimis adalah menghindarkan diri dari kondisi batin yang terpuruk, hanyut, dan larut
ke dalam realitas buruk. Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, optimis adalah
adalah berpandangan baik dalam menghadapi suatu pekerjaan atau suatu masalah
(Amran, 2002).
optimis bukan untuk mengubah kenyataan yang sudah terjadi, tetapi mengubah yang
belum terjadi. Sedangkan menurut Ubaedy (2007), optimis memiliki dua pengertian.
Pertama, optimisme adalah doktrin hidup yang mengajarkan kita untuk meyakini
adanya kehidupan yang lebih baik. Kedua, optimisme berarti kecenderungan batin
berarti berharap untuk mendapatkan kesejahteraan yang baik, seperti rejeki yang
banyak, kedudukan yang tinggi, dan menjadi orang yang berkuasa. Untuk mencapai
hal itu orang harus bekerja keras dengan cara yang halal.
positif dan realistis dalam memandang suatu masalah. Berpikir positif adalah
berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk. Optimisme dapat membantu
penyelesaian masalah dengan cara yang logis sehingga hal ini dapat meningkatkan
Lopez dan Snyder (2003) berpendapat optimisme sebagai suatu harapan yang
ada pada diri individu bahwa segala sesuatu akan berjalan menuju arah kebaikan.
Perasaan optimisme membawa individu pada tujuan yang diinginkan, yakni percaya
pada diri dan kemampuan yang dimiliki. Sikap optimis menjadikan seseorang keluar
dengan cepat dari permasalahan yang dihadapi karena adanya pemikiran dan perasaan
adalah sebuah rencana (proses) untuk meyakini adanya kehidupan yang baik dan
keyakinan dijadikan bekal untuk meraih hasil yang lebih baik dengan berusaha
yaitu:
a. Permanence
Jika seseorang memikirkan hal-hal buruk dengan kata selalu dan tidak
permanen, ketika berhasil mereka berusaha lebih keras lagi pada kali
berikutnya. Orang-orang yang menganggap peristiwa baik disebabkan oleh
itu hanya suatu kebetulan. Orang yang paling bisa memanfaatkan keberhasilan
dan terus bergerak maju begitu segala sesuatu mulai berjalan dengan baik
mereka bahkan ketika salah satu aspek penting dari kehidupan mereka (misal:
c. Personalization.
sumber dari penyebab kejadian tersebut, meliputi dari internal (dari dalam
masalah (explanatory style) terbagi kepada tiga dimensi yaitu; Pertama, permanence
(berdasarkan waktu) yang terbagi kepada permanen dan temporer, kedua, pervasif
(berdasarkan ruang) yang terbagi kepada spesifik dan universal, dan ketiga,
personalization (dari sumber masalah itu sendiri) yang terbagi kepada internal dan
eksternal.
3. merasa yakin mengendalikan masa depan mereka seperti yakin bahwa dirinya
5. menghentikan pemikiran negative seperti ,terlihat banyak hal dari segi positif
dunia.
7. menggunakan imajinasi untuk melatih sukses seperti mengubah kekhawatiran
depan.
8. selalu gembira bahkan ketika merasa tidak bahagia sepeti berprilaku ceria
9. merasa yakin bahwa punya kemampuan yang tidak terbatas untuk diukur
10. suka bertukar berita baik seperti memandang apa yang dibicarakan dengan
11. membina cinta dalam kehidupan seperti mempunyai hubungan yang sangat
kemauan untuk mengagumi dan menikmati banyak hal pada diri orang lain.
12. menerima apa yang tidak bisa diubah seperti dapat menyesuaikandiri dengan
dengan system baru dan mempunyai keinginan untuk mempunyai cara baru.
1. Pesimis, banyak orang yang menyatakan mereka ingin bisa lebih positif, tetapi
berpikir mereka terkutuk dengan sifat pesimistik, dan untuk dapat mengubah
dirinya dari pesimis menjadi optimis dapat melalui rencana tindakan yang
menikmati hal pada diri orang lain merupakan daya yang sangat kuat,
McGinnis, 1995)
Sedangkan menurut Larsen dan Buss (2002), cara lain dimana optimisme
hubungan sosial. Misalnya saja, teman dan keluarga yang berinteraksi secara
langsung, dapat menjadi obat manjur jika sesuatu mulai menunjukkan ke arah yang
buruk.
diri yang rendah, lingkungan pergaulan yang tidak baik, selalu memiliki prasangka
Menurut Ubaedy (2007), adapun fungsi optimis dibagi menjadi tiga bagian,
optimis adalah menghindarkan diri dari kondisi batin yang terpuruk, hanyut, dan
menunjukan bahwa orang yang optimis jauh dari berbagai penyakit distres,
b. Sebagai perlawanan.
memperjuangkannya.
Menurut Minchinton (1996), self esteem adalah penilaian terhadap diri sendiri, tolak
ukur harga diri kita sebagai manusia, berdasarkan pada kemampuan penerimaan diri
dan perilaku sendiri. Self esteem juga dapat dideskripsikan sebagai penghormatan
terhadap diri sendiri atau perasaan mengenai diri yang berdasarkan pada keyakinan
Sedangkan menurut James (1980) self esteem adalah evaluasi terhadap diri
sendiri (dalam Baron, 2003). Menurut Frey dan Carlock (1984), jika penilaian
terhadap diri positif, di mana ia menirima diri atau memiliki penghargaan yang baik
terhadap diri, maka individu tersebut dikatakan memiliki self esteem yang tinggi.
Larner dan Spanier (1980, dalam Ghufron, 2010) berpendapat bahwa harga diri
adalah tingkat penilaian yang positif atau negative yang dihubungkan dengan konsep
diri seseorang. Harga diri merupakan evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri
secara positif dan juga sebaliknya dapat menghargai secara negative. Menurut
Branden (1992) self esteem merukapan kepercayaan diri pada kemampuan kita dalam
menghadapi tantangan hidup, keyakinan akan diri kita memiliki hak untuk bahagia,
perasaan berharga, berjasa, berhak untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan kita,
2002) self esteem secara keseluruhan menunjuk pada evaluasi diri yang positif.
Terdiri atas dua dimensi yaitu kemampuan dan keberhargaan (Gecas 1982; Gecas &
menunjuk pada tingkat dimana seseorang melihat dirinya sendiri sebagai seseorang
berdasar self esteem) menunjuk pada tingkat dimana seseorang melihat dirinya sendiri
dilakukannya dan perlakuan orang lain terhadap dirinya dan menunjukkan sejauh
mana individu memiliki rasa percaya diri serta mampu berhasil dan berguna.
Self esteem adalah suatu konsep penting dan popular, baik dalam ilmu social
self esteem yang sehat, individu akan mengalami kesulitan untuk mengatasi tantangan
hidup maupun untuk merasakan berbagai kebahagian dalam hidupnya. Branden juga
Value) yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Hal ini memungkinkan self esteem
dimulai sejak bayi merasakan tepukan pertama kali yang diterima orang mengenai
kelahirannya. Darajat (1980) menyebutkan bahwa self esteem sudah terbentuk pada
permisif akan mengakibatkan anak mempunyai harga diri yang rendah. Sementara
itu, pola asuh authoritarian akan membuat anak mempunyai harga diri yang tinggi.
1. Keberartian individu
2. Keberhasilan seseorang
3. Kekuatan individu.
yang ada dalam masyarakat. Maka semakin besar kemampuan individu dapat
dianggap sebagai panutan masyarakat. Oleh sebab itu, semakin tinggi pula
penerimaan masyarakat terhadap individu bersangkutan. Hal ini mendorong
Menurut Minchinton (1993) self esteem bukanlah sifat atau aspek tunggal saja,
melainkan sebuah kombinasi dari beragam sifat dan prilaku. Minchinton menjabarkan
tiga aspek self esteem, yaitu perasaan menganai diri sendiri, perasaan terhadap hidup,
menilai diri kita sendiri sebagai manusia. Dengan begitu, perasaannya tentang
dirinya sendiri tidak tergantung pada kondisi eksternal. Apapun yang terjadi
kita dapat merasa nyaman dengan diri kita sendir dan dapat menilai keunikan
yang ada dalam diri kita tanpa menghiraukan karakter atau kemampuan yang
Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi dapat menghormati dirinya
dan memiliki kkeyakinan penuh bahwa diri kita adalah sosok yang penting,
dan apapun itu jika tidak berlaku bagi orang lain, setidaknya berlaku bagi diri
kita sendiri. Selain itu juga dapat memaklumi dan memafkan diri sendiri atas
memiliki harga diri tinggi juga mampu menghargai nilai personal mereka
dipuji atau merasa buruk ketika mereka dikritisi. Perasaan baik kita mengenai
hidup yang dijalaninya. Maksudnya, seseorang dengan self esteem tinggi akan
menerima realita dengan lapang dada dan tidak menyalahkan keadaan hidup
ini (atau orang lain) atas segala masalah yang dihadapinya. Ia sadar bahwa
semuanya itu terjadi dengan pilihan dan keputusannya sendiri, bukan karena
factor eksternal. Karena itu, ia pun akan membangun harapan atau cita-cita
untuk mengembangkan diri. Selain itu, seseorang dengan self esteem tinggi
juga tidak berusaha mengendalikan orang lain atau situasi yang ada.
orang berarti memiliki self esteem yang bagus. Ia percaya bahwa setiap orang,
termasuk dirinya, mempunyai hak yang sama dan patut dihormati. Karena itu,
seseorang dengan self esteem tinggi mampu memandang hubungannya dengan
orang lain, berwatak tenang, fleksibel, dan bertanggung jawab dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Memandang setiap orang secara sama dan dapat
Menurut Ancok dkk, (1988) wanita selalu merasa harga dirinya lebih rendah
dari pada pria seperti perasaan kurang mampu, kepercayaan diri yang kurang
mampu, atau merasa harus dilindungi. Hal ini mungkin terjadi karena peran
orang tua dan harapan-harapan masyarakat yang berbeda-beda baik pada pria
(1967) yang membuktikan bahwa harga diri wanita lebih rendah dari pada
2. Inteligensi
Menurut Coopersmith (1967) individu dengan harga diri tinggi akan mencapai
prestasi akademik yang tinggi dari pada individu dengan harga tinggi rendah.
inteligensi yang lebih baik, taraf aspirasi lebih baik, dan selalu berusaha keras.
3. Kondisi Fisik
daya tarik fisik dan tinggi badan dengan harga diri. Individu dengan kondisi
fisik yang menarik cenderung memiliki harga diri yang lebih baik
4. Lingkungan Keluarga
kesempatan untuk aktif, dan mendidik yang demokratis akan membuat anak
mendapat harga diri yang tinggi. Berkenaan dengan hal tersebut Savary
perkembangan harga diri anak. Orang tua yang sering memberikan hukuman
dan larangan tanpa alasan dapat menyebabkan anak merasa tidak berharga.
5. Lingkungan Sosial
Menurut Coopersmith (1967) ada beberapa ubahan dalam harga diri yang
(1998) yang menyatakan bahwa adanya dukungan sosial berarti adanya penerimaan
dari orang tua atau sekelompok orang terhadap individu yang menimbulkan persepsi
dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai dan ditolong (Smet, 1994).
Definisi serupa yang diutarakan oleh Sarason (dalam Gottlieb, 1983), Ia menekankan
adanya orang lain yang dapat diandalkan kemampuan dan kehadirannya jika individu
dalam keadaan yang memerlukan bantuan dan orang tersebut menunjukan bahwa ia
yaitu bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non verbal
yang diberikan oleh suatu jaringan sosial yang akrab. Dukungan ini didapat karena
kehadiran jaringan sosial tersebut dan mempunyai manfaat perilaku bagi pihak
pertama.
dengan dukungan sosial adalah pemberian bantuan dalam berbagai bentuk baik verbal
maupun non-verbal seperti perhatian, kasih sayang, penilaian, dan nasehat yang
berdampak positif bagi individu. Dukungan sosial didapatkan individu dari hubungan
dengan orang lain dalam suatu jaringan sosial yang dapat diandalkannya.
2.3.2. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial
bentuk dukungan sosial dari para ahli ini mirip satu sama lain dan saling melengkapi.
melibatkan perhatian, rasa percaya dan empati. Beberapa ahli melihatnya sebagai
suatu bentuk tingkah laku yang menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat
individu percaya bahwa ia dihormati, dicintai, dan merasa aman. (Smet, 1994)
dorongan maju dan semangat, atau persetujuan dengan gagasan atau perasaaan
individu, dan perbandingan positif individu dengan orang lain. Pada dukungan
Dukungan meterial ini mengacu kepada penyediaan barang dan jasa yang dapat
dukungan ini seperti pinjaman atau sumbangan uang dari orang lain, penyediaan
layanan penitipan anak, penjagaan dan pengawasan rumah yang ditinggal pergi
pemiliknya dan lain sebagainya yang merupakan bantuan nyata berupa materi
atau jasa.
Menurut House (dalam Smet, 1994) dukungan informasi memiliki dua bentuk,
suatu keterampilan yang dapat memberikan solusi atas suatu masalah, misalnya
dirinya seperti dengan memberikan umpan balik atas keterampilan yang dimiliki
individu. Jadi dukungan informasi adalah dukungan yang diberikan dengan cara
memberikan informasi baik berupa nasehat, saran, umpan balik, atau cara-cara
orang lain dimana individu dapat menghabiskan waktu dengan individu lain
dalam suatu aktivitas sosial dan hiburan. Menurut Olford (1992) hal ini dapat
menimbulkan stres karena dapat memenuhi kebutuhan individu akan afiliasi dan
berdasarkan penelitian para ahli mengenai dukungan sosial, yaitu dukungan sosial
individu yang menjadi sumber dukungan sosial yang sangat potensial. Menurut
Gottlieb (1983) kontribusi yang mereka berikan terhadap kesejahtreaan individu
berbeda dengan kontribusi yang diberikan dari kalangan profesional. Hal ini
diperoleh, bebas dari biaya pinansial, dan berakar pada keakraban yang cukup lama.
2.4. HIV/AIDS
dampak psikososial.
AIDS adalah suatu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus, Human
Syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan
oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh viarus HIV (Human
Sylvia (2006) menjelaskan bahwa AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis
tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. Kasus AIDS
Menurut Green (2006) HIV (Human Immunodificienci Virus) adalah virus yang
menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh kita
untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita mulai
lemah, maka timbullah masalah kesehatan. Gejala yang umumnya timbul antara lain,
demam, batuk atau diare yang terus menerus. Kumpulan gejala penyakit akibat
melemahnya sistem kekebalan tubuh inilah yang disebut AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome).
sistem kekebalan tubuh manusia yang didapat (bukan keturunan) dan disebabkan oleh
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Sedangkan orang yang terinfeksi HIV atau
telah memasuki tahapan AIDS dapat juga disebut Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Para ahli manyatakan bahwa AIDS hanya dapat ditularkan melalui hubungan seksual,
penggunaan jarum suntik bersama, atau transfusi darah (Santrock, 2002) Djoerban
(2007) penularan HIV/AIDS terjadi akibat melalui cairan tubuh yang mengandung
virus HIV yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual,
jarum suntik pada pengguna narkotika, transfuse komponen darah dan dari ibu yang
terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu kelompok risiko tinggi
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral ataupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90%
dari total kasus sedunia. Lebih mudah terjadi penularan bila terdapat lesi
3. Secara vertikel dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama
mencegah penularan virus AIDS. Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui
hubungan seksual, maka penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti
pencegahan penggunaan jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh
menjadi pendonor darah. Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula
A-B-C:
menikah.
c. C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak bias dipatuhi maka
pasti akan terjadi. Self esteem adalah kemampuan seseorang untuk menilai dan
memberi penghargaan atas dirinya sendiri sedangkan dukungan sosial adalah adanya
orang lain yang dapat diandalkan kemampuan dan kehadirannya jika individu dalam
keadaan yang memerlukan bantuan dan orang tersebut menunjukan bahwa ia peduli,
HIV biasanya mereka akan menghadapi berbagai masalah diantaranya perasaan malu,
tidak diterima dalam keluarga atau masyarakat, merasa dikucilkan, tidak memilki
masa depan, akan menjadi beban orang lain, sulit mendapatkan pekerjaan, tidak
punya teman, khawatir tidak adaanya obat yang dapat menyembuhkannya dari virus
itu, merasa tidak berguna hilang semangat dan takut akan segera meninggal.
sendiri, tolak ukur harga diri kita sebagai manusia, berdasarkan pada kemampuan
penerimaan diri dan perilaku sendiri. Self esteem juga dapat dideskripsikan sebagai
penghormatan terhadap diri sendiri atau perasaan mengenai diri yang berdasarkan
pada keyakinan mengenai apa dan siapa diri kita sebenarnya. Self esteem bukan hanya
sekedar aspek atau kualitas diri tetapi dengan pengertian yang lebih luas yang
merupakan kombinasi yang berhubungan dengan karakter dan perilaku. Dalam hal ini
pentingnya self esteem merupakan inti diri kita dasar dalam diri yang kita bangun
dalam hidup. Selama kita tidak hidup sendirian di bumi ini, perasaan mengenai diri
penerimaan dari orang tua atau sekelompok orang terhadap individu yang
1983), Ia menekankan adanya orang lain yang dapat diandalkan kemampuan dan
kehadirannya jika individu dalam keadaan yang memerlukan bantuan dan orang
penghargaan atas dirinya sendiri, apakah evaluasi terhadap diri dinilai sebagai sesuatu
yang positif atau negatif yang nantinya dapat membuatnya menjadi optimis atau
malah sebaliknya pesimis. Sedangkan seseorang yang dapat menilai dirinya secara
yang menilai dirinya secara negatif. Asumsi penulis tersebut dapat digambarkan
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir
Self Esteem
1. Perasaan mengenai diri
sendiri
2. Perasaan terhadap hidup
3. Hubungan dengan orang
lain
Optimisme
Hidup ODHA
2.6. Hipotesis Penelitian
H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan self esteem dan dukungan sosial
Adapun hipotesis minor yang terdapat dalam penelitian ini dari variabel self
Ha-1 : Ada pengaruh yang signifikan perasaan mengenai diri sendiri terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan metodologi penelitian, diantaranya jenis penelitian
sampel, teknik dan instrument pengumpulan data (kuisioner dan analisa data), teknik
penyusunan angket, uji instrument penelitian, teknik analisa data, serta prosedur
penelitian.
yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai,
menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk
melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain
Metode yang dipakai dalam penelitian adalah metode kausalitas karena tujuan dalam
penelitian ini adalah melihat pengaruh self esteem terhadap optimis hidup penderita
Menurut Kerlinger (2000), variabel merupakan suatu sifat, simbol atau lambang yang
dapat memiliki bermacam nilai dan sesuatu yang bervariasi. Dalam penelitian ini
terdapat 2 (dua) variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel
1. Optimisme yang dimaksud disini adalah Harapan kuat terhadap segala sesuatu
yang terdapat dalam kehidupan akan mampu teratasi dengan baik, walaupun
untuk memandang segala sesuatu dari segi dan kondisi baiknya dan
2. Self esteem yang dimaksud disini adalah tingkat penilaian yang positif atau
individu
4. Penderita HIV/AIDS merujuk pada individu yang terinfeksi HIV. Baik yang
masih pada tahap HIV positif maupun yang sudah masuk pada tahap AIDS.
Definisi operasional melekatkan arti pada suatu konstruk atau variabel dengan cara
1. Optimisme adalah skor yang diperoleh dari skala optimisme dari aspek-aspek
2. Self esteem Adalah skor yang diperoleh dari skala self esteem dari aspek-aspek
self esteem yaitu : perasaan tentang diri sendiri, perasaan tentang hidup dan
3. Dukungan sosial adalah skor yang diperoleh dari skala dukungan sosial dari
bentuk-bentuk dukungan social yaitu : dukungan emosional, dukungan
persahabatan
3.3.1. Populasi
Gay dalam Sevilla dkk (2006) mendefinisikan populasi sebagai kelompok dimana
(2000) dan Sevilla, dkk (2006) bahwa populasi adalah keseluruhan anggota, kejadian,
atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik. Adapun populasi dalam
populasi ODHA yang peneliti peroleh melalui Yayasan Stigma dan menanyakan
3.3.2. Sampel
yaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan. Teknik ini termasuk jenis Non-
probability sampling, dimana semua elemen dari setiap anggota populasi tidak
memiliki kesempatan dan peluang yang sama besar untuk dipilih menjadi sampel
penelitian. Jadi tiap kali peneliti menemukan penderita HIV/AIDS yang berada di
Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala self esteem, dukungan sosial
dan optimis hidup dengan menggunakan 4 pilihan jawaban yakni sebagai berikut:
Setuju (S)
Adapun perolehan skor dari tem-item berdasarkan dari jawaban yang dipilih
sesuai dengan jenis pernyataan yakni favorable dan unfavorable. Untuk jawaban
Table 3.1.
Bobot nilai tiap item
Kode Favorable Unfavorable
STS (sangat setuju) 1 4
TS (tidak setuju) 2 3
S (setuju) 3 2
SS (sangat setuju) 4 1
1. Skala self esteem
Self esteem diukur dengan menggunakan kuesioner self esteem yang disusun oleh
peneliti, diambil dari teori self esteem Minchinton. Alat ukur ini terdiri dari 44 item.
Respon jawaban yang diberikan mulai dari sangat setuju sangat tidak setuju.
Memegang 32,34,36
kendali atas
hidupnya 29*,31
sendiri
JUMLAH 44
Dilihat dari tabel diatas dari 44 item skala self esteem setelah diuji
validitasnya terdapat 30 item yang valid dan 14 item yang gugur. Item yang valid
yaitu :
1,2,3,4,5,6,7,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,28,30,31,32,33,34,35,36,37,44.
disusun oleh peneliti, diambil dari teori Dukungan sosial Sarafino. Alat ukur ini
terdiri dari 66 item. Respon jawaban yang diberikan mulai dari sangat setuju sangat
tidak setuju.
Dilihat dari tabel diatas dari 66 item skala dukungan sosial setelah diuji
validitasnya terdapat 35 item yang valid dan 31 item yang gugur. Item yang valid
yaitu :
1,5,6,7,8,12,14,15,16,20,21,22,23,27,28,33,34,35,36,38,39,41,42,43,44,45,49,51,52,5
3,54,56,57,58,66. Dan item yang gugur yaitu : 2,3,4,9,10,11,13,17,18,19
,24,25,26,29,30,31,32,37,40,46,47,48,50,55,59,60,61,62,63,64,65.
disusun oleh peneliti, diambil dari teori Optimism hidup Seligman. Alat ukur ini
terdiri dari 41 item. Respon jawaban yang diberikan mulai dari sangat setuju sangat
tidak setuju.
Dilihat dari tabel diatas dari 41 item skala optimism hidup setelah diuji
validitasnya terdapat 24 item yang valid dan 17 item yang gugur. Item yang valid
diberikan.
2. didapat item valid dan tidak valid, item-item yang tidak valid yang dikoreksi
3. Kemudian dianalisis untuk melihat validitas konten dan pola respon terhadap
masing-masing instrumen. Lalu dilihat juga sejauh mana kuesioner ini dapat
dipahami. Dari hasil tersebut, diketahui ada beberapa item yang kurang
dipahami dan memiliki pola respon yang tidak merata, item seperti ini
HIV/AIDS.
5. Hasil skala yang telah diisi kemudian dibawa pulang oleh peneliti kemudian
peneliti harus melakukan penelitian uji coba (try out). Try out dilakukan untuk
mendapatkan nilai validitas dari setiap item dalam skala yang telah dibuat. Dengan
demikian, peneliti dapat memilih dan menyusun kembali skala berdasarkan item yang
terpenuhi nilai validatasnya. Uji intrumen ini diuji pada penderita HIV/AIDS yang
Teknik yang peneliti gunakan untuk menguji instrumen penelitian pada try out
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan dan ketelitian atau
(2006) validitas merupakan derajat ketepatan suatu alat tentang pokok isi
Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data-data
dengan tepat, akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat
mengenai data tersebut. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan
ukurnya.
Untuk menilai kevalidan masing-masing butir pernyataan dapat dilihat dari
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan suatu alat ukur
tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur. Menurut Sevilla, dkk
tinggi apabila skor tampak tes itu dikatakan konsisten dan dapat diandalkan.
Adapun uji reliabilitas alat tes atau skala dengan rumus Alpha Cronbach dan
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan try out selama lima hari yakni pada hari
rabu-minggu, tanggal 24-28 Agustus 2011 try out dilakukan pada penderita
HIV/AIDS yang tergabung dalam yayasan Stigma dengan mendatangi kediaman para
nilai validitas untuk setiap Item dengan nilai validitas dibawah 0,3 akan
dibuang dan gugur. Sementara itu, item-item yang valid akan digunakan
Dari hasil perolehan data pada uji validitas skala self esteem, bahwa
Dari hasil perolehan data pada uji validitas skala dukungan sosial,
item yang memiliki nilai validitas di atas 0,3. Sementara itu 31 item
dianggap gugur.
item yang memiliki nilai validitas di atas 0,3. Sementara itu 17 item
dianggap gugur.
17.0, diperoleh berupa angka untuk kedua skala yang disebar pada try out.
0,851 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa baik skala self esteem,
1. Self Esteem
Tabel 3.5
Skala Self Esteem (field test)
No Dimensi Indikator Favorable Unfavorabl
e
1 Perasaan Menerima 1,3,5 2,4,6
tentang diri dirinya sendiri
sendiri secara penuh,
tanpa syarat
Menghormati 7, 12
diri sendiri
dengan
memaafkan
kekurangan diri
Memegang 25,29,27
kendali atas
hidupnya 8
sendiri
JUMLAH 30
Tabel 3.6
Blue print skala dukungan sosial (field test)
No Aspek Indikator Favourable Unfavourable Jumlah
1. Dukungan Merasa mendapat
Emosional Perhatian,e mpati, 1 7, 8, 6
kasih saying
Merasa diPedulikan 5, 6 12
2. Dukungan Merasa dihargai 14, 15 22, 23
Penghargaa Merasa Diterima 16, 27
n oleh keluarga 9
Merasa mendapat 20, 21 28
Penilaian positif
3. Dukungan Merasa mendapat 33 31, 32
Instrument Bantuan langsung
al berupa materi
8
Merasa mendapat 2, 34, 35 9, 10
Bantuan langsung
berupa tindakan
4. Dukungan Membantu 3, 4, 13 11, 24
Informasi memecahkan
masalah/
Solusi 8
Merasa dapat 25, 26, 29
Mengevaluasi
penampilan
5. Dukungan Merasa dapat 17, 18
Persahabat Meluangkan waktu
an Merasa mendapat 19 30 4
Hiburan/
Rekreasi
TOTAL 18 17 35
3.Skala optimis
Dalam penelitian ini peneliti mengambil ciri-ciri aspek - aspek berdasarkan
Tabel 3.7
Blue Print Skala Optimisme (field test)
No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Permanen Permanen 16,7 4,13,21,8 6
Temporer 1,3,9 10 4
2. Pervasif Spesifik 18,11 2
Universal 6,14,12 2,23,22 6
3. Personalization Internal 5,15 2
Eksternal 19,24 17,20, 4
TOTAL 12 12 24
Dalam penelitian ini, Untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan pada bab
Keterangan:
Y = Dependent variable (DV) yang dalam hal ini Optimisme Hidup
A = Intercept / konstan
b = Koefisien regresi
X1 = perasaan tentang diri sendiri, X2 = perasaan terhadap hidup, X3 = hubungan
residu (segala hal yang mempengaruhi rasa bersalah di luar dari IV yang ada di
persamaan)
sistem komputerisasi program SPSS versi 17.00. Yang pertama dilakukan adalah
regresi pada keseluruhan variabel penelitian terhadap optmisme hidup. Jika hasil
koefisien regresi pada masing-masing variabel penelitian lebih besar dari nilai
signifikan (p>0,05), maka tidak signifikan. Akan tetapi, jika hasil perhitungannya
kerja. Hal ini dilakukan dengan memperoleh nilai R2 yang dapat dijelaskan atau
yaitu tahap persiapan, uji coba, pengambilan data, serta pengolahan data.
1. Persiapan
melakukan kajian teori untuk mendapatkan gambaran, dan penjelasan yang tepat
alat ukur yang akan digunakan, yaitu skala self esteem, dukungan sosial dan skala
optimis hidup.
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen kepada
30 penderita HIV/AIDS di Yayasan Stigma. Uji instrumen ini dilakukan pada tanggal
3. Pelaksanaan penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 19-22 september 2011, peneliti menyebarkan skala
4. Pengolahan data
Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data dari hasil instrument
penelitian yang telah diisi oleh responden. Melakukan penilaian dari hasil jawaban
responden pada skala self esteem, dukungan sosial dan optimisme hidup. Melakukan
analisa data dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 for windows untuk
Dalam bab ini akan dibahas hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Yayasan
STIGMA. Hasil penelitian ini mencakup gambaran umum responden, hasil pengujian
hipotesis yang telah diajukan melalui perhitungan statistik, dan pembahasan hasil
pengujian hipotesis.
Tabel 4.1.
Gambaran Umum Responden
Gambaran Umum Responden Kriteria N Persentase
Jenis Kelamin Laki-laki 19 63.4%
Perempuan 11 36.6%
Total 30 100%
2 tahun 10 33.3%
3 tahun 7 23.3%
Total 30 100%
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini
laki-laki dengan persentase sebesar 63.4% (19 orang), dan sebagian kecil adalah
responden yang terinfeksi >1 tahun sebesar 26.7% (8 orang), sedangkan yang
terinfeksi 2 tahun sebesar 33.3% (10 orang), responden yang terinfeksi 3 tahun
sebesar 23.3% (7 orang), dan yang terinfeksi <4 tahun sebesar 16.7% (5 orang).
tiap-tiap variabel penelitian, yakni variabel optimism hidup, self esteem dan
dukungan sosial.
Tabel 4.2.
Descriptive Statistics
Tabel 4.3.
Kategorisasi Skor
Tinggi Minimum + 3x
Sedang Minimum + 2x
Rendah Minimum + x
Berikut ini penjelasan hasil penghitungan kategorisasi skor pada tiap-tiap
variabel penelitian.
Tabel 4.4
Hasil Kategorisasi Skor Optimisme Hidup
Cumulative
Range Frequency Percent Percent
Valid Rendah 67 57 3 10% 10.0%
Total 30 100%
Pada tabel 4.4, diketahui bahwa lebih dari separuh jumlah subjek memiliki
tingkat optimisme hidup sedang yakni dengan persentase sebesar 63.3% (19 orang),
sedangkan subjek yang memiliki tingkat optimisme tinggi yakni dengan persentase
sebesar 26.7% (8 orang) dan selebihnya subjek yang memiliki tingkat optimisme
Tabel 4.5.
Hasil Kategori Self Esteem
Cumulative
Range Frequency Percent Percent
Total 30 100%
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa separuh dari jumlah subjek memiliki tingkat
self esteem sedang yakni dengan persentase sebesar 46.7% (14 orang), sedangkan
subjek memiliki tingkat self esteem tinggi yakni dengan persentase sebesar 36.7%
(11 orang) dan subjek yang memiliki tingkat self esteem rendah yakni dengan
Tabel 4.6.
Hasil Kategori Dukungan Sosial
Cumulative
Range Frequency Percent Percent
Cumulative
Range Frequency Percent Percent
Total 30 100%
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa separuh dari jumlah subjek memiliki tingkat
dukungan sosial rendah yakni dengan persentase sebesar 56.7% (17 orang),
sedangkan subjek memiliki dukungan sosial sedang yakni dengan persentase sebesar
33.3% (10 orang) dan subjek yang memiliki tingkat dukungan sosial rendah yakni
4.2 Uji Hipotesis Koefisien Analisa Regresi dari self esteem dan dukungan sosial
Selanjutnya, pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh
antara masing-masing IV terhadap DV. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan
Berikut ini adalah hasil koefisien analisa self esteem dan dukungan sosial terhadap
optmimisme hidup:
Tabel 4.7.
description
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 6.310 10.891 .579 .567
Self_esteem .467 .137 .524 3.416 .002
Duk_Sosial .204 .095 .328 2.141 .041
Dari persamaan regresi tersebut, bisa dibuat prediksi tentang berapa harga Y
Berikut ini nilai koefisiensi regresi dari IV self esteem dan dukungan sosial
0,002
Self esteem
Optimisme hidup
0,041
Dukungan sosial
Keterangan:
Tidak Signifikan :
Signifikan :
Berdasarkan pada tabel 4.3. diperoleh hasil pada masing-masing variabel IV terhadap
4.3 Uji Hipotesis Koefisien Analisa Multiple Regresi dan Proporsi Varian
Berikut ini adalah hasil koefisien analisa regresi dari ke-8 IV:
Tabel 4.8
Coefficientsa Analisa Regresi serta Proporsi variannya ke-8 IV
B Beta T Sig.
Perasaan Terhadap
1.987 .631 3.788 .001
Hidup
Hubungan dengan
.270 .066 .384 .705
orang lain
Dukungan
-.399- -.172- -.858- .400
penghargaan
Dukungan
-.949- -.399- -1.932- .067
instrumental
Dukungan
2.018 .551 2.469 .022
persahabatan
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ada 2 variabel yang memiliki pengaruh
terhadap optmisme hidup yaitu perasaan terhadap orang lain dan dukungan persahabatan.
Sementara yang memiliki pengaruh paling besar adalah perasaan terhadap orang lain dari
self-esteem dengan nilai signifikansi 0,001 dengan sumbangan sebesar 20.6%, diikuti
duungan persahabatan dari self-esteem dengan nilai signifikansi 0,022 akan tetapi hanya
5.012 + 0.168 perasaan tentang diri sendiri + 1.987 perasaan terhadap hidup + 0.270
persahabatan.
Dari persamaan regresi tersebut, bisa dibuat prediksi tentang berapa harga Y
Berikut ini nilai koefisiensi regresi dari ke-8 IV yang diperoleh nilai beta pada
+0,168 dan nilai p 0.423 karena p>0.005, sehingga diperoleh perasaan tentang
diri sendiri tidak memiliki pengaruh positif terhadap optimis hidup, dengan
kriteria signifikan.
signifikan.
dengan orang lain tidak memiliki pengaruh positif terhadap optimis hidup,
signifikan.
signifikan.
signifikan.
7. Pada variabel dukungan informasi diperoleh koefisien nilai B = +0,965 dan
signifikan.
Lebih jelasnya mengenai hasil diatas dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Bagan 4.2
Optimism hidup
0.400
Dukungan penghargaan
0.067
Dukungan instrumental
0.069
Dukungan informasi
Dukungan persahabatan
Keterangan:
0.022
Tidak Signifikan :
Signifikan :
Pada subbab sebelumnya dapat diketahui bahwa perasaan tentang diri sendiri
Namun demikian, penulis ingin melihat proporsi varian dari optimism hidup
yang secara keseluruhan bisa diterapkan pada ke-8 IV. Penulis melakukan uji analisis
dari ke-8 IV. Kemudian mulai menghitung nilai determinasi R2 (R Square) satu IV.
Setelah diperoleh hasil nilai determinasi R2 (R Square) dari satu IV secara bersama-
sama dikurangi hasil nilai determinasi R2 (R Square) dari ke-8 IV. Langkah
berikutnya, menambahkan satu IV lagi dan secara bersama-sama pula dikurangi hasil
nilai determinasi R2 (R Square) dari ke-8 IV, begitu dan seterusnya hingga dari
masing-masing IV. Berikut ini ialah hasil proporsi varian motivasi kerja yang terkait
dengan IV :
Tabel 4.9
Proporsi Varian IV dengan DV
(nilai R2 change/kontribusi varian)
IV R2 R2 F DF F
CHANGE HITUNG TABEL
X1 0,388 38,8% 17,75 1 4.17
sebagai berikut:
1. Variabel perasaan tentang diri sendiri memiliki kontribusi terhadap optimis hidup
sebesar 38.8%.
sebesar 20%.
3. Variabel hubungan dengan orang lain memiliki kontribusi terhadap optimis hidup
sebesar 1.2%.
sebesar 4.8%.
sebesar 0.1%.
3,7%.
sebesar 6,8%.
Dengan demikian, variabel penelitian yang memiliki kontribusi terbesar
terhadap optimis hidup adalah perasaan tentang diri sendiri sebesar 38.8%.
Uji beda t-test mean optimism hidup ODHA berdasarkan jenis kelamin. Dari uji beda
Tabel 4.10
Descriptin
Pada kolom variabel jenis kelamin laki-laki memiliki mean 73.2632 dengan
Sementara diketahui bahwa taraf signifikan yang tertera pada tabel sebesar 0,856
lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil tabel di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk optimism hidup
Uji beda t-test mean religiusitas mahasiswa saat mengakses situs porno berdasarkan
jenis kelamin. Dari uji beda tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.11
descriftive
Self esteem N Mean Std. Deviation F Sig.
Pada kolom variabel jenis kelamin laki-laki memiliki mean 93.4737 dengan
Sementara, diketahui bahwa taraf signifikan yang tertera pada tabel sebesar
0,521 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil tabel di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk self esteem
Uji beda t-test mean dukungan sosial ODHA berdasarkan jenis kelamin. Dari uji beda
Tabel 4.12
Descriptives
Duk sos
N Mean Std. Deviation F Sig.
Pada kolom variabel jenis kelamin laki-laki memiliki mean 117.7895 dengan
Sementara, diketahui bahwa taraf signifikan yang tertera pada tabel sebesar
0,469 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil tabel di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk dukungan
sosial pada sampel jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.
4.4.1.4 Uji Beda Untuk Perasaan Tentang Diri Sendiri, Perasaan Terhadap
Uji beda t-test mean Perasaan Tentang Diri Sendiri, Perasaan Terhadap Orang lain
dan Hubungan dengan Orang Lain ODHA berdasarkan jenis kelamin. Dari uji beda
Tabel 4.13
Descriptives
N Mean Std. Deviation F Sig
Perasaan_tntgDiri laki-laki 19 58.9474 5.35904 .616 .439
Variabel perasaan tentang diri sendiri dari self esteem berdasarkan jenis
kelamin laki-laki memiliki mean 58.9474 dengan standar deviasi 5.35904 dari
variabel tentang diri sendiri dari self esteem yang tertera pada tabel sebesar
0,439 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil tabel di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
untuk variabel perasaan tentang diri sendiri dari self esteem pada sampel jenis
Variabel perasaan terhadap orang lain dari self esteem berdasarkan jenis
kelamin laki-laki memiliki mean 21.6316 dengan standar deviasi 2.16565 dari
sebesar 0,906 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil
tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan untuk variabel perasaan terhadap orang lain dari self esteem pada
variabel hubungan dengan orang lain dari self esteem berdasarkan jenis
kelamin laki-laki memiliki mean 12.8947 dengan standar deviasi 1.69623 dari
variabel hubungan dengan orang lain dari self esteem yang tertera pada tabel
sebesar 0,476 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil
tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan untuk variabel hubungan dengan orang lain dari self esteem pada
jenis kelamin. Dari uji beda tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.14
Descriptives
N Mean Std. Deviation F Sig
Duk_Emosional laki-laki 19 21.8421 1.67542 1.292 .265
variabel dukungan emosional dari dukungan sosial yang tertera pada tabel
sebesar 0,265 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil
tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
kelamin laki-laki memiliki mean 30.2105 dengan standar deviasi 2.76041 dari
variabel dukungan penghargaan dari dukungan sosial yang tertera pada tabel
sebesar 0,199 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil
tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
kelamin laki-laki memiliki mean 25.8947 dengan standar deviasi 2.23345 dari
variabel dukungan instrumental dari dukungan sosial yang tertera pada tabel
sebesar 0,876 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil
tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
variabel dukungan informasi dari dukungan sosial yang tertera pada tabel
sebesar 0,932 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil
tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
kelamin laki-laki memiliki mean 14.2105 dengan standar deviasi 1.35724 dari
variabel dukungan persahabatan dari dukungan sosial yang tertera pada tabel
sebesar 0,574 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil
tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan untuk variabel dukungan persahabatan dari dukungan sosial pada
Uji beda test mean optimism ODHA berdasarkan lama terinfeksi. Dari uji beda
Tabel 4.15
Descriptive
Pada kolom uji beda berdasarkan lama terinfeksi, >1tahun memiliki mean
72.0000 dengan standar deviasi 10.66369 dari 8 responden. Pada 2tahun memiliki
mean 74.8000 dengan standar deviasi 4.70933 dari 10 responden. Sementara 3tahun
memiliki mean 70.1429 dengan standar deviasi 3.13202 dari 7 responden. Dan pada
<4tahun memiliki mean 77.6000 dengan standar deviasi 1.14018. sementara taraf
signifikan yang tertera pada tabel sebesar 0,210 lebih besar dari taraf signifikansi
0,05. maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan optimism
Uji beda test mean Self Esteem ODHA berdasarkan lama terinfeksi. Dari uji beda
tersebut diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.16
descriptive
F Sig
N Mean Std. Deviation
Pada kolom uji beda berdasarkan lama terinfeksi, >1tahun memiliki mean 91.7500
dengan standar deviasi 8.59817 dari 8 responden. Pada 2tahun memiliki mean 93.6000
dengan standar deviasi 7.67680 dari 10 responden. Sementara 3tahun memiliki mean 89.5714
dengan standar deviasi 4.50397 dari 7 responden. Dan pada <4tahun memiliki mean 97.4000
dengan standar deviasi 7.43640. sementara taraf signifikan yang tertera pada tabel sebesar
0,326 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
Uji beda test mean Self Esteem ODHA berdasarkan lama terinfeksi. Dari uji beda tersebut
Tabel 4.17
Duksos
Sig
Pada kolom uji beda berdasarkan lama terinfeksi, >1tahun memiliki mean
114.8750 dengan standar deviasi 13.91235 dari 8 responden. Pada 2tahun memiliki
3tahun memiliki mean 119.7143 dengan standar deviasi 6.57557 dari 7 responden.
Dan pada <4tahun memiliki mean 121.0000 dengan standar deviasi 3.08221.
sementara taraf signifikan yang tertera pada tabel sebesar 0,530 lebih besar dari taraf
signifikansi 0,05. maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
Uji beda t-test mean Perasaan Tentang Diri Sendiri, Perasaan Terhadap Orang
lain dan Hubungan dengan Orang Lain ODHA berdasarkan lama terinfeksi.
Tabel 4.18
Descriptives
Std. Sig
N Mean Deviation F
Perasaan_tntgDiri >1tahun 8 56.7500 5.20302 1.884 .157
2tahun 10 59.0000 4.10961
3tahun 7 56.5714 4.472934
<4tahun 5 62.4000 5.77062
Total 30 58.4000 4.98688
Perasaan_terhadapHdp >1tahun 8 22.1250 2.23207
2tahun 10 22.4000 2.27058 2.303 .100
3tahun 7 20.0000 1.00000
56.5714 dengan standar deviasi 4.472934 dari 7 responden. Dan pada <4tahun
signifikan variabel tentang diri sendiri dari self esteem yang tertera pada tabel
sebesar 0,157 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari hasil
tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan untuk variabel perasaan tentang diri sendiri dari self esteem pada
Variabel perasaan terhadap orang lain dari self esteem uji beda berdasarkan
20.0000 dengan standar deviasi 1.00000 dari 7 responden. Dan pada <4tahun
signifikan variabel perasaan terhadap orang lain dari self esteem yang tertera
pada tabel sebesar 0,100 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan
dari hasil tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan untuk variabel perasaan terhadap orang lain dari self esteem
variabel hubungan dengan orang lain dari self esteem uji beda berdasarkan
13.0000 dengan standar deviasi 0.81650 dari 7 responden. Dan pada <4tahun
signifikan variabel hubungan dengan orang lain dari self esteem yang tertera
pada tabel sebesar 0,637 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan
dari hasil tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan untuk variabel hubungan dengan orang lain dari self esteem
lama terinfeksi. Dari uji beda tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.19
Descriptives
N Mean Std. Deviation F Sig
Duk_Emosional >1tahun 8 21.1250 2.53194 .352 .788
2tahun 10 21.2000 2.65832
3tahun 7 22.1429 1.46385
<4tahun 5 21.8000 1.64317
Total 30 21.5000 2.17747
Duk_penghargaan >1tahun 8 29.1250 4.01559 .916
2tahun 10 29.7000 3.19896 .170
3tahun 7 30.1429 .89974
<4tahun 5 30.0000 2.12132
Total 30 29.7000 2.83026
Duk_instrumental >1tahun 8 26.0000 3.46410 1.151 .347
Dan pada <4tahun memiliki mean 21.8000 dengan standar deviasi 1.64317.
yang tertera pada tabel sebesar 0,788 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05.
Berdasarkan dari hasil tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
Dan pada <4tahun memiliki mean 30.0000 dengan standar deviasi 2.12132.
sosial yang tertera pada tabel sebesar 0,916 lebih besar dari taraf signifikansi
0,05. Berdasarkan dari hasil tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
26.5714 dengan standar deviasi 2.07020 dari 7 responden. Dan pada <4tahun
pada tabel sebesar 0,347 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan
dari hasil tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
26.0000 dengan standar deviasi 2.16025 dari 7 responden. Dan pada <4tahun
signifikan variabel dukungan informasi dari dukungan sosial yang tertera pada
tabel sebesar 0,592 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan dari
hasil tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
Dan pada <4tahun memiliki mean 15.4000 dengan standar deviasi 0.54772.
sosial yang tertera pada tabel sebesar 0,055 lebih besar dari taraf signifikansi
0,05. Berdasarkan dari hasil tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
terhadap orang lain dan hubungan dengan orang lain dari self-esteem serta dukungan
dukungan persahabatan dari dukungan sosial pada jenis kelamin berikut ini adalah
Tabel 4.20
Berikut ini adalah analisa regresi perasaan tentang diri sendiri, perasaan
terhadap orang lain dan hubungan dengan orang lain dari self-esteem serta dukungan
dukungan persahabatan dari dukungan sosial pada lama terinfeksi berikut ini adalah
Tabel 4.21
(baru (telah lama (baru (telah lama (baru (telah lama (baru (telah lama
terinfeksi) terinfeksi) terinfeksi) terinfeksi) terinfeksi) terinfeksi) terinfeksi) terinfeksi)
pengaruh terhadap optimism hidup Orang dengan HIV/AIDS. Sementara telah lama
terinfeksi juga tidak memiliki pengaruh terhadap optimism hidup Orang dengan HIV/AIDS.
BAB 5
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan, diskusi dan saran dari penelitian.
5.1. Kesimpulan
1. Self esteem dan dukungan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap optimism
regresi, berdasarkan self esteem, perasaan terhadap orang lain dan berdasarkan dukungan
sosial, dukungan persahabatan memiliki pengaruh signifikan terhadap optmisme hidup,
sedangkan berdasarkan self esteem, perasaan tentang diri sendiri, hubungan dengan orang
dukungan instrumental, dan dukungan informasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan
2. Proporsi varian Self esteem dan dukungan sosial terhadap optmimisme hidup orang
5.2. Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh self esteem dan dukungan sosial
terhadap optimisme hidup Orang dengan HIV/AIDS. Adapun hasil yang diperoleh adalah
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara self esteem dan dukungan sosial terhadap
optimisme hidup ODHA. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi self esteem dan dukungan
sosial maka semakin tinggi optimisme hidup ODHA, sebaliknya semakin rendah self esteem
dan dukungan sosial maka semakin rendah optimisme hidup ODHA. Seperti yang dikatakan
Minchinton dalam bukunya maximum self esteem, seseorang yang memiliki harga diri yang
tinggi lebih percaya diri, berani menghadapi tantangan, rasa ingin tahu besar, dan mandiri.
Hal ini didukung oleh harapan yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, karena mereka
Selain itu, dari hasil penelitian ini terdapat dua variabel penelitian dari keseluruhan
variabel penelitian yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap optmimisme hidup,
diri sendiri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap optimism hidup. Selain perasaan
tentang diri sendiri, diperoleh hasil bahwa dukungan persahabatan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap optimism hidup. Menurut Gottlieb (dalam Smet, 1994), dukungan
sosial adalah informasi atau nasehat baik verbal atau non verbal, bantuan nyata atau
tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka
mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Adanya
dukungan sosial yang cukup dapat membuat individu lebih optimis karena merasa
optmisme hidup. Diperoleh hasil bahwa self esteem dan dukungan social terhadap optimism
hidup memiliki kontribusi sebesar 76,5%. Variabel penelitian yang memiliki kontribusi
terbesar terhadap optimism hidup adalah perasaan tentang diri sendiri dengan persentase
sebesar 38,8% dan kontribusi terkecil adalah dukungan instrumental dengan persentase
sebesar 0,1%.
melihat hal yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri. Individu
yang optimis mampu menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari yang telah lalu, tidak takut
kegagalan, dan berusaha untuk tetap bangkit mencoba kembali bila gagal. Hasil penelitian ini
menunjukan terdapat pengharuh antara self esteem dan dukungan sosial terhadap optimisme
hidup ODHA sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Seligman dimana menurutnya
optimisme mendorong individu untuk selalu berpikir bahwa sesuatu yang terjadi adalah hal
yang terbaik bagi dirinya. Hal ini yang membedakan dirinya dengan orang lain. Orang-orang
yang menyalahkan dirinya sendiri saat mereka gagal (pesimis) membuat rasa penghargaan
terhadap diri mereka sendiri menjadi rendah, sedangkan orang-orang yang menyalahkan
bahwa suatu kejadian bukan berasal dari dirinya (optimis), tidak kehilangan rasa penghargaan
terhadap dirinya sendiri saat kejadian-kejadian buruk menimpa mereka. Dari pernyataan yang
dikemukakan tersebut cukup menjelaskan bagaimana self esteem dan optimisme saling
berkaitan erat.
5.3. Saran
banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, dari peneliti ada beberapa saran untuk bahan
serupa, yaitu:
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, variasi dari ke-8 IV hanya menyumbang
pengaruh terhadap optmisme hidup sebesar 76,5 % dan sisanya sebesar 33,5% disebabkan
oleh faktor-faktor lain. Maka dari itu, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar mencari
Dan juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti selanjutnya, yaitu :
2. Dengan jumlah sampel yang masih minim, peneliti selanjutnya untuk menambah
jumlah sampel agar dapat memperoleh data yang lebih banyak lagi.
3. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menelusuri lebih lanjut, faktor-faktor lain
yang sekiranya dapat mempengaruhi optmisme hidup ODHA, sehingga hal ini dapat
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran praktis yang dapat
1. Bagi pihak-pihak yang terkait dalam bidang HIV/AIDS, baik lembaga atau instansi,
hidup sebagai upaya mengembangkan potensi yang ada dalam diri ODHA.
2. Bagi ODHA, dapat memberikan informasi dan wawasan dan kemampuan serta
ini.
3. Untuk masyarakat umum, beban ODHA sudah sangat besar baik secara fisik maupun
psikis. Oleh karena itu ODHA bukan untuk ditakuti dan dihindari, karena HIV/AIDS
tidak menular dengan cara kita bersentuhan kulit atau berjabat tangan, HIV/AIDS
hanya dapat ditularkan bila terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah
seperti hubungan seksual, pengguanaan jarum suntik bersamaan dan transfusi darah.
Oleh karena itu tak ada kata untuk menghindar, namun kita harus memberikan
dukungan agar bisa meminimalisir beban yang diderita ODHA agar lebih optimis
dalam menjalani hidup. Besarnya dukungan sosial yang diberikan akan memilki arti
DEPDIKNAS, 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. Balai Pustaka,
Jakarta.
John M.Echols dan Shadily Hassan, 1999. Kamus Inggris-Indonesia. PT. Gramedia,
Jakarta.
Santrock, J. W, 2002. Life Span Develovment, jilid II, edisi kelima. Erlangga, Jakarta.
Sevilla, Consuelo, G.et, All, 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI Press, Depok.
Ubaedy. AN, 2007. Optimis Kunci Meraih Sukses.PT. Perspektif Media Komunika,
Jakarta.
Siti Soraya, 2006. Peranan Dukungan Sosial terhadap Perilaku Coping pada Ibu
yang Memilki Anak HIV/AIDS. Skripsi Psikologi UIN Jakarta.
Branden, N. (1992). The Power of self esteem. Florida: Health Communication inc.
Cast, D., & Burke, J. (2002). A Theory of Self esteem. Social forces , 80 (3), 1041-1068.
Facts and Findings. 2003. Adolscent self esteem.
http://www.human.cornell.edu/actforyouth. New York.
Frey, D., & Carlock, J. C. (1993). Enhancing self ssteem. Indiana: Accelerated Developed Inc.
Ghufron, M. N., & Risnawita, S. R. (2010). Teori - teori psikologi. Yogyakarta: Ar-ruz Media
Group.
Minchinton, J. (1993). Maximum Self Esteem : The Hand Book for reclaiming your sense of
self worth. Kuala Lumpur: Golden Books Center Sdn, Bhd.
http://selfesteemgames.mcgill.ca/research/psychsci.pdf
Segala puji bagi Tuhan YME yang telah melimpahkan kasih sayang-Nya sehingga kita masih
diberikan kelancaran dalam beraktifitas.
Data pribadi dan jawaban Saudara akan dijaga kerahasiaannya, tidak akan disebarluaskan dan
akan dipergunakan untuk keperluan penelitian saja tanpa menyebutkan nama.
Terima kasih untuk kesediaan Saudara yang telah meluangkan waktunya guna membantu
terwujudnya proses penelitian ini.
Terima kasih
Jakarta, september
2011
Idham Khalid
PERNYATAAN KESEDIAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan kesediaanya untuk menjadi
responden dalam penelitian tentang optimisme hidup. Saya bersedia untuk mengisi angket
ini tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Identitas
Nama (Inisial) :
Agama :
Tingkat Pendidikan :
Lama terinfeksi :
(..............................)
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan untuk membantu anda menggambarkan diri anda
sendiri. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan berilah tanda checklist ( ) salah satu
jawaban yang telah disediakan, ada empat pilihan jawaban terhadap masing-masing
pernyataan yang mempunyai arti sebagai berikut :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
Jika anda keliru melingkari atau berubah pendapat, ubahlah jawaban anda dengan menyilang
tanda ( ) yang keliru tadi dan checklist ( ) jawaban yang anda anggap lebih tepat.
Sekali lagi mohon diperhatikan, bahwa anda diminta menggambarkan diri anda sendiri,
bukan bagaimana seharunya, atau bagaimana sebaliknya. Bila ada pernyataan yang kurang
sesuai dengan anda, piliklah jawaban yang terbaik menurut anda, walaupun anda kurang
begitu yakin. Pernyataan-pernyataan ini tidak ada jawaban yang benar atau salah, oleh sebab
itu jawablah secara terbuka dan jujur. Perhatikan jangan ada pernyataan yang tidak dijawab
dan selamat mengerjakan.
NO Pernyataan SS S TS STS
NO Pernyataan SS S TS STS
NO Pernyataan SS S TS STS
9 Saya merasa tidak ada yang peduli, apa yang sedang saya
alami saat ini
10 Apapun yang terjadi dengan saya, teman-teman saya
acuh/cuek terhadap saya
11 Ketika dalam masalah, tak ada orang-orang rumah yang
mau mendengarkan saya
12 Orang-orang di rumah sudah tidak peduli lagi kepada saya
No Pernyataan ST S TS STS
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.877 44
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.898 66
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
3. Optimis
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.851 41
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .875 .765 .676 3.75027 .765 8.550 8
a. Predictors: (Constant), ASPEK5, DIMENSI2, DIMENSI3, DIMENSI1, ASPEK4, ASPEK2, ASPEK3, ASPEK1
b
ANOVA
Total 1257.367 29
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
1.DIMENSI 1
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .623 .388 .366 5.24441 .388 17.716 1
b
ANOVA
Total 1257.367 29
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
2. DIMENSI 2
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .770 .594 .563 4.35058 .594 19.715 2
b
ANOVA
Total 1257.367 29
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
3. DIMENSI 3
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .778 .606 .560 4.36591 .606 13.322 3
b
ANOVA
Total 1257.367 29
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
4. ASPEK 1
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .809 .654 .598 4.17346 .654 11.797 4
b
ANOVA
Total 1257.367 29
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
5. ASPEK 2
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .812 .659 .588 4.22763 .659 9.270 5
b
ANOVA
Total 1257.367 29
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
6. ASPEK 3
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .813 .660 .572 4.30957 .660 7.450 6
b
ANOVA
Total 1257.367 29
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
7. ASPEK 4
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .835 .697 .600 4.16191 .697 7.227 7
b
ANOVA
Total 1257.367 29
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
8. ASPEK 5
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1
a
1 .875 .765 .676 3.75027 .765 8.550 8
a. Predictors: (Constant), ASPEK5, DIMENSI2, DIMENSI3, DIMENSI1, ASPEK4, ASPEK2, ASPEK3, ASPEK1
b
ANOVA
Total 1257.367 29
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients