You are on page 1of 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. PORNOGRAFI

1. Pengertian Pornografi

Secara umum pengertian pornografi adalah tulisan, gambar,

perbuatan atau perkataan yang tidak senonoh, menggambarkan subjek

erotik dan bertujuan membangkitkan gairah seksual banyak orang

(Soebagjo, 2007 dalam Supriati dan Fikawati 2009). Menurut undang-

undang pronografi tahun 2008 pasal 1 ayat 1, pornografi adalah

gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,

animasi, kartun, percakapan, gerak, tubuh, atau bentuk pesan lainya

melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan

dimuka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang

melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat (Tim Redaksi

Indonesia Tera 2008). Pornografi usaha memperlihatkan bahan-bahan

yang mengandung unsur-unsur seks baik yang berupa gambar maupun

tulisan kepada publik (Nurdin dan Ahsan, 2016).

2. Bentuk-bentuk pornografi

a. Menurut Sulianta (2010)

1) Soft-core pornografi berupa penayangan atau

memperlihatkan sisi eksotis yang seksual, contoh majalah

playboy

2) hard-core pornografi biasanya memperlihatkan adegan

seks, bahkan cenderung berlebihan.


13

3) Violent-pornografi pornografi yang disertai tindak

kekerasan.

4) Rape-pornografi menampilkan adegan pemaksaan yang

disertai kekerasan dan penolakan.

b. Menurut Widarti dalam Harefa (2016) sesungguhya pornografi

itu tidaklah tunggal, tetapi sangat beragam. Muatan pornografi

yang terdapat di masyarakat diantaranaya adalah:

1) Sexually violent material, yaitu materi pornografi dengan

menyertakan kekerasan.

2) Nonviolent material depiciting degradation, domination,

subordiadation or humalitiation, ialah tidak menggunakan

kekerasan dalam materi seks yang disajikan akan tetapi

didalamnya terdapat unsur melecehkan perempuan.

3) Nonviolent and nondegradation material, dimana produk

media yang memuat adegan seksual tanpa unsur kekerasan

ataupun pelecehan terhadap perempuan.

4) Nudity yaitu materi pornografi dalam bentuk fiksi.

5) Child pornography adalah materi pornogarfi yang

melibatkan anak-anak atau remaja sebagai modelnya.

3. Bentuk Pornografi dalam Internet

Cyberporn atau pornografi dalam internet adalah server

komersial yang memiliki isi atau konten yang mengumbar tulisan,

iklan, gambar dan video porno (Hakim, 2010). Menurut Puspitosari


14

(2016) pornografi dalam internet memiliki istilah-istilah tersendiri

yaitu:

a. pornography in cyberspace

b. cyber child pornography

c. on-line pornography

d. cyber sex

e. cyber sexer

f. cyber lover

g. cyberromance

h. cyber affair

i. on-line romance

j. sex on-line

k. cybersex addicts

l. cyber sex offender

4. Bisnis Pornografi Di Internet

Menurut hakim (2010), beberapa contoh bisnis yang berisikan

pornografi di internet:

a. Penjualan foto dan video yang bermuatan pornografi

b. Mucikari/porstitusi online

c. Penjualan game dan software yang bermuatan pornografi

5. Tahapan Pemaparan Pornografi

Cline (1986 dalam Supriati dan Fikawati 2009) menyatakan ada

tahapan efek paparan yang terjadi, yang meliputi shock, adiksi,

eskalasi, desensitisasi dan act out.


15

a. Shock (terkejut atau jijik) merupakan perkenalan pertama

dengan pornografi saat pertama melihat timbul perasaan tekejut,

jijik, merasa bersalah, dan gabungan perasaan itu menimbulkan

rasa ingin tahu kembali atau penasaran.

b. Adiksi adalah adanya efek ketagihan. Sekali seseorang menyukai

materi pornografi maka ia akan memiliki keinginan untuk

melihat dan mendapatkan kembali materi tersebut.

c. Eskalasi adalah terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap

materi seks yang lebih berat, lebih eksplisit, lebih sensasional

dan lebih menyimpang dari yang sebelumnya dikonsumsi.

d. Desensitisasi adalah tahap ketika materi seks yang tadinya tabu,

tidak bermoral dan merendahkan/ melecehkan martabat manusia

pelan-pelan kini dianggap menjadi sesuatu yang biasa bahkan

bisa menjadi tidak sensitif pula terhadap korban kekerasan

seksual.

e. Act out terjadi ketika ada peningkatan kecenderungan untuk

melakukan perilaku seksual pornografi yang selama ini hanya

dilihatnya untuk diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata.

6. Efek Candu Pornografi

Menurut Tandiono (dalam Kartinah 2011), sama seperti

pengaruh narkotika terhadap otak, paparan atas pornografi membuat

beberapa neurotransmiter (senyawa pengirim pesan antarsel saraf

otak) dilepaskan dan menimbulkan kecanduan. Kasatlemaan (dalam

Chatib 2012), menjelaskan efek dan candu pornografi adalah:


16

a. Tidak dapat hilang

Pornografi yang sudah terekam di otak, meski hanya

sekali efek tersebut dapat terekam selamanya.

b. Perusakan otak saraf

Pornografi adalah penyakit karena mengubah sturktur dan

fungsi otak dengan kata lain merusak otak (Hilton dalam

Nurcholis 2015). Yang dapat merusak Frotal korteks adalah

benturan, zat kimia, narkotika & napza, dan pornografi (BP-

PAUD dan Dikmas Sumatra Utara 2016).

c. Sulit dideteksi

Saat ini kemudahan dan maraknya media seperti hp,

membuat para pecandu pornografi lebih sulit dideteksi, karena

kapanpun dan di manapun mereka berada dengan mudahnya

dapat memenuhi keinginan atau hasrat mereka.

d. Berpotensi menurunkan kecerdasan

Ketika individu melihat sesuatu yang berbentuk

pornografi, rangsangan itu akan langsung masuk ke otak

belakang tanpa tersaring, lalu otak mengeluarkan zat

neurotransmitter yang disebut Delta-fosB, yaitu zat yang dapat

meningkatan nafsu birahi atau libido individu. Masuknya

pornografi ke dalam otak akan membuat bagian otak lainya

menjadi kurang aktif.


17

7. Dampak Negatif Pornografi Bagi Remaja

a. Supriati dan Fikawati (2009) menjelaskan bahwa dampak

menonton film yang bersifat pornografi terhadap perilaku

remaja adalah terjadinya peniruan yang memprihatinkan.

b. Menurut Harefa (2016) dampak negatif pornografi pada anak

adalah:

1) Menurunkan konsentrasi dan prestasi

Setelah menonton situs porno remaja menjadi lebih

suka berkhayal, dan menyebakan konsentrasi akan

pelajarnya menurun.

2) Dalam segi kepribadian

Pornografi dapat menyebakan rusaknya kepribadian

remaja. Jika stimulus awal adalah foto-foto, remaja akan

terkondisi untuk terangsang dengan foto-foto. Jika ini

terjadi beberapa kali, besar kemungkinan akan menjadi

permanen. Akahirnya remaja akan tumbuh menjadi orang

yang susah membangun hubungan yang normal dengan

lawan jenis.

3) Dalam segi finansial

Remaja yang biasa diberi uang oleh orang tuanya,

akan menghabiskan waktu dan uang untuk mengakses

situs porno, otomatis waktu dan uang yang dimiliki akan

terbuang percuma.
18

4) Dalam segi prilaku seks

Remaja yang menoton atau melihat gambar porno,

akan menyebabkan prilaku seks yang menyimpang.

5) Dalam Segi prilaku

Remaja dapat belajar melalui pengamatan

(observtional learning). Remaja ataupun orang dewasa

dapat belajar mengenai prilaku tertentu dengan cara

mengamati prilaku orang lain dan mencontoh film,

sinetron atau tayangan televisi termasuk game online dan

situs porno.

c. Menurut Nurdin dan Ahsan (2016), dampak negatif pornografi

pada remaja:

1) Remaja cenderung menggambarkan kenyataan yang ada

seperti apa yang telah dilihat.

2) Remaja mempunyai kemungkinan besar melakukan

tindakan kekerasan seksual terhadap teman-temanya.

3) Mempengaruhi perilaku dan kepercayaan mereka terhadap

pasangan ketika sudah berumah tangga.

d. Nurcholis (2015), berpendapat akan menimbulkan banyak

masalah sosial:

1) Budaya hidup permisif (serba boleh), termasuk seks bebas

di kalangan generasi muda

2) Kehamilan diusia remaja yang menyebabkan putus

sekolah
19

3) Childern having children (remaja melahirkan), yang dapat

membahayakan jiwa ibu dan bayi.

4) Aborsi.

5) Orang tua tunggal karena sang ayah yang tidak ingin

bertanggung jawab.

6) Terjadi perceraian, perselingkuhan, dan kekerasan dalam

rumah tangga.

7) Terjadi kejahatan seksual seperti pemerkosaan,

pencabulan, dan sodomi (Soebagijo, dkk, 2009 dalam

Nurcholis 2015).

8. Aspek Dasar Kencenderungan Mengakses Pornografi

Menurut Cooper (1998 dalam Asmarayasa 2004) ada empat

aspek dasar yang bisa digunakan untuk mengukur frekwensi

mengakses situs porno para pengguna internet, yaitu

a. Action

Action atau aktivitas ialah kegiatan mengakses situs porno

secara langsung, yang berupa mendownlod materi pornografi

atau chatting erotis. Pengguna situs porno pada awalnya secara

tidak sengaja terangsang oleh aktivitas situs porno, namun pada

akhirnya mencari atau mengakses dengan sengaja situs porno.

b. Replection

Merupakan keterlibatan efek kognitif pada pengalaman

aktivitas mengakses pornografi. Seperti adanya obsesi pada

saitus porno juga perasaan bersalah, dan adanya kepuasan akan


20

materi seksual yang diperoleh atau terpenuhinya prilaku seksual

sang pengguna.

c. Excitemen

Excitemen atau kesenangan yaitu tingkat kepuasan,

perasaan senang, dan bergairah dengan aktifitasa mengakses

situs porno tanpa disertai efek perangsangan. Pengguna situs

porno cenderung tidak terangsang maupun merasa bersalah

dengan aktivitas tesebut.

d. Arousal

Rangsangan merupakan pengalaman mengakses situs

porno yang menggairahkan dan menimbulkan perangsangan

yang sering diliputi rasa malu dan bersalah. Rangsangan yang

ditimbulkan akibat aktivitaas mengakses situs porno ditandai

dengan mantrubasi sesaudah atau saat mengakses situs porno.

B. MANGA DAN ANIME

1. Pengertian Manga dan Anime

a. Manga

Manga adalah sebutan untuk komik Jepang, yang

kemunculanya di Indonesia sejak tahun 1990-an (Makan Komik

2014). Manga cara baca man-ga merupakatan kata komik

dalam bahasa Jepang, di luar Negara Jepang kata tersebut

khusus digunakan untuk membicarakan atau menyebut komik

Jepang (Atman, 2014).

b. Anime
21

Anime adalah sebuah animasi khas Jepang yang berasal

dari kata Animation yang dibaca animeshon dalam bahasa

Jepang disingkat sebagai Anime (Pakpahan dalam Bitteraty

2016). Anime adalah sebutan untuk animasi Jepang yang

biasanya dicirikan melalui gambar-gambar berwarna warni yang

menampilkan tokoh tokoh dalam berbagai macam lokasi dan

cerita yang ditunjukan pada penonton, (Tim Pe- AM 2013).

2. Pornografi dalam Manga dan Anime

Manga dan anime memiliki genre yang dimulai dari jenis

kelamin, tingkat usia, alur cerita. Menurut Atman, (2014) beberapa

genre manga dan anime adalah: Shonen, seinen, shojo, josei, ecchi,

hentai, mecha, bishonen, shojou-ai(yuri), shonen-ai(yaoi) dan

kodomo. Dengan melihat beberapa sumber manga dan anime yang

mengarah ke pornografi adalah:

a. Ecchi

Diperuntukan bagi orang dewasa yang merujuk pada

porno tetapi memiliki batasan (Atman, 2014). Berisikan tentang

alur cerita dan gambar yang bersifat sexsual tetapi tidak

dikhususkan untuk konten dewasa (Goldsmith, 2010).

b. Hentai (Porn)

Merupakan seri yang merujuk pada pornografi (Atman,

2014). Hentai adalah kata dalam bahasa Jepang yang digunakan

oleh orang-orang daerah barat untuk merujuk kearah seksual


22

atau komik dan animasi yang pornografi, khususnya animasi

yang berasal dari Jepang (Steif and Tamplin, 2010).

c. Shojou Ai (Yuri)

Salah satu genre yang menceritakan tentang kisah

terlarang girls love (Atman, 2014). Yuri adalah yang bercerita

tentang perempuan atau hubungan antara perempuan terkadang

mengambarkan hubungan seksual atau romantisme (Goldsmith

2010).

d. Shonen Ai (yaoi)

Merupakan kebalikan dari shojou ai yaitu boys love

(Atman, 2014). Yaoi adalah manga atau anime yang bercerita

tentang tentang romantisme dan terkadang menjelaskan

hubungan seksual antara laki-laki atau hubungan antar laki-laki,

yang ditargetkan pada pembacanya adalah kebanyakan

perempuan (Goldsmith, 2010).

e. Harem

Manga atau anime yang di dalamnya bercerita tentang

laki-laki muda yang dikelilingi oleh para perempuan cantik

(Woods, 2010). Dalam genre ini menyajikan cerita dimana

tokoh utamanya merupakan seorang laki-laki yang dikelilingi

oleh banyak karakter wanita (Tim Japanese Station, 2015).


23

C. REMAJA

1. Penegertian Remaja

Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa (Hamid, 2009) Remaja adalah penduduk dalam rentang

usia 10-19 tahun (WHO dalam Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan RI, 2015). Menurut Peraturan Mentri Indonesia RI Nomor

25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang 10-18 tahun,

dan menurut BKKBN rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan

belum menikah (Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2015). Remaja

merupakan tahap seseorang dimana ia berada antara fase anak dan

fase dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, prilaku, kognitif,

biologis, dan emosi (Mahfudli, 2009).

Remaja didefiniskan sebagai tahap perkembangan transisi yang

membawa individu dari masa kana-kanak ke masa dewasa, yang

ditandai dengan perubahan fisik karena pubertas serta perubahan

kognitif dan sosial (Ardhiyanti, Lusiana dan Megasari, 2015). Usia

16-18 tahun belum dianggap dewasa, walaupun sudah baligh

( Nurhadi, 2014).

2. Ciri Khas Remaja

Menurut Nurhadi (2014), ciri khas remaja adalah :

a. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan,

sebagai akibat dari perkembangan fisik, menyebabkan timbunya

perasaan rendah diri. Kurangnya kemampuan dalam hal belajar,


24

olah raga maupun keterampilan lainya, menambah perasaan

rendah diri dan menghambat keinginan bergaul.

b. Ketidak seimbangan secara keseluruhan terutama keadaan emosi

yang labil. Berubahnya emosionalitas, berubahnya suasana hati

yang tidak dapat diramalkaan sebelumnya, menyulitkan orang

lain mengadakan pendekatan. Lablitas remaja menyebabkan

kurang tercapainya pengertian orang lain akan diri pribadi

remaja. Keadaan yang baru dialami remaja, juga menyebabkan

remaja sendiri sering tidak mengerti dirinya sendiri. Suasana

hati dimana remaja merasa dalam jurang, atau menghadapi jalan

buntu, memerlukan uluran tangan orang lain dengan penuh

tanggung jawab, supaya remaja tidak terperosok lebih dalam

atau terjerumus dalam perbuatan nekad.

c. Perombakan pandangan dan petunjuk hidup yang telah diperoleh

pada masa sebelumnya, meningkatkan perasaan kosong dalam

diri remaja. Remaja tidak menyadari sebab perasaan kosong

tersebut, tetapi membuang kesempatan baik dengan cara

mengkosongkan diri dari hasil didikan orang tua. Ini tidak

berarti bahwa remaja tidak bisa mengisi dirinya. Remaja dengan

kekosonganya justru terbuka bagi pengaruh lain, baik dari

pribadi yang bertanggungjawab maupun tidak. Ciri remaja ini

sering menyebabkan remaja menjadi umpan dan mengsa bagi

mereka yang tidak memiliki rasa bertanggungjawab atas

kesejahteraan orang lain.


25

d. Sikap menentang dan menantang orang tua maupun orang

dewasa lainya merupakan ciri yang mewujudkan keinginan

remaja untuk merenggangkan iktan dengan orang tua dan

menunjukan ketidak tergantungannya kepada orang tua ataupun

orang dewasa lainya. Usaha pendewasaan diri terungkap dari

sikap menentang dan menatang sering menghambat tercapainya

hubungan baik dengan keluarga dan menghambat kelancaran

komunikasi antara orang tua dan remaja.

e. Penentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal sebab

pertentangan-pertentangan dengan orang tua dan anggota

keluarga lainya dan menyebabkan remaja tidak tahu apa yang

harus dillakukan.

f. Kegelisahan, keadaan tidak tenang menguasai diri remaja.

Banyak hal dinginkan, tetapi remaja tidak sanggup memenuhi

semuanya. Banyak cita-cita dan angan-angan, mungkin sampai

setinggi langit tentu saja tidak mungkin tercapai semuanya.

Keinginan yang tidak tercapai baik keinginan yang muluk-

muluk maupun keinginan untuk melakukan kewajiban rutin

yang belum terjangkau meningkatkan perasaan gelisah.

g. Eksperimentasi, atau keinginan besar yang mendorong mencoba

dan melakukan segala kegiatan dan perbuatan orang dewasa,

bisa ditampung melalui saluran ilmu pengetahuan.


26

h. Eksplorasi, keinginan untuk menjelajahi lingkungan alam sekitar

sering disalurkan melalui penjelajahan alam, pendakian gunung

dan terwujud dalam petualangan-petualangan.

i. Banyaknya fantasi, khayalan dan bualan, merupakan ciri khas

remaja. Banyak hal yang tidak mungkin tercapai, bisa tercapai

dalam fantasi. Remaja yang berfantasi mengenai banyak

pengagum yang mengejarnya, sesungguhnya dalam kesepiannya

membuat cerita khayalan tersebut. Remaja menutupi prestasi

belajar yang tidak memuaskan dirinya dengan berbohong

tentang keberhasilan yang dilebih-lebihkan.

j. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan

kegitan kelompok.

3. Perkembangan Seksualitas Remaja

Menurut Hamid (2009) perkembangan aspek seksualitas sepanjang

kehidupan manusia:

a. Pra-remaja

Usia 10-13 tahun, karakteristiny adalah pubertas mulai terlihat,

perubahan karakteristik seks sekunder, mulai manstrubasi,

mungkin menguji batasan prilaku.

b. Remaja

Usia 14-19 tahun, karakteristiknya adalah mulai menjalin

hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda, fantasi seksual

dan manstrubasi merupakan hal yang biasa, mungkin sudah

mulai mencoba kegiatan hubungan seksual. Anak wanita peduli


27

dengan reputasi dan citra diri, anak laki-laki peduli dengan

persaingan dalam kegiatan seksual.

4. Klasifikasi Remaja

Menurut Ardhiyanti, Lusiana dan Megasari (2015), priode

remaja dimulai sejak umur 12 tahun, dan diakhiri pada sekitar usia 20

tahun, dan remaja diklasifikasikan dalam :

a. Remaja awal : usia 10-14 tahun.

b. Remaja madya: usia 15-18 tahun.

c. Remaja akhir: usia 19-24 tahun.

5. Pubertas Pada Remaja

Menurut Wasis dan Irianto (2008), pubertas adalah perubahan

menjadi dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik dan emosional

atau psikis.

a. Perubahan secara fisik

Perubahan secara fisik dapat dilihat dari perubahan tubuh,

meliputi perubahan tanda kelamin primer dan sekunder. Ciri-ciri

perubahan diuraikan sebagai berikut:

1) Primer

a) Organ kelamin telah mampu memproduksi sel-sel

kelamin. Laki-laki mulai menghasilkan seperma

didalam testis, sedangkan perempuan mulai

menghasilkan sel telur di dalam indung telur

(ovarium).
28

b) Organ kelamin mulai berfungsi. Pada remaja laki-

laki ditandai dengan pertama kali mengalami mimpi

basah, yang mengeluarkan sperma atau air mani.

Pada perempuan ditandai dengan mengalami

menstruasi yang pertama kali.

2) Sekunder

Pada remaja laki-laki perubahanya adalah:

a) Mulai tumbuh jakun

b) Perubahan suara menjadi lebih besar dan berat.

c) Tumbuh kumis atau jenggot.

d) Tumbuh rambut di dada, ketiak, kaki, dan sekitar

organ klamin.

e) Mulai tampak otot-otot yang berkembang lebih

besar dan menonjol.

f) Bahu melebar melebihi bagian pinggul.

g) Perubahan jaringan kulit jadi lebih kasar dan pori-

pori tampak membesar.

h) Kadang-kadang diikuti dengan munculnya jerawat di

daerah muka.

3) Perubahan proporsi tubuh tampak dari bertambahnya

tinggi badan, berat badan, panjang kaki, dan tangan,

sehingga ukuran seluruh badan bertambah.

b. Perubahan emosional atau psikis


29

Pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang

mempengaruhi kondisi psikologis dan tingkah lakunya. Ciri-ciri

pubertas secara psiskis adalah:

1) Mencari identitas diri

Dalam usaha mencari identitas diri, remaja sering

melakukan percobaan pada hal-hal tertentu yang baru

karena rasa ingin tahu yang sangat besar.

2) Mulai tertarik kepada lawan jenis

Wajar bila remaja mempunayai ketertarikan dengan

lawan jenis, karena proses menuju dewasa.

c. Perubahan prilaku

Reaksi efektif pada perubahan utama ditentukan oleh

kemampuan untuk berkomunikasi (Dunbar dalam Ardhiyanti,

Lusiana dan Megasari, 2015). Karena komunikasi merupakan

cara untuk mengatasi kecemasan yang selalu disertai tekanan.

Perubahan yang terejadi pada remaja menurut (hurlock 1992

dalam Ardhiyanti, Lusiana dan Megasari, 2015)

1) Ingin menyendiri.

2) Mudah merasa bosan.

3) Inkoordinasi.

4) Antagonis sosial.

5) Emosi yang meninggi.

6) Hilangga kepercayaan diri.

7) Terlalu sederhana.
30

6. Masalah Yang Dihadapi Remaja

Prilaku menyimpang remaja yang sering dibicarakan anatara

lain penyalahgunaan narkoba, tawuran, perilaku seksual diluar nikah,

pembunuhan dan pornografi (Murdiyatmoko 2008). Para remaja selain

menghadapi masa yang penuh kecerian, terkadang juga mengalami

beberapa masalah, dinataranya pubertas, tawuran, egoisme, pencarian

jati diri dan eksistensi diri, narkoba, seks bebas (Malahayati, 2010).

You might also like