You are on page 1of 32

KEPERAWATAN ANAK

MAKALAH

oleh

Nawang Jingga Fajar Nurfatmala

NIM 152310101008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK

MAKALAH
diajukan guna memenuhi tugas tersruktur mata kuliah Keperawatan Maternitas
dengan Dosen pembimbing: Peni Perdani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

oleh

Nawang Jingga Fajar Nurfatmala


NIM 152310101008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017

ii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang melimpahkan karunia-Nya sehingga


penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Bronkopneumonia Pada Anak. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas dalam mata kuliah Keperawatan Anak Program Studi Ilmu Keperawatan
(PSIK) Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Peni Perdani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing tugas mata
kuliah Keperawatan Maternitas;
2. Keluarga di rumah yang senantiasa memberikan dorongan dan doanya demi
terselesaikannya makalah ini;
3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 14 September 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul................................................................................... ii

Prakata ................................................................................................... iii

Daftar Isi ................................................................................................ iv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi .................................................................................. 3
2.2 Anatomi Fisiologi.................................................................. 3
2.2.1 Anatomi ........................................................................ 3
2.2.2 Fisiologi ........................................................................ 6
2.3 Etiologi ................................................................................... 8
2.4 Patofisiologi............................................................................ 10
2.5 Manifestasi Klinis................................................................... 10
2.6 Penatalaksanaan...................................................................... 11
2.7 Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 12
2.8 Pathways ................................................................................. 14

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


3.1 Kasus ..................................................................................... 15
3.2 Pengkajian ............................................................................. 15
3.3 Diagnosa Keperawatan.......................................................... 22
3.4 Intervensi Keperawatan......................................................... 22
3.5 Implementasi Keperawatan ................................................... 23

iv
3.6 Evaluasi Keperawatan ........................................................... 23
BAB 4. PENUTUP
DAFTAR ISI
4.1 Kesimpulan............................................................................ 24
4.2 Saran...................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 25

v
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa


lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate yang
disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.Infeksi saluran napas bawah
masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara
yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Insiden penyakit ini pada
negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan
resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan
angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.Dari
data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di
Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam.
Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk
bronkopneumonia dan influenza (Administered by the Albert Medical
Association, 2002).

Untuk mengatasi bronchopenia ini, perlu campur tangan tenaga medis


salah satunya perawat. Disini perawat bisa melakukan pencegahan dengan
menggunakan edukasi/ penyuluhan serta deteksi dini/ skrining penyakit. Untuk
mengetahui lebih jelasnya bronchopneumonia pada anak penulis menulikan karya
ilmiah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang bisa disusun sesuai dengan latar belakang diatas yaitu

a. Apa definisi Bronchopneuomonia?


2

b. Bagaimana anatomi fisiologi Bronkus?


c. Bagaimana etiologi Bronchopneumonia?
d. Bagaimana patofisiologi Bronchopneumonia?
e. Bagaimana manifestasi klinis Bronchopneumonia?
f. Bagaimana penatalaksanaan Bronchopneumonia?
g. Apa saja pemeriksaan penunjang Bronchopneumonia?
h. Bagaimana munculnya pathway Bronchopneumonia?
i. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak Bronchopenumonia?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:

a. Definisi Bronchopneuomonia
b. Anatomi fisiologi Bronkus
c. Etiologi Bronchopneumonia
d. Patofisiologi Bronchopneumonia
e. Manifestasi klinis Bronchopneumonia
f. Penatalaksanaan Bronchopneumonia
g. Pemeriksaan penunjang Bronchopneumonia
h. Pathway Bronchopneumonia
i. Asuhan keperawatan pada anak Bronchopenumonia
3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi.

Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang biasanya mulai di


broncioli terminal, tersumbat oleh sekunder mukopurulent yang membentuk
bercak-bercak konsolidasi dilobuli yang terdekat (Dorland,1996).

Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya


disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi
dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).

Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas


sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru
melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui
hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi & Sukarmin,2009)

Dapat disimpulkan bahwa Brokopneumonia adalah radang paru-paru yang


mengenai pada bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang, yang bisa mengakibatkan kematian.

2.2 Anatomi Fisiologi Bronkus (Paru-Paru)

2.2.1 Anatomi

Organ pernafasan berguna bagi transgportasi gas-gas dimana organ-organ


pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu
rongga hidung, pharynx, larynx, trakhea, dan bagian paru-paru yang berfungsi
melakukan pertukaran gas-gas antara udara dan darah (Sloana, 2006)

a. Bronchus.
4

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian


kira-kira vertebralis torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trachea yang dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronchus
kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar
dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut lancip. Keanehan anatomis
ini mempunyai makna klinis yang penting. Tabung endotracheal terletak
sedemikian rupa sehingga terbentuk saluran udara paten yang mudah
masuk kedalam cabang bronchus kanan. Kalau udara salah jalan, maka
tidak dapat masuk kedalam paru-paru dan akan kolaps (atelektasis). Tapi
arah bronchus kanan yang hampir vertical maka lebih mudah memasukkan
kateter untuk melakukan penghisapan yang dalam. Juga benda asing yang
terhirup lebih mudah tersangkut dalam percabangan bronchus kanan ke
arahnya vertikal (Sloana, 2006).
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi
menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen bronchus. Percabangan
ini terusmenerus sampai cabang terkecil yang dinamakan bronchioles
terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveolus (Sloana, 2006)
Bronchiolus terminal kurang lebih bergaris tengah 1 mm.
Bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi di kelilingi
oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah, semua saluran udara
dibawah bronchiolus terminalis disebut saluran pengantar udara karena
fungsi utamanya adalah sebagai pengantar udara ketemapat pertukaran gas
paru-paru. Diluar bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan
unit fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri
bronchiolus respiratorius, yang kadang- kadang memiliki kantung udara
kecil atau alveoli yang bersal dari dinding mereka (Sloana, 2004)
b. Paru-paru
Paru-paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak
dalam rongga toraks atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh
mediastinum central yang mengandung jantung dan pembuluh-pembuluh
5

darah besar.Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) dan dasar.
Pembuluh darah paru dan bronchial, bronkus, saraf dan pembuluh limfe
memasuki tiap paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru. (Sloana,
2004)
Paru kanan dibagi menjadi tiga lobus dan paru kiri dibagi menjadi
dua lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen
sesuai dengan segmen bronchusnya. Paru kanan mempunyai 3 buah
segmen pada lobus inferior, 2 buah segmen pada lobus medialis, 5 buah
pada lobus superior kiri. Paru kiri mempunyai 5 buah segmen pada lobus
inferior dan 5 buah segmen pada lobus superior. Tiap-tiap segmen masih
terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobules.
Didalam lobolus, bronkhiolus ini bercabang- cabang banyak sekali,
cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2- 0,3mm (Sloana, 2004)
Letak paru dirongga dada di bungkus oleh selaput tipis yang
bernama selaput pleura. Pleura dibagi menjadi dua :1.) pleura visceral
(selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus
paru.2.) pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah
luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum
pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa
udara)sehingga paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit
cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura),
menghindarkan gesekan antara paru dan dinding sewaktu ada gerakan
bernafas. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir,
sehingga mencegah kolpas paru kalau terserang penyakit, pleura
mengalami peradangan, atau udara atau cairan masuk ke dalam rongga
pleura, menyebabkan paru tertekan atau kolaps (Sloana, 2004)
6

2.2.2 Fisiologi

a. Bronkus

1. Menyaring udara pernapasan

Silia pada sel sel epitel berperan dalam penyaringan udara pernapasan.
Fungsi penyaringan ini sama dengan penyaringan yang terjadi di dalam
hidung. Hanya saja penyaringan udara yang terjadi di dalam bronkus hanya
sekedar penyaringan sekunder.

2. Melembabkan udara pernapasan

Mukus atau lendir yang dihasilkan oleh sel- sel epitel bronkus berfungsi
untuk melembabkan atau menghangatkan udara pernapasan. Suhu lingkungan
akan mempengaruhi udara pernapasan. Ketika cuaca panas, maka udara panas
yang masuk akan dilembabkan oleh mukus. Dan sebaliknya ketika udara
dingin masuk, mukus ini akan menghangatkan udara tersebut. Sehingga tidak
terjadi perbedaan suhu.

3. Menangkap kotoran yang masuk bersama udara pernapasan

Mukus yang dihasilkan oleh epitel selain untuk melembabkan udara


seperti pada poin 2, juga berperan menangkap kotoran atau debu atau partikel
yang terbawa masuk bersama udara pernapasan. Debu atau kotoran ini akan
di keluarkan melalui mulut.

4. Menyalurkan oksigen dari lingkungan ke dalam tubuh

Bronkus menghubungkan lingkungan dan organ tubuh bagian dalam. Hal


ini berhubungan dalam penyaluran oksigen dari lingkungan ke dalam tubuh.

5. Menyalurkan karbondioksida dari dalam tubuh ke lingkungan

Sebaliknya dari poin 4, bronkus menghubungkan bagian dalam tubuh yang


mengeluarkan karbondioksida ke lingkungan.
7

6. Menghubungkan trakea dengan paru paru

Bronkus terdapat di dalam rongga dada merupakan saluran yang langsung


berhubungan dengan paru paru. Melalui bronkus inilah hubungan antara
paru- paru dan organ pernapasan lainnya terjalin (hidung, trakea).

7. Menopang paru paru

Bronkus tersusun atas tulang rawan, bronkus masuk ke dalam paru paru
yang lunak. Dengan tulang rawan ini bronkus dapat menopang paru paru.

(Sloana, 2004)

b. Paru-paru

Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan
yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot.
Seperti yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus.
Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan
iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus
mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis
eksternus mengangkat iga-iga (Syaifuddin, 2006)

Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat


elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus
relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam
rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume
toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal.
Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga
udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir
menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi (Syaifuddin, 2006)

Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas


melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5
m). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan
8

parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir
pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen
diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami
penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi
berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam
ruangan sepi anatomic saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan
karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah
menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida ini
kemudian dikeluarkan ke atmosfir (Syaifuddin, 2006)

Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di


kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari
total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa
paru-paru normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa
penyakit misal; fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat
sehingga ekuilibrium mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga
dimana waktu kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung
terjadinya hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai faktor utama (Syaifuddin,
2006)

2.3 Etiologi

Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah (Bradley et.al.,


2011) :

1. Faktor Infeksi
a. Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus
(RSV).
b. Pada bayi :
Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus.
9

Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.


Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,
Mycobacterium tuberculosa, Bordetella pertusis.
c. Pada anak-anak :
Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis
d. Pada anak besar dewasa muda :
Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M. tuberculosis
2. Faktor Non Infeksi.
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi
a. Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde
lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
b. Bronkopneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara
intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu
mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan
posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak
ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung
pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang
mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya
seperti susu dan minyak ikan.

Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk


terjadinya bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita
penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang
pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
10

2.4 Patofisiologi

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas


yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena
aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran
sebagai berikut (Somantri, 2007):

a. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan
alveoli.
b. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam
saluran pencernaan dam menginfeksinya mengakibatkan terjadinya
peningkatan flora normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus
mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

2.5 Manifestasi Klinis

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris


bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40
derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat
gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung
serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare.
Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa
hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan
sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas
dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan
mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas
daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan
pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang.
(Ngastiyah, 2005).
11

2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri


dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012; Bradley
et.al., 2011)

1. Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang
atau PaO2 pada analisis gas darah 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak
diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi
reaksi antibioti awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu
tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25
mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi
dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :

1. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis
2. Berat ringan penyakit
3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari

Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus


dipertimbangkan berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman
yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut kelompok
usia.
12

1. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :


a. ampicillin + aminoglikosid
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. amoksisillin + aminoglikosid
d. sefalosporin generasi ke-3

2. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)


a. beta laktam amoksisillin
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. golongan sefalosporin
d. kotrimoksazol
e. makrolid (eritromisin)

3. Anak usia sekolah (> 5 thn)


a. amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
b. tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)

Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error)
maka harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam
sekali sampai hari ketiga. Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan
perbaikan yang nyata dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih
tepat sesuai dengan kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan
dulu ada tidaknya penyulit seperti empyema, abses paru yang menyebabkan
seolah-olah antibiotik tidak efektif).

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:

a. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah
13

Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi


leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina,
2001)
- Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk
kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara
C, Long, 1996)
- Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001)
- Kultur darah untuk mendeteksi bacteremia
- Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001)

b. Pemeriksaan Radiologi
- Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai
pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 1996)
- Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)
14

2.8 Pathways
Jamur, bakteri, protozoa
Resti terhadap
penyebaran
Masuk alveoli

Peningkatan
suhu tubuh Kongestif ( 4-12 jam )
Nyeri
Eksudat dan seruos masuk pleuritik

Hepatisasi merah (48 jam) Penumpukan


cairan dalam
Paru-paru tampak merah dan alveoli
bergranula karena SDM dan

Hepatisasi kelabu (3-8 hari) Resolusi 7-11


hari
Paru-paru tampak kelabu karena
leukosit dan fibrin mengalami

PMN Konsolidasi
jaringan paru Gangguan
pertukaran gas

Berkeringat Metabolisme
meningkat Compliance paru
menurun

Resti Resti nutrisi


kekurangan Gangguan pola Suplay O2
kurang dari
volume nafas menurun
kebutuhan tubuh
cairan

Intoleransi
Sputum kental
aktivitas
Mual, muntah

Gangguan bersihan
jalan nafas
15

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

3.1 Kasus

Tn. J membawa anaknya ke Rs. Dr. Kariadi An. A dengan keluhan panas
tinggi, batuk dan pilek. Nafas anak tampak lebih cepat dari biasanya. Kelopak
mata tampak bengkak, kaki tampak bengkak. Keluarga melaporkan anaknya
terkadang muntah sekitar gelas kecil. Anak tampak lemas. BAK dan BAB tidak
ada kelainan. Diperiksa Lab. Darah dengan hasil : Hb : 9,7 g/dL ; Leu : 96.700/l
; Tr : 1.057.000/l ; Hc : 30,9%.

3.2 Pengkajian
Tanggal masuk : 10 April 2017
Jam : 19.15
Ruang : C1L2 ( Anak )
No. Reg. : C346907

Identitas
Nama : An. A
Umur : 2 bulan 28 hari
Nama Ayah : Tn. J
Nama Ibu : Ny. I
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Sumbersari
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Ayah : SLTA
Pendidikan Ibu : SLTA
16

Keluhan Utama
Orang tua mengeluh anaknya sesak, batuk dan pilek
Riwayat Keperawatan
- Riwayat Perawatan Sekarang
Penyakit waktu kecil
2minggu sebelum masuk rumah sakit, orang tua pasienmengatakan
anak panas tinggi, secara terus menerus serta panas menurun ketika
diberi obat turun panas. Pasien menderita batuk serta pilek. Pasien
tidak menggigil, tidak mengalami kejang. Pasien tidak mengalami
mual serta muntah. BAK dengan jumlah cukup, warna kuning serta
bau khas. BAB tidak mengalami gangguan warna hijau, konsistensi
padat serta bau khas
1minggu yang lalu anak masih panas tinggi, naik turun. Pasien
masih batuk dan pilek. Anak masih bersedia makan dan minum,
BAB dan BAK tidak ada kelainan. Anak dibawa ke puskesmas dan
diberi paracetamol sirup, namun belum ada perbaikan.
3hari lalu anak masih panas tinggi, batuk dan pilek. Nafas anak
tampak lebih cepat dari biasanya. Kelopak mata tampak bengkak,
kaki tampak bengkak, terkadang muntah sekitar gelas kecil /
sesuai yang dimakan. Anak tampak lemas. BAK dan BAB tidak ada
kelainan. Lalu anak dibawa ke RS. Kota Semarang, diperiksa Lab.
Darah dengan hasil : Hb : 9,7 g/dL ; Leu : 96.700/l ; Tr :
1.057.000/l ; Hc : 30,9%. Dan mendapat rujukan ke RS. Dr. Iskak
Pernah dirawat di rumah sakit
An. A pernah dirawat di RS Kota karena panas tinggi
Obat-obatan yang digunakan
Ibu mengatakan An.A pernah mendapatkan paracetamol sirup
dari puskesmas
Tindakan operasi
An.A belum pernah dilakukan tindakan operasi.
Alergi
17

An.A tidak mempunyai riwayat alergi


Kecelakaan
An.A tidak pernah jatuh / cedera sampai dirawat di RS
Imunisasi
Ibu pasien mengatakan An.A belum pernah mendapatkan
imunisasi

- Riwayat Keperawatan Kelahiran


Pre Natal
Selama kehamilan ibu melakukan pemeriksaan ke bidan lebih dari 6
kali, imunisasi TT, tidak pernah menderita sakit selama hamil.
Intra Natal
An.A lahir ditolong oleh bidan, letak belakang kepala, spontan,
langsung menangis, berat badan lahir 2800 gram, panjang badan 48
cm, umur kehamilan 9 bulan.
Post Natal
Bayi diasuh oleh kedua orang tua, diberikan ASI eksklusif,
mulai awal bulan sudah diberikan makanan tambahan selerac.
- Riwayat Sosial
Yang mengasuh
An.A diasuh oleh kedua orang tuanya, kedua orang tua sangat
menyayanginya.
Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan antara anggota keluarga baik, ada komunikasi antar
anggota keluarga. Saat dirawat di RS orang tua selalu menjaga pasien
Pembawaan secara umum
An.A terlihat kurang aktif
Lingkungan rumah
Keluarga mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih, ada
jendela.
18

- Riwayat Keperawatan Keluarga


Berat Badan (dalam presentil) BB = 7 kg
Tinggi / panjang badan (dalam presentil) PB = 64 cm
Kebiasaan pemberian makan: An.A minum ASI eklusif
Diit khusus: Selama dirawat anak A mendapatkan ASI 3 X 200 cc susu melalui
NGT

- Riwayat Sosial
Pola istirahat /tidur
An.A mempunyai kebiasaan tidur siang jam 13.00 dan jika malam
sering terjaga
Pola kebersihan
An.A mandi masih dibantu oleh ibunya
Pola eliminasi
An.A sebelum sakit BAB 2X sehari, BAK 8 kali sehari, setelah sakit
BAB 1x sehari
.

Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : GCS : E= 4, M= 6, V= 5 Composmentis
Nadi : 124x/ menit dengan kekuatan lemah
Pernafasan : 60x/ menit dengan nafas cepat dan meningkat
Suhu tubuh : 372 0 C
Kulit :
- Berkeringat, lembab, turgor baik.
- Warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada bekas luka, elastis.
Mata :
- Konjungtiva : tidak anemis
- Sclera : tidak icteric
- Pupil : normal berbentuk bulat, diameter 3 mm kanan kiri dan
reflek cahaya ( + ) langsung
19

Kepala :
- Rambut : warna hitam, lurus,
- Kulit kepala : tidak ada laserasi, kulit kepala berminyak.
Hidung :
- Septum deviasi tidak ada, concha normal, tidak ada polip, rongga hidung
bersih, ada cuping hidung
Telinga :
- Daun telinga : simetris antara kanan dan kiri, bersih
- Liang telinga : tidak terdapat serumen
- Fungsi pendengaran : bersih, tidak ada sekret/serumen, fungsi pendengaran
tidak ada gangguan, bentuk simetris
Mulut :
- Mulut bersih, tidak berbau, bibir berwarna pucat, lidah bersih, mukosa
lembab
Leher :
- Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ditemukan distensi vena
jugularis.

Dada :
- Frekuensi : 65x/menit
- Inspeksi : Bentuk simetris dengan perbandingan anteroposterior:lateral
kanan kiri=2:1, terdapat retraksi dinding dada
- Palpasi : tactil fremitus meningkat pada kedua sisi kanan dan kiri.
- Perkusi : sonor seluruh lapang paru
- Auskultasi : ronchi basah halus pada daerah lobus bawah
- Jantung : batas kiri dan kanan sulit dinilai
Perut :
- Inspeksi : Perut datar, tidak ada massa, lemas.
- Auskultasi : Peristaltik usus normal 12 x/ menit.
- Palpasi : Tidak terdapat distensi abdominal maupun pembesaran hepar
- Perkusi : Timpani
20

Genetalia :
- Tidak ada jamur, Testis tindak oedem, skrotum tidak membesar, penis
normal. Pada anus tidak terdapat hemoroid.
Ekstrimitas :
- Ekstrimitas atas : Simetris, tidak ada oedem, tidak terdapat sianosis
- Ekstrimitas bawah : Simetris, tidak ada edema, tidak terdapat sianosis

Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


Hasil pemeriksaan didapatkan hasil :
- Personal Sosial
Mampu mengamati tangannya
Kesimpulan : pada sektor personal tidak ada ketelambatan pada an. A
- Motorik Halus
Mampu memegang icik icik
Mampu membuat tangan bersentuhan
Mampu mengikuti gerakan 180 derajat
Mengamati manik - manik

Kesimpulan : Motorik halus sesuai denagn anak usia 3 bulan


- Bahasa
Mampu tertawa
Mampu berteriak
Mampu menoleh ke bunyi icik icik
Mampu meniru bunyi kata - kata
Kesimpulan : bahasa sesuai dengan anak usia 3 bulan
- Motorik kasar
Mampu mengangkat kepala
Mampu membalik
Mampu duduk kepala tegap
Mampu menumpu beban pada kaki
Dada terangkat menumpu 1 lengan
21

Kesimpulan : motorik kasar sesuai dengan anak usia 3 bulan

Pemeriksaan Diagnostik
I. Laboratorium
Tanggal 9 April 2017
Hematologi
Hb : 8,20 gr/ dL
Hematokrit : 27,8 %
Erythrosit : 3,64 juta/ mmk
MCV : 76,4 fL
MCH : 22,5 pg
MCHC : 29,5 gr/ dL
Leukosit : 26,4 ribu/ mmk

Hitung Jenis Darah Tepi


Eosinofil : 2%
Basofil : 0%
Batang : 0%
Segmen : 58%
Limfosit : 30%
Monosit : 6%
Eritrosit : anisitosis ringan poikilositosis sedang
Trombosit : jumlah meningkat, bentuk normal
Leukosit : jumlah tampak meningkat, limfosit teraktivasi +, smudge cell +
RDW : 17,4 %
MPV : 7,60 fL

Program Terapi

O2 Headrop
Suction periodik
22

Inj. Ceftriaxon 2x 300 mg iv


Infus D5 Ns 480/20/5
Inj. Ca Glukonas 2x3,5 cc iv pelan
Paracetamol 4-6 x tab jika T 380 C
Tranfusi albumin 2x pemberian 20% dgn indikasi albumin < 1 mg/dL

3.3 Diangnosa Keperawatan


No Data Fokus Masalah/ Dx Keperawtan
1 S: orang tua mengeluh anak A. Gangguan bersihan jalan nafas b.d
sesak, dan batuk pilek akumulasi sekret di bronkus
O:
- Batuk, pilek
- Ronkhi basah halus
- Produksi sputum berlebih
- Sesak nafas (dyspnea)
- Nafas cepat dan meningkat
- RR: 60x/menit
2 S: - Resti penyebaran infeski b.d infeksi
O: pada parenkim paru-paru
- Leukosit 26,4 ribu gr/dl
- Terpasang infus D5% 5
tetes/menit
- T: 37C

3.4 Intervensi Keperawatan

No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi


1 Gangguan bersihan Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan klien semi fowler
jalan nafas b.d keperawatan selama 2 X 2. Berikan O2 lembab sesuai
akumulasi sekret 24 jam, tidak terjadi dengan program : O2
di bronkus gangguan bersihan jalan headrop dgn saturasi O2 98%
nafas dengan 3. Pantau adanya suara nafas
Kriteria Hasil tambahan
Tidak ada dispneu 4. Kolaborasi pastural drainage
Tidak ada suara ronchi dengan fisioterapi
Freukensi pernafasan 5. Lakukan suction saat
antara 30 40 x/menit hipersekresi
23

Produksi sputum 6. Berikan obat sesuai program


berkurang - Inj. Ceftriaxon 2x 300
mg iv
- Inj. Ca Glukonas 2x3,5
cc
2 Resti penyebaran Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda tanda infeksi
infeski b.d infeksi selama 2 X 24 jam, tidak 2. Anjurkan ortu untuk cuci
pada parenkim terjadi resiko tinggi tangan sebelum dan sesudah
paru-paru penyebaran infeksi dengan kontak dengan anak
KH : 3. Berikan antibiotika sesuai
- Leukosit dbn (5.000 - pogram
10.000gr/dl)

3.5 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupaka tindakan yang dilakukan sesuai dengan


intervensi perawatan yang sudah disusun.

3.6 Evaluasi Keperawatan

No Dx Keperawatan Evaluasi Keperawatan


1 Gangguan bersihan S : orang tua mengatakan anaknya sudah
jalan nafas b.d jarang batuk
akumulasi sekret di
bronkus O:
- RR 55 X/meit
- Ronkhi basah masih terdengar
A : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan semua intervens

2 Resti penyebaran S:-


infeski b.d infeksi pada O:
parenkim paru-paru - Tidak ada tanda tanda infeksi
- T : 3680 C
A : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1 dan 2
24

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit pernfasan yang mematikan


dan sering menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun. Bronkopneumonia sering
disalah artikan sebagi flu biasa oleh orang tua karena gejalanya demam dan flu
batuk. Sehingga perlu penyuluhan dan edukasi kepada keluarga untuk antisipasi
bronkopneumonia. Setidaknya anak perlu melakukan cek up di rumahsakit, untuk
gejala-gejala yang mengarah ke penyakit pernafasan. Serta peran perawat yang
perlu melakukan screening ke masyarakat untuk deteksi dini dan penemuan faktor
risiko di lingkungan.

4.2 Saran

Setelah mengetahui etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala dari


bronkopneumonia disarankan untuk melakukan pengobatan secara teratu di
rumahsakit. Selain itu sebagai seorang perawat disarankan untuk memberikan
dukungan kepada klien dan keluarga agar tidak putus asa dalam menjalain
pengobatan.
25

DAFTAR PUSTAKA

Administrated by the Alberta Medical Association. 2002. Guideline For The


Diagnosis and Management Of Community Acquired Pneumonia:
Pediatrics. url:http://www.centralhealth.nl.ca/assets/PandemicInfluenza/PN
EUMONIAPEDIATRICS.pdf\ [diakses, 14 Septemer 201]

Aziz Alimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika

Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article


/967822-overview (9 September2017)

Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC

Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., Carter E.R., Harrison C.,
Kaplan S.L., Mace S.E., McCracken Jr G.H., Moore M.R., St Peter S.D.,
Stockwell J.A., and Swanson J.T. 2011. The Management of Community-
Acquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age :
Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society
and the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-
630

Doenges, Marilynn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakata : EGC

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC

DR. Nursalam, M.Nurs, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.Jakarta :
Salemba Medika

Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan
oleh Vidhia Umami. Jakarta: Erlangga

Herdman. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC


26

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika

Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Penerbit IDAI

Mansjoer Arif. 2005. Pneumonia dalam Kapita selekta Kedokteran jilid 2, edisi 3.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan


oleh Alfrina Hany. 2005. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Pernafasan. Jakarta. Salemba Medika

Nettina, Sandra M.(2001).Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Standar Perawatan


Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Terjemahan oleh
Susan Martin Tucker, et al. 1998. Jakarta: EGC

Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease


Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994

RAHAYU, MEGA PUTRI BUDI. Asuhan Keperawatan Pada An. N Dengan


Gangguan Sistem Pernapasan: Bronkopneumonia Di Ruang Flamboyan
Rsud Sukoharjo. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


Salemba Medica.

Sandra, Nettina M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC

Sloana, Ethel, .(2004) Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC


27

Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume I.


Jakarta : EGC

Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2006. Pneumonia dalam buku kuliah
jilid 3 Imu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan anak FKUI: Jakarta.

Syaifuddin,.(2006). Anatomi Fisiologi Untuk mahasiswa Keperawatan. Jakarta:


EGC

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis


NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Zul Dahlan.(2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

You might also like