Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
oleh
NIM 152310101008
UNIVERSITAS JEMBER
2017
ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK
MAKALAH
diajukan guna memenuhi tugas tersruktur mata kuliah Keperawatan Maternitas
dengan Dosen pembimbing: Peni Perdani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
oleh
ii
PRAKATA
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN
iv
3.6 Evaluasi Keperawatan ........................................................... 23
BAB 4. PENUTUP
DAFTAR ISI
4.1 Kesimpulan............................................................................ 24
4.2 Saran...................................................................................... 24
v
1
BAB 1. PENDAHULUAN
Rumusan masalah yang bisa disusun sesuai dengan latar belakang diatas yaitu
a. Definisi Bronchopneuomonia
b. Anatomi fisiologi Bronkus
c. Etiologi Bronchopneumonia
d. Patofisiologi Bronchopneumonia
e. Manifestasi klinis Bronchopneumonia
f. Penatalaksanaan Bronchopneumonia
g. Pemeriksaan penunjang Bronchopneumonia
h. Pathway Bronchopneumonia
i. Asuhan keperawatan pada anak Bronchopenumonia
3
2.1 Definisi.
2.2.1 Anatomi
a. Bronchus.
4
darah besar.Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) dan dasar.
Pembuluh darah paru dan bronchial, bronkus, saraf dan pembuluh limfe
memasuki tiap paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru. (Sloana,
2004)
Paru kanan dibagi menjadi tiga lobus dan paru kiri dibagi menjadi
dua lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen
sesuai dengan segmen bronchusnya. Paru kanan mempunyai 3 buah
segmen pada lobus inferior, 2 buah segmen pada lobus medialis, 5 buah
pada lobus superior kiri. Paru kiri mempunyai 5 buah segmen pada lobus
inferior dan 5 buah segmen pada lobus superior. Tiap-tiap segmen masih
terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobules.
Didalam lobolus, bronkhiolus ini bercabang- cabang banyak sekali,
cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2- 0,3mm (Sloana, 2004)
Letak paru dirongga dada di bungkus oleh selaput tipis yang
bernama selaput pleura. Pleura dibagi menjadi dua :1.) pleura visceral
(selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus
paru.2.) pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah
luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum
pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa
udara)sehingga paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit
cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura),
menghindarkan gesekan antara paru dan dinding sewaktu ada gerakan
bernafas. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir,
sehingga mencegah kolpas paru kalau terserang penyakit, pleura
mengalami peradangan, atau udara atau cairan masuk ke dalam rongga
pleura, menyebabkan paru tertekan atau kolaps (Sloana, 2004)
6
2.2.2 Fisiologi
a. Bronkus
Silia pada sel sel epitel berperan dalam penyaringan udara pernapasan.
Fungsi penyaringan ini sama dengan penyaringan yang terjadi di dalam
hidung. Hanya saja penyaringan udara yang terjadi di dalam bronkus hanya
sekedar penyaringan sekunder.
Mukus atau lendir yang dihasilkan oleh sel- sel epitel bronkus berfungsi
untuk melembabkan atau menghangatkan udara pernapasan. Suhu lingkungan
akan mempengaruhi udara pernapasan. Ketika cuaca panas, maka udara panas
yang masuk akan dilembabkan oleh mukus. Dan sebaliknya ketika udara
dingin masuk, mukus ini akan menghangatkan udara tersebut. Sehingga tidak
terjadi perbedaan suhu.
Bronkus tersusun atas tulang rawan, bronkus masuk ke dalam paru paru
yang lunak. Dengan tulang rawan ini bronkus dapat menopang paru paru.
(Sloana, 2004)
b. Paru-paru
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan
yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot.
Seperti yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus.
Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan
iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus
mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis
eksternus mengangkat iga-iga (Syaifuddin, 2006)
parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir
pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen
diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami
penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi
berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam
ruangan sepi anatomic saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan
karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah
menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida ini
kemudian dikeluarkan ke atmosfir (Syaifuddin, 2006)
2.3 Etiologi
1. Faktor Infeksi
a. Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus
(RSV).
b. Pada bayi :
Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus.
9
2.4 Patofisiologi
a. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan
alveoli.
b. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam
saluran pencernaan dam menginfeksinya mengakibatkan terjadinya
peningkatan flora normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus
mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang
atau PaO2 pada analisis gas darah 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak
diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi
reaksi antibioti awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu
tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25
mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi
dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
1. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis
2. Berat ringan penyakit
3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari
Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error)
maka harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam
sekali sampai hari ketiga. Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan
perbaikan yang nyata dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih
tepat sesuai dengan kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan
dulu ada tidaknya penyulit seperti empyema, abses paru yang menyebabkan
seolah-olah antibiotik tidak efektif).
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah
13
b. Pemeriksaan Radiologi
- Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai
pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 1996)
- Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)
14
2.8 Pathways
Jamur, bakteri, protozoa
Resti terhadap
penyebaran
Masuk alveoli
Peningkatan
suhu tubuh Kongestif ( 4-12 jam )
Nyeri
Eksudat dan seruos masuk pleuritik
PMN Konsolidasi
jaringan paru Gangguan
pertukaran gas
Berkeringat Metabolisme
meningkat Compliance paru
menurun
Intoleransi
Sputum kental
aktivitas
Mual, muntah
Gangguan bersihan
jalan nafas
15
3.1 Kasus
Tn. J membawa anaknya ke Rs. Dr. Kariadi An. A dengan keluhan panas
tinggi, batuk dan pilek. Nafas anak tampak lebih cepat dari biasanya. Kelopak
mata tampak bengkak, kaki tampak bengkak. Keluarga melaporkan anaknya
terkadang muntah sekitar gelas kecil. Anak tampak lemas. BAK dan BAB tidak
ada kelainan. Diperiksa Lab. Darah dengan hasil : Hb : 9,7 g/dL ; Leu : 96.700/l
; Tr : 1.057.000/l ; Hc : 30,9%.
3.2 Pengkajian
Tanggal masuk : 10 April 2017
Jam : 19.15
Ruang : C1L2 ( Anak )
No. Reg. : C346907
Identitas
Nama : An. A
Umur : 2 bulan 28 hari
Nama Ayah : Tn. J
Nama Ibu : Ny. I
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Sumbersari
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Ayah : SLTA
Pendidikan Ibu : SLTA
16
Keluhan Utama
Orang tua mengeluh anaknya sesak, batuk dan pilek
Riwayat Keperawatan
- Riwayat Perawatan Sekarang
Penyakit waktu kecil
2minggu sebelum masuk rumah sakit, orang tua pasienmengatakan
anak panas tinggi, secara terus menerus serta panas menurun ketika
diberi obat turun panas. Pasien menderita batuk serta pilek. Pasien
tidak menggigil, tidak mengalami kejang. Pasien tidak mengalami
mual serta muntah. BAK dengan jumlah cukup, warna kuning serta
bau khas. BAB tidak mengalami gangguan warna hijau, konsistensi
padat serta bau khas
1minggu yang lalu anak masih panas tinggi, naik turun. Pasien
masih batuk dan pilek. Anak masih bersedia makan dan minum,
BAB dan BAK tidak ada kelainan. Anak dibawa ke puskesmas dan
diberi paracetamol sirup, namun belum ada perbaikan.
3hari lalu anak masih panas tinggi, batuk dan pilek. Nafas anak
tampak lebih cepat dari biasanya. Kelopak mata tampak bengkak,
kaki tampak bengkak, terkadang muntah sekitar gelas kecil /
sesuai yang dimakan. Anak tampak lemas. BAK dan BAB tidak ada
kelainan. Lalu anak dibawa ke RS. Kota Semarang, diperiksa Lab.
Darah dengan hasil : Hb : 9,7 g/dL ; Leu : 96.700/l ; Tr :
1.057.000/l ; Hc : 30,9%. Dan mendapat rujukan ke RS. Dr. Iskak
Pernah dirawat di rumah sakit
An. A pernah dirawat di RS Kota karena panas tinggi
Obat-obatan yang digunakan
Ibu mengatakan An.A pernah mendapatkan paracetamol sirup
dari puskesmas
Tindakan operasi
An.A belum pernah dilakukan tindakan operasi.
Alergi
17
- Riwayat Sosial
Pola istirahat /tidur
An.A mempunyai kebiasaan tidur siang jam 13.00 dan jika malam
sering terjaga
Pola kebersihan
An.A mandi masih dibantu oleh ibunya
Pola eliminasi
An.A sebelum sakit BAB 2X sehari, BAK 8 kali sehari, setelah sakit
BAB 1x sehari
.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : GCS : E= 4, M= 6, V= 5 Composmentis
Nadi : 124x/ menit dengan kekuatan lemah
Pernafasan : 60x/ menit dengan nafas cepat dan meningkat
Suhu tubuh : 372 0 C
Kulit :
- Berkeringat, lembab, turgor baik.
- Warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada bekas luka, elastis.
Mata :
- Konjungtiva : tidak anemis
- Sclera : tidak icteric
- Pupil : normal berbentuk bulat, diameter 3 mm kanan kiri dan
reflek cahaya ( + ) langsung
19
Kepala :
- Rambut : warna hitam, lurus,
- Kulit kepala : tidak ada laserasi, kulit kepala berminyak.
Hidung :
- Septum deviasi tidak ada, concha normal, tidak ada polip, rongga hidung
bersih, ada cuping hidung
Telinga :
- Daun telinga : simetris antara kanan dan kiri, bersih
- Liang telinga : tidak terdapat serumen
- Fungsi pendengaran : bersih, tidak ada sekret/serumen, fungsi pendengaran
tidak ada gangguan, bentuk simetris
Mulut :
- Mulut bersih, tidak berbau, bibir berwarna pucat, lidah bersih, mukosa
lembab
Leher :
- Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ditemukan distensi vena
jugularis.
Dada :
- Frekuensi : 65x/menit
- Inspeksi : Bentuk simetris dengan perbandingan anteroposterior:lateral
kanan kiri=2:1, terdapat retraksi dinding dada
- Palpasi : tactil fremitus meningkat pada kedua sisi kanan dan kiri.
- Perkusi : sonor seluruh lapang paru
- Auskultasi : ronchi basah halus pada daerah lobus bawah
- Jantung : batas kiri dan kanan sulit dinilai
Perut :
- Inspeksi : Perut datar, tidak ada massa, lemas.
- Auskultasi : Peristaltik usus normal 12 x/ menit.
- Palpasi : Tidak terdapat distensi abdominal maupun pembesaran hepar
- Perkusi : Timpani
20
Genetalia :
- Tidak ada jamur, Testis tindak oedem, skrotum tidak membesar, penis
normal. Pada anus tidak terdapat hemoroid.
Ekstrimitas :
- Ekstrimitas atas : Simetris, tidak ada oedem, tidak terdapat sianosis
- Ekstrimitas bawah : Simetris, tidak ada edema, tidak terdapat sianosis
Pemeriksaan Diagnostik
I. Laboratorium
Tanggal 9 April 2017
Hematologi
Hb : 8,20 gr/ dL
Hematokrit : 27,8 %
Erythrosit : 3,64 juta/ mmk
MCV : 76,4 fL
MCH : 22,5 pg
MCHC : 29,5 gr/ dL
Leukosit : 26,4 ribu/ mmk
Program Terapi
O2 Headrop
Suction periodik
22
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika
Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC
Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., Carter E.R., Harrison C.,
Kaplan S.L., Mace S.E., McCracken Jr G.H., Moore M.R., St Peter S.D.,
Stockwell J.A., and Swanson J.T. 2011. The Management of Community-
Acquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age :
Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society
and the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-
630
DR. Nursalam, M.Nurs, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.Jakarta :
Salemba Medika
Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan
oleh Vidhia Umami. Jakarta: Erlangga
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Penerbit IDAI
Mansjoer Arif. 2005. Pneumonia dalam Kapita selekta Kedokteran jilid 2, edisi 3.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Muttaqin, Arif. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Pernafasan. Jakarta. Salemba Medika
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2006. Pneumonia dalam buku kuliah
jilid 3 Imu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan anak FKUI: Jakarta.
Zul Dahlan.(2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.