You are on page 1of 9

Kamis, 02 Februari 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANEMIA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga (SKSRT) 2001, prevalensi anemia pada
balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan remaja sekitar 26,5%. Sementara survey DKI
Jakarta 2004 menunjukan prevalensi anemia pada balita sebesar 26,5%, 35 juta remaja menderita
anemia gizi besi, usia 6 bulan cedangan besi iitu akan menipis, sehingga diperlukan asupan besi
tambahan untuk mencegah kekurangan besi. Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia
kekurangan zat besi atau iron deficiency anemia. Penyebabnya umumnya adalah pola makan
yang kurang tepat.
Anemia adalah keadaan dimana jumblah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin
turun dibawah normal.(wong,2003). Anemia lainnya adalah karena pendarahan, anemia karena
pabriknya mengalami gangguan(sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan baik
dan penyebabnya bermacam-macam) ,bisa juga anemia karena yang bersangkutan menderita
suatu penyakit keganasan seperti kanker, leukemia dll, tapi biasanya dokter akan tahu karena hati
dan limpanya membesar. Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih
berbahaya dari kerusakan sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak mungkin
dikembalikan seperti semula. Karena itu, pada masa emas dan kritis perlu mendapat perhatian.
Peran perawat disini adalah melakukan asuhan keperawatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitasi yaitu adalah untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan,
mengobati, dan pemulihan kesehatan pada masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Anemia ?
2. Bagaimana Patofisiologi Anemia ?
3. Apa Komplikasi dari Anemia ?
4. Apa Data Pemeriksaan Penunjang Anemia ?
5. Bagaimana cara Pencegahan pada Anemia ?
6. Bagaimana Penatalaksana Medis pada Anemia ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Anemia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.
c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkian muncul pada pasien anemia.
d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.
e. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Anemia.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah hanya meliputi pengertian anemia, patofiologi,
komplikasi yang ditimbulkan anemia, pemeriksaan penunjang, pencegahan, penatalaksanaan
medis dan asuhan keperawatan anemia.

E. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah deskriftif
dengan pendekatan literatur.
F. Sistematika Penulisan
Dalam proses pembuatan makalah ini adapun tahapan-tahapan dari sistematika
penulisan :
BAB I : Meliputi pendahuluan yang terdiri dari : Latar belakang masalah, Rumusan masalah,
Tujuan penulisan, Ruang lingkup, Metode penulisan dan Sistematika penulisan.BAB II :
Tinjauan Teoritis yang terdiri dari : Pengertian, Patofisiologis, Komplikasi, Pemeriksaan
penunjang, Pencegahan, Penatalaksana medis, ASKEP.BAB III : Penutup yang meliputi
Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari
harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12
g/dl dan Ht <37 % pada wanita. (Arif Mansjoer,dkk. 2001).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah keadaan dimana jumblah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin
turun dibawah normal.(wong,2003).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :
256).
Macam-macam anemia berdasarkan etiologinya yaitu:
1. Anemia pasca pendarahan (Kehilangan darah mendadak, kehilangan darah menahun).
2. Anemia defisiensi besi.
3. Anemia megaloblastik (defisiensi asam folat dan b12).
4. Anemia hemolitik dan anemia aplastik.
B. Patofisiologis
1. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folicacid, piridoksin, vitamin C dan copper

2. Perjalanan penyakit
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus
yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin
plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik
pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke
seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya
dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
Gejala awal anemia adalah keluhan badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan,
daya konsentrasi menurun, sakit kepala, pandangan sering berkunang-kunang terutama dari
keadaan duduk kemudian berdiri. Tanda lainnya adalah kelopak mata, wajah, ujung jari dan bibir
biasanya tampak pucat.
3. Manifestasi Klinik
1. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan HB, Vasokontriksi
2. Takikardi dan bising jantung ( peningkatan kecepatan aliran darah ) Angin ( sakit dada ).
3. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktivitas ( pengiriman O2 berkurang).
4. Sakit kepala, kelemahan, tinitus ( telinga berdegung ) menggambarkan berkurangnya oksigenasi
pada SSP.
5. Anemia berat gangguan GI dan CHF ( anoreksia, nausea, konstipasi atau diare ).
A. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia adalah:

1. gagal jantung,

2. parestesia dan

3. kejang.

B. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan radiologi ditemui :
1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 14 g/dl )
2. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia aplastik )
C. Pencegahan
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat
besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara
mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada
sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-
kacangan.

D. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Aktifitas / Istirahat
Keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja
Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
2. Sirkulasi
Riwayat kehilangan darah kronis,
Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi.
3. Integritas ego
Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan, misalnya: penolakan
tranfusi darah.
4. Eliminasi
Riwayat pielonenepritis, gagal ginjal.
Flatulen, sindrom malabsobsi.
Hematemesi, melana.
Diare atau konstipasi
5. Makanan / cairan
Nafsu makan menurun
Mual/ muntah
Berat badan menurun
6. Nyeri / kenyamanan
Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala.
7. Pernapasan
Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas
8. Seksualitas
Perubahan menstruasi misalnya menoragia, amenore
Menurunnya fungsi seksual
Impotent

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)
dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi
; tidak mengenal sumber informasi.
3. Intervensi dan Implementasi Keperawatan

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah :
1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
riteria hasil : - mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
Intervensi & implementasi
Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia
berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi
untuk mencegah pneumonia.
Tingkatkan masukkan cairan adekuat.
Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran
dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada
anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
Amati eritema/cairan luka.
Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit
tertekan.
Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi
pilihan pengobatan.
Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
teria hasil :- menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
- tidak mengalami tanda mal nutrisi.
- Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang sesuai.

Intervensi & implementasi


Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral
luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang
dibutuhkan.
Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral
yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)


dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : - melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan
darah masih dalam rentang normal.

Intervensi & implementasi


Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
keamanan pasien/risiko cedera.
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah
baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan paru.
Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus
otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.

4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari
harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12
g/dl dan Ht <37 % pada wanita. (Arif Mansjoer,dkk. 2001).Anemia adalah keadaan dimana
jumblah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(wong,2003).
Macam-macam anemia berdasarkan etiologinya yaitu anemia pasca pendarahan (Kehilangan
darah mendadak, kehilangan darah menahun), anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik
(defisiensi asam folat dan b12), anemia hemolitik dan anemia aplastik.
B. Saran
Untuk lebih mengetahui lagi mengenai Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan
Anemia, pembaca bisa mencari bahan Keperawatan Medikal Bedah yang membahas mengenai
Anemia disitus-situs internet dan buku-buku Keperawatan Medikal Bedah yang membahas
mengenai Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Anemia.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli.,
Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis


Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta.
Keperawatan medical bedah II. Jakarta: egc wong, donna. 2003
Patofsiologi. Jakarta: egc smeltzer & bare. 2002
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta

You might also like