You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap melakukan aktivitas terkadang kita tidak memperhatikan postur tubuh yang
baik, sehingga membuat postur tubuh yang condong ke depan, atau badan yang
bungkuk. Banyak orang mengira, semua itu terjadi secara alami. Postur tubuh yang baik
merupakan bagian integral dari kesehatan fisik dan mental. Postur yang kurang baik bisa
dikoreksi, karena kalau tidak, postur buruk itu akan jadi permanen. Anda pun menderita di
kemudian hari.
Sementara Body alignment adalah susunan geometric bagian-bagian tubuh dalam
hubungannya dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Body alignment baik akan
meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi tubuh yang maksimal, baik dalam
posisi berdiri, duduk, maupun tidur. Body aligment yang baik: keseimbangan pada persendian
otot, tendon, ligamen.
Body Alignment yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan yang baik, mengurangi
jumlah energi yang digunakan untuk mempertahankan keseimbangan, mengurangi kelelahan,
memperlyas ekspansi paru Meningkatkan sirkulasi renal dan fungsi gastrointestinal. Body
alignment yang buruk dapat: Mengurangi penampilan individu dan mempengaruhi kesehatan
yang dapat mengarah pada gangguan. Perawat merupakan role model yang penting dalam
mengajarkan kebiasaan yang sehat/baik: postur tubuh yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan rentang gerak, gaya berjalan, latihan dan toleransi
aktivitas?
2. Bagaimanakah kesejajaran tubuh ?
3. Bagaimanakah posisi tubuh yang aman saat bekerja ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui rentang gerak, gaya berjalan, latihan dan toleransi aktivitas
2. Untuk mengetahui kesejajaran tubuh
3. Untuk mengetahui posisi tubuh yang aman saat bekerja

BAB II

1
PEMBAHASAN
A. Rentang Gerak (ROM)
Rentang gerak adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada
salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan transversal.
1. Latihan rentang gerak aktif disebut rentang gerak aktif jika pesien melakukan latihan
sendiri dengan intruksi dan kemungkian dari perawat dan anggota keluarga.
2. Rentang gerak pasif yang dilakukan perawat kepada pasien, dalam kasus ini perawat
melatih sendi untuk pasien. Beberapa pasien mulai dengan latihan rentang gerak pasif
dan meningkat pada latihan rentang gerak aktif.
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya ekternal
lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur
yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi,
kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf. Untuk mempertahankan ROM normal, setiap
ruas harus digerakkan pada ruang gerak yang dimilikinya secara periodik.
a. Tujuan dari rentang gerak :
Melakukan rentang gerak bertujuan untuk melatih aktivitas seluruh sendi tubuh
sehingga sendi-sendi tersebut tidak kaku, dan tidak terjadi kecelakan saat tubuh di gerakan.
Menjamin keadekuatan mobilisasi sendi.
b. Manfaat dari rentak gerak antara lain :
1. Sistem kardiovaskuler
a) Meningkatkan curah jantung
b) Memperbaiki kontraksi miokardial, menguatkan otot jantung
c) Menurunkan tekanan darah istirahat
d) Memperbaiki aliran balik vena
2. Sistem respiratori
a) Meningkatkan frekuensi dan kedalam pernafasan
b) Meningkatkan ventilasi alveolar
c) Menurunkan kerja pernapasan
d) Meningkatkan pengembangan diafragma
3. Sistem metabolik
a) Meningkatkan laju metabolisme basal
b) Meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak
c) Meningkatkan pemecahan trigliserida
d) Meningkatkan motilitas lambung
e) Meningkatkan produksi panas tubuh
4. Sistem musculoskeletal
a) Memperbaiki tonus otot
b) Meningkatkan mobilisasi sendi
c) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
5. Toleransi aktivitas
a) Meningkatkan toleransi
b) Mengurangi kelemahan

2
6. Faktor psikososial
a) Meningkatkan toleransi terhadap stress
b) Melaporkan perasaan lebih baik

1) Gerakan ROM (Ambulasi / Transport pasien)


Ambulasi merupakan upaya seseorang untuk melakukan latihan jalan atau berpindah
tempat. Tindakan yang berhubungan dengan Ambulasi :
1. Latihan Ambulasi
a. Duduk ditempat diatas tidur
Cara:
1) Anjurkan pasien untuk melctakkan tangan di samping badannya, dengan telapak
tangan menghadap ke bawah
2) Berdirilah di samping tempat tidur kemudian letakkan tangan pada bahu pasien
3) Bantu pasien untuk duduk dan beri penopang/bantal
b. Turun dan berdiri
Cara:
1) Atur kursi roda dalam posisi terkunci.
2) Berdirilah menghadap pasien dengan ke dua kaki merenggang.
3) Fleksikan lutut dan pinggang anda.
4) Anjurkan pasien untuk meletakkan ke dua tangannya di bahu Anda dan letakkan
kedua tangan Anda di samping kanan kiri pinggang pasien
5) Ketika pasien melangkah ke lantai tahan lutut anda pada lutut pasien
6) Bantu berdiri tegak dan jalan sampai ke kursi
7) Bantu pasien duduk di kursi dan atur posisi secara nyaman

c. Membantu berjalan
Cara:
1) Anjurkan pasien untuk melctakkan tangan di samping badan atau memegang
tclapak tangan anda.
2) Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan tangan pada bahu pasien
3) Bantu pasien untuk jalan

2. Membantu Ambulasi dengan Memindahkan Pasien


Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak dapat
atau tidak boleh berjalan dari tempat tidur ke branchard.

3
Cara :
a. Atur branchard dalam posisi terkunci.
b. Bantu pasien dengan 2-3 orang.
c. Berdiri menghadap pasien.
d. Silangkan tangan di depan dada.
e. Tekuk lutut Anda, kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien.
f. Orang pertama meletakkan tangan di bawah ieher/ bahu dan bawah pinggang, orang
kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan panggul pasicn dan orang ketiga
meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki.
g. Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard.
h. Atur posisi pasien di brachard.

2) Gerakan ROM (Mobilisasi)


Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah,
dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya.
a) Jenis Mobilitas :
1. Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh
dan bebas sehingga dapat mcaakukan interaksi sosial dan menjalankan peran schari-hari.
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan yang jelas, dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus
cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami
mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
Mobilitas sebagian ini dibagi mcnjadi dua jenis, yaitu:
a. Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
b. Mobilitas sebagain permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menctap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf
yang revc;rsibel. Contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera

4
tulang belakang, dan untuk kasus poliomielitis terjadi karena terganggunya sistem saraf
motorik dan sensorik.
b) Faktor yang Memengaruhi Mobilitas
Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang,
karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaaan sehari-hari.
2. Proses Penyakit/injuri. Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karena
dapat mcmengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh orang yang menderita fraktur femur
akan mengalami keterbatasan pcrgerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
3. Kebudayaan. Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi oleh kebudayaan.
Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering bc;rjalan jauh memiliki kemampuan
mobilitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena
adat dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas.
4. Tingkat Energi Seseorang. hnergi adalah sumber melakukan mobilitas. Agar seseorang
dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
5. Usia dan Status Perkembangan. terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tiungkat
usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak
sejalan dengan perkembangan usia.
c) Tindakan yang berhubungan dengan Mobilitas :
1. Mobilisasi aktif (Active ROM) adalah kemampuan klien dalam melakukan pergerakan
secara mandiri. Seperti :
a. Leher, Spina, Serfikal
Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45
Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45
Hiperektensi : Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45
Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap bahu,
rentang 40-45
Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler, rentang 180
Ulangi gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
b. Bahu
Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas
kepala, rentang 180
Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang 180
Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus, rentang 45-60

5
Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan
jauh dari kepala, rentang 180
Adduksi : Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin,
rentang 320
Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke belakang, rentang 90
Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping
kepala, rentang 90
Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360 Ulang gerakan
berturut-turut sebanyak 4 kali.
c. Siku
Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu, rentang 150
Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150
d. Lengan bawah
Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke
atas, rentang 70-90
Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah,
rentang 70-90
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
e. Pergelangan tangan
Fleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah, rentang 80-
90
Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan bawah berada
dalam arah yang sama, rentang 80-90
Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin, rentang
89-90
Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang 30
Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari, rentang 30-50
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
f. Jari tangan
Fleksi : Membuat genggaman, rentang 90
Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90
Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin, rentang 30-60

6
Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain, rentang 30
Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
g. Ibu jari
Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan, rentang 90
Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang 90
Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30
Adduksi : Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30
Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
h. Pinggul
Fleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120
Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain, rentang 90-120
Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50
Abduksi : Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang 30-50
Adduksi : Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin,
rentang 30-50
Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain, rentang 90
Rotasi luar : Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain, rentang 90
Sirkumduksi : Menggerakan tungkai melingkar
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali
i. Lutut
Fleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130
Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
j. Mata kaki
Dorsifleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas, rentang 20-30
Flantarfleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah, rentang 45-50
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
k. Kaki
Inversi : Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10
Eversi : Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
l. Jari-Jari Kaki

7
Fleksi : Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60
Ekstensi : Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60
Abduksi : Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain, rentang 15
Adduksi : Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

2. Mobilisasi fasif (Passive ROM) adalah pergerakan yang dilakukan dengan bantuan orang
lain, perawat atau alat bantu.
a. IndikasiPROM
Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan
pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
b. Sasaran PROM
1. Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
2. Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
3. Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
4. Membantu kelancaran sirkulasi
5. Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian
6. Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
7. Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
8. Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasen
c. Manfaat Mobilisasi :
1. Gerakan tubuh yang teratur dapat meningkatkan kesegaran tubuh
2. Memperbaiki tonus otot dan sikap tubuh,mengontrol berat badan,mengurangi
ketegangan,dan meningkatkan relaksasi
3. Menjaga kebugaran dari tubuh
4. Merangsang peredaran darah dan kelenturan otot
5. Menurunkan stress seperti : hipertensi, kelebihan BB, kepala pusing, kelelahan dan depresi
6. Merangsang pertumbuhan pada anak-anak
B. Mekanika Tubuh
1. Pengertian Body Mechanic
Body Mechanic (mekanika tubuh) adalah suatu usaha mengoordinasikan sistem
muskuloskeletal dan sistem saraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan
kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak dan melakukan aktivitas.
Penggunaan mekanika tubuh yang tepat dapat mengurangi risiko cedera sistem

8
muskuloskeletal. Mekanika tepat juga memfasilitasi pergerakan tubuh yang memungkinkan
mobilisasi fisik tanpa terjadi ketegangan otot dan penggunaan energi otot yang berlebihan.
Hal hal tersebut mencakup:
a. Kesejajaran tubuh (Body Alignment)
Kesejajaran tubuh dan postur merupakan istilah yang sama dan mengacu pada posisi
sendi, tendon, ligamen dan otot selama berdiri, duduk dan berbaring. Kesejajaran tubuh yang
benar mengurangi ketegangan pada struktur muskuloskeletal, mempertahankan tonus
(ketegangan) otot secara kuat dan menunjang keseimbangan.
Mekanika tubuh yang baik berawal dari postur tubuh yang tepat. Postur tubuh yang
tepat berarti terdapat keseimbangan antara kelompok otot dan bagian-bagian tubuh dalam
kesejajaran (posisi) yang baik. Postur tubuh yang benar adalah sama dalam semua posisi
berdiri, duduk dan berbaring.
Postur tubuh yang baik membuat tubuh berfungsi dengan baik dalam semua aktifitas.
Postur yang benar membuat gerakan mengangkat, menarik, dan mendorong lebih mudah.
Tulang belakang bagaikan tongat yang lentur dengan palang dekat bagian atasnya dan palang
yang lain dekat baian bawah. Otot-otot yang kuat melekatkan lengan dan kaki ke tulang
belakang. Otot-otot tulang ini berbentuk kecil. Otot-otot ini tidak mengangkat beban berat.
Tugas utama otot-otot untuk mengbengkokan punggung berbagai arah dan menahan
punggung dengan stabil, seperti jangkar kapal, sementara otot-otot kaki dan bau
melaksanakan pekerjaan berat. Untuk menghindari ketegangan otot-otot punggung anda,
bungkukkan pinggul dan lutut bila memindahkan benda. Bila anda mengangkat beban berat,
pegang erat dengan diri anda.
Postur tubuh berdiri yang baik :
1) Kedua kaki diletakkan datar pada lantai, retangkan sekitar 12 inci
2) Lengan berada di samping .
3) Punggung lurus
4) Otot-otot perut dikencangkan
Prinsip Body Alignment :
1) Keseimbangan dapat dipertahankan jika line of gravity melewati dan base of
support.
2) The base of support lebih luas dan pusat gravity lebih rendah kestabilan dan
keseimbangan lebih besar.
3) Jika line gravity berada diluar pusat dari base of support, energi lebih banyak
digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.

9
4) The base of support yang luas dan bagian-bagian dari body alignment baik akan
menghemat energi dan mencegah kelelahan otot.
5) Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot-otot.
6) Body alignment yang jelek dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri
kelelahan otot dan kontraktur.
7) Karena struktur anatomi individu berbeda maka intervensi keperawatan harus
secara individual dan sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.
8) Memperkuat otot-otot yang lemah, membantu mencegah kekakuan otot dan
ligament ketika body alignment jelek baik secara temporal maupun penggunaan yang
kurang hati-hati.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Body Alignment :
1) Gravity
Gravity adalah atraksi timba balik antara tubuh dan bumi.
2) Pontural refleks dan Apposing Muscles Group.
Action dari otot postural yang terus menerus menyokong seseorang pada posisi tegak
melawan gravity.
3) Perubahan postur
4) Struktur anatomy individu yang berbeda
Latihan untuk meningkatkan body alignment yang baik :
1) Berjalan
2) Berenang
Body Alignment yang baik dapat:
1) Meningkatkan fungsi tangan yang baik
2) Mengurangi jumlah energi yang digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
3) Mengurangi kelelahan
4) Memperlyas ekspansi paru
5) Meningkatkan sirkulasi renal dan fungsi gastrointestinal
Body alignment yang buruk dapat:
Mengurangi penampilan individu dan mempengaruhi kesehatan yang dapat mengarah
pada gangguan. Perawat merupakan role model yang penting dalam mengajarkan kebiasaan
yang sehat/baik: postur tubuh yang baik.
Kelainan Postur
Kelainan postur yang didapat atau congenital mempengaruhi efisiensi
system moskuloskeletal, seperti kesejajaran tubuh keseimbangan dan penampilan.

10
Macam2 abnormal:
1) Tortikolis
Diskripsi : Mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot
sternokleidomastoideus berkontraksi.
Penyebab : Kondisi congenital.
Penatalaksanaan: Operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan
tingkat keparahan.
2) Lordosis
Diskripsi : Kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan.
Penyebab : Kondisi congenital, kondisi temporer missal, kehamilan.
Penatalaksanaan : Latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab.
3) Kifosis
Diskripsi : Peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.
Penyebab : Kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan : Latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan tempat
tidur, memakai jaket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
4) Kifolordosis
Diskripsi : Kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab : Kondisi congenital.
Penatalaksanaan : Sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis
berdasarkan penyebab.
5) Skoliosis
Diskripsi : kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama.
Penyebab : kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan : immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
6) Kifoskoliosis
Diskripsi : tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral.
Penyebab : kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan : immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
7) Dysplasia Pinggung Kongenital
Diskripsi : ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul, dan kadang-
kadang kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung dengan assetatbulum karena
abnormal kedangkalan assetatbulum).
Penyebab : kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang).

11
Penatalaksanaan : mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga kaput vemur
menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips, pembedahan.
8) Knock-knee (genu varum)
Diskripsi : kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang
berjalan.
Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.
Penatalaksanaan : knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.

Kesejajaran Tubuh Pasien


Kesejajaran (posisi) tubuh pasien yang tepat harus dilakukan dengan hati-hati.
Kesejajaran tubuh yang tepat berarti menjaga seseorang berada pada posisi dimana tubuh
dapat berfungsi sebaik-baiknya. Lengkungan tubuh yang alami perlu di tunjag pada posisi
alamiah dengan bantal dan handuk yang digulung. Posisi yang tepat:
1) Membantu pasien merasa lebih nyaman.
2) Menguragi ketegangan
3) Membantu tubuh agar berfungsi lebih efisien
4) Menceah deformitas dan komplikasi, seperti kontrakturdan dekubitus.
Terdapat tujuh posisi dasar untuk pasien di tempat tidur :
1) Rekumben dorsal, rekumben horizontal, atau telentang. Posisi ini juga disebut
sebagai posisi terlentang atau supine. Bagiannya :
a) Tempat tidur berada pada posisi horizontal
b) Pasien terlentang
c) Sebuah bantal ditempatkan di bawah kepala pada pasien untuk kenyamanan.
d) Kedua lengan ekstensi dan ditahan bantal-bantal kecil.
e) Gulungan handuk dapat dipakai untuk menahan bagian belakang.
f) Bantal kecil atau gulungan handuk ditempatkan sepanjang sisi paha dan dilipat untuk
menghindari putaran punggung bagian luar.
g) Bantalan papan penyangga kaki dapat ditambahkan ke tempat tidur untuk menahan kaki.
Pada posisi yang tepat dan untuk menghindarkan foot droop.
h) Bantalan yang dilipat atau busa yang menahan diantara betis dan pergelangan kaki untuk
mengurangi tekanan pada tumit.
2) Pasien rekumben lateral kanan
Pasien dimiringkan ke sisi kanan. Tulang belakang harus lurus.
a) Bantal dapat ditempatkan di bawah kepala, di antara kaki dan punggung.

12
b) Lengan kanan ditekuk dan diletakkan di bawah bantal.
c) Lengan kiri diletakkan lurus di atas pinggul seperti pasien dalam posisi tegak. Posisi ini
memelihara kesejajaran tubuh yang tepat untuk bagian bahu. Metode lainnya dengan cara
menekuk lengan dan menopang dengan bantal.
d) Kaki kiri ditekuk sedikit. Ditopang dengan bantal untuk memepertahankan hubungan yang
tepat antara kaki dan panggul.
3) Posisi Telungkup (Prone)
Pasien diposisikan pada bagian perut. Tulang belakag lurus, kaki merentang. Lengan
ditekuk dan diletakkan di sisi kepala. Wajah pasien miring ke samping.
a) Bantal kecil diletakkan di bawah perut. Hal ini penting terutama bagi pasien wanita akan
mengurangi tekanan pada bagian payudara. Metode lainnya adalah menggulung handuk dan
meletakkan di bawah bahu untuk mengurangi tekanan.
b) Bantal lain ditempatkan di bagian bawah kaki. Hal ini menghindari tekanan pada jari kaki,
dan menjaga agar kaki berada di posisi yang tepat.
c) Pasien juga boleh dipindahkan posisinya ke ujung bagin bawah tempat tidur sehingga kaki
dapat diluruskan. Hal ini merupakan cara lain untuk mengurangi tekanan pada jari kaki.
4) Posisi Rekumben lateral kiri
Pasien dimiringkan ke kiri. Tulang punggung harus lurus.
a) Sebuah antal dapat digunakan di bawah kepala
b) Kaki kanan ditekuk, ditahan oleh bantal.cara ini mempertahankan hubungan yang besar
antara kaki dan panggul.
c) Bantal di depan pasien diulurkan ke bawah lengan kanan dan bahu.
d) Tangan kiri ditekuk dan diletakkan di bawah bantal yang berada di kepala.

5) Posisi Semi Fowlers


Pasien ditumpukan pada bagian punggung. Bagian kepala tempat tidur dinaikkan sebagai
berikut :
a) Semi Fowler kepala dinaikkan 30o
b) Fowler kepala dinaikkan 45o-60o
c) High Fowler kepala dinaikkan 90o
d) Digunakan satu, dua atau tiga bantal untuk menopang kepala dan bahu.
e) Lutut dapat ditekuk sedikit dan ditopang dengan bantal.
f) Bantal dapat ditempatkan di bawah masing-masing lengan sebagai penopang.

13
g) Bantalan kaki mempertahankan kaki pada posisinya.
6) Posisi Sims
Pasien ditempatkan pada sisi kiri dengan kaki kiri lurus dan kaki kanan ditekuk.
a) Lengan kiri ditempatkan di belakang punggung dan diluruskan.
b) Lengan kanan ditekuk dan diletakkan di bahian depan tempat tidur. Lengan ini ditopang
oleh bantal.
c) Bantal kecil diletakkan di bawah kepala. Posisi ini sering digunakan untuk pemeriksaan
dan pengobatan rectal serta enema.
7) Posisi Duduk
Pasien harus ditempatkan pada kursi yang nyaman dan baik, agar kepala dan tulang
belakang tegak. Punggung dan bokong harus bersandar pada kursi. Kaki harus rata di lantai.
a) Bantal atau penyokong postur mungkin diperlukan untuk mempertahankan posisi.
b) Handuk kecil dilipat dan ditempatkan di punggung untuk menambah kenyamanan dan
untuk menopangnya. Bantal kecil juga dapat di gunakan.
b. Keseimbangan tubuh
Kesejajaran tubuh menunjang keseimbangan tubuh. Tanpa keseimbangan ini, gravitasi
akan berubah, meningkatkan gaya gravitasi, sehingga menyebabkan risiko jatuh dan cedera.
Keseimbangan tubuh diperoleh jika dasar penopang luas, pusat gravitasi berada pada dasar
penopang, dan garis vertikal dapat ditarik dari pusat gravitasi ke dasar penopang.
Keseimbangan tubuh dapat juga ditingkatkan dengan postur dan merendahkan pusat
gravitasi, yang dicapai dengan posisi jongkok. Semakin sejajar postur tubuh, semakin besar
keseimbangannya (Perry dan Potter, 1994). Keseimbangan dibutuhkan untuk
mempertahankan posisi, memperoleh kestabilan selama bergerak dari satu posisi ke posisi
lain, melakukan aktivitas sehari-hari, dan bergerak bebas di komunitas.
Kemampuan untuk mencapai keseimbangan dipengaruhi oleh penyakit, gaya berjalan
yang tidak stabil pada toddler, kehamilan, medikasi dan proses menua. Gangguan pada
kemampuan ini merupakan ancaman untuk keselamatan fisik dan dapat menyebabkan
ketakutan terhadap keselamatan seseorang dengan membatasi diri dalam beraktivitas
(Bergetal, 1992)
c. Koordinasi Gerakan
Berat adalah gaya tubuh yang digunakan terhadap gravitasi. Ketika suatu obyek
diangkat, pengangkat harus menguasai berat obyek dan mengetahui pusat gravitasinya.
Karena manusia tidak mempunyai bentuk geometris yang sempurna, maka pusat gravitasinya
biasanya berada pada 55% sampai 57% tinggi badannya ketika berdiri dan berada ditengah.

14
Friksi adalah gaya yang muncul dengan arah gerakan yang berlawanan dengan arah gerakan
benda. Misalnya menggerakkan klien diatas tempat tidur maka akan terjadi friksi. Perawat
dapat mengurangi friksi dengan mengikuti beberapa prinsip dasar. Semakin besar area
permukaan suatu obyek yang bergerak, semakin besar friksi.
Klien pasif atau immobilisasi akan menghasilkan friksi yang lebih besar untuk
bergerak. Friksi dapat juga dikurangi dengan mengangkat, bukan mendorong klien.
Mengangkat merupakan komponen gerakan keatas dan mengurangi tekanan antara klien dan
tempat tidur atau kursi.
2. Prinsip Body Mechanic
Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat
kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung tingkat
kesehatan dan mencegah kecacatan serta untuk menjaga keselamatan klien. Disamping itu,
mekanika tubuh juga bertujuan untuk, menghibur pasien yaitu dengan meningkatkan
kenyamanan dan kerjasama. Dalam hal ini, perawat menggunakan berbagai kelompok otot
untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde keperawatan, memberikan
obat, mengangkat dan memindahkan klien dan menggerakkan objek. Gaya fisik dari berat
dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini
dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu
kemampuan perawat untuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi klien (Owen
dan Garg, 1991) Perawat juga menggabungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan
patologis pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh.

C. Posisi Tubuh Yang Aman Saat Bekerja

Saat perawat melakukan pekerjaan, haruslah memperhatikan aspek-aspek keamanan.


Selain itu kita harus memperhatikan organ-organ yang terlibat dalam menunjang posisi tubuh
saat bekerja. Posisi yang aman saat bekerja :

1. Pertahankan punggung anda tetap lurus.


2. Rentangkan kaki anda agar dapat menjadi landasan penunjang yang baik

15
3. Membungkuk dari pinggul dan lutut agara lebih dekat ke objek, jangan
membungkuk dari pinggang.
4. Menggunakan berat badan anda untuk membantu mendorong atau menarik objek.
5. Gunakan otot-otot kuat untuk melakukan pekerjaan.
6. Hindari memutar sebagian badan anda ketika bekerja dan membungkuk dalam
waktu yang lama. Putarlah seluruh tubuh.
7. Pegang dan tahan objek yang berat dekat dengan tubuh anda.
8. Dorong atau tariklah objek daripada mengangkatnya.
9. Selalu meminta bantuan bila pasien atau benda terlalu berat untuk digerakkan
sendiri.
10. Serempakkan gerakan. Siapkan pasien dan anggota saraf yang lain dengan
memeberitahukan mereka bila anda sudah siap, atau dengan hitungan sampai tiga dan
semua bergerak serentak pada hitungan ke tiga.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari makalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa Rentang gerak (ROM) adalah
jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan
tubuh: sagital, frontal, dan transversal. Body Mechanic (mekanika tubuh) adalah suatu usaha

16
mengoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem saraf dalam mempertahankan
keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak dan
melakukan aktivitas.Body mekanik mencakup Kesejajaran tubuh / Postur Tubuh(Body
Alignment), Keseimbangan tubuh, Koordinasi Gerakan.
Saat perawat melakukan pekerjaan, haruslah memperhatikan aspek-aspek keamanan. Selain
itu kita harus memperhatikan organ-organ yang terlibat dalam menunjang posisi tubuh saat
bekerja.
B. Saran
Dalam keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tentu dalam penulisan paper ini
masih banyak kekurangan dan kejanggalan dalam penulisan paper ini, maka untuk itu kami
sangat mengharapkan motivasi dan bimbingan dari Bapak/Ibu Dosen pengajar serta teman-
teman, sehingga dapat kami gunakan sebagai acuan dalam penulisan paper berikutnya.
Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu tersebut dalam praktek keperawatan
dan bagi para pembaca diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini dengan sebaik baiknya
sebagai penambah ilmu pengetahuan.

Daftar Pustaka

Perry, Potter. 2005. Fundamental Keperawatan volume 2. Jakarta: EGC


Perry, Potter Peterson. 2005. Keterampilan dan Prosedur dasar. Jakarta: EGC
Potter, Perry.2006.Konsep Proses dan praktik, Fundamental Keperawatan, vol. 2, edisi 4.
Penerbit buku kedokteran EGC.
Perry,A,G.& Potter,P.A. 1999.Fundamental Keperawatan,buku kedokteran.Jakarta:EGC

17
http://alietdharmayudha.blogspot.com/2012/06/range-of-motion-rom.html

18

You might also like