You are on page 1of 7

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA

Emelia Rosa Purba


(Prodi Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed)
emilpurba@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa
dengan menggunakan model guided discovery untuk meningkatkan kemampuan
penalaran siswa. Metode penelitian ini research and development (R & D) dengan
tahap 4D (define, design, develop dan disseminate). Fase define dengan
mempelajari literatur dan lapangan. Fase desain dengan membuat rancangan
aktivitas pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery, dengan
mengembangkan dan memvalidasi ke para ahli. Fase develop dengan uji coba
terbatas dan uji coba berskala besar. Fase disseminate dengan menyebarluaskan
ke skala yang lebih luas. Pengumpulan data menggunakan angket, wawancara
lembar observasi dan tes kemampuan penalaran siswa. Penggunaan model guided
discovery dalam pembelajaran fisika membuat siswa mendapatkan kesempatan
untuk terlibat secara aktif dalam menemukan suatu konsep. Siswa dilatih untuk
mampu mengutarakan suatu gagasan, suatu pertimbangan akal pikiran, kata,
percakapan atau ungkapan melalui komunikasi secara langsung dengan siswa dan
guru. Pemikiran-pemikiran secara logis dan rasional yang merupakan aspek dari
kemampuan penalaran dapat terbentuk karena siswa mendapat ruang dalam
membangun suatu konsep dengan berpikir secara mandiri dan kelompok serta
bimbingan yang diberikan oleh guru. Kemampuan penalaran siswa meningkat
melalui pengembangan aktivitas belajar siswa menggunakan model guided
discovery.

Kata Kunci: aktivitas belajar, model guided discovery, kemampuan penalaran

ABSTRACT
This study aims to develop student learning activities using guided
discovery model to improve students' reasoning ability. Research method is
research and development (R & D) with 4D stage (define, design, develop and
disseminate). Define phase by studying literature and field. Design phase by
creating a learning activity design with guided discovery learning model, by
developing and validating to the experts. Develop phase with limited trials and
large-scale trials. The disseminate phase by disseminating to a wider scale. Data
collection using questionnaires, interview observation sheets and students'
reasoning ability tests. The use of the guided discovery model in physics learning
allows the students the opportunity to be actively involved in finding a concept.
Students are trained to be able to express an idea, a consideration of the mind,
word, conversation or expression through direct communication with students and
teachers. Logical and rational thinking that is an aspect of reasoning ability can
be formed because the students get the space in building a concept by thinking
independently and the group and the guidance provided by the teacher. The
students' reasoning ability increases through the development of student learning
activities using the guided discovery model.

Keyword: learning activity, guided discovery learning, reasoning ability

I. PENDAHULUAN peneliti di SMA Katolik 1 Kabanjahe


Undang-Undang Nomor 20 dengan memberikan daftar
Tahun 2003 tentang Sistem pertanyaan kepada 40 orang siswa,
Pendidikan Nasional menyebutkan, sebanyak 32 siswa atau 80%
bahwa pendidikan adalah usaha sadar mengatakan bahwa fisika itu tidak
dan terencana untuk mewujudkan menarik dan sulit dipahami,
suasana belajar dan proses sebanyak 5 orang siswa atau 12,5%
pembelajaran agar peserta didik mengatakan fisika itu menarik
secara aktif mengembangkan potensi namun sulit dipahami, dan hanya 3
dirinya untuk memiliki kekuatan orang siswa atau 7,5% mengatakan
spiritual keagamaan, pengendalian fisika itu menarik dan mudah
diri, kepribadian, kecerdasan akhlak dipahami, 83,3 % siswa mengatakan
mulia, serta keterampilan yang bahwa guru selalu berceramah saat
diperlukan dirinya, masyarakat, pembelajaran fisika, hanya 19,4 %
bangsa, dan negara (Hasbullah, yang mengatakan bahwa guru
2009). membuat percobaan saat pelajaran
Usaha tersebut dapat terwujud fisika.
maka perlu membuat proses Semantara itu hasil wawancara
pembelajaran yang efektif dan dengan guru bidang studi fisika kelas
efisien. Proses pembelajaran X mengatakan minat belajar siswa
merupakan suatu proses yang masih rendah karena mereka
mengandung serangkaian kegiatan cenderung mengalami kebingungan
guru dan siswa atas dasar timbal dalam menyelesaikan soal-soal fisika
balik yang berlangsung secara yang banyak apalagi soal-soal
edukatif. Interaksi atau hubungan tersebut diubah sedikit maka mereka
timbal balik antar guru dan siswa kebingungan mengerjakannya. Siswa
merupakan cara utama untuk hanya dapat mengerjakan soal yang
kelangsungan proses pembelajaran sama persis dengan contoh soal yang
(Sudjana, 2005). Proses diberikan, yang hanya disertai
pembelajaran yang nyaman perlu di dengan perubahan angka dan satuan.
desain oleh guru agar aktivitas siswa Hal ini membuat siswa hanya
selama pembelajaran lebih kondusif, menghafal rumus dan bukan
aktif dan terarah. memahami konsep fisika untuk
Pendidikan di Indonesia masih menyelesaikan soal saat menghadapi
terbilang rendah dan belum berhasil ujian. Selain itu, selama melakukan
optimal, terlebih lagi untuk proses pembelajaran berlangsung,
pembelajaran fisika. Berdasarkan siswa tidak dituntut untuk
hasil angket yang dilakukan oleh menemukan sendiri konsepnya, guru
selalu aktif memberikan penjelasan pembelajaran yang dilangsungkan
materi dan guru tidak mengajak agar hasil belajar peserta didik
siswa untuk melakukan ekperimen. maksimal.
Aktivitas selama pembelajaran Sehubungan dengan tujuan
berlangsung cenderung monoton dan belajar fisika, maka aktivitas dalam
kurang bermakna dimana pembelajaran fisika tidak hanya
pembelajaran yang sering digunakan dilakukan degan memberikan fakta
adalah konvensional seperti ceramah, dan konsep, tapi perlu dicatat juga
mencatat, dan mengerjakan soal dan bagaimana siswa dilatih untuk
pembelajaran hanya berlangsung satu menemukan fakta dan fakta konsep.
arah, sehingga siswa menjadi kurang Sehingga pembelajaran fisika dapat
aktif dalam belajar. Peluang siswa mendorong siswa untuk
ikut serta dalam pembelajaran hanya mengembangkan kemampuan
sedikit. Kalaupun siswa diberi penalaran, memecahkan masalah
kesempatan untuk bertanya, sedikit melalui metode ilmiah untuk meniru
sekali yang melakukannya dan cara para ilmuwan bekerja untuk
bahkan terkadang sama sekali tidak menemukan fakta.
ada yang bertanya. Hal ini karena Proses pembelajaran yang
siswa masih takut atau bingung dilakukan dalam kelas, merupakan
mengenai apa yang akan ditanyakan. aktivitas mentrasformasikan
Selain itu siswa kurang terlatih pengetahuan, sikap dan
dalam mengembangkan ide-idenya di keterampilan. Keaktifan siswa dalam
dalam memecahkan masalah. Selama proses pembelajaran dapat
proses belajar mengajar berlangsung, merangsang dan mengembangkan
siswa cenderung bersifat pasif. bakat yang dimilikinya, berpikir
Salah satu hal yang kritis, dan dapat memecahkan
mempengaruhi agar hasil belajar permasalahan-permasalahan dalam
menjadi lebih baik adalah kehidupan sehari-hari. Bentuk
kemampuan penalaran siswa aktivitas pada prinsipnya disusun
terhadap materi fisika itu sendiri. untuk membantu dalam membangun
Menurut Sukadijo (1999), konsep-konsep, prosedur
kemampuan penalaran meliputi pengetahuan dan menyatakan
kemampuan penalaran logis dan ungkapan siswa dalam belajar.
simbolis. Penalaran logis terkait Berkaitan dengan uraian
dengan ekspresi verbal peserta didik tersebut maka perlu dipikirkan cara
yang bedampak pada peningkatan dan strategi untuk mengatasi
komunikasi, khususnya dalam permasalahan di atas dengan
memahami maksud suatu pernyataan menerapkan suatu model
atau bacaan, sedangkan kemampuan pembelajran yang dapat
penalaran simbolis lebih dikhususkan meningkatkan kemampuan penalaran
untuk memahami dan mengingat siswa. Salah satu model yang dapat
simbol-simbol yang ada dalam suatu diterapkan dalam pembelajaran fisika
pernyataan atau bacaan. Semua adalah model guided discovery.
kemampuan tersebut merupakan Model pembelajaran guided
kemampuan dasar peserta didik yang discovery merupakan suatu model
perlu dikembangkan melalui pengajaran yang menitikberatkan
pada aktivitas siswa dalam belajar. discovery untuk meningkatkan
Tugas guru selama proses kemampuan penalaran siswa pada
pembelajaran dengan menerapkan materi suhu dan kalor. Prosedur
model ini hanya bertindak sebagai pengembangan produk bahan ajar
pembimbing dan fasilitator yang dapat dijelaskan sebagai berikut: (1)
mengarahkan siswa untuk Studi pendahuluan, pada tahap ini
menemukan konsep. Guru berusaha akan dilakukan penelitian dan
meningkatkan aktivitas siswa dalam pengumpulan data yang berkaitan
proses pembelajaran. Pembelajaran dengan aktivitas pembelajaran
guided discovery memberikan seperti analisis kebutuhan, analisis
peluang bagi aktifitas kelas yang literatur melalui literatur dan
berpusat pada siswa dan observasi melalui studi lapangan
memungkinkan siswa belajar Literatur dalam penelitian ini berupa
memanfaatkan berbagai sumber teori dan hasil penelitian yang
belajar yang tidak hanya menjadikan relevan dengan penelitian yang
guru sebagai satu-satunya sumber dilakukan.
belajar (Dian, 2013). Studi lapangan, termasuk
Berdasarkan uraian tersebut survei, penilaian karakter subjek
maka tujuan dari penelitian ini penelitian dan melihat kemungkinan
adalah mengembangkan aktivitas jika rancangan tersebut diterapkan
belajar siswa dengan menggunakan saat penelitian; (2) Perencanaan.
model pembelajaran guided Tahap ini akan dilakukan jika studi
discovery untuk meningkatkan pendahuluan telah dilakukan. Pada
kemampuan penalaran siswa. tahap ini perlu yang dipertimbangkan
dalam penyusunan materi ajar adalah
II. METODE kurikulum atau silabus dan rencana
Metode yang dgunakan dalam pelajaran sebagai panduan
penelitian ini adalah menggunakan R kompetensi yang ingin dicapai.
& D melalui langkah 4-D, yaitu: Tahap pengembangan sudah
definisi (define), perancangan dilakukan pada langkah awal dalam
(desain), pengembangan (develop) mempersiapkan atau
dan diseminasi (diseminasi) dengan mengembangkan aktivitas
penyesuaian yang diperlukan pembelajaran: (1) Merumuskan
(Thiagarajan, 1974). tujuan; (2) Merumuskan eksperimen
Tahap definisi dilakukan untuk berbasis butir kegiatan penemuan
menganalisis kebutuhan untuk terbimbing; (3) Mengembangkan alat
mengumpulkan berbagai informasi pengukur kesuksesan sebagai tes
yang berkaitan dengan produk yang kemampuan penalaran. Fase
akan dikembangkan. Pengumpulan diseminasi dilakukan saat
informasi dilakukan dengan studi menerapkan langsung desain
pendahuluan melalui studi literatur aktivitas pada proses pembelajaran
dan studi lapangan. fisika di dalam kelas.
Tahap perancangan dilakukan Instrumen yang diigunakan
dengan merancang gambaran awal adalah lembar observas, wawancara,
aktivitas yang dikembangkan angket dan soal fisika untuk tes
berbasis model pembelajaran guided kemampuan penalaran siswa.
Data yang diperoleh dalam wawancara, angket dan tes. Melalui
penelitian ini terdiri dari data observasi dan wawancara dapat
kuantitatif dan kualitatif. Data dianalisis proses belajar fisika yang
kualitatif dalam bentuk: 1) tim telah dilakukan dan sarana belajar
analisis ahli dan siswa mengenai yang tersedia. Analisis kemampuan
aktivitas pembelajjaran; 2) penalaran siswa terhadap
keefektifan model pembelajaran pembelajaran fisika digali melalui
yang digunakan untuk meningkatkan ujian. Analisis kesulitan dan respon
kemampuan penalaran siswa; 3) siswa terhadap pembelajaran fisika di
deskripsi secara umum mengenai kelas melalui wawancara.
kegiatan belajar siswa dalam kelas Berdasarkan pengamatan di
saat proses pembelajaran. Data lapangan, pengajaran dan
kuantitatif dalam bentuk nilai tes pembelajaran di kelas cenderung
kemampuan penalaran siswa. Data menurun karena fokus pada
kualitatif dianalisis secara deskriptif penerapan rumus matematika. Siswa
interpretatif sedangkan data mencoba menghafal rumus tapi
kuantitatif dianalisis dengan kurang menafsirkan apa dan
menggunakan statistik inferensial. bagaimana rumus itu digunakan.
Berkaitan dengan metode
III. HASIL DAN DISKUSI pembelajaran, melalui wawancara
Analisis kebutuhan dilakukan dan observasi, diketahui bahwa guru
melalui studi pendahuluan di Sekolah fisika di sekolah Katolik 1 biasanya
Katolik 1 Kabanjahe. Kegiatan ini menggunakan ceramah dan tanya
dimaksudkan untuk mendapatkan ide jawab dengan urutan menjelaskan,
tentang apa yang dibutuhkan siswa memberi contoh masalah,
dalam memahami fisika dan bisa mengajukan pertanyaan, latihan, dan
bertemu secara langsung saat pemberian tugas. Alasannya guru
pelajaran fisika di sekolah. menggunakan metode pengajaran ini
Bagaimana situasi belajar fisika yang karena metode ini sangat mudah
telah dilakukan, fasilitas pengajaran dilakukan untuk kelas dengan jumlah
yang tersedia, serta latar belakang siswa yang banyak. Beberapa guru
siswa dalam hal kemampuan lain melaporkan bahwa mereka
penalarannya juga menjadi bagian menggunakan metode pembelajaran
analisis kebutuhan. kooperatif berupa kelompok diskusi
Studi pendahuluan dilakukan dan tugas.
dengan studi literatur dan lapangan. Hal ini merupakan salah satu
Melalui studi literatur dilakukan masalah yang menghambat
analisis kompetensi seorang guru kemampuan penalaran siswa untuk
fisika dan peran guru dalam berkembang karena hanya memberi
pembelajaran fisika, bahan ajar yang penekanan pada manipulasi
digunakan dalam pembelajaran matematis, bukan masalah
fisika, model pembelajaran yang kontekstual yang ada dalam
digunakan dalam proses kehidupan sehari-hari.
pembelajaran dan kemampuan Siswa yang lemah dalam
penalaran siswa. Studi lapangan matematika akan sangat sulit untuk
dilakukan melalui observasi, bisa menyelesaikan soal yang
diberikan. Siswa belum maksimal dalam menarik suatu kesimpulan
dalam mengkaitkan berbagi besaran berupa pengetahuan (Suriasumantri,
fisika, konsep fisika, persamaan 1984). Pengetahuan dibentuk
fisika untuk menemukan suatu solusi berdasarkan pemikiran atau
dalam menyelesaikan permasalahan argumen-argumen yang rasional, dan
yang dapat dipraktekan langsung logis. Kemudian proses berpikir yang
dalam keseharian siswa. demikian adalah berpikir atau
Berdasarkan hasil wawancara, bernalar. Logika adalah sesuatu yang
guru belum pernah mengembangkan diutarakan, suatu peretimbangan akal
aktivitas pembelajaran yang bisa pikiran, kata, percakapan, atau
meningkatkan kemampuan penalaran ungkapan lewat bahasa (Rapar,
siswa pada khususnya. Guru 1996). Sedangkan menurut Honer
menganggap perlu untuk melakukan dan Hunt dalam (Suriasumantri,
tes semacam itu pada khususnya 1984) menyatakan bahwa
meski belum pernah melakukan tes pengetahuan adalah hasil kerja
kemampuan penalaran. Studi pancaindera manusia dalam
pendahuluan juga dilakukan terhadap mendapatkan suatu informasi yang
sumber belajar dan fasilitas yang diolah dengan sungguh-sungguh dan
tersedia. Guru jarang memberikan dengan penuh kesadaran sehingga
kegiatan praktikum serta membuat informasi tersebut memberikan
suatu percobaan kepada siswa. makna atau arti dan dapat teruji
Kegiatan ini penting untuk siswa kebenarannya.
dalam melatih kemampuan Proses penalaran memerlukan
penalarannya dimana siswa diberikan landasan logika. Sedangkan landasan
kesempatan untuk mengkaitkan logika berkaitan dengan penarikan
berbagai konsep-konsep fisika untuk kesimpulan yang berorientasi pada
ditarik kesimpulan yang dapat terumuskannya suatu pengetahuan
digunakan untuk menyelesaikan baru bagi diri siswa. Cara siswa
permasalahan yang ada. menarik kesimpulan berdasarkan
Melalui studi pendahuluan logika terdiri atas (a) logika induktif
dapat diketahui aktivitas dan (b) logika deduktif. Logika
pembelajaran seperti apa yang induktif erat hubungannya dengan
seharusnya digunakan dalam proses penarikan kesimpulan dari kasus-
belajar fisika di kelas. Aktivitas kasus individual menjadi kesimpulan
belajar dimana siswa aktif dalam yang bersifat umum, sedangkan
menemukan sendiri berbagai solusi logika deduktif menarik kesimpulan
yang sesuai diharapkan bisa dari hal yang bersifat umum menjadi
meningkatkan kemampuan penalaran kasus yang bersifat khusus
siswa yang terintegrasi dengan model (Suriasumantri, 1984).
pembelajaran guided discovery. Berdasarkan uraian di atas
Penalaran merupakan dapat disimpulkan bahwa
kemampuan manusia untuk kemampuan penalaran adalah
mengikuti suatu alur tertentu di kemampuan seseorang untuk berpikir
dalam memahami dan menurut alur kerangka berpikir
mengembangkan pengetahuan. tertentu, dan kemampuan untuk
Penalaran merupakan proses berpikir menarik kesimpulan secara logis,
konsisten serta perhitungan secara IV. REFERENSI
masak yang dinyatakan dalam
kalimat yang tepat. Tes yang Hasbullah, (2009). Dasar-Dasar
digunakan berhubungan erat dengan Ilmu Pendidikan. Jakarta :
tingkat inteligensi seseorang, yang Rajawali Pers
dalam pengertian ini diukur melalui
penilaian terhadap konsistensi logika, Dian Yurahly, (2013). Model
logika numerik, dan logika kalimat Pembelajaran Guided
(Hariwijaya, 2005). Discovery dan Direct
Instrumen yang digunakan Instruction Berbasis
dalam perancangan penelitian ini Keterampilan Sains Siswa
adalah untuk mengukur kemampuan SMA Negeri 4 Palu.
penalaran siswa dalam mempelajari Sulawesi Tengah : Bumi
suhu dan kalor. Instrumen yang Tadulako Tando Palu
digunakan adalah tes esai. Data yang
diperoleh akan diproses dengan Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil
statistik inferensial untuk melihat Proses Belajar Mengajar.
validitas pertanyaan yang Bandung: PT Remaja
dikembangkan oleh penulis. Rosdakarya
Menentukan kualitas desain
Sukadijo, G. (1999). Logika dasar
aktivitas pembelajaran yang
tradisional, simbolik dan
dikembangkan, maka diperlukan
induktif. Jakarta: Gramedia.
validasi dari berbagai ahli, sehingga
dapat diterapkan langsung sesuai Suriasumantri, J. S. (1984). Berpikir
dengan harapan pemerintah. sistem, konsep penerapan
teknologi dan strategi
III. KESIMPULAN implementasi. Jakarta:
Kesimpulannya berdasarkan Fakultas Pascasarjana IKIP
hasil penelitian yang telah dilakukan Jakarta.
adalah sebagai berikut: (1) Telah
dirancang model pembelajaran Rapar, J. H. (1996). Pengantar
guided discovery untuk logika: asas-asas penalaran
meningkatkan kemampuan penalaran sistematis. Yogyakarta:
siswa. (2) aktivitas pembelajaran Kanisius
yang akan dikembangkan adalah
untuk mengamati, mengajukan Thiagarajan, S., Semmel, D. S. and
pertanyaan, merumuskan hipotesis, Semmel, M. (1974).
memprediksi, merumuskan pola dan Instructional Development
hubungan berkomunikasi secara for Training Teachers of
efektif, merancang dan membuat, Exceptional Children: A
merencanakan dan melakukan Source Book. Bloomington:
penyelidikan, serta pengukuran dan Center for Innovation on
berhitung. Teaching the Handicapped

Hariwijaya. (2005). Tes intelegensi.


Yogyakarta: Andi Offset

You might also like