You are on page 1of 19

TEORI AKUNTANSI

PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI

Disusun Oleh :

Putri Army Lerizki 2013310302


Annisa Rizki 2013310339
Jane Adriana 2013310363

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

SURABAYA

2016
DAFTAR ISI

A. Arti Penting Teori Akuntansi..............................................................................3

B. Pengembangan Akuntansi..................................................................................3
C. Peran Riset Akuntansi.........................................................................................4
D. Pengertian Akuntansi..........................................................................................4
E. Seni, Sains, Dan Teknologi.................................................................................5
F. Perekayasaan Laporan Keuangan.......................................................................7
G. Teori Akuntansi Sebagai Sains...........................................................................8
H. Teori Akuntansi Sebagai Penalaran Logis..........................................................9
I. Perspektif Teori Akuntansi...............................................................................10
J. Verifikasi Teori Akuntansi................................................................................16

REFERENSI

2
Standar akuntansi memberi pedoman perlakuan akuntansi terhadap suatu
kejadian. Pedoman tersebut terefleksi dalam pendefinisian, pengukuran, penilaian,
pengakuan, dan pengungkapan elemen-elemen atau pos-pos laporan keuangan.
Praktik akuntansi dipengaruhi oleh factor lingkungan (social, ekonomik, dan
politis) tempat akuntansi dijalankan.
Di balik praktik akuntansi sebenarnya terdapat seperangkat gagasan-
gagasan yang melandasi praktik tersebut berupa asumsi-asumsi dasar, konsep-
konsep, penjelasan, deskripsi, dan penalaran yang keseluruhannya membentuk
bidang pengetahuan teori akuntansi. Teori akuntansi menjelaskan mengapa praktik
akuntansi berjalan seperti yang diamati sekarang. teori akuntansi membahas
perlakuan-perlakuan dan model-model alternative yang dapat menjadi jawaban
atas masalah-masalah yang dihadapi dalam praktik.

A. ARTI PENTING TEORI AKUNTANSI


Praktik akuntansi bersifat dinamik dan selalu menghadapi masalah-
masalah praktis dan profesional. Teori akuntansi merupakan unsur yang
penting dalam mengembangkan dan memajukan praktik akuntansi. Teori
akuntansi menjadi landasan untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi
secara bernalar yang secara etis dan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Pemecahan masalah akuntansi dengan taktik cerdik atas dasar
pengalaman saja dapat disamakan dengan pemecahan masalah dengan coba-
coba atau coba dan ralat (trial and error). Praktik akuntansi yang baik dan
maju tidak akan dapat dicapai tanpa suatu teori baik yang melandasinya. Teori
merupakan unsur yang penting dalam mengembangkan dan memajukan
praktik akuntansi. Kemajuan profesi dan pengetahuan akuntansi hanya dapat
dicapai dengan kerja sama yang harmonis antara praktisi dan akademisi
(pendidik).

B. PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Akuntansi dipandang dari dua sisi pengertian yaitu sebagai
pengetahuan profesi (keahlian) yang dipraktikan di dunia nyata dan sebagai
suatu disiplin pengetahuan yang diajarkan di perguruan tinggi. Akuntansi

3
sebagai serangkaian prosedur, metoda, dan teknik tanpa memperhatikan teori
di balik praktiknya apabila dari segi profesi. Akuntansi dipandang sebagai
pelaksanaan dan penerapan standar untuk menyusun seperangkat laporan
keuangan. Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) memberikan
pedoman yang lebih luas daripada standar akuntansi karena tidak semua
perlakuan akuntansi secara eksplisit diatur dalam standar akuntansi. Pada
akademisi, akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu bidang praktik dan
teori.
Bidang praktik berkepentingan dengan masalah bagaimana praktik
dijalanakan sesuai dengan PABU dan bidang teori berkepentingan dengan
penjelasan, deskripsi, dan argumen yang dianggap melandasi praktik
akuntansi yang semuanya dicakup dalam suatu pengetahuan yang disebut
teori akuntansi. Teori akuntansi memusatkan perhatian pada aspek mengapa
(why to account the way it is or the way it should be).

C. PERAN RISET AKUNTANSI


Teori akuntansi dikembangkan agar pengetahuan akuntansi menjadi
sejajar dengan pengetahuan ilmiah yang lain. Teori akuntansi di sini akan
berisi hipotesis-hipotesis tentang variabel-variabel yang berkaitan dengan
pelaku ekonomi dan perilaku pasar modal yang diteorikan. Terdapat tiga
aspek penting yang saling berkaitan yang melandasi pengembangan
akuntansi, yaitu riset, pendidikan, dan praktik.
Riset merupakan bagian penting dalam pengajaran akuntansi yang
tidak hanya mencakup penelitian empiris (positif) tetapi juga meliputi
penelitian analitis dalam bentuk artikel atau makalah akademik (normatif).
Praktik akuntansi akan mengalami perkembangan yang pesat dan memuaskan
apabila terjadi interaksi antara ketiga aspek tersebut.

D. PENGERTIAN AKUNTANSI
Pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada pengertian atau
pendefinisian akuntansi sebagai suatu bidang pengetahuan. Artinya,
kedudukan akuntansi dalam tatanan pengetahuan juga akan menentukan
pengertian dan lingkup teori akuntansi. Akuntansi didefinisi sebagai

4
seperangkat pengetahuan karena wilayah materi dan kegiatan cukup luas dan
dalam serta telah membentuk kesatuan pengetahuan yang terdokumentasi
secara sistematis dalam bentuk literatur akuntansi.
Akuntansi sebagai kegiatan penyediaan jasa (service activity)
mengisyaratkan bahwa akuntansi yang akhirnya harus diterapkan untuk
merancang dan menyediakan jasa berupa informasi keuangan harus
bermanfaat untuk kepentingan sosial dan ekonomik negara tempat akuntansi
diterapkan (to be useful in making economic decisions).
Sebagai seperangkat pengetahuan, akuntansi didefinisikan sebagai
seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa
berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu
lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi
tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan ekonomik.
Akuntansi akan mempunyai peran yang nyata jika informasi yang
dihasilkan oleh akuntansi dapat mengendalikan perilaku pengambil keputusan
ekonomik untuk bertindak menuju ke suatu pencapaian tujuan sosial dan
ekonomik negara. Pelaporan keuangan (financial reporting) sebagai sistem
nasional harus direkayasa dengan saksama untuk pengendalian alokasi
tersebut secara automatis melalui mekanisme pasar yang berlaku.
Kebijakan pemerintah yang secara langsung mempengaruhi perilaku
pengambil keputusan ekonomik jelas merupakan faktor yang tidak dapat
diabaikan dalam alokasi sumber daya ekonomik. Pengendalian secara
otomatis dapat dicapai melalui standar akuntansi yang merupakan cara
tertentu sebagai hasil akhir dari proses perekayasaan.

E. SENI, SAINS, DAN TEKNOLOGI


Pada awal perkembangannya, akuntansi dapat dikatakan sebagai seni
karena orang yang akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan
akuntansi harus terjun langsung dalam dunia praktik dan mengerjakan
magang pada praktisi. Penyebutan akuntansi sebagai seni sebenarnya
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa dalam praktiknya akuntansi
melibatkan banyak pertimbangan nilai yang menuntut keahlian dan

5
pengalaman untuk memilih perlakuan yang terbaik. Jadi, kalau akuntansi
dikatakan sebagai seni maka yang dimaksud adalah cara menerapkannya
bukan sifatnya sebagai seperangkat pengetahuan.
Akuntansi dikatakan sebagai sains jika terdapat kriteria penting
untuk menguji validitas pernyataan-pernyataan sebagai seperangkat
pengetahuan. Kriteria tersebut adalah koherensi, korespondensi, keterujian,
dan keuniversalan. Koherensi menuntut bahwa seperangkat pernyataan-
pernyataan bersifat logis dari asumsi yang mendasarinya. Korespondensi
menentukan apakah konklusi yang diturunkan dari teori yang melandasinya
didukung oleh fakta empiris di dunia nyata. Keterujian menghendaki
terdapatnya metode yang cukup meyakinkan untuk menguji teori.
Keuniversalan menentukan apakah pernyataan-pernyataan (teori) mampu
untuk menjelaskan semua fakta yang berkaitan dengan fenomena yang
dibahas. Proses evaluasi untuk menentukan apakah kriteria tersebut dipenuhi
disebut dengan proses validasi. Proses validasi ini juga melibatkan
pertimbangan, tetapi dalam sains pertimbangan tersebut dikendalikan oleh
metode atau kaidah ilmiah.
Bila akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi akan banyak
membahas gejala akuntansi seperti mengapa perusahaan memilih metoda
akuntansi tertentu, faktor-faktor apa yang mendorong manajemen
memanipulasi laba, dan apakah partisipasi salam penyusunan anggaran
mempengaruhi kinerja manajer divisi. Tujuan akuntansi adalah menghasikan
atau menemukan prinsip-prinsip umum (general priciples) untuk
menjustifikasi kebijakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (tujuan
pelaporan keuangan) bukan untuk mendapatkan kebenaran penjelasan (teori).
Akuntansi dikatakan sebagai teknologi karena jika dilihat dari
karakteristik akuntansi, sebenarnya seperangkat pengetahuan akuntansi
seperti teknologi yang harus dikembangkan sesuai dengan sifat teknologi
tersebut agar lebih bermanfaat dan mempunyai pengaruh nyata dalam
kehidupan sosial tertentu. Karena akuntansi masuk dalam bidang pengetahuan
teknologi, akuntansi dapat didefinisi sebagai rekayasa informasi dan
pengendalian keuangan. Sebagai teknologi, akuntansi dapat memanfaatkan

6
teori-teori dan pengetahuan yang dikembangkan dalam disiplin ilmu yang lain
untuk mencapai tujuan tertentu tanpa harus mengembangkan teori itu sendiri.
Akuntansi dirancang untuk memperlancar kegiatan ekonomik dan
oleh karenanya akuntansi berfungsi sebagai teknologi untuk kepentingan
(kebijakan) politik. Akuntansi harus resnposif terhadap kebutuhan masyarakat
dan juga harus merefleksi kondisi sosial, politis, hukum, budaya, dan
ekonomik tempat akuntansi beroperasi atau diterapkan.

F. PEREKAYASAAN LAPORAN KEUANGAN


Perekayasaan adalah proses terencana dan sistematis yang
melibatkan pemikiran, penalaran, dan pertimbangan untuk memilih dan
menentukan teori, pengetahuan yang tersedia, konsep, metode, teknik, serta
pendekatan untuk menghasilkan suatu produk (konkret atau konseptual).
Perekayasaan akuntansi mengikuti proses yang sama, baik pada
tingkat makro maupun mikro. Akuntansi dalam perekayasaan ini adalah
akuntansi dalam arti luas yaitu sebagai suatu sistem pelaporan keuangan
umum yang melibatkan kebijakan umum akuntansi dalam suatu wilayah
tertentu. Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses tentang bagaimana
informasi keuangan untuk semua unit usaha dan pemerintahan harus

disediakan dan dilaporkan dalam suatu negara untuk tujuan pengambilan


keputusan ekonomik.

Dalam perekayasaan pelaporan keuangan, akuntansi memanfaatkan


pengetahuan dan sains dari berbagai disiplin ilmu. Tujuan akuntansi akan

7
menjadi kekuatan pengarah dalam merekayasa akuntansi karena tujuan
tersebut akan digunakan untuk mengevaluasi kebermanfaatan dan keefektifan
produk yang dihasilkan. Pada tingkat makro, produk perekayasaan akuntansi
adalah semacam konstitusi yang disebut rerangka konseptual.

G. TEORI AKUNTANSI SEBAGAI SAINS


Teori diartikan sebagai sesuatu yang tidak operasional atau sesuatu
bersifat abstrak atau sesuatu yang ideal sebagai lawan dari sesuatu yang nyata
dan dikerjakan dalam dunia nyata.
Teori akuntansi adalah sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku dan harus dianut dalam lingkungan tertentu. Oleh karena itu,
mempelajari teori akuntansi sering disalahartikan sebagai mempelajari
standar akuntansi dan cara penerapannya. Teori akan berisi pernyataan-
pernyataan asumsi dan hipotesis. Agar teori menjadi kuat, hipotesis harus
diuji secara ilmiah dan didukung oleh bukti yang nyata. Sebagai sains,
kegiatan penjelajahan dan riset akuntansi lebih diarahkan untuk menguji
secara ilmiah teori-teori tersebut yang diajukan sebagai penjelasan fenomena
akuntansi, alam, atau sosial.
Tujuan teori adalah menjelaskan dan memprediksi. Menjelaskan
berarti menganalisis dan memberi alasan mengapa fenomena atau fakta yang
sedang terjadi sedangkan memprediksi berarti memberi keyakinan jika
asumsi-asumsi yang diteorikan dipenuh, kemungkinan besar suatu fenomena
atau fakta tertentu akan terjadi. Bila hal ini diterapkan untuk akuntansi, teori
akuntansi sering dimaksudkan sebagai sains yang berdiri sendiri yang
menjadi sumber pengetahuan dan praktik akuntansi. Teori akuntansi akan
merupakan seperangkat hipotesis-hipotesis yang bersifat deskriptif sebagai
hasil penelitian dengan menggunakan metode ilmiah tertentu. Oleh karena itu,
teori akuntansi berisi keseluruhan analisis dan komponennya yang menjadi
sumber acuan untuk menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala atau
peristiwa dalam akuntansi.
Karena teori akuntansi disetarakan dengan sains, apa yang dibahas
dan dihasilkan harus memenuhi kriteria sains yaitu bebas nilai (tidak untuk

8
mencapai tujuan sosial atau ekonomik tertentu), koheren, universal, dan dapat
diuji/diverifikasi secara empiris. Kebutuhan untuk memenuhi kriteria ini
menjadikan arah teori akuntansi bergeser dari menghasilkan prinsip dan
praktik akuntansi baru yang lebih baik menuju ke menguji validitas
penjelasan suatu fenomena atau fakta akuntansi. Pergeseran arah ini ditentang
oleh banyak pihak karena dengan pendekatan semacam ini tidak akan
menghasilkan jawaban berupa teknik atau prinsip baru untuk memecahkan
masalah akuntansi.

H. TEORI AKUNTANSI SEBAGAI PENALARAN LOGIS


Teori dapat pula diartikan sebagai suatu penalaran logis yang
melandasi praktik dalam kehidupan nyata. Teori berusaha untuk memberikan
pembenaran terhadap praktik agar praktik mempunyai kekuatan untuk dapat
dipertahankan atau dipertanggungjawabkan kelayakannya. Penalaran logis
berisi asumsi, dasar pikiran, konsep, dan argumen yang saling berkaitan dan
yang membentuk suatu rerangka pikir yang logis. Hasil proses penalaran logis
dapat dituangkan dalam bentuk dokumen yang berisi prinsip-prinsip umum
yang menjadi landasan umum untuk menentukan tindakan yang terbaik dalam
mencapai tujuan.
Teori akuntansi membahas proses pemikiran atau penalaran untuk
menjelaskan kelayakan prinsip atau praktik akuntansi tertentu yang sudah
berjalan atau untuk memberi landasan konseptual dalam penentuan standar
atau praktik akuntansi yang baru. Proses penalaran logis untuk akuntansi
diwujudkan dalam bentuk perekayasaan pelaporan keuangan.
Perekayasaan akuntansi menghasilkan suatu rerangka konseptual.
Fungsi rerangka konseptual adalah untuk mengevaluasi atau membenarkan
dan untuk mempengaruhi atau mengembangkan praktik akuntansi. Penalaran
logis dapat digunakan untuk menilai apakah praktik yang sekarang berjalan
telah mendukung atau menjamin tercapainya tujuan pelaporan yang
dicanangkan dalam rerangka konseptual.
Meskipun menggunakan metode yang sama, penalaran logis harus
dibedakan dengan penalaran ilmiah. Teori akuntansi sebagai sains juga

9
memerlukan penalaran logis tetapi penalaran ilmiah tersebut bersifat
universal dan objektif dan tidak dipengaruhi oleh tujuan-tujuan dan kebijakan
khusus yang berlaku dalam suatu lingkungan. Penalaran logis dalam
akuntansi justru digunakan untuk membenarkan praktik atau perlakuan
tertentu dengan maksud untuk memaksakan praktik atau perlakuan tersebut
dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Penalaran logis dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan praktik baru jika memang tujuan tertentu hanya dapat
dicapai dengan menciptakan praktik yang baru. Praktik yang baru dapat
dikembangkan dengan penerbitan standar baru oleh badan yang berwenang.
Dengan standar tersebut, diharapkan praktik di masa mendatang akan menjadi
terarah dan konsisten menuju ke pencapaian tujuan pelaporan keuangan yang
diharapkan. Dalam penalaran ini, tujuan merupakan komponen paling penting
untuk ditentukan karena tujuan yang berbeda akan menghasilkan struktur
yang berbeda pula. Jika penalaran ini dapat disebut sebagai teori umum
akuntansi, maka penalaran semacam ini akan membentuk suatu yang biasa
disebut teori akuntansi normatif.

I. PERSPEKTIF TEORI AKUNTANSI


Meskipun menganut perlakuan apapun, teori akuntansi akan berisi
pernyataan-pernyataan yang berupa penjelasan atau pembenaran tentang
suatu fenomena atau perlakuan akuntansi. Selain perspektif (aspek)
taksonomi yang membagi teori akuntansi menjadi penjelasan ilmiah atau
justifikasi, teori akuntansi juga sering dikelompokkan atas dasar perspektif
lain menurut tujuan atau penekanan pembahasan.
1. Aspek Sasaran Teori
Aspek sasaran ini mendasari perbedaan teori akuntansi
menjadi teori akuntansi positif dan normatif. Klasifikasi ini sebenarnya
merupakan konsekuensi logis dari pendefinisian akuntansi sebagai sains
atau teknologi. Pandangan sains akan menghasilkan teori akuntansi
positif dan pandangan teknologi akan menghasilkan teori akuntansi

10
normatif. Klasifikasi ini terjadi karena sasaran yang berbeda yang ingin
dicapai atau dihasilkan oleh teori akuntansi.
Penjelasan positif berisi pernyataan tentang suatu peristiwa
sesuai dengan fakta yang terjadi atas dasar pengamatan empiris.
Penjelasan positif diarahkan untuk memberi jawaban apakah sesuatu
pernyataan itu benar atau salah atas dasar kriteria ilmiah. Sedangkan
penjelasan normatif berisi pernyataan untuk menilai apakah sesuatu itu
baik atau buruk, relevan atau tak relevan dalam kaitannya dengan
kebijakan ekonomik atau sosial tertentu. Penjelasan normatif diarahkan
untuk mendukung atau menghasilkan kebijakan politik sehingga
bersifat pembuat kebijakan.

Atas dasar perbedaan aspek di atas, sasaran teori akuntansi


positif adalah menghasilkan penjelasan tentang apa yang terjadi secara
objektif tanpa dilandasi oleh pertimbangan nilai. Teori akuntansi positif
mengajukan proposisi atau hipotesis bahwa perusahaan pemanufakturan
cenderung memilih MPKP sedangkan perusahaan perdagangan
cenderung memilih MTKP.
Teori akuntansi positif berusaha menentukan apakah hipotesis
tersbut benar atau salah dengan menggunakan metoda ilmiah atas dasar
pengamatan data yang nyatanya terjadi. Tujuan teori positif adala untuk
mendeskripsi, teori akuntansi tidak berkepentingan untuk menilai

11
apakah metoda MPKP lebih baik atau lebih bermanfaat daripada
metoda MTKP.
Di lain pihak, sasaran teori akuntansi normatif adalah
menghasilkan penjelasan mengapa perlakuan akuntansi tertentu lebih
baik atau lebih efektif daripada perlakuan akuntansi alternatif karena
tujuan akuntansi tertentu harus dicapai. Jadi, perbedaan teori akuntansi
positif dan normatif timbul akibat perbedaan sasaran teori dan bidang
masalah yang menjadi perhatian masing-masing teori.

2. Aspek Tataran Semiotika


Akuntansi berkepentingan dengan penyediaan dan
penyampaian informasi sebagai sarana komunikasi bisnis sehingga
akuntansi dapat disebut sebagai bahasa bisnis. Efek komunikatif
menjadi sasaran penyampaian gagasan atau informasi dari pengirim
kepada penerima.
Dalam ilmu bahasa, sistem komunikasi dan efek komunikatif
dipelajari dalam tiga bidang, yaitu semiotika, linguistika, dan logika.
Semiotika merupakan bidang yang membahas teori umum tentang
tanda-tanda dan simbol-simbol dalam bidang linguistika.
Linguistika itu merupakan bidang ilmu bahasa yang membahas
fonetik, gramatika, morfologi, dan makna kata atau ungkapan. Logika
membahas masalah yang berkaitan dengan validitas penalaran dan
penyimpulan. Ketiga bidang ini menjadi teori yang melandasi
terciptanya komunikasi yang efektif.
Terdapat tiga tataran (level) semiotika yaitu sintaktika,
semantika, dan pragmatika. Sintaktika menelaah logika dan kaidah
bahasa, yaitu hubungan logis di antara tanda-tanda atau simbol-simbol
bahasa. Semantika menelaah hubungan antara tanda atau simbol dan
dunia kenyataan (fakta) yang disimbolkannya. Pragmatika membahas
dan menguji apakah komunikasi efektif dengan mempelajari ada
tidaknya perubahan perilaku penerima.

12
Akuntansi keuangan yang dikenal luas dikembangkan atau
direkayasa atas dasar premis bahwa investor dan kreditor adalah pihak
yang dituju informasi. Efek komunikasi yang ingin dicapai adalah agar
pihak yang dituju tersebut bersedia menanam dana ke kegiatan
ekonomik yang dibutuhkan masyarakat melalui perusahaan.
Pemahaman teori akuntansi dapat dicapai dengan
mengidentifikasi teori akuntansi atas dasar tataran semiotika. Tataran
semiotika menunjukkan bahwa perekayasa akuntansi berteori pada tiga
tataran, yaitu semantik, sintaktik, dan pragmatik dalam rangka
menghasilkan suatu struktur pelaporan keuangan dalam negara tertentu.
Dengan demikian, teori akuntansi dapat dibedakan atas dasar sasaran
bahasan dan pemahaman menjadi teori akuntasi sematik, sintaktik, dan
pragmatik.

1) Teori Akuntansi Semantik


Teori akuntansi ini menekankan pembahasan pada
masalah penyimbolan dunia nyata (kegiatan perusahaan) ke
dalam tanda-tanda bahasa akuntansi sehingga orang dapat
membayangkan kegiatan fisis perusahaan tanpa harus secara
langsung menyaksikan kegiatan tersebut.
Teori ini berusaha untuk menemukan dan merumuskan
makna-makna penting pelaporan keuangan. Oleh karena itu,
teori ini banyak membahasan pendefinisian makna elemen
(objek), pengidentifikasian atribut atau karakteristik elemen

13
sebagai bahan pendefinisian, dan penentuan jumlah rupiah
(pengukuran) sebagai salah satu atribut.
Pendefinisian merupakan langkah penting dalam teori
semantik karena kesalahan pemaknaan mempunyai implikasi
penting dalam pengoperasian akuntansi. Jadi, teori akuntansi
semantik berkepentingan dengan pelambangan dan penafsiran
objek akuntansi untuk menghasilkan informasi semantik yang
bermakna bagi pemakai laporan. Agar komunikasi akuntansi
efektif, penyampaian informasi semantik tidak dapat dipisahkan
dengan informasi sintaktik.

2) Teori Akuntansi Sintaktik


Teori akuntansi ini adalah teori yang berorientasi untuk
membahas masalah-masalah tentang bagaimana kegiatan-
kegiatan perusahaan yang telah disimbolkan secara semantik
dalam elemen-elemen keuangan dapat diwujudkan dalam bentuk
statement keuangan. Teori sintaktik meliputi hubungan antara
unsur-unsur yang membentuk struktur pelaporan keuangan atau
struktur akuntansi dalam suatu negara, yaitu manajemen, entitas
pelapor (pelaporan), pemakai informasi, sistem akuntansi, dan
pedoman penyusunan laporan.

3) Teori Akuntansi Pragmatik


Teori akuntansi ini memusatkan perhatiannya pada
pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai
laporan. Dengan kata lain, teori ini membahas reaksi pihak yang
dituju oleh informasi akuntansi. Informasi akuntansi dikatakan
bermanfaat apabila informasi tersebut benar-benar digunakan
dalam pengambilan keputusan oleh pemakai yang dituju.
Kebermanfaatan informasi akan menentukan keefektifan
pencapaian tujuan pelaporan keuangan.
Teori pragmatik membahas berbagai hal dan masalah
yang berkaitan dengan pengujian kebermanfaatan informasi baik
dalam konteks pelaporan keuangan eksternal maupun

14
manajerial. Teori pragmatik akan banyak berisi pengujian-
pengujian teori tentang hubungan antara variabel akuntansi
dengan variabel perubahan atau perbedaan perilaku pemakai.
Karena teori pragmatik pada umumnya adalah perilaku manusia
dalam kaitannya dengan informasi, teori ini sering diklasifikasi
sebagai akuntansi keperilakuan.
Pembidangan teori atas dasar tataran atau level
semiotika sebenarnya tidak dimaksudkan untuk memisahkan
pembahasan teori secara kaku dan tegas tetapi lebih untuk
menggambarkan perbedaan orientasi. Bila dikaitkan dengan
pembidangan positif-normatif, teori sintaktik dan semantik pada
umumnya bersifat normatif sedangkan teori pragmatik lebih
bersifat positif.

3. Aspek Pendekatan Penalaran


Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk
membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap suatu
pernyataan atau penjelasan. Peranan logika sangat penting dalam
penalaran. Teori yang disusun dengan penalaran yang baik akan
mempunyai validitas yang tinggi. Penalaran mempunyai peran penting
dalam rangka menerima atau menolak kebenaran (validitas) suatu teori.
Proses penyimpulan yang menghasilkan pernyataan atau penjelasan
sebagai teori dapat bersifat deduktif maupun induktif.

1) Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang
berawal dari suatu pernyataan umum yang disepakati (disebut
premis) ke pernyataan khusus sebagai simpulan (konklusi).
Pernyataan umum dapat saja memuat nilai-nilai etika, moral,
ideologi, keyakinan, atau budaya.
Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi basis
penalaran dapat berasal dari teori, prinsip, konsep, doktrin, atau
norma yang dianggap benar, baik, atau relevan dalam kaitannya
dengan tujuan penyimpulan dan situasi khusus yang dibahas.

15
Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi
penjelasan dan dukungan terhadap kelayakan suatu pernyataan
akuntansi.

2) Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran
deduktif. Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan khusus
dan berakhir dengan pernyataan umum yang merupakan
generalisasi dari keadaan khusus tersebut. Hubungan antara
premis dan konklusi dalam penalaran ini tidak langsung dan
tidak sekuat hubungan dalam penalaran deduktif. Dalam
penalaran induktif, kebenaran premis tidak selalu menjamin
kebenaran konklusi yang bersifat generalisasi. Kebenaran
konklusi hanya dapat dijamin dengan tingkat keyakinan tertentu.
Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya
digunakan untuk menghasilkan pernyataan umum yang menjadi
penjelasan (teori) terhadap gejala akuntansi tertentu. Hipotesis
merupakan generalisasi yang dituju oleh penelitian akuntansi.
Bila bukti empiris (atas dasar pengamatan terhadap sampel)
konsisten dengan atau mendukung generalisasi tersebut, maka
dapat dikatakan bahwa generalisasi tersebut menjadi teori yang
valid dan mempunyai daya prediksi yang tinggi.
Bila dikaitkan dengan perspektif teori yang lain, teori
akuntansi normatif biasanya berbasis penalaran deduktif
sedangkan teori akuntansi positif berbasis penalaran induktif.
Secara umum dapat dikatakan bahwa teori akuntansi sebagai
penalaran logis bersifat normatif, sintaktik, semantik, dan
deduktif. Teori akuntansi sebagai sains bersifat positif,
pragmatik, dan induktif.

J. VERIFIKASI TEORI AKUNTANSI


Verifikasi teori merupakan prosedur untuk menentukan apakah suatu
teori valid atau tidak. Pendekatan untuk mengevaluasi validitas teori

16
bergantung pada sasaran dan tataran teori yang diverifikasi. Validitas dapat
dinilai dengan menentukan apakah asumsi-asumsi yang digunakan masuk
akal.
Teori akuntansi normatif dievaluasi validitasnya atas dasar penalaran
logis yang melandasi teori yang diajukan. Teori normatif bersifat tidak bebas
nilai, maka penerimaan asumsi oleh pihak yang terlibat dalam penurunan
prinsip (konklusi) juga menjadi bagian dari kriteria validitas teori. Namun,
kriteria ini sering bersifat subjektif. Oleh karena itu, penerimaan suatu asumsi
juga harus didukung dengan penalaran logis sehingga asumsi tetap masuk
akal serta ketidaksetujuan terhadapnya masih tetap dapat dievaluasi dan
diukur implikasinya.
Teori akuntansi positif dievaluasi validitasnya atas dasar kesesuaian
teori dengan fakta yang terjadi. Menentukan fakta melibatkan observasi
secara objektif. Pada umumnya, observasi objektif dapat dicapai melalui
penelitian dengan metode ilmiah. Oleh karena itu, validitas teori akuntansi
positif banyak dilakukan dengan penelitian empiris. Penelitian empiris
didasarkan atas pengamatan terbatas (sampel) untuk menguji teori secara
statistis. Karena teori akuntansi positif bersifat bebas nilai, maka verifikasi
dibatasi pada apa yang nyatanya dipraktikkan tetapi tidak diarahkan untuk
menentukan apakah teori tersebut baik atau tidak bila dijadikan basis untuk
menentukan kebijakan.
Teori akuntansi sintaktik biasanya tidak berkaitan langsung dengan
fakta sehingga verifikasi validitasnya mengandalkan penalaran logis semata.
Baru setelah teori tersebut dipraktikkan dalam bentuk kebijakan, pengujian
secara empiris dapat dilakukan untuk menguji penalaran yang mendasarinya.
Teori akuntansi semantik melibatkan penyimbolan fakta sehingga
mengandung unsur empiris. Oleh karena itu, validitas teori dapat diverifikasi
secara empiris dengan pengamatan.
Teori akuntansi pragmatik mempunyai kandungan empiris yang
besar karena teori ini banyak memanfaatkan fakta atau data empiris perilaku
pasar/individual sebagai reaksi terhadap informasi akuntansi. Verifikasi teori
ini dapat dilakukan dengan penelitian empiris yang didasarkan atas asumsi

17
bahwa informasi dianggap bermanfaat bila pemakai berbuat seakan-akan
menggunakan informasi tersebut.
Karena teori akuntansi semantik, sintaktik, dan pragmatik tidak
berdiri sendiri tetapi saling mendukung dan melengkapi, semua pendekatan
pengujian biasanya dilakukan untuk memverifikasi suatu teori. Jadi, sedapat-
dapatnya teori harus diverifikasi validitasnya atas dasar penalaran logis, bukti
empiris, daya prediksi, dan pertimbangan nilai yang telah disepakati.

18
Referensi:
Suwardjono. Teori Akuntansi. Yogyakarta: BPFE.

You might also like