You are on page 1of 9

BAB V

HASIL INTERVENSI KEGIATAN

Intervensi kegiatan yang dilakukan pada program PMTP pada balita di


Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur adalah:

Tabel . Intervensi Kegiatan


No Tanggal Kegiatan
1. 2 dan 3 Oktober Pembagian Brosur mengenai PMT-P dan kandungan gizi
2017 dalam makanan pokok
2. 5 Oktober 2017 Penyuluhan dan Dialog Interaktif dengan kader kesehatan
disetiap posyandu mengenai pentingnya PMT-P
3. 10 Oktober 2017 Penyuluhan dan dialog interaktif mengenai pentingnya
PMTP bagi bayi kurus atau dibawah garis merah (BGM)
di Posyandu
4. 29 September Wawancara kepada kepala pemegang Program Gizi di
2017, 2 Oktober Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur
2017, 5 Oktober
2017, 9 Oktober
2017
5. 9-20 Oktober 2017 Dialog interaktif serta membagikan quisioner mengenai
PMT-P, kepada orang tua penerima PMT-P disetiap
Posyandu di Kelurahan Pejaten Timur

Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan metode Uji Kolmogorov-Smirnov.


Penelitian ini menggunakan jumlah subjek sebanyak 11 responden yang merupakan balita
usia 6 sampai 59 bulan dengan BGM atau gizi kurang yang terdata di setiap posyandu
kelurahan pejaten timur selama penelitian dilakukan.

1.1 Evaluasi Data Kuantitatif


1.1.1 Data Univariat Responden
Kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai PMT-P di setiap
posyandu kelurahan pejaten timur dengan cara pemberian kuesioner. Dari kegiatan
tersebut didapatkan data responden meliputi jumlah Baita yang mendapat PMT-P
berdasarkan data yang dimiliki puskesmas kelurahan pejaten timur, usia dan tingkat
pendidikan dari ibu balita.
Tabel 41. Usia Responden
Range usia Frekuensi Persen
<25 tahun
>25 tahun
Total 100%
Berdasarkan data usia responden, usia < 25 tahun sebanyak orang (%), diikuti
kelompok usia > 25 tahun sebanyak orang (%),

Tabel 42. Jenis Kelamin Balita Penerima PMT-P


Jenis Kelamin Frekuensi Persen
Laki laki %
Perempuan %
Jumlah %

Berdasarkan data jenis kelamin Balita yang di beri PMT-P, maka evaluasi program ini
didominasi dengan perempuan sebanyak orang (%) sedangkan laki-laki orang (%).

Tabel 43. Frekuensi berdasarkan Tingkat Kepatuhan


Frekuensi Persen
Kepatuhan Tinggi %
Kepatuhan Sedang %
Kepatuhan Rendah %
Total %

Bedasarkan tabel di atas, orang tua dengan Balita dengan BGM atau kurang gizi
didominasi dengan tingkat kepatuhan yang rendah sebanyak orang (%), lalu dengan
kepatuhan sedang orang (%), dan hanya orang (%) orang tua dengan balita BGM atau
kurang gizi yang memiliki tingkat kepatuhan tinggi.

Tabel 44. Tingkat Pengetahuan Orang Tua Balita dengan BGM


Frekuensi Persen
Pengetahuan Tinggi %
Pengetahuan Rendah %
Total %

Berdasarkan tabel diatas, tingkat pengetahuan responden lebih banyak berpengetahuan


tinggi dengan jumlah orang (%), lalu diikuti dengan berpengetahuan rendah orang (%).
Tabel 45. Tingkat Pendidikan Responden

Frekuensi Persen
Pendidikan Tinggi %
Pendidikan Rendah %
Total %

5.1.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian


Berikut ini digambarkan hasil deskriptif pada tingkat pendidikan dan
pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat antihipertensi.
Tabel 45. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan
dengan
Kepatuhan Minum Obat
Variabel Rendah Sedang Tinggi P
(n=) (n=) (n=)
Pendidikan
Rendah
0,005
Tinggi
Pengetahuan
Rendah
0,001
Tinggi
: Uji Kolmogorov-Smirnov
Dilihat dari tingkat pendidikan dengan kepatuhan terhadap PMT-P p = 0,005 (p
< 0,05) maka dapat diartikan bahwa terdapatnya hubungan yang bermakna antara
kedua variabel tersebut.
Kemudian nilai yang didapat dari tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
terhadap PMT-P adalah p = 0,001 (p < 0,05) maka terdapat pula hubungan yang
bermakna antara kedua variabel tersebut.

2. Evaluasi Data Kualitatif


Pada tanggal, telah dilaksanakan plan of action berupa penyuluhan disertai dialog
interaktif, serta pembagian brosur dan poster mengenai PMT-P, dimulai dari definisi
hingga cara Pemberian PMT-P serta menu PMT-P dan kandungan gizi yang terdapat
dalam makanan pokok. Selain itu juga dilakukan wawancara kepada Ahli gizi di
Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur dan sebagai pemegang program GIZI.
5.2 Hasil Wawancara
5.2.1 Hasil Wawancara dengan Pemegang Program Sekaligus Ahli Gizi di
Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur (Rizka Kirana, AMG)
Dari hasil wawancara dengan pemegang program Gizi didapatkan bahwa
masalah utama tidak tercapainya target SPM terhadap PMT-P di Puskesmas :
Sebenarnya sasaran mutu atau target yang ditentukan sudah jelas dan sudah
terdata. Akan tetapi tidak semua yang didata mau menerima PMT-P dan
meskipun menerima kadang pengaplikasiannya tidak benar, contoh diberi
biscuit untuk 1 minggu, yang dimakan oleh si anak hanya 1 buah, sisanya
kadang dijual, atau terkadang orangtuanya yang makan biscuit ataupun orang
lain. Hal tersebut terkadang yang membuat tidak berhasil, ditambah lagi
ketidak patuhan orangtua untuk membawa si anak untuk menimbang ke
posyandu serta mengambil kembali PMT-P yang sudah disediakan.
Bagaimana peran kader dalam PMT-P ini? Apakah kader memahami jelas
mengenai program PMT-P ? Kader berperan cukup aktif, dan memahami
tujuan mengenai Program ini, akan tetapi memang selama ini hanya beberapa
kader di posyandu tertentu yang memiliki inovasi-inovasi untuk membuat PMT-
P ini menjadi lebih menarik, ada yang masak-masak untuk balita BGM saat
penimbangan, ada yang memberikan makanan tambahan selain biscuit
misalnya susu, ya akan tetapi tidak semua posyandu kadernya memiliki inisiatif
untuk ciptakan inovasi.
Mengapa pojok gizi di puskesmas pejaten timur sendiri tidak berjalan?
sebelumnya memang sempat ada pojok gizi disini, itu sebelum saya bergabung
di puskesmas pejaten timur, saya sendiri baru disini belum 1 tahun, saya
pernah menanyakan kepada kepala puskesmas, pojok gizi sendiri sebelumnya
tidak efektif sehingga ruangan yang digunakan untuk pojok gizi dipergunakan
untuk hal lain, mungkin dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai pojok gizi sendiri, fungsinya apa, sehingga tidak berjalan efektif.
Apa kendala dalam menjalankan program ini? Kesulitannya adalah
terdapat keterbatasan untuk menginformasikan kepada orangtua dengan balita
BGM untuk berkumpul melakukan penimbangan serta pengambilan PMT-P di
posyandu terdekat. Sebenernya saya sudah menginformasikan di saat
kunjungan posyandu, Bahkan saya juga sudah mengigatkan melalui nomor
telfon namun tidak semua orangtua sadar akan pentingnya perbaikan gizi
anaknya dan juga tidak semua orangtua yang memiliki balita BGM memiliki
handphone.
Apa harapan anda kedepan dalam program ini? saya sangat berharap
dengan adanya program ini dapat meningkatkan gizi anak bangsa khususnya
warga pejaten timur sehingga akan tercipta masyarakat berkualitas nantinya.
Selain itu, membuka mata setiap orang tua bahwa gizi merupakan hal
terpenting untuk tumbuh kembang anak serta masa depannya.

5.1 Pelaksanaan Plan of Action


1. Pembagian media promosi dan kuesioner
Pembuatan media promosi berupa brosur. Brosur berisi tentang PMT-P,
inovasi menu PMT-P dan nilai gizi pada makanan. Pada saat pembagian brosur juga
disertai dengan pembagian kuesioner agar diisi oleh ibu-ibu yang memiliki balita
yang berusia antara 6 bulan hingga 59 bulan yang BGM, atau gizi kurang. Pembuatan
media promosi ini bertujuan agar ibu ibu lebih memahami mengenai PMT-P serta
memahami berapa jumlah gizi yang dibutuhkan oleh balitanya. konsep imunisasi
booster pentavalen dan campak. brosur dibuat dengan bahasa yang mudah dimengerti
oleh masyarakat awam, sederhana namun jelas. Penyebaran brosur mengenai PMT-P
dilakukan di posyandu Kelurahan Pejaten Timur yaitu pada tanggal 2 Oktober dan 3
Oktober 2017 sebanyak 15 brosur. Brosur ini juga direncanakan akan disimpan
sebagai persediaan di puskesmas dan nantinya juga akan dibagikan ke posyandu
seluruh wilayah kerja Puskesmas Pejaten Timur lainnya dengan tujuan masyarakat
awam dapat memahami pentingnya mengetahui asupan dan nilai gizi yang
dikonsumsi, sehingga orang tua balita menjadi lebih paham mengenai PMT-P serta
pentingnya gizi untuk tumbuh kembah ballitanya. Selain itu brosur ini dapat dibawa
pulang sehingga diharapkan orang tua balita BGM dan keluarga dapat mengetahui
pentingnya PMT-P untuk perbaikan gizi dan pentingnya gizi untuk tumbuh kembang
balita. Kuesioner diberikan kepada 11 ibu yang memiliki balita antara usia 6 bulan
sampai dengan 59 bulan dengan BGM atau gizi kurang, tujuannya menilai
pengetahuan ibu terhadap PMT-P dan Gizi, serta mengetahui kemungkinan faktor
yang menyebabkan kurang tercapainya angka cakupan PMT-P terhadap gizi balita
BGM.
2. Penyuluhan dan Dialog interaktif mengenai PMT-P
Penyuluhan dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2017 di Posyandu RW 09, RW
01- 04, Posyandu RW 07 dan pada tanggal 9-10 Oktober 2017 di Posyandu RW 05
dan RW 08 dan RW 06. Penyuluhan diberikan kepada orang tua balita dengan BGM.
Kami mengumpulkan ibu-ibu yang sedang datang berkunjung ke posyandu yang
membawa anak usia 6 bulan sampai 59 bulan dengan BGM, yang sebelumnya telah
terdata sebagai penerima PMT-P. Edukasi di posyandu ini dilaksanakan pada pukul
09 12.00 WIB, materi yang disampaikan mengenai PMT-P dan Gizi secara umum
dan pentingnya PMT-P Untuk Balita BGM. Penyuluhan disertai dengan sesi tanya
jawab apabila masih menemukan ketidak jelasan tentang informasi ataupun ingin
berkonsultasi tentang PMT-P dan seputar gizi.

3. Wawancara dengan pemegang program Gizi (Rizka Kirana, AMG)


Wawancara kepada pemegang program untuk mengetahui masalah-
masalah mengenai Program PMT-P dan faktor-faktor yang mempersulit dalam
peningkatan cakupan PMT-P Balita BGM di Puskesmas Kelurahan Pejaten
Timur. Wawancara dilakukan pada tanggal 29 September 2017, 2 Oktober
2017, 5 Oktober 2017, dan 9 Oktober 2017. Wawancara dengan Kepala
Program Gizi didapatkan hasil seperti yang tertera pada sub bab sebelumnya.
Tujuan wawancara ini adalah untuk menggali mengenai angka cakupan
program PMT-P Balita BGM yang jauh dari target.

4. Wawancara, pembagian kuisioner dan brosur serta dialog interaktif dengan


orang tua balita di Posyandu
Wawancara dilakukan pada saat melakukan posyandu kepada orang
tua balita di Posyandu Kelurahan Pejaten Timur. Wawancara mengenai alasan
orang tua balita mengenai pemahaman mengenai PMT-P Balita BGM.
sebagian besar menjawab karena kurangnya informasi yang jelas tentang
pentingnya PMT-P Balita BGM untuk perbaikan gizi balita. Petugas kesehatan
hanya menganjurkan untuk kembali ke posyandu untuk timbang dan
mengambil jatah PMT-P tiap bulannya. Orang tua balita tidak mendapatkan
informasi yang jelas mengenai alasan orang tua balita harus membawa
anaknya untuk kembali ke posyandu dan kurang jelasnya informasi mengenai
biskuit yang diberikan serta pengaplikasiannya terhadap balita yang sedari
awal memang sulit makan sehingga kebanyakan biskuit terbuang dan tidak
termakan, tak jarang pula dijual kembali. Berikut kuotasi orang tua balita:

Setelah penimbangan dan dikatakan anak saya kurus, lalu diberikan


biskuit cukup banyak akan tetapi biskuit yang diberikan tidak lah jelas
apa gunanya dan cendrung anak tidak mau makan biskuitnya
dkarenakan berbagai hal. Informasi untuk kembali dan menimbangkan
anak ke posyandu juga kurang jelas serta lokasi posyandu lumayan
jauh dari tembpat tinggal saya, jadi disitu kendala saya.

1.3 Intervensi Hasil Kegiatan


Pembuatan Media Promosi
Dilakukan pembuatan media promosi, berupa pembuatan dan pembagian Brosur,
dan poster. Brosur dan poster yang digunakan dibuat sendiri dengan memanfaatkan
sumber yang ada.. Brosur dan poster berisi mengenai penjelasan terhadap PMT-P,
variasi menu dari PMT-P, kandungan Gizi makanan, serta ajakan unutuk
memperbaiki gizi anak bangsa. Poster yang dicetak ditempelkan di Puskesmas
Kelurahan Pejaten Timur sehingga semua pasien baik yang berobat dapat
membacanya dengan harapan akan disampaikan ke masyarakat sekitar mengenai
PMT-P dan pentingnya gizi yang baik untuk hidup berkualitas. Selain poster, leaflet
yang dibuat juga dibagikan ke orang tua yang mendapat PMT-P serta Kader disetiap
Posyandu Kelurahan Pejaten Timur untuk dibawa pulang dan dapat dibaca kemudian
secara mendetail di rumah masing-masing.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) yang menunjukkan hasil
kegiatan Puskesmas pada bulan Januari - Maret 2017, didapatkan
masalah dengan Program Gizi yaitu PMT-P Balita BGM. Dari jumlah
sampel yang ada didapatkan hanya 12,1% Orang tua dengan Balita
BGM.
2. Hasil intervensi berupa penyuluhan dan dialog interaktif yang telah
dilakukan kepada Orang tua Balita BGM dan Kader disetiap Posyandu
Kelurahan Pejaten Timur untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
PMT-P, Gizi secara umum, serta meningkatkan capaian persentase SPM
dikemudian waktu. Dari perhitungan tabel hasil kuesioner dengan uji
Kolmogorv-Smirnov didapatkan hasil p = 0,005 dan p = 0,001 untuk
tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan Kepatuhan berkunjung ke
posyandu untuk mengambil PMT-P, yang dapat disimpulkan bahwa
keduanya hubungan yang bermakna karena p < 0,05.
3. Dari hasil wawancara kepala program sekaligus Ahli Gizi Puskesmas
didapatkan kemungkinan penyebab masalah yang utama dari faktor
input, proses dan lingkungan adalah sulitnya pihak Puskesmas untuk
memantau para penerima PMT-P untuk tetap rutin mengikuti program
hingga target yang ditentukan, kurangnya media promosi sebelumnya
dan penyuluhan yang dilakukan belum rutin mengenai PMT-P dan
Pengetahuan Gizi secara umum di Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur,
serta tidak adanya dialog interaktif pada kegiatan sebelumnya, sehingga
rasa ingin tahu orang tua dengan masalah gizi menjadi tidak
tersampaikan dan tidak terealisasikan.
4.
6.2 Saran
1. Memberikan penyuluhan Yang efektif dan secara rutin mengenai PMT-P,
dapat disertakan dengan pembagian media promosi yang mudah
dimengerti agar informasi dapat mudah menyebar di masyarakat.
Masyarakat diharapkan dapat memahami secara umum mengenai PMT-P
khususnya tujuan PMT-P.
2. Hal yang dapat dilakukan selain memberikan penyuluhan, ialah dialog
interaktif Atau diskusi yang dilakukan setiap waktu posyandu, hal ini
akan membuka pandangan serta arahan untuk orang tua yang memiliki
balita BGM agar tergugah memperbaiki gizi balitanya untuk menjadi
masyarakat yang berkualitas bagi bangsa.
3. Mengaktifkan kembali pojok gizi yang telah lama vakum, hal ini perlu
dilakukan melihat belum tercapainya SPM saat ini.
4. Pelatihan kader untuk membuat inovasi menu yang sesuai dengan nilai
gizi, untuk membantu peningkatan berat badan balita. Program tersebut
berlangsung saat posyandu.
5. Pemantauan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan oleh kader.
Pemantauan ditujukan kepada penerima dan mengkonsumsi PMT-P.

You might also like