You are on page 1of 3

2.

2 Tingkat Erosi Tanah

Erosi adalah suatu proses pelepasan dan pengangkatan material tanah yang
disebabkan oleh tenaga tetes air hujan atau aliran permukaan. Pada peristiwa ini,
tanah atau bagian-bagian tanah terkikis atau terangkat yang kemudian diendapkan
pada suatu tempat. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi yaitu erosivitas hujan,
erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan lereng, pengelolaan tanaman serta
faktor praktek pengelolaan lahan. Pada lahan praktikum yang kami amati terdapat
4 SPL yang kami kelompokkan berdasarkan vegetasi dan kemiringan lereng.
Faktor erosivitas hujan merupakan fungsi dari iklim. Daerah praktikum yang
kami lakukan merupakan bagian dari daerah yang beriklim tropis banyak terjadi
peristiwa erosi hal ini di sebabkan daerah tropis merupakan daerah yang
mempunyai curah hujan yang secara umum tinggi yang tentu saja erosivitasnya
juga tinggi.
Faktor erodibilitas merupakan fungsi dari tanah, dimana tanah-tanah yang
mempunyai erodibilitas tinggi akan mudah tererosi dan sebaliknya tanah-tanah
yang mempunyai erodibilitas rendah akan sukar tererosi. Tanah-tanah yang ada di
lahan praktikum pada ke 4 SPL merupakan tanah-tanah yang mempunyai
erodibilitas yang rendah dengan nilai erodibilitas sebesar 0,32 , sehingga tingkat
erosi yang terjadi di lahan praktikum dikategorikan ke erosi tingkat ringan.
Faktor kemiringan dan panjang lereng merupakan fungsi dari topografi.
Lahan yang mempunyai topografi kasar, yaitu mempunyai kemiringan dan
panjang lereng yang besar secara alamiah akan mempunyai tingkat erosi yang
besar dan sebaliknya, lahan yang mempunyai topografi halus yang tercermin dari
kemiringan lereng dan panjang lereng yang kecil akan mempunyai erosi yang
kecil pula. Dengan melihat kondisi topografi di lahan praktikum pada ke 4 SPL
dengan kemiringan lereng yaitu 15%-30% yaitu miring atau berbukit dengan
relief halus hingga kasar, memungkinkan proses erosi cukup mudah terjadi pada
lahan praktikum.
Faktor pengelolaan tanaman yang merupakan fungsi dari jenis vegetasi di
suatu lahan, juga sangat mempengaruhi besar kecilnya erosi. Jenis vegetasi yang
merupakan tanaman semusim sangat berpengaruh terhadap besarnya erosi karena
sifat dari vegetasi ini berumur pendek, berdaun kecil, beranting sedikit dan
pendek sehingga kemampuan untuk menahan laju air hujan yang jatuh di atas
tanah kecil. Namun jika jenis tanamannya merupakan tanaman tahunan maka
kemampuan untuk menahan laju air hujan yang jatuh di atas tanah besar, karena
kebanyakan pohonnya tinggi, berdaun lebar, beranting banyak. Jenis vegetasi di
lahan praktikum pada ke 4 SPL didominasi oleh jenis tanaman tahunan sehingga
erosi yang terjadipun ringan.
Faktor Pengelolaah lahan yang merupakan fungsi dari praktek konservasi
sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya erosi. Lahan yang telah memiliki
konservasi secara baik besarnya erosi dapat dicegah seminimal mungkin,
sebaliknya lahan yang mempunyai konservasi yang jelek akan menyebabkan
proses erosi berkembang menjadi lebih berat. Praktek konservasi yang ada di
lahan praktikum pada ke 4 SPL yang ada untuk saat ini antara lain pada SPL 1
tidak dilakukan manajemen olah tanah, pada SPL 2 dilakukan manajemen olah
tanah dalam bentuk guludan yang ditanami dengan tanaman cabai sementara pada
SPL 3 dan 4 tanah dibuat teras gulud. Pada managemen yang dilakukan petani
dinilai cukup memberikan dampak yang baik terhadap tanah karena tingkat erosi
yang terjadi masih ringan.
Pada ke 4 SPL yang kami amati di lahan praktikum, erosi yang terjadi di tiap
SPL merupakan erosi percikan yang ditandai dengan tanah yang terpercik
menempel di daun tumbuhan yang terdapat di tiap SPL. Menurut Jurnal Geomedia
Vol.4 No.2 bahwa erosi percikan adalah erosi yang disebabkan oleh adanya air
hujan yang memberikan energi tertentu ketika jatuh (energi kinetis), kemudian
melepaskan partikel-partikel tanah, oleh sebab itu erosi percikan terjadi pada awal
hujan. Tingkat erosi jenis ini dikategorikan sebagai erosi ringan karena dampak
yang ditimbulkannya tidak berbahaya bagi lingkungan dan masih dikategorikan
sebagai erosi yang diperbolehkan.

Sumber :
Kartasapoetra G., A. G. Kartasapoetra, M. M. Sutedjo. 2005. Teknologi
Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta
Nursaban, Muhammad. 2006. Pengendalian Erosi Tanah Sebagai Upaya
Melestarikan Kemampuan Fungsi Lingkungan. Jurnal Geomedia. Vol 4
No. 2. Hal : 93-116

Bab V. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa di lahan


praktikum pada ke 4 SPL yang kami amati, pada SPL 1 memiliki jenis erosi yaitu
erosi permukaan dan pada SPL 2-4 yaitu termasuk ke erosi percikan, dimana erosi
permukaan dan percikan masih dikategorikan sebagai jenis erosi dengan tingkat
rendah karena dampak yang ditimbulkannya tidak sampai mengakibatkan
kerugian dan masih dalam erosi yang diperbolehkan.
Dilihat dari jenis erosi yang terjadi maka rekomendasi yang perlu dilakukan
adalah menerapkan konservasi menggunakan metode vegetatif yaitu dengan
penanaman tanaman penutup tanah. Selain itu rekomendasi konservasi yang
dilakukan adalah dengan cara konservasi mekanis dengan pembuatan guludan dan
Saluran Pembuangan Air (SPA).
Berdasarkan rekomendasi di atas maka biaya yang dibutuh untuk melakukan
metode vegetatif tidak terlalu mahal, sedangkan untuk membuat guludan dan
Saluran Pembuangan Air (SPA) membutuhhkan biaya yang cukup mahal dilihat
dari segi peralatannya, tenaga kerja dan waktu yang dibutuhkan juga lama.

You might also like