You are on page 1of 25

LAPORAN TUTORIAL

BLOK XVIII MATA


SKENARIO 3

KELOMPOK A3
ADVENDANU NUR KRISTA G0015007
M. YUSUF BRILLIANT P. G0015243
SAIFUL HIDAYAT G0015207
MUHAMMAD SYAFII G0015169
SILVIA HANDIKA A. G0015213
RAHEL PERMATA H. S. G0015193
MENTARI MARATUS S. G0015153
KHALIDA IKHLASIYA T. G0015127
FELINA JOZA SAVITRI G0015087
DEONESYA MARIA R. S. G0015053
DANA ASTERINA G0015051
AULIA PUTRI NURILMA G0015031

TUTOR :
Muchtar Hanafi, dr., MSc
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2017
BAB I

Skenario 3
Aduh, Ada Benjolan di Kelopak Mata Saya

Seorang Perempuan usia 19 tahun datang ke klinik dokter umum dengan


keluhan ada benjolan di kelopak mata kiri bawah sejak dua minggu yang lalu.
Benjolan dirasakan semakin lama semakin membesar. Pada pemeriksaan mata kiri
didapatkan VOS 6/6, kelopak terlihat ada benjolan, konjungtiva bulbi tenang,
konjungtiva forniks dan palpebral hiperemis, kornea tampak jernih. Kemudian
dokter mendiagnosis dan memberikan terapi pendahuluan, kemudian merujuk
pasien tersebut ke dokter spesialis mata.

BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Langkah 1 Mencari Kata Sulit


1. Terapi pendahuluan: merupakan first line therapy berupa terapi
simptomatik sebelum pasien dirujuk ke dokter spesialis mata

Langkah 2 Merumuskan Masalah


1. Mengapa terjadi benjolan pada kelopak mata kiri bawah?
2. Apakah ada hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan?
3. Pemeriksaan penunjang apa sajakah yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis?
4. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik?
5. Bagaimana struktur anatomis kelopak mata?
6. Bagaimana proses pembentukan benjolan pada mata?
7. Mengapa benjolan semakin membesar?
8. Apakah terapi pendahuluan yang dimaksud dalam skenario?
9. Bagaimana diagnosa banding pasien?
10. Apakah tindakan yang dilakukan oleh spesialis mata?
11. Apa saja penyebab benjolan pada kelopak mata?
12. Apa saja kriteria rujukan pada skenario?
13. Bagaiman komplikasi dan prognosis keluhan pasien?
14. Apa saja faktor resiko yang memicu timbulnya keluhan pasien?
Langkah 3 Diskusi dan Brain Storming

1. Mengapa terjadi benjolan pada kelopak mata kiri bawah?


Kelopak mata akan bengkak/benjol oleh radang ataupun bukan
radang. Peradangan seperti hordeolum, blefaritis, konjungtivitis selulitis,
dan trauma akan dapat mengakibatkan edema palpebra. Kalazion,
blefarokalasis, penyakit ginjal, penyakit jantung dan tiroid merupakan
salah satu penyebab edema palpebral yang bukan merupakan radang
kelopak.

2. Apakah ada hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan?


Keluhan pasien berhubungan dengan sekresi kelenjar sebasea.
Sekresi kelenjar sebasea dipengaruhi secara hormonal pada ibu hamil
sekresi meningkat, pada lanjut usia sekresi menurun.

3. Pemeriksaan penunjang apa sajakah yang diperlukan untuk menegakkan


diagnosis?
Jika ada kalazion berulang pemeriksaan histopatologik untuk
menghindarkan kesalahan diagnosis dengan kemungkinan adanya suatu
keganasan.

4. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik?


a. VOS 6/6 penglihatan normal (emetropia)
b. Konjungtiva bulbi tenang tidak terdapat inflamasi
c. Konjungtiva forniks dan palpebral hiperemis ada vasodilatasi
d. Kornea tampak jernih tidak terdapat kelainan refraksi

5. Bagaimana struktur anatomis kelopak mata?

Palpebra atau kelopak mata mempunyai fungsi melindungi bola


mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air
mata di depan komea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang
berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan
pengeringan bola mata.Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk
sinar kedalam bola mata yang dibutuhkan untuk penglihatan.

Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena


pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan
buka tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan
debu yang masuk.

Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal.

Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan


mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.

Pada kelopak terdapat bagian-bagian :

Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar


keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada
tarsus.
Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di
dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada
dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut
sebagai M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola mata yang
dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus
foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus
M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit
tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan)
palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat
dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada
margo palpebra.
Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima
orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita
pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas
jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan
kelenjar Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus
frontal N.V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat
dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks
menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang
mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin.

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak


bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang
dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama
kornea

6. Bagaimana proses pembentukan benjolan pada mata?

Kelopak mata mengalami pembengkakan ketika ada peradangan atau


kelebihan cairan (edema) dalam jaringan ikat di sekitar mata. Mata
bengkak bisa nyeri atau tidak nyeri, dan mempengaruhi baik kelopak mata
atas dan bawah.

Ada banyak penyebab mata bengkak, termasuk infeksi mata, cedera mata
atau trauma, dan, yang paling umum adalah alergi. Pembengkakan kelopak
mata dapat menjadi tanda dari, masalah kesehatan yang berpotensi
mengancam penglihatan yang lebih serius, seperti selulitis orbita, penyakit
Graves dan herpes okular.

Pembengkakan kelopak mata adalah gejala dari penyebab yang mendasari,


seperti alergi atau infeksi. Mata bengkak biasanya disertai dengan satu atau
lebih hal berikut:

a. Iritasi mata, seperti gatal atau sensasi gatal


b. Produksi air mata berlebih, yang mengakibatkan mata berair
c. Visus terhambat (tergantung pada sejauh mana pembengkakan
d. Kemerahan kelopak mata
e. Mata merah dan peradangan konjungtiva
f. Debit mata, atau "mattering"
g. Kekeringan kelopak mata atau mengelupas
h. Nyeri, terutama ketika kelopak mata bengkak disebabkan oleh
infeksi

7. Mengapa benjolan semakin membesar?


Telah disebutkan bahwa penyakit mata dengan benjolan bisa
berupa blefaritis, kalazion, dan hordeolum.
Pada penyakit kalazion dan hordeolum, akan di dapatkan benjolan
akan semakin membesar dan bahkan bisa sampai menekan kornea dan
merubah struktur anatominya. Hal ini dikarenakan pada penyakit kalazion
dan hordeolum akan terjadi penyumbatan di ketiga kelenjar yang ada di
kelopak mata. Kelenjear mebum, zeuss, dan mol merupakan kelenjar
penghasil minyak untuk folikel rambut yang akan mensekresi sekret secara
kontinyu sehingga jika tersumbat akan membuat sekret menumpuk
sehingga benjolan terlihat makin besar.

8. Apakah terapi pendahuluan yang dimaksud dalam skenario?


Terapi pendahuluan yang di maksud adalah tindakan yang dapat
diberikan oleh dokter umum untuk pencegahan dan mengurangi risiko dari
komplikasi sebelum dilakukannya pemeriksaan dan tindakan dari dokter
spesialis mata. Terapi yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi
penanganan konservatif dengan kompres air hangat pada mata selama 15
menit, minimal 4 kali dalam sehari. Jika pada mata ditemukan adanya
kotoran bulu mata, bakteri, bakteri racun, minyak, dan ketombe, lakukan
scrub pada bulu mata menggunakan sabun yang anti iritasi atau sabun
bayi. Juga dapat diberikan antibiotik topikal seperti tetes dan salep dengan
dosis tertentu.

9. Bagaimana diagnosa banding pasien?


a. Hordeolum
Infeksi kelenjar di palpebra. Bila kelenjar meibom yang terkena,
timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Hordeolum
eksterna yang lebh kecil dan lebih superfisial adalah infeksi di kelenjar
Zeis atau Moll. Timbul rasa nyeri, merah, dan bengkak adalah gejala
utamanya. Hordeolum interna dapat menonjol ke kulit atau ke permukaan
konjungtiva. Hordeolum eksterna selalu mengarah ke arah kulit. Biasanya
hordeolum disebabkan oleh infeksi stafilokok, biasanya Staphylococcus
aureus.
b. Kalazion
Peradangan granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik pada
kelenjar meibom. Umumnya ditandai oleh pembengkakan setempat yang
tidak terasa sakit dan berkembang. Kebanyakan kalazion mengarah ke
permukaan konjungtiva. Jika cukup besar, sebuah kalazion dapat menekan
bola mata dan menimbulkan astigmatisme. Bahkan jika mengganggu
penglihatan, dianjurkan untuk melakukan eksisi lesi.

c. Blefaritis Anterior
Radang bilateral kronik yang umum di tepi palpebra. Ada dua jenis
utamanya: stafilokok dan seborreik. Blefaritis stafilokok dapat disebabkan
oleh infeksi Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif. Blefaritis
seborreik umumnya berkaitan dengan keberadaan Pityrosporum ovale,
meskipun belum terbukti jadi penyebabnya. Gejala utamanya adalah
iritasi, rasa terbakar, dan gatal pada tepi palpebra. Banyak sisik atau
granulasi terlihat menggantung di bulu mata palpebra superior maupun
inferior.
d. Blefaritis Posterior
Peradangan palpebra akibat disfungsi kelenjar meibom, secara
kronik dan bilateral. Blefaritis posterior bermanifestasi dalam aneka
macam gejala yang mengenai palpebra, air mata, konjungtiva, dan kornea.
Dapat juga timbul hordeolum dan kalazion. Tepi palpebra hiperemis dan
telangiektasia. Palpebra membulat dan menggulung ke dalam, air mata
mungkin berusa atau sangat berlemak. Kornea bisa membentu
vaskularisasi perifer dan menjadi tipis.

10. Apakah tindakan yang dilakukan oleh spesialis mata?


Untuk menindak lanjuti keluhan benjolan pada kelopak mata,
setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan rujukan ke spesialis
mata, dokter spesialis mata dapat melakukan eksisi pada benjolannya, jika
benjolannya kecil dapat dilakukan kuretase, jika benjolan berukuran besar
dilakukan insisi, dan jika benjolan menonjol ke arah kulit, dapat dilakukan
insisi dari arah kulit. Dokter spesialis mata juga dapat memberikan terapi
medikamentosa lebih spesifik sesuai dengan penyebab dari benjolan.

11. Apa saja penyebab benjolan pada kelopak mata?

Ada banyak penyebab mata bengkak, termasuk infeksi mata,


cedera mata atau trauma, dan yang paling umum adalah alergi.
a. Infeksi mata atau alergi
Alergi mata terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan
terhadap zat asing, yang disebut alergen. Serbuk sari, debu, bulu hewan
peliharaan, tetes mata tertentu dan solusi lensa kontak adalah beberapa
alergen mata yang paling umum. Reaksi alergi terhadap riasan juga
merupakan penyebab dikenal mata bengkak. Alergi mata berkembang
ketika mata melepaskan mediator kimia untuk melindungi mata dari
alergen yang Anda sensitif. Yang paling umum adalah histamin, yang
menyebabkan pembuluh darah di mata membesar dan membengkak,
selaput lendir gatal dan mata Anda menjadi merah dan berair.
b. Trauma mata atau cedera mata
Setiap trauma pada area mata, termasuk memar kelopak mata (umumnya
dikenal sebagai mata hitam) dan trauma yang disebabkan oleh operasi
kosmetik (blepharoplasty, atau operasi kelopak mata), dapat memicu
peradangan dan mata bengkak.

12. Apa saja kriteria rujukan pada skenario?


Berdasarkan skenario di atas, pasien harus dirujuk apabila tidak
ada respon perbaikan setelah diberikan intervensi medikamentosa. Selain
itu, rujukan juga dilakukan apabila terdapat hordeolum berulang.

13. Bagaiman komplikasi dan prognosis keluhan pasien?


a. Kalazion
- Jika kista pecah, terbentuk granuloma
- Prognosis
Prognosis baik, tetapi bisa menjadi karsinoma kalau rekuren
b. Hordeolum
- Prognosis
Prognosis baik, bisa sembuh sendiri

14. Apa saja faktor resiko yang memicu timbulnya keluhan pasien?
Faktor resiko yang dapat memicu timbulnya keluhan pasien adalah
sebagai berikut :
a. Kebersihan (poor hygiene)
b. Contact lens
c. Terpapar radiasi
d. usia
Langkah 4 Problem Tree

Dari seluruh pembahasan yang telah kami lakukan, maka bahasan tersebut
dapat digambarkan melalui skema sebagai berikut:

BENJOLAN DI KELOPAK MATA ANATOMI KELOPAK MATA


&
FISIOLOGI KELENJAR MATA

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG

KALAZION
DIAGNOSIS BANDING
HORDEOLUM

DACRIOSISTITIS

BLEFARITIS

ETIOLOGI
DIAGNOSIS KERJA
FAKTOR RISIKO

PATOFISIOLOGI
TATALAKSANA

KRITERIA RUJUKAN
KOMPLIKASI & PROGNOSIS
Langkah 5 Menentukan Learning Objectives
Mahasiswa mampu menjelaskan
1. Menjelaskan anatomi kelopak mata, fisiologi kelenjar mata

2. Menjelaskan anamnesis (gejala dan tanda), pemeriksaan fisik dan


penunjang terhadap keluhan pasien.

3. Menjelaskan diagnosis banding dan diagnosis kerja dari keluhan pasien

4. Menjelaskan tatalaksana dan kriteria rujukan dari keluhan pasien

5. Menjelaskan komplikasi dan prognosis dari keluhan pasien

Langkah 6 Melengkapi Hasil Diskusi


LO 1 KALAZION

Kalazion adalah radang


granulomatosa kronik yang steril
dan idiopatik pada kelenjar
meibomian, umumnya ditandai
oleh pembengkakan setempat
yang tidak terasa sakit dan
berkembang dalam beberapa
minggu. Awalnya dapat berupa
radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum. Dibedakan dari
hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut. Kebanyakan kalazion
mengarah ke permukaan konjungtiva, yang mungkin sedikit memerah atau
meninggi. Jika cukup besar, sebuah kalazion dapat menekan bola mata dan
menimbulkan astigmatisme. Jika cukup besar sehingga mengganggu penglihatan
atau mengganggu secara kosmetik, dianjurkan eksisi lesi (Riordan-Eva 2008).

Kalazion dapat dikategorikan menjadi kalazion superficial dan kalazion


profunda. Inflamasi pada kelenjar meibomian mengakibatkan terjadinya kalazion
profunda, sedangkan inflamasi pada kelenjar zeiss menyebabkan kalazion
superficial (Medscape, 2017).
Patofisiologi

Kalazion terjadi ketika produk


pemecahan lipid, baik berasal
dari enzim bakteri maupun
tertahannya sekresi kelenjar
sebacea bocor ke jaringan di
sekitarnya dan memicu respon
inflamasi granulomatosa.
Kelenjar meibomian tertanam di
planum tarsalis palpebra, edema akibat tersumbatnya kelenjar ini biasanya
tertahan di konjungtiva palpebra, terkadang kalazion dapat tumbuh hingga
menembus planum tarsalis menuju bagian eksternal palpebra. Kalazion akibat
tersumbatnya kelenjar zeis biasanya terletak di sepanjang tepi palpebra (Medscape
2017).

Etiologi

Kalazion terjadi setelah sumbatan pada kelenjar sebacea, yang dapat dihubungkan
dengan:

Hygiene palpebra yang buruk


Dermatitis seboroik
Acne rosacea
Blepharitis kronik
Konsentrasi lipid dalam darah yang tinggi
Leishmaniasis
Tuberculosis
Immunodeficiency
Infeksi virus
Carcinoma
Stress
Trachoma
Trauma palpebra
Pembedahan palpebra
Kalazion juga dapat terjadi secara spontan setelah perkembangan hordeolum
internum maupun eksternum (Medscape, 2017).

Epidemiologi
Kalazion dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan. Meskipun
kalazion dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering pada orang dewasa
(terutama usia 30-50 tahun) dibandingkan anak-anak, diduga karena androgen
meningkatkan viskositas sebum (Medscape, 2017).

Gejala dan Tanda


Gejala yang timbul biasnya adalah pembengkakan pada palpebra yang
tidak terasa nyeri dan telah muncul selama beberapa minggu hingga bulan. Pasien
mungkin datang ke dokter hanya ketika kondisinya memburuk, seperti ketika
kalazion menyebabkan penurunan visus atau rasa tidak nyaman, atau menjadi
terinfeksi, dan nyeri (Medscape, 2017).

Prognosis
Medscape (2017) pasien yang mendapatkan terapi biasanya memiliki
prognosis yang bagus. Kalazion yang tidak diobati terkadang dapat mengalami
drainase secara spontan namun lebih cenderung menetap dengan inflamasi akut
intermiten dibandingkan dengan kalazion yang diobati.

Morbiditas yang berhubungan dengan kalazion di antaranya:


Eksaserbasi inflamasi akut dapat menyebabkan ruptur anterior (melalui
kulit) maupun posterior (melalui konjungtiva), membentuk granuloma
pyogenicum
Drainase dan pembengkakan yang menetap dapat menyebabkan iritasi
pada mata
Progresivitas kalazion dapat menyebabkan disfigurasi palpebra, termasuk
depigmentasi, hiperpigmentasi, takik padatepi palpebra, fibrosis tarsal
dengab entropion, dan madarosis
Kalazion dapat menjadi predisposisi terjadinya cellulitis preseptal,
terutama individu dengan atopi
Kalazion besar, yang terletak di central dapat menyebabkan gangguan
visual akibat penekanan pada kornea, menyebabkan astigmatisma yang
disebabkan oleh cedera mekanik, hipermetropia didapat dan penurunan
visus juga dilaporkan pada kalazion di palpebra superior

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang lengkap pada mata dan permukaan konjungtiva harus
dilakukan. Kalazion merupakan nodul yang dapat dipalpasi pada palpebra,
terkadang diameternya 7-8 mm. Biasanya keras, non-erythematous, menetap, dan
tidak nyeri. Kalazion lebih sering terjadi pada palpebra superior karena jumlah
kelenjar meibomian di sana lebih banyak dibandingkan di palpebra inferior
(Medscape, 2017).

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium jarang diminta, tetapi pemeriksaan histologis
menunjukkan proliferasi endotel asinus dan respons radang granulomatosa yang
melibatkan sel-sel kelenjar jenis Langerhans. Biopsi diindikasikan pada kalazion
berulang karena tampilan karsinoma kelenjar meibomian dapat mirip tampilan
kalazion (Medscape, 2017).

Tata Laksana

Eksisi bedah dilakukan melalui insisi vertikal ke dalam kelenjar tarsal dari
permukaan konjungtiva, diikuti kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjarnya
dengan hati-hati. Penyuntikan steroid intralesi saja mungkin bermanfaat untuk
lesi kecil, tindakan ini dikombinasikan dengan tindakan bedah pada kasus-kasus
yang sulit (Riordan-Eva 2008).
LO 2 DAKRIOSISTITIS

Sistem eksresi air mata mudah mengalami infeksi dan peradangan yang
disebabkan oleh berbagai faktor. Tujuan fungsional dari sistem eksresi air mata
adalah untuk mengalirkan air mata dari mata ke dalam kavum nasal. Adanya
hambatan air mata yang patologis pada sistem drainase air mata dapat
menyebabkan terjadinya dakriosistitis.

Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata yang terletak di
antara sudut bagian dalam kelopak mata dengan hidung. Dakriosistitis biasanya
disebabkan oleh karena adanya blokade pada saluran yang mengalirkan air mata
dari kantong air mata ke hidung. Duktus yang terhalang menjadi terinfeksi.
Dakriosistitis dapat berupa akut maupun kronik. Hal ini dapat dihubungkan
dengan suatu malformasi pada duktus lakrimalis, luka, infeksi pada mata, maupun
trauma.

Dakriosistitis akut ditandai dengan gejala mendadak berupa nyeri dan


kemerahan pada daerah kantus medialis . Adanya epifora merupakan karakteristik
pada peradangan kronik pada duktus lakrimalis. Bentuk khas dari peradangan
pada kantong air mata adalah dakriosistitis kongenital, yang secara patofisiologi
sangat erat kaitannya dengan embriogenesis sistem eksresi lakrimal. Dakriosistitis
sering timbul pada bayi yang disebabkan karena duktus lakrimalis belum
berkembang dengan baik. Pada orang dewasa, infeksi dapat berasal dari luka atau
peradangan pada hidung. Meskipun demikian, pada kebanyakan kasus,
penyebabnya tidak diketahui.

Etiologi

Etiologi primer dakriosistitis adalah obstruksi nasolakrimal yang


menyebabkan mukokel pada sakkus lakrimalis yang dipresipitasi oleh blokade
kronik pada duktus nasolakrimal interosseus atau intramembranous. Dakriosistitis
akut pada anak-anak biasanya disebabkan oleh Haemophylus influenza. Pada
orang dewasa, biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan
Streptococcus hemoliticus sedangkan dakriosistitis kronis disebabkan oleh
Staphyloccus epidermidis, Streptococcus pneumonia dan jarang disebabkan oleh
Candida albicans. Agen infeksi dapat ditemukan secara miroskopik dengan
apusan konjungtiva yang diambil setelah memeras sakkus lakrimalis.

Gambaran Klinik

Dakriosistitis dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu : akut, kronik dan


kongenital. Gejala utama dakriosistitis adalah mata berair dan kotoran mata
berlebih. Pada dakriosistitis berbentuk akut, di daerah sakkus lakrimalis terdapat
gejala radang, sakit, bengkak , nyeri tekan. Materi purulen dapat diperas dari
sakkus. Peradangan berupa pembengkakan, merah dan nyeri , biasanya disertai
dengan pembengkakan kelenjar pre aurikuler, submandibuler dan disertai
peningkatan suhu tubuh. Kadang-kadang kelopak mata dan daerah sisi hidung
membengkak. Pada stadium lanjut dapat terjadi komplikasi berupa fistula. Pada
dakriosistitis kronik , tanda satu-satunya adalah keluar air mata berlebih.

Untuk menentukan adanya gangguan pada sistem eksresi air mata dilakukan :
Inspeksi pada posisi punctum

Palpasi daerah sakkus lakrimal, apakah mengeluarkan cairan bercampur nanah


Irigasi melalui punctum dan kanalikuli lakrimal, bila cairan mencapai rongga
hidung , maka sistem eksresi berfungsi baik (tes anel).

Probing yaitu memasukkan probe Bowman melalui jalur anatomik sistem


eksresi lakrimal. Tindakan probing didahului oleh dilatasi punctum dengan
dilatators.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dakriosistitis tergantung pada manifestasi klinik penyakit.

1. Antibiotik sistemik dengan regimen sebagai berikut :


o Anak-anak
Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan, diberikan
amoxicillin/clavulanate 20-40mg/kg/hari peroral yang dibagi dalam
tiga dosis.
Pasien demam, akut, kasus sedang hingga berat dirawat di rumah
sakit dan diterapi dengan cefuroxime 50-100 mg/kg/hari iv dalam 3
dosis.
o Dewasa

Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan diberikan


cephalexin 500 mg peroral tiap 6 jam. Terapi alternative berupa
amoxicillin /clavulanate 500 mg peroral tiap 8 jam
Pasien demam dan akut dirawat di rumah sakit dengan penanganan
cefazolin 1gr iv tiap 8 jam.
Terapi antibiotik diberikan berdasarkan respon klinik dan hasil kultur dan
sensitivitas. Antibiotik intravena dapat diganti dengan antibiotik oral
dengan dosis yang sebanding tergantung dari tingkat perbaikan, tetapi
terapi antibiotik harus tetap dilakukan selama 10-14 hari.
2. Antibiotik tetes topical seperti trimetorim/polymixin
3. Kompres air hangat dan massase di bawah area kantus
4. Pemberian analgesik seperti acetaminophen bila perlu
5. Insisi dan drainase pada abses
6. Koreksi dengan pembedahan dapat dipertimbangkan berupa
dacryocystorhinostomy setelah episode akut sembuh, khususnya pada
pasien dengan dakriosistitis kronik.

Komplikasi

Dakriosistorinostomi bila dilakukan dengan baik merupakan prosedur


yang cukup aman dan efektif. Namun, seperti pada semua prosedur pembedahan,
komplikasi berat dapat terjadi. Perdarahan merupakan komplikasi tersering dan
dilaporkan terjadi pada 3% pasien. Selain itu, infeksi juga merupakan komplikasi
serius dakriosistorinostomi. Beberapa ahli menyarankan pemberian antibiotik
drop spray pada hidung setelah pembedahan.
Kegagalan dakriosistorinostomi paling sering disebabkan oleh osteotomi atau
penutupan fibrosa pada pembedahan ostium yang tidak adekuat. Kebanyakan
kasus kemudian diterapi dengan dilatasi ostium menggunakan probing Bowman
berturut-turut.

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan higienitas pada palpebra


,termasuk melakukan kompres air hangat dan membersihkan silia. Selain itu,
higienitas nasal dengan spray salin dapat mencegah obstruksi aliran lakrimal
bagian distal.
Prognosis

Tingkat kesuksesan dakriosistorinostomi eksternal kira-kira 95%.


Dakriosistostorinostomi memiliki tingkat kesuksesan yang sedikit lebih rendah,
diduga oleh ketidakmampuan untuk membuat ostium yang lebih lebar.

LO 3 BLEFARITIS (BELUM LENGKAP AIK_)

Komplikasi

a. Dry Eye
Infeksi blefaritis dapat menyebar ke kelenjar air mata serta kelenjar
meibomian sehingga dapat mempengaruhi kualitas air mata. Sehingga
merusak tear film.
b. Konjungtivitis
Ketika bakteri menginfeksi mata.
c. Meibomianitis dan Kista Meibomian
Infeksi yang terjadi pada kelenjar meibomian dapat mengakibatkan
inflamasi dan pembentukan kista
d. Stye/ Hordeolum
Infeksi pada folikel bulu mata dapat menyebabkan hordeolum.

Tatalaksana

a. Eye hyegine
Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak mata
untuk mengangkat minyak yang merupakan makanan bagi bakteri.
Bisa digunakan sampo bayi atau pembersih khusus.
b. Antibiotik topikal
Dapat menggunakan erythromycin atau sulfacetamide.
c. Antibiotik oral
Seperti tetracycline.

Prognosis

Pada blefaritis prognosis akan sangat baik ketika diatasi cepat sebelum
terjadinya konplikasi yang memperparah kondisi mata.

LO 4 HORDEOLUM
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sabasea
kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat.
Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses.

Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan
pada praktek kedokteran. Insidensitidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.
Dapat mengenai semua usia, tapi lebih sering padaorang dewasa, kemungkinan
karena kombinasi dari beberapa faktor seperti tingginya levelandrogen dan
peningkatan insidensi meibomitis dan rosacea pada dewasa.

Etiologi
Biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus
adalah penyebab pada 90 95% kasus). Biasanya dapat dicetuskan oleh stress,
nutrisi yang buruk, penggunaan pisau cukur yang sama untuk mencukur rambut
disekitar mata dan kumisatau tempat lain. Infeksi ini mudah menyebar, sehingga
diperlukan pencegahan terutama mengenai kebersihan individual. Yaitu dengan
tidak menyentuh mata yang terinfeksi, pemakaiankosmetik bersama-sama,
pemakaian handuk dan washcloth bersama-sama.

Gejala Klinis
Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak,
mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Hordeolum internum
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum. Adanya
pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar
diangkat. Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya turut
membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.
Gejala :
- Pembengkakan
- Rasa nyeri pada kelopak mata
- Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
- Riwayat penyakit yang sama
Tanda :
- Eritema
- Edema
- Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata
- Seperti gambaran abses kecil

Patofisiologi
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss
atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang
terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi
pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari
komplikasi blefaritis.
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan nanah
dalamlumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai
kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil
sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh
Staphylococcus aureus.
Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak
gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dandebris nekrotik. Hordeolum
interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom dilempeng tarsal.

Penatalaksanaan
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2
minggu. Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal
(salep atau tetes mata antibiotik) maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral
(diminum).
Urutan penatalaksanaan hordeolum adalah sebagai berikut:
Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin,
Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat
topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase
peradangan.
Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin,
Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan
perbaikan dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari.
Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter
berdasarkan hasil pemeriksaan.
Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai
dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum.
Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan
keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan
sejenisnya.
Pada nanah dan kantong nanah tidak dapat keluar dilakukan insisi. Pada insisi
hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesia topikal dengan pentokain tetes
mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah
hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada
margo palpebra.
Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.

Komplikasi
Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang
jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.

Prognosis
Hordeola biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu. Resolusi
lebih cepat dengan penggunaan kompres hangat dan ditutup yang bersih.
Hordeola Internal terkadang berkembang menjadi chalazia, yang mungkin
memerlukan steroid topikal atau intralesi atau bahkan insisi dan kuretase.
Pencegahan
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan wajah
danmembiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum
tidak mudah berulang,dengan mengusap kelopak mata dengan lembut
menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak,
menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh
kuman, dan menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.

BAB III
KESIMPULAN

Pada skenario kali ini, pasien mengeluhkan adanya benjolan di kelopak


mata kiri bawah. Benjolan di kelopak mata bisa memberikan diagnosis banding
yaitu kalazion, hordeolum, blefaritis, dacriosistitis. Secara lebih terperinci hasil
yang didapatkan dari pemeriksaan mata kiri pasien adalah:
a. VOS 6/6 artinya visus normal (emetropia). Pasien dapat melihat huruf
pada Snellen chart dalam jarak 6 meter dan memang seharusnya huruf
tersebut bisa dilihat dengan jelas oleh orang normal pada jarak 6 meter.
b. Konjungtiva bulbi tenang, yang artinya konjungtiva bulbi tidak
mengalami inflamasi. Tidak terlihat kemerahan dan secara makroskopis
terlihat normal.
c. Konjungtiva forniks dan palpebral hiperemis terjadi karena terjadi
vasodilatasi vasa darah di daerah tersebut.
d. Kornea tampak jernih artinya fungsi media refraksi masih baik,
memperkuat hasil visus 6/6.

Adapun terapi pendahuluan untuk infeksi mata,kompres dengan air hangat


atau dibersihkan menggunakan sampo bayi yang non-iritatif, bisa juga diberikan
antibiotic . Namun, bila tidak memberikan respon dengan pengobatan konservatif
maka harus dirujuk ke dokter spesialis mata.
BAB IV
SARAN

Untuk mahasiswa:

Sebaiknya mahasiswa lebih berusaha memahami materi dan


mengumpulkan materi dari sumber serta melakukan pemahaman lebih lanjut dan
mengkaji sumber tersebut apakah informasi yang diberikan sumber tersebut
memiliki keterkaitan dengan learning objective yang dibahas. Sebaiknya
mahasiswa bisa menanggapi pernyataan atau jawaban dari mahasiswa lain
sehingga bisa terjadi pertukaran pendapat dan diskusi berjalan lebih baik lagi.

Untuk tutor pembimbing:

Tutor pembimbing sudah baik, kompeten, dapat mengarahkan mahasiswa


utuk menuju learning objective yang hendak dicapai serta memberikan masukan-
masukan kekurangan dalam diskusi. Tutor pembimbing juga mampu memberi
dorongan kepada para mahasiswa untuk saling berpartisipasi dalam jalannya
diskusi sehingga semakin banyak materi dari sumber yang beragam, membuat
materi yang diterima oleh mahasiswa lebih beragam dan lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Ehlers JP, Shah CP, editors. The Wills Eye Manual-office and emergency room
diagnosis and treatment of eye disease. 5th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2008.
Ilyas, S. and Yulianti, S. (2015). Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteras Universitas Indonesia.
Medscape. 2017. Chalazion. [online] Available at:
<https://emedicine.medscape.com/article/1212709-overview> [Accessed 15 Okt.
17]
Mills DM, Bodman MG, Meyer DR, Morton AD 3rd. The microbiologic spectrum
of dacryocystitis: a national study of acute versus chronic infection. Ophthal Plast
Reconstr Surg. 2007 Jul-Aug. 23(4):302-6. [Medline].

Pinar-Sueiro S, Sota M, Lerchundi TX, Gibelalde A, Berasategui B, Vilar B, et al.


Dacryocystitis: Systematic Approach to Diagnosis and Therapy. Curr Infect Dis
Rep. 2012 Jan 29. [Medline]

PB IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Primer Edisi Revisi. 2014.
Riordan-Eva, P., 2008. Vaughan dan Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17. In
EGC.
World Health Organization. Global initiative for the elimination of avoidable
blindness. Action Plan 20062011 (World Health Organization, 2012)

You might also like