Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK A3
ADVENDANU NUR KRISTA G0015007
M. YUSUF BRILLIANT P. G0015243
SAIFUL HIDAYAT G0015207
MUHAMMAD SYAFII G0015169
SILVIA HANDIKA A. G0015213
RAHEL PERMATA H. S. G0015193
MENTARI MARATUS S. G0015153
KHALIDA IKHLASIYA T. G0015127
FELINA JOZA SAVITRI G0015087
DEONESYA MARIA R. S. G0015053
DANA ASTERINA G0015051
AULIA PUTRI NURILMA G0015031
TUTOR :
Muchtar Hanafi, dr., MSc
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2017
BAB I
Skenario 3
Aduh, Ada Benjolan di Kelopak Mata Saya
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal.
Ada banyak penyebab mata bengkak, termasuk infeksi mata, cedera mata
atau trauma, dan, yang paling umum adalah alergi. Pembengkakan kelopak
mata dapat menjadi tanda dari, masalah kesehatan yang berpotensi
mengancam penglihatan yang lebih serius, seperti selulitis orbita, penyakit
Graves dan herpes okular.
c. Blefaritis Anterior
Radang bilateral kronik yang umum di tepi palpebra. Ada dua jenis
utamanya: stafilokok dan seborreik. Blefaritis stafilokok dapat disebabkan
oleh infeksi Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif. Blefaritis
seborreik umumnya berkaitan dengan keberadaan Pityrosporum ovale,
meskipun belum terbukti jadi penyebabnya. Gejala utamanya adalah
iritasi, rasa terbakar, dan gatal pada tepi palpebra. Banyak sisik atau
granulasi terlihat menggantung di bulu mata palpebra superior maupun
inferior.
d. Blefaritis Posterior
Peradangan palpebra akibat disfungsi kelenjar meibom, secara
kronik dan bilateral. Blefaritis posterior bermanifestasi dalam aneka
macam gejala yang mengenai palpebra, air mata, konjungtiva, dan kornea.
Dapat juga timbul hordeolum dan kalazion. Tepi palpebra hiperemis dan
telangiektasia. Palpebra membulat dan menggulung ke dalam, air mata
mungkin berusa atau sangat berlemak. Kornea bisa membentu
vaskularisasi perifer dan menjadi tipis.
14. Apa saja faktor resiko yang memicu timbulnya keluhan pasien?
Faktor resiko yang dapat memicu timbulnya keluhan pasien adalah
sebagai berikut :
a. Kebersihan (poor hygiene)
b. Contact lens
c. Terpapar radiasi
d. usia
Langkah 4 Problem Tree
Dari seluruh pembahasan yang telah kami lakukan, maka bahasan tersebut
dapat digambarkan melalui skema sebagai berikut:
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KALAZION
DIAGNOSIS BANDING
HORDEOLUM
DACRIOSISTITIS
BLEFARITIS
ETIOLOGI
DIAGNOSIS KERJA
FAKTOR RISIKO
PATOFISIOLOGI
TATALAKSANA
KRITERIA RUJUKAN
KOMPLIKASI & PROGNOSIS
Langkah 5 Menentukan Learning Objectives
Mahasiswa mampu menjelaskan
1. Menjelaskan anatomi kelopak mata, fisiologi kelenjar mata
Etiologi
Kalazion terjadi setelah sumbatan pada kelenjar sebacea, yang dapat dihubungkan
dengan:
Epidemiologi
Kalazion dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan. Meskipun
kalazion dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering pada orang dewasa
(terutama usia 30-50 tahun) dibandingkan anak-anak, diduga karena androgen
meningkatkan viskositas sebum (Medscape, 2017).
Prognosis
Medscape (2017) pasien yang mendapatkan terapi biasanya memiliki
prognosis yang bagus. Kalazion yang tidak diobati terkadang dapat mengalami
drainase secara spontan namun lebih cenderung menetap dengan inflamasi akut
intermiten dibandingkan dengan kalazion yang diobati.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang lengkap pada mata dan permukaan konjungtiva harus
dilakukan. Kalazion merupakan nodul yang dapat dipalpasi pada palpebra,
terkadang diameternya 7-8 mm. Biasanya keras, non-erythematous, menetap, dan
tidak nyeri. Kalazion lebih sering terjadi pada palpebra superior karena jumlah
kelenjar meibomian di sana lebih banyak dibandingkan di palpebra inferior
(Medscape, 2017).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium jarang diminta, tetapi pemeriksaan histologis
menunjukkan proliferasi endotel asinus dan respons radang granulomatosa yang
melibatkan sel-sel kelenjar jenis Langerhans. Biopsi diindikasikan pada kalazion
berulang karena tampilan karsinoma kelenjar meibomian dapat mirip tampilan
kalazion (Medscape, 2017).
Tata Laksana
Eksisi bedah dilakukan melalui insisi vertikal ke dalam kelenjar tarsal dari
permukaan konjungtiva, diikuti kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjarnya
dengan hati-hati. Penyuntikan steroid intralesi saja mungkin bermanfaat untuk
lesi kecil, tindakan ini dikombinasikan dengan tindakan bedah pada kasus-kasus
yang sulit (Riordan-Eva 2008).
LO 2 DAKRIOSISTITIS
Sistem eksresi air mata mudah mengalami infeksi dan peradangan yang
disebabkan oleh berbagai faktor. Tujuan fungsional dari sistem eksresi air mata
adalah untuk mengalirkan air mata dari mata ke dalam kavum nasal. Adanya
hambatan air mata yang patologis pada sistem drainase air mata dapat
menyebabkan terjadinya dakriosistitis.
Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata yang terletak di
antara sudut bagian dalam kelopak mata dengan hidung. Dakriosistitis biasanya
disebabkan oleh karena adanya blokade pada saluran yang mengalirkan air mata
dari kantong air mata ke hidung. Duktus yang terhalang menjadi terinfeksi.
Dakriosistitis dapat berupa akut maupun kronik. Hal ini dapat dihubungkan
dengan suatu malformasi pada duktus lakrimalis, luka, infeksi pada mata, maupun
trauma.
Etiologi
Gambaran Klinik
Untuk menentukan adanya gangguan pada sistem eksresi air mata dilakukan :
Inspeksi pada posisi punctum
Penatalaksanaan
Komplikasi
Pencegahan
Komplikasi
a. Dry Eye
Infeksi blefaritis dapat menyebar ke kelenjar air mata serta kelenjar
meibomian sehingga dapat mempengaruhi kualitas air mata. Sehingga
merusak tear film.
b. Konjungtivitis
Ketika bakteri menginfeksi mata.
c. Meibomianitis dan Kista Meibomian
Infeksi yang terjadi pada kelenjar meibomian dapat mengakibatkan
inflamasi dan pembentukan kista
d. Stye/ Hordeolum
Infeksi pada folikel bulu mata dapat menyebabkan hordeolum.
Tatalaksana
a. Eye hyegine
Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak mata
untuk mengangkat minyak yang merupakan makanan bagi bakteri.
Bisa digunakan sampo bayi atau pembersih khusus.
b. Antibiotik topikal
Dapat menggunakan erythromycin atau sulfacetamide.
c. Antibiotik oral
Seperti tetracycline.
Prognosis
Pada blefaritis prognosis akan sangat baik ketika diatasi cepat sebelum
terjadinya konplikasi yang memperparah kondisi mata.
LO 4 HORDEOLUM
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sabasea
kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat.
Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses.
Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan
pada praktek kedokteran. Insidensitidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.
Dapat mengenai semua usia, tapi lebih sering padaorang dewasa, kemungkinan
karena kombinasi dari beberapa faktor seperti tingginya levelandrogen dan
peningkatan insidensi meibomitis dan rosacea pada dewasa.
Etiologi
Biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus
adalah penyebab pada 90 95% kasus). Biasanya dapat dicetuskan oleh stress,
nutrisi yang buruk, penggunaan pisau cukur yang sama untuk mencukur rambut
disekitar mata dan kumisatau tempat lain. Infeksi ini mudah menyebar, sehingga
diperlukan pencegahan terutama mengenai kebersihan individual. Yaitu dengan
tidak menyentuh mata yang terinfeksi, pemakaiankosmetik bersama-sama,
pemakaian handuk dan washcloth bersama-sama.
Gejala Klinis
Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak,
mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Hordeolum internum
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum. Adanya
pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar
diangkat. Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya turut
membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.
Gejala :
- Pembengkakan
- Rasa nyeri pada kelopak mata
- Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
- Riwayat penyakit yang sama
Tanda :
- Eritema
- Edema
- Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata
- Seperti gambaran abses kecil
Patofisiologi
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss
atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang
terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi
pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari
komplikasi blefaritis.
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan nanah
dalamlumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai
kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil
sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh
Staphylococcus aureus.
Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak
gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dandebris nekrotik. Hordeolum
interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom dilempeng tarsal.
Penatalaksanaan
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2
minggu. Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal
(salep atau tetes mata antibiotik) maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral
(diminum).
Urutan penatalaksanaan hordeolum adalah sebagai berikut:
Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin,
Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat
topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase
peradangan.
Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin,
Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan
perbaikan dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari.
Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter
berdasarkan hasil pemeriksaan.
Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai
dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum.
Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan
keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan
sejenisnya.
Pada nanah dan kantong nanah tidak dapat keluar dilakukan insisi. Pada insisi
hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesia topikal dengan pentokain tetes
mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah
hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada
margo palpebra.
Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.
Komplikasi
Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang
jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.
Prognosis
Hordeola biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu. Resolusi
lebih cepat dengan penggunaan kompres hangat dan ditutup yang bersih.
Hordeola Internal terkadang berkembang menjadi chalazia, yang mungkin
memerlukan steroid topikal atau intralesi atau bahkan insisi dan kuretase.
Pencegahan
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan wajah
danmembiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum
tidak mudah berulang,dengan mengusap kelopak mata dengan lembut
menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak,
menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh
kuman, dan menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.
BAB III
KESIMPULAN
Untuk mahasiswa:
Ehlers JP, Shah CP, editors. The Wills Eye Manual-office and emergency room
diagnosis and treatment of eye disease. 5th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2008.
Ilyas, S. and Yulianti, S. (2015). Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteras Universitas Indonesia.
Medscape. 2017. Chalazion. [online] Available at:
<https://emedicine.medscape.com/article/1212709-overview> [Accessed 15 Okt.
17]
Mills DM, Bodman MG, Meyer DR, Morton AD 3rd. The microbiologic spectrum
of dacryocystitis: a national study of acute versus chronic infection. Ophthal Plast
Reconstr Surg. 2007 Jul-Aug. 23(4):302-6. [Medline].