Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Stroke adalah istilah umum yang digunakan untuk gangguan
serebrovaskuler, termasuk infark cerebral, perdarahan intracerebral dan
perdarahan subarahnoid. Menurut WHO (World Health Organization), stroke
didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan
oleh gangguang peredaran darah otak.
Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan
keganasan. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunnya terdapat 15 juta
orang di seluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah
kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan
yang permanen.
Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk.
Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh
Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8
per 1.000 penduduk). Menurut Riskesdas tahun 2007, stroke, bersama-sama
dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya,
juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di
Indonesia. Stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian
utama semua usia di Indonesia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2009).
1.2.Rumsan Masalah
1. Bagaimana anatomi otak?
2. Bagaimana penegakan diagnosis dan penatalaksanaan stroke?
1.3.Tujan
1. Mengetahui dan memahami anatomi otak.
2. Mengetahui dan memahami penegakan diagnosis dan penatalaksanaan
Stroke.
2
1.4.Manfaat
Meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan penulis tentang stroke
dalam rangka proses pembelajaran kepaniteraan klinik bagian ilmu saraf agar
dapat menjadi pedoman dalam penatalaksanaan pada kasus selanjutnya.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya
(+/+), menutup mata (+/+), membuka mata (+/+)
8. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).
9. Mulut
Bibir pucat (-), mukosa bibir kering (-), bibir sianosis (-), gusi
berdarah (-), lidah kotor (-), bibir kanan tertarik keatas dan bibir kiri
tertinggal saat pasien diminta untuk meringis, lidah tertarik ke kiri saat
pasien diminta menjulurkan lidah.
10. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-).
11. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
12. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
13. Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-),
spider nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi :
batas kiri atas : ICS II linea para steralis sinistra
batas kanan atas : ICS II linea para strenalis dekstra
batas kiri bawah : ICS V linea medio clavicularis sinistra
batas kanan bawah : ICS IV linea para sternal dekstra (batas
jantung kesan tidak melebar)
Auskultasi : S1 dan S2 intensitas normal, tunggal, regular,
murmur (-)
Pulmo :
Inspeksi : pengembangan dada simetris kanan dan kiri
6
Palpasi : taktil fremitus kanan dan kiri sama, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan
Wheezing Ronchi
- - - -
- -
- - - -
14. Abdomen
Inspeksi : perut tampak mendatar
Auskultasi : bising usus (+)/ normal
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : timpani, pekak hepar dan lien dalam batas
normal
15. Ektremitas
Akral hangat Oedem
+ + - -
+ + - -
16. Sistem genetalia: dalam batas normal.
2.4 Status Psikiatri
1. Kontak : verbal (+), non verbal (+)
2. Kesadaran : GCS 456, compos mentis
3. Orientasi : waktu (+), tempat (+), orang (+)
4. Daya ingat : dalam batas normal
5. Persepsi : halusinasi (-), ilusi (-)
6. Proses berpikir : bentuk : realistis, isi: -, arus : koheren
7. Kemauan : dalam batas normal
8. Psikomotor : menurun
2.5 Status Neurologis
2.5.1 Kesan Umum
1. Kesadaran : GCS 456, Compos mentis
2. Pembicaraan
- Disartri a : (-)
- Monoton : (-)
- Scanning : (-)
7
Interpretasi hasil :
<-1 : Infak
-1 1 : Meragukan
>1 : Hemoragik
Siraraj Score Tn. S :
(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 90) (3 x 1) 12 = -3
Kesimpulan : Score < -1 = Suspect Stroke Infark
2.7 Differential Diagnosis
1. Stroke Infark (emboli)
2. Stroke Infark (trombus)
2.8 Pemeriksaan Penunjang
2.8.1 Hasil Tes Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Hemoglobin 18.2 L : 13-17 P : 11,5-16 g/dL
Hitung Leukosit 13.500 4.000-11.000 CMM
LED/BBS 10-20 L : 0-15 P : 0-20 Jam
Hitung Jenis -/-/-/84/12/4 1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7
Hitung Eritrosit 5.990.000 L : 4,5-6,5; P: 3,0-6,0 JT/CMM
Hitung Trombosite 293.000 150.000-450.000 CMM
Hematokrit 49.2 L. 40-54 P.35-47 %
MCV/MCH/MCHC 82,1/30,4/37,0 80-97/27-31/32-36 fL/pg/%
Creatinin 1,0 L : 0,6-1,4; P : 0,5-1,2 mg/dl
BUN 16 4,7-23,4 mg/dl
SGOT 38 L: <37 ; P: <31 U/L
SGPT 16 L: <40 ; P: <31 U/L
Gula Darah Acak 308 70-140 Mg%
Trigliserida 185 < 150 mg/dl
HDL 34 L > 40 P > 50 mg/dl
LDL 168 < 130 mg/dl
2.10 Penatalaksanaan
1. Non Medika mentosa
1) Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya yang diderita
2) Bed rest sampai kondisi membaik
3) Diet rendah lemak dan rendah garam
4) Monitoring vital sign, gula darah dan keluhan pasien
5) Fisioterapi
2. Medikamentosa
1) IVFD RL 20 tpm
2) Citicoline 2 x 500 mg (iv) tiap 12 jam
3) Farbion 1 x 1 ampul drips
4) Aspilet 1 x 80 mg (po)
5) Clopidogrel 1 x 75 mg (po)
6) Simvastatin 1 x 1 tiap malam (po)
2.11 Prognosis
Dubia ad malam
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.Anatomi Otak
Bagian-bagian otak dapat secara bebas dikelompokkan ke dalam berbagai
cara berdasarkan perbedaan anatomis, spesialisasi fungsional, dan
perkembangan evolusi. Otak terdiri dari batang otak yang terdiri atas otak
tengah, pons, dan medulla, serebelum, otak depan (forebrain) yang terdiri atas
diensefalon dan serebrum. 1
kontrol motorik. Nukleus basal berfungsi untuk inhibisi tonus otot, koordinasi
gerakan yang lambat dan menetap, penekanan pola pola gerakan yang tidak
berguna. 1
Korteks serebrum berfungsi untuk persepsi sensorik, kontrol gerakan
volunter, bahasa, sifat pribadi, proses mental canggih misalnya berpikir,
mengingat, membuat keputusan, kreativitas dan kesadaran diri. Korteks
serebrum dapat dibagi menjadi 4 lobus yaitu lobus frontalis, lobus parietalis,
lobus temporalis, dan lobus oksipitalis. Masing-masing lobus ini memiliki
fungsi yang berbeda-beda. Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus
trigeminoservikalis yang merupakan nosiseptif yang penting untuk kepala,
tenggorokan dan leher bagian atas. 1
3.2.Definisi
Stroke atau serangan otak adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global,
yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian,
dan semata-mata di sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik.2
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang
berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih
pada umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang
menyebabkan cacat atau kematian.3
Stroke non hemoragik sekitar 85%, yang terjadi akibat obstruksi atau
bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat
disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh
otak atau pembuluh atau organ distal. Trombus yang terlepas dapat menjadi
embolus.4
3.3.Etiologi
Banyak faktor yang dapat menyebabkan stroke. Penyebab tersebut
digolongkan menjadi dua yaitu penyebab yang dapat dimodifikasi dan tidak
dapat dimodifikasi antara lain:
a. Faktor resiko yang tak dapat dimodifikasi, yaitu :
1. Kelainan pembuluh darah otak, biasanya merupakan kelainan bawaan.
16
3.5. Patofisiologi
Gangguan pasokan darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-
arteri yang membentuk sirkulus willisi serta cabang-cabangnya. Secara umum,
apabila aliran darah ke jaringan otak terputus 15 sampai 20 menit, akan terjadi
infark atau kematian jaringan. Perlu di ingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak
selalu menyebabkan infark di daerah otak yang di perdarahi oleh arteri
tersebut dikarenakan masih terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke
daerah tersebut. Proses patologik yang sering mendasari dari berbagi proses
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Kekuatan Otot: 5 3
5 3
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Penegakan diagnosis stroke didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus Tn. S didapatkan defisit neurologi
dan motorik. Hasil Ct-scan menunjukkan adanya infark di kapsula interna
sinistra.
Penatalaksaan yang dapat diberikan berupa terapi farmakologi dan non
farmakologi. Prognosis untuk keluhan yang dialami oleh Tn. S cenderung
mudah relaps, yang dipengaruhi oleh riwayat riwayat keluarga, faktor lain
seperti terlalu sering minum kopi, hipertensi dan diabetes melitus.
5.1 Saran
Perlu dilakukan penatalaksanaan yang komprehensif pada pasien stroke
dengan tujuan meminimalkan jumlah sel yang rusak melalui perbaikan
jaringan penumbra dan mencegah secara dini komplikasi neurologik maupun
medik dan mempercepat perbaikan fungsi neurologis secara keseluruhan.
35
DAFTAR PUSTAKA