You are on page 1of 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Perawat
sebagai ujung tombak bidang kesehatan harus dapat mengaplikasikan konsep-konsep keperawatan yang
telah dibangun oleh pakar-pakar keperawatan sebagai bentuk eksistensinya di masyarakat. Oleh karena
itu, filosofi-filosofi keperawatan saling terkait satu dengan yang lainnya, dapat dijadikan sebagai
landasan keperawatan yang komprehensif.

Pelaksanaan asuhan keperawatan secara holistik meliputi biopsikososiospiritual, melalui beberapa


tahapan yaitu pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan dan
evaluasi . Tahapan tersebut digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan keperawatan yang ada
secara optimal.

Berbagai filosofi ataupun konsep teori yang dicetuskan oleh pakar-pakar keperawatan mempunyai
kontribusi besar dalam pengembangan teori keperawatan itu sendiri. Karena pengembangan tersebut
juga melalui proses yang panjang dalam bentuk riset penelitian. Salah satunya adalah filosofi oleh Kari
Mari Martinsen yang terkenal dengan Philosophiof caring.

Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang dikembangkan oleh Kari Marie Martinsen
berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika keperawatan. Pandangan dunia
fenomenologis berbasis Martinsen adalah manusia tidak dapat dipahami atau dipertimbangkan dalam
isolasi dari lingkungannya. Manusia dan lingkungan merupakan suatu perangkat yang menyebabkan
setiap situasi tergantung konteks dan bersifat unik.

Caring yang berhubungan atau menekankan rasa empati, refleksi, keterbukaan dan kemurahan hati dan
kepercayaan. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan di masyarakat saling terkait satu sama lainnya,
karena pelayanan yang diberikan haruslah bersifat komprehensif dan berkesinambungan karena
kebutuhan tiap individu berbeda satu sama lainnya, maka perawat haruslah bersikap sesuai dengan
kebutuhan pasien saat itu.

Berdasarkan filosofi menurut teori Kari Marie Martinsen kelompok menjabarkan pada penatalaksanaan
keperawatan kasus dengan masalah trauma psikologis akibat bencana, dimana filosofi Kari Marie
Martinsen ini lebih menitikberatkan pada permasalahan Caring yaitu berfokus pada Moral, dimana
perawat memberikan asuhan keperawatan harus berempati, berefleksi, memberikan keterbukaan,
kemurahan hati, kepercayaan, harapan dan cinta dalam setiap pemberian asuhan keperawatan. Ini
merupakan fenomena yang dapat kita terima seperti halnya kita menerima waktu, ruang, udara, air dan
makanan.Tanpanya hidup akan menjadi kacau, tanpa itu pula caring tidak dapat dilaksanakan.
1.2 Tujuan

1. Tujuan umum :

Mampu menerapkan teori filosofikal keperawatan menurut Kari Marie Martinsen ke dalam kasus
pelayanan keperawatan.

2. Tujuan khusus:

a. Mendemonstrasikan pengkajian keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen: Phylosophi
of Caring

b. Mendemonstrasikan proses diagnosa keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen:
Phylosophi of Caring

c. Mendemonstrasikan perencanaan keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen:


Phylosophi of Caring

d. Mendemonstrasikan intervensi keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen: Phylosophi
of Caring

e. Mendemonstrasikan evaluasi keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen: Phylosophi of
Caring
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Tujuan Teori

Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang dikembangkan oleh Kari Marie Martinsen
berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika keperawatan serta caring. Pandangan dunia
fenomenologis berbasis Martinsen adalah manusia tidak dapat dipahami atau dipertimbangkan dalam
isolasi dari lingkungannya. Manusia dan lingkungan merupakan suatu perangkat yang menyebabkan
setiap situasi tergantung konteks dan bersifat unik.

Caring yang berhubungan atau menekankan rasa empati, refleksi, keterbukaan dan kemurahan hati dan
kepercayaan. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan di masyarakat saling terkait satu sama lainnya,
karena pelayanan yang diberikan haruslah bersifat komprehensif dan berkesinambungan karena
kebutuhan tiap individu berbeda satu sama lainnya, maka perawat haruslah bersikap sesuai dengan
kebutuhan pasien saat itu (Alligood, M. R., & Tomey, A. M, 2010).

2.2. Konsep Dasar Terkait Paradigma Dalam Keperawatan dan Definisinya (Alligood, M. R., & Tomey, A.
M, 2010).

1. Keperawatan

Asumsi dasar philosophical caring termasuk dalam hal praktik keperawatan dimana perawat
memberikan asuhan keperawatan merawat dan peduli pada orang lain. Hal yang harus diperhatikan
ketika melakukan caring ke pasien yaitu : caring berkaitan dengan hubungan, praktik, dan moral. Caring
dapat praktikkan dalam kasus nyata dimana caring melibatkan setidaknya dua orang atau lebih yang
saling berinteraksi. Caring yang berkaitan dengan moral dapat diartikan sebagai situasi dalam mencapai
tujuan yang diinginkan didasarkan pada evaluasi tindakan keperawatan.

2. Manusia

Menurut Martinsen (1975), manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial dan komunitasnya.
Martinsen berpendapat bahwa terdapat hubungan yang paralel antara manusia dengan tubuhnya.
Sebagai tubuh, manusia berhubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan dunia, sedangkan manusia
adalah tubuh itu sendiri dimana sebagai tubuh, manusia mempunyai persepsi dan pemahaman. Tubuh
terdiri dari jasmani dan jiwa.

3. Kesehatan
Sehat adalah refleksi dari kondisi organisme, selain itu juga merupakan ekspresi tingkat kompetensi
dalam pengobatan. Dampak yang membahayakan dari pengobatan dan pelayanan yang tidak adekuat
bagi orang yang menderita penyakit kronis menyebabkan Martinsen kembali berpikir ke konsep
konservatif yaitu sehat secara ideal.

4. Lingkungan

Manusia selalu berada dalam situasi yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain dan dalam
ruang yang satu ke ruang yang lain (berada dalam tempat dan ruang khusus). Dilihat dari dimensi ruang
terdapat waktu, ambience, dan kekuatan. Martinsen menyatakan bahwa waktu, arsitektur, dan
pengetahuan dapat bekerja terhadap ambience suatu dimensi ruang. Arsitektur, hubungan dengan
orang lain, penggunaan obyek, kata-kata, pengetahuan, keberadaan kita di dalam ruangan, semuanya
tersusun teratur dalam ruang dan situasi. Manusia masuk dalam ruang universal, ruang alami, tetapi
melalui penciptaan ruang budaya. Kita membangun rumah dengan ruangan-ruangan dan aktivitas
pelayanan kesehatan menempati ruangan yang berbeda.

2.3 Proposisi (Junaidi , 2011).

1. Perawatan

2. Penilaian Profesional

3. Praktik Moral Ditemukan Dalam Perawatan

4. Person Oriented Professional

5. Ungkapan Hidup Tertinggi

6. Area Yang Tak Dapat Disentuh

7. Vokasi

8. Mata Hati

9. The Registering Eye

2.4. Struktur Ide Philosophy of Caring (Alligood, M. R., & Tomey, A. M, 2010).

1. Perawatan

Perawatan adalah suatu bentuk yang bukan hanya sekadar nilai dasar keperawatan, tetapi juga
merupakan nilai dasar hidup kita. Perawatan ialah perkembangan positif individu ke arah yang lebih
baik. Perawatan berbentuk trinitas, terdiri dari hubungan, praktik, dan moral yang terjadi secara
simultan. Perawatan mempunyai arah untuk menuju situasi orang lain. Dalam konteks profesional,
perawatan memerlukan pendidikan dan latihan. Tanpa pengetahuan profesional, hubungan dengan
pasien akan berubah menjadi sentimentil. Tanpa perwalian, tidak ada kelalaian, dan tidak sentimentil
merupakan ekspresi dari perawatan.

2. Penilaian Profesional

Penilaian profesional menunjukkan kualitas suatu hubungan yang sebenarnya. Hal ini bisa dicapai
melalui latihan menilai secara profesional baik dalam praktik maupun kehidupan sehari-hari
berdasarkan observasi klinis kita. Penilaian profesional tidak hanya dilatih dengan melihat, mendengar
dan menyentuh secara klinis, tetapi juga perlu dilatih bagaimana melihat, mendengar, dan menyentuh
secara klinis dengan cara yang baik dan benar.

Pasien memberikan kesan yang berbeda-beda pada kita (perawat) karena persepsi seseorang memiliki
analog dengan variasi karakter yang ditimbulkannya dan bergantung pada situasi tertentu. Satu hal yang
perlu diingat dan direnungkan adalah adanya hubungan antara kesan dengan situasi, pengetahuan
profesional yang dimiliki, dan pengalaman sebelumnya. Kebijaksanaan menunjukkan pengetahuan
profesional melalui kepekaan alami dan bahasa sehari-hari.

3. Praktik Moral Ditemukan Dalam Perawatan

Praktik moral dapat terjadi bila empati dan refleksi ditampilkan secara bersama-sama saat bekerja
sehingga caring dapat diekspresikan dalam tindakan keperawatan. Moral itu ada dalam situasi nyata
yang harus diperhitungkan. Tindakan kita perlu dipertanggungjawabkan, yang didasarkan pada empati
dan refleksi.

4. Person Oriented Professional

Person Oriented Professional mempunyai makna bahwa perawat sebagai tenaga profesional
memandang pasien sebagai orang yang menderita dan harus dilindungi integritasnya. Hal ini
memberikan tantangan bagi profesional untuk meningkatkan kompetensi dirinya dalam menjalin
hubungan yang saling menguntungkan dan bersifat manusiawi dengan tujuan untuk melindungi dan
merawat pasien. Selain itu, profesionalisme berbasis individu juga berbicara tentang pemahaman
terhadap posisi masing-masing pihak dimana pihak satu membutuhkan pihak lainnya, dan
menempatkan pasien sebagai fokus dari caring.

5. Ungkapan Hidup Tertinggi

Ungkapan hidup tertinggi adalah keterbukaan, kemurahan hati, kepercayaan, harapan, dan cinta. Hal ini
merupakan fenomena yang dapat kita terima seperti kita menerima waktu, ruang, udara, air, dan
makanan. Tanpanya hidup menjadi kacau, dan caring tidak dapat dilaksanakan (Hem, M. H., &
Pettersen, T, 2011).

6. Area Yang Tak Dapat Disentuh


Ungkapan ini menunjukkan bahwa ada area-area yang tidak boleh kita masuk ke dalamnya, menemui
orang lain ataupun menemui alam lain. Terdapat batasan yang harus kita hormati. Dalam caring, area
yang tidak tersentuh adalah kesatuan, yang merupakan lawan dari keterbukaan. Keterbukaan dan area
yang tak tersentuh merupakan suatu hal yang kontradiktif dalam caring.

7. Vokasi

Vokasi adalah suatu kebutuhan hidup yang membuat manusia merasa sempurna dalam berhubungan
dan merawat (peduli) terhadap orang lain.

8. Mata Hati

Hati bicara tentang eksistensi individu, derita orang lain dan situasi yang ada didalamnya. Mata hati
berhubungan dengan perhatian yang didasarkan pada hubungan resiprokal yang saling memahami .

9. The Registering Eye

The Registering Eye adalah objektifitas dan perspektif dari pengamat. Hal itu berkaitan dengan mencari
koneksi, sistematisasi, peringkat, klasifikasi, dan menempatkan dalam sistem. The registering eye
merupakan aliansi antara ilmu pengetahuan alam modern, teknologi, dan industrialisasi. Jika seorang
pasien dan seorang profesional menggunakan tatapan ini secara sepihak, kasih sayang akan keluar dari
situasi tersebut, dan kemauan untuk hidup berkurang (Martinsen, E. H, 2011).

2.5 Tentative (Junaidi, 2011)

Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang dikembangkan oleh Kari Marie Martinsen
berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika keperawatan serta caring, yang mengadopsi
pada tiga filsuf secara khusus, antara lain: filsuf jerman, politisi dan sosialis, Karl Marx (1818-1883); filsuf
jerman dan pendiri fenomenologi, Edmund Husserl (1859-1938); serta filsuf Perancis dan fenomenolog
tubuh, Merleau-Ponty (1908-1961 ).

Martinsen juga memperluas sumber-sumber teoritisnya dengan memasukkan filsuf lain, teolog, dan
sosiolog, antara lain: Martin Heidegger (1889 1976), seorang fenomenologis Jerman dan murid dari
Husserl; Knud Eiler Logstrup (1905 1981), seorang filosofis Denmark dan teologis; Max Weber (1864
1920), seorang sosiologis Jerman dan memiliki signifikansi yang besar dalam filsafat ilmu sosial; Michel
Foucault, seorang filosofis; Paul Ricoeur (1913 sekarang), seorang filosofis Perancis.
BAB III

SKENARIO ROLE PLAY

Teori Kari Marie Martinsen mengutamakan fokus pada caring termasuk didalamnya bagaimana merawat
dan peduli pada orang lain (Tomey & Alligood, 2006). Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam caring
menurut Kari Marie Martinsen yaitu: caring harus berkaitan dengan hubungan, praktik dan moral.

SKENARIO ROLE PLAY TEORI FILOSOFIKAL KARI MARTINSEN

Narator : Esti Widiani

Pemain :

Perawat : Adi Suyitno: Ns Adi

Perawat : Adi Sugia Akari: Ns Akari

Pasien : Abdul Rokhman: Rokhman

Keluarga Pasien : Rindayati, Shanti Rosmaharani, Dwi Yogyo

PROLOG:

Desa Mujur merupakan sebuah desa yang damai dan tenang, terletak di lereng gunung Sindoro.
Semenjak dahulu tidak pernah nterjadi bencana di desa tersebut. Masyarakatnya ramah dan saling
tolong menolong. Tiba- tiba, Tuhan memberikan sebuah cobaan bagi desa tersebut. Banjir bandang
melanda desa Mujur pada tengah malam, pada saat penduduk tertidur pulas. Rumah- rumah hancur,
sawah dan ladang terendam banjir, serta tidak sedikit korban jiwa akibat

banjir bandang. Lansia anak- anak dan wanita hamil pun tidak luput dari terkaman banjir tersebut.
Akibatnya, banyak warga yang mengalami trauma fisik maupun trauma psikologis. Banyak orang tua
yang histeris karena anaknya terluka dan bahkan ada yang meninggal. Mendengar peristiwa tersebut,
perawat Puskesmas tergerak hatinya. Mereka kemudian menuju Desa Mujur untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada korban banjir bandang dengan menerapkan teori caring Kari Martinsen dengan
penekanan kepada empati, refleksi, keterbukaan, kemurahan hati,kepercayaan. Di Posko pengungsian
Slamet terdapat 25 keluarga yang tinggal disana, sudah hamper satu minggu mereka bertahan di
pengungsian dengan fasilitas yang minim. Diantara korban, terdapat Bapak Rokhman yang berteriak
teriak dan menangis meratapi anaknya yang sudah meninggal. kehilangan tempat tinggal dan beberapa
orang anggota keluarga yang lain. Beliau sangat ketakutan, khawatir banjir bandang akan datang lagi
dan mengambil semua miliknya.

Di Posko kesehatan dua perawat sedang membicarakan kondisi pasien.

Situasi I(percakapan perawat yang bertugas di posko kesehatan

Ners Adi : Ners Akari, mari kita periksa satu persatu dari pasien kita semua, kita lakukan
pengkajian apakah mereka ada yang mengalami masalah kesehatan yang serius.

Ners Akari : Baik. Mari kita lakukan

Ners Adi : Kita periksa tanda-tanda vital, kita tanya keluhan mereka, kita kaji sisi psikologisnya
siapa tau ada yang memang perlu intervensi lanjut.

Pengkajian

Sementara itu di tenda pengungsian, pasien Rokhman berteriak-teriak histeris serta menangis meratapi
nasibnya.

Situasi II (Di tenda Pengungsian)

Pasien Rokhman : A.aaaaa. jangantidak awassuara banjir, banjir datang lagi.

Ns. Adi : Pak pakada apa?

Pasien Rokhman : Suara gemuruh..banjir.. banjir banjir aaaaa (berteriak- teriak histeris).

Ns. Adi : Tenang pak tenang . Bapak tenang dulucoba tarik nafas panjang (Perawat sambil
mencontohkan menarik nafas panjang). Saya mengerti tentang apa yang bapak rasakan. Perkenalkan
naman saya Adi, saya petugas kesehatan disini yang akan merawat bapak selama di posko pengungsian.
Bapak namanya siapa?

Pasien Rokhman : Sa..ya.., Rokhman awas awas ada banjir..banjir, saya takut banjir, pak-pak ada
suara gemuruh air, banjir mau dating lagi. Mana anakku, mana istri saya??? Aaaa.. takut (bingung,
ketakutan)

Ns Adi : Pak Rokhman, apa yang pak rokhman rasakan? Ayo ceritakan pada saya. Saya akan
bantu Pak Rokhman.

Pasien Rokhman : Saya takut ada banjir datang lagi. Saya takut takut. Karena waktu banjir kemarin,
mengerikan sekali. Air tiba-tiba datang dengan derasnya, memporak-porandakan rumah saya. Hiks hiks
hiks (Sambil menunduk menangis). Istri saya, anak saya yang paling kecil ikut tersapu air. Sampai
sekarang belum ditemukan. Saya ingat sekali istri dan anak saya teriak-teriak minta tolong tetapi saya
tidak bisa menolongnya. It uterus membayangi saya , Pak. Saya takut kalau banjir datang lagi anak anak
saya yang lain juga akan ikut tersapu air banjir.

Ns Adi : Baiklah pak rokhman, saya akan berusaha membantu mengurangi rasa ketakutan dan
kesedihan bapak. Karena ini sudah malam. Bapak istirahat dulu. Besok saya akan menemui bapak lagi
untuk membantu bapak.

Diagnosa

Setelah melakukan pengkajian baik fisik atau mental, didaptkan hasil data subyektif: pasien menyatakan
ketakutan, merasa tidak aman (takut banjir dating lagi), merasa bersalah karena tidak bisa menolong
anak dan istrinya yang terseret banjir. Data obyektif: berduka (sedih), waspada berlebihan, ansietas.
Kemudian dari data pengkajian, perawat menganalisa bahwa diagnose Bapak Rokhman adalah Sindrom
Pasca Trauma.

Perencanaan Keperawatan

Perawat Adi segera menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan, antara lain (Keliat dkk, 2011):

Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Pasien dapat mengenali peristiwa traumatis yang dialaminya

Pasien dapat mamhami hubungan antara peristiwa traumatis yang dialaminya dan keadaan dirinya saat
ini.

Pasien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi sindrom pasca trauma yang dialami

Pasien dapat mengidentifikasi faktor pendukung yang dapat dijangkau

Pasien dapat memanfaatkan faktor pendukung

Implementasi

Keesokan harinya, perawat Adi menghampri Pak Rokhman untuk melakukan tindakan
keparawatan.Sementara itu perawat Rokhman terlihat menyendiri, sambil sesekali berteriak ketakutan
banjir datang lagi.Sesekali juga menangiskarena teringat istri dan anaknya yang terseret banjir.
Ns Adi : Selamat pagi Pak Rokhman. Masih ingat dengan saya kan? (sambil tersenyum dan
penuh empati) Saya perawat Adi yang akan membantu bapak. Bagaiman kalau kita berbincang selama
30 menit? Kita berbincang yang berhubungan dengan banjir bebrapa hari lalu. Mau dimana pak?
Bagaimana kalau disini saja?

Pasien Rokhman : Iya pak, saya bersedia. Disini saja ya.

Ns Adi : Coba sekarang bapak peristiwa kemarin yang dialami secara jelas pada saya? Apa
yang bapak rasakan? Apakah bapak masih merasa keatakutan?

Pasien Rokhman : Waktu kami sekeluarga tidur lelap. Hanya saya yang masih terjaga. Tiba-tiba
terdengar suara bergemuruh. Tapi saya tidak tahu suara apa itu. Belum sempat saya tahu suara apa itu,
tiba-tiba duaarrrrrair bah menghantam rumah kami. Saya kaget, bingung, Saya melihat keluarga saya,
istri anak saya teriak-teriak minta tolong. Tolong tolong ayah.., tapi saya tidak bisa berbuat apa-
apa. Saya ayah yang tidak bertanggung jawab, tidak bisa menjaga keluarga saya.. (sambil menunduk),
saya lemahtidak bisa nolong istri dan anak sayaSampai sekarang saya masih terbayangbayang terus
peristiwa itu., semalam saya mimpi aka nada banjir lagi . Saya takut, baniir datang lagi.

Ns Adi : Bagus pak (sambil menepuk bahu pak rokhman), bapak sudah bisa menceritakan
peristiwa yang bapak alami. Apakah bapak sudah mencoba cara-cara untuk mengurangi rasa takut yang
bapak alami?

Pasien Rokhman : Belum pak, saya terus terbayang-bayang peristiwa it uterus.

Ns Adi : Baiklah pak. Bagaimana sekarang setelah bapak cerita panjang lebar tadi? Apakah
merasa lebih lega?

Pasien Rokhman : Sedikit pak, saya masih takut pak kalo banjir datang lagi.

Ns Adi : Sebaiknya bapak kalau merasa takut, bingung, ceritalah dan minta bantuan pada yang
lain, agar beban bapak berkurang. Perbincangan kita sampai disini dulu pak ya. Nanti sore jam 4 saya
akan datang ke bapak lagi untuk memperbincangkan cara-cara mengurangi ketegangan. Mari pak.

Evaluasi

Setelah perawat Adi menerapakan tindakan pertama. Kemudian Perawat Adi mengevaluasinya. Hasil
evaluasinya tindakan pertamanya terlaksana dengan baik. Dan selanjutnya perawat Adi memberikan
tindakan kedua sampai dengan yang terakhir.

EPILOG:

Setelah mendapatkan perawatan dengan penuh empati dari perawat Adi, pasien rokhmani sudah bisa
menerima kenyataan tentang kematian anaknya dan istrinya, walaupun sangat menyakitkan baginya.
Rasa takut pasien Rokhman akan adanya banjir susulan berangsur- angsur hilang. Sebagai perawat kita
harus paham pentingnya caring dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Memiliki rasa
empati dan refleksi terhadap apa yang dirasakan pasien, serta memandang pasien sebagai individu yang
harus dilindungi integritasnya.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada skenario yang terdapat pada bab III, penulis berusaha untuk menyajikan teori filosofikal
keperawatan Kari Marie Martinsen yang berfokus pada caring dalam bentuk praktik keperawatan pada
pasien-pasien yang menjadi korban disaster. Dari hasil analisis kasus ditemukan beberapa permasalahan
yang berkaitan dengan komponen teori Kari Marie Martinsen, antara lain:

Perawatan

Martinsen mengatakan bahwa dalam praktik keperawatan, caring menjadi hal yang sangat fundamental.
Praktik caring berkaitan dengan tiga hal, antara lain hubungan, praktik, dan moral. Hal ini yang ingin
penulis sampaikan di dalam skenario pada bab III. Terdapat dua orang perawat, yaitu ners Shanti dan
Adi yang dengan sabar merawat pasien. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Martinsen bahwa
caring sangat bermanfaat bagi pasien untuk bisa mendapatkan rasa aman.

Penilaian professional

Penilaian profesional menunjukkan kualitas suatu hubungan yang sebenarnya. Hal ini bisa dicapai
melalui latihan menilai secara profesional baik dalam praktik maupun kehidupan sehari-hari
berdasarkan observasi klinis kita. Penilaian professional telah ditunjukkan oleh ners Adi. Perawat sudah
berusaha untuk memahami kondisi pasien dengan cara melihat, mendengar dan menyentuh secara
klinis dengan baik dan benar. Sehingga mereka dapat mengetahui kondisi pasien, dimana ada yang
mengalami masalah fisik dan ada juga yang mengalami masalah psikologis sebagai akibat dari bencana
alam yang terjadi.

Praktik moral ditemukan dalam perawatan

Praktik moral dapat terjadi bila empati dan refleksi ditampilkan secara bersama-sama saat bekerja
sehingga caring dapat diekspresikan dalam tindakan keperawatan. Empati merupakan suatu sikap
dimana kita berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, berusaha untuk memahami
masalah yang dialami oleh orang lain. Empati dapat ditunjukkan baik secara verbal ataupun dengan
nonverbal. Sikap empati inilah yang dicoba ditampilkan oleh ners Adi. Hal ini dapat dilihat dari perkataan
ataupun perbuatan mereka. Contohnya: Tenang pak saya mengerti apa yang bapak rasakan. Saya akan
bantu semampu saya.

4. Person oriented professional


Person Oriented Professional mempunyai makna bahwa perawat sebagai tenaga profesional
memandang pasien sebagai orang yang menderita dan harus dilindungi integritasnya. Dalam kasus
tergambar bagaimana menderitanya pasien Rokhman karena kehilangan yang dialaminya saat banjir
bandang menghancurkan desanya. Kondisi pasien tersebut merupakan suatu tantangan bagi ners Adi,
sebagai perawat professional untuk dapat menunjukkan kompetensinya dalam menjalin hubungan
dengan pasien dan membantu pasien agar tidak kehilangan integritas dirinya.

Ungkapan hidup tertinggi

Ungkapan hidup tertinggi adalah keterbukaan, kemurahan hati, kepercayaan, harapan, dan cinta. Dalam
membantu pasien yang mengalami masalah psikologis, keterbukaan dan kemurahan hati perawat
sangat diperlukan sehingga pasien merasa diterima dan dipahami kondisinya. Selain itu, kepercayaan
perlu diperlihatkan oleh perawat agar pasien merasa menemukan tempat untuk mencurahkan apa yang
dirasakan olehnya. Pada pasien yang sedang mengalami kehilangan, kita perlu menanamkan pada
pasien secara perlahan-lahan bahwa masih banyak harapan yang bisa diraih dalam hidup, hidup tidak
berhenti saat itu. Hal itu dapat dicapai bila kita (perawat) melakukannya dengan cinta. Dalam skenario di
bab III, hal-hal tersebutlah yang berusaha ingin kelompok tampilkan. Sehingga akhirnya pasien Akari
sudah bisa menerima kenyataan tentang kematian anaknya, walaupun sangat menyakitkan baginya, dan
rasa takut pasien Rokhman akan adanya banjir susulan berangsurangsur hilang.

Area yang tidak dapat disentuh

Dalam caring, area yang tidak tersentuh adalah lawan dari keterbukaan. Dalam kasus ini, perawat Adi
dan Shanti berusaha untuk menggali permasalahan pasien secara perlahan, dengan tidak memaksa
pasien untuk menerima kenyataan yang ada. Area yang tidak dapat disentuh merupakan hal yang
privacy bagi pasien, tidak akan diceritakan oleh pasien bila belum ada trust antara perawat dan pasien.
Langkah awal dalam menciptakan trust adalah dengan memperkenalkan diri perawat pada pasien,
seperti yang terdapat dalam skenario. Contohnya: Saya Adi petugas kesehatan disini. Bapak namanya
siapa?

Vokasi

Vokasi adalah suatu kebutuhan hidup yang membuat manusia merasa sempurna dalam berhubungan
dan merawat (peduli) terhadap orang lain. Tindakan yang dilakukan oleh ners Adi, yang segera datang
ke daerah bencana untuk menolong korban merupakan suatu bentuk pemenuhan kebutuhan aktualisasi
diri manusia, dimana sebagai perawat professional, mereka merasa berguna bagi orang lain sehingga
mereka merasa menjadi orang yang sempurna.

Mata hati

Hati bicara tentang eksistensi individu, derita orang lain dan situasi yang ada didalamnya. Dalam kasus
ini, perawat Adi, pergi ke tempat bencana untuk menolong korban karena hati mereka yang bicara
sehingga mereka juga ikut merasakan derita dari korban bencana tersebut.

9. The registering eye.


The Registering Eye adalah objektifitas dan perspektif dari pengamat. Maksudnya dalam memberikan
tindakan keperawatan pada pasien, perawat harus melakukan seobjektif mungkin sesuai dengan kondisi
pasien dan berdasarkan cara pandang perawat yang dilandaskan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Pada kasus yang terdapat dalam skenario, registering eye digunakan oleh perawat untuk mengenali dan
memahami kondisi pasien. Dalam menggali permasalahan pasien, perawat melakukan pengamatan dan
pemeriksaan satu persatu pada pasien dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Karie Marie Martinsen adalah seorang perawat dan filosofer, mengungkapkan teori keperawatan
philosophical caring dengan asumsi dasar bahwa caring termasuk dalam praktik keperawatan dimana
perawat memberikan asuhan keperawatan, merawat dan peduli pada orang lain. Hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan caring kepada pasien yaitu: caring berkaitan dengan hubungan, praktik,
dan moral.

Menurut Martinsen (1975), manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial dan komunitasnya
keduanya mempengaruhi kesehatan dimana sehat adalah refleksi dari kondisi organisme, selain itu juga
merupakan ekspresi tingkat kompetensi dalam pengobatan.

Manusia selalu berada dalam situasi yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain dan dalam
ruang yang satu ke ruang yang lain (berada dalam tempat dan ruang khusus).

4. Konsep dasar dari teori yang diungkapkan filosofer Kari Marie Martinsen yaitu: perawatan,
penilaian profesional, praktik moral ditemukan dalam perawatan, person oriented professional,
ungkapan hidup tertinggi, area yang tidak dapat disentuh, vokasi, mata hati, the registering eye.

5.2 Saran

1. Setelah mempelajari tentang teori filosofikal keperawatan, sebaiknya mahasiswa program magister
keperawatan benar-benar bisa memahami tentang konsep caring dan dapat menerapkannya dalam
praktik keperawatan sehari-hari pada pasien.

2. Seorang perawat sebagai tenaga professional di pelayanan kesehatan sebaiknya mengetahui tentang
konsep caring dan mengaplikasikannya dalam tugas sehari-hari sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2010). Nursing Theorist and Their Work (7 ed.). United State of
Amerika: Mosby Elsevier.

Hem, M. H., & Pettersen, T. (2011). Mature care and nursing in psychiatry: Notions regarding reciprocity
in asymmetric professional relationships. Health Care Analysis : HCA, 19(1), 65-76.
doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10728-011-0167-y

Keliat, B. A., Wiyono, A. P., & Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa (CMHN: intermediet
course). Jakarta: EGC.

Martinsen, E. H. (2011). Care for nurses only? medicine and the perceiving eye. Health Care Analysis :
HCA, 19(1), 15-27. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10728-010-0161-9

Junaidi (2011) Teori Filosofikal Keperawatan Kari Martinsen. Retrieved from http:// no.jun.org /wiki/
Kari Martinsen , 14 November ,2013.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Perawat
sebagai ujung tombak bidang kesehatan harus dapat mengaplikasikan konsep-konsep keperawatan yang
telah dibangun oleh pakar-pakar keperawatan sebagai bentuk eksistensinya di masyarakat. Oleh karena
itu, filosofi-filosofi keperawatan saling terkait satu dengan yang lainnya, dapat dijadikan sebagai
landasan keperawatan yang komprehensif.

Pelaksanaan asuhan keperawatan secara holistik meliputi biopsikososiospiritual, melalui beberapa


tahapan yaitu pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan dan
evaluasi . Tahapan tersebut digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan keperawatan yang ada
secara optimal.

Berbagai filosofi ataupun konsep teori yang dicetuskan oleh pakar-pakar keperawatan mempunyai
kontribusi besar dalam pengembangan teori keperawatan itu sendiri. Karena pengembangan tersebut
juga melalui proses yang panjang dalam bentuk riset penelitian. Salah satunya adalah filosofi oleh Kari
Mari Martinsen yang terkenal dengan Philosophiof caring.

Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang dikembangkan oleh Kari Marie Martinsen
berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika keperawatan. Pandangan dunia
fenomenologis berbasis Martinsen adalah manusia tidak dapat dipahami atau dipertimbangkan dalam
isolasi dari lingkungannya. Manusia dan lingkungan merupakan suatu perangkat yang menyebabkan
setiap situasi tergantung konteks dan bersifat unik.

Caring yang berhubungan atau menekankan rasa empati, refleksi, keterbukaan dan kemurahan hati dan
kepercayaan. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan di masyarakat saling terkait satu sama lainnya,
karena pelayanan yang diberikan haruslah bersifat komprehensif dan berkesinambungan karena
kebutuhan tiap individu berbeda satu sama lainnya, maka perawat haruslah bersikap sesuai dengan
kebutuhan pasien saat itu.

Berdasarkan filosofi menurut teori Kari Marie Martinsen kelompok menjabarkan pada penatalaksanaan
keperawatan kasus dengan masalah trauma psikologis akibat bencana, dimana filosofi Kari Marie
Martinsen ini lebih menitikberatkan pada permasalahan Caring yaitu berfokus pada Moral, dimana
perawat memberikan asuhan keperawatan harus berempati, berefleksi, memberikan keterbukaan,
kemurahan hati, kepercayaan, harapan dan cinta dalam setiap pemberian asuhan keperawatan. Ini
merupakan fenomena yang dapat kita terima seperti halnya kita menerima waktu, ruang, udara, air dan
makanan.Tanpanya hidup akan menjadi kacau, tanpa itu pula caring tidak dapat dilaksanakan.

1.2 Tujuan

1. Tujuan umum :

Mampu menerapkan teori filosofikal keperawatan menurut Kari Marie Martinsen ke dalam kasus
pelayanan keperawatan.

2. Tujuan khusus:

a. Mendemonstrasikan pengkajian keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen: Phylosophi
of Caring

b. Mendemonstrasikan proses diagnosa keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen:
Phylosophi of Caring

c. Mendemonstrasikan perencanaan keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen:


Phylosophi of Caring

d. Mendemonstrasikan intervensi keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen: Phylosophi
of Caring

e. Mendemonstrasikan evaluasi keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen: Phylosophi of
Caring
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Tujuan Teori

Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang dikembangkan oleh Kari Marie Martinsen
berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika keperawatan serta caring. Pandangan dunia
fenomenologis berbasis Martinsen adalah manusia tidak dapat dipahami atau dipertimbangkan dalam
isolasi dari lingkungannya. Manusia dan lingkungan merupakan suatu perangkat yang menyebabkan
setiap situasi tergantung konteks dan bersifat unik.

Caring yang berhubungan atau menekankan rasa empati, refleksi, keterbukaan dan kemurahan hati dan
kepercayaan. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan di masyarakat saling terkait satu sama lainnya,
karena pelayanan yang diberikan haruslah bersifat komprehensif dan berkesinambungan karena
kebutuhan tiap individu berbeda satu sama lainnya, maka perawat haruslah bersikap sesuai dengan
kebutuhan pasien saat itu (Alligood, M. R., & Tomey, A. M, 2010).

2.2. Konsep Dasar Terkait Paradigma Dalam Keperawatan dan Definisinya (Alligood, M. R., & Tomey, A.
M, 2010).

1. Keperawatan

Asumsi dasar philosophical caring termasuk dalam hal praktik keperawatan dimana perawat
memberikan asuhan keperawatan merawat dan peduli pada orang lain. Hal yang harus diperhatikan
ketika melakukan caring ke pasien yaitu : caring berkaitan dengan hubungan, praktik, dan moral. Caring
dapat praktikkan dalam kasus nyata dimana caring melibatkan setidaknya dua orang atau lebih yang
saling berinteraksi. Caring yang berkaitan dengan moral dapat diartikan sebagai situasi dalam mencapai
tujuan yang diinginkan didasarkan pada evaluasi tindakan keperawatan.

2. Manusia
Menurut Martinsen (1975), manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial dan komunitasnya.
Martinsen berpendapat bahwa terdapat hubungan yang paralel antara manusia dengan tubuhnya.
Sebagai tubuh, manusia berhubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan dunia, sedangkan manusia
adalah tubuh itu sendiri dimana sebagai tubuh, manusia mempunyai persepsi dan pemahaman. Tubuh
terdiri dari jasmani dan jiwa.

3. Kesehatan

Sehat adalah refleksi dari kondisi organisme, selain itu juga merupakan ekspresi tingkat kompetensi
dalam pengobatan. Dampak yang membahayakan dari pengobatan dan pelayanan yang tidak adekuat
bagi orang yang menderita penyakit kronis menyebabkan Martinsen kembali berpikir ke konsep
konservatif yaitu sehat secara ideal.

4. Lingkungan

Manusia selalu berada dalam situasi yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain dan dalam
ruang yang satu ke ruang yang lain (berada dalam tempat dan ruang khusus). Dilihat dari dimensi ruang
terdapat waktu, ambience, dan kekuatan. Martinsen menyatakan bahwa waktu, arsitektur, dan
pengetahuan dapat bekerja terhadap ambience suatu dimensi ruang. Arsitektur, hubungan dengan
orang lain, penggunaan obyek, kata-kata, pengetahuan, keberadaan kita di dalam ruangan, semuanya
tersusun teratur dalam ruang dan situasi. Manusia masuk dalam ruang universal, ruang alami, tetapi
melalui penciptaan ruang budaya. Kita membangun rumah dengan ruangan-ruangan dan aktivitas
pelayanan kesehatan menempati ruangan yang berbeda.

2.3 Proposisi (Junaidi , 2011).

1. Perawatan

2. Penilaian Profesional

3. Praktik Moral Ditemukan Dalam Perawatan

4. Person Oriented Professional

5. Ungkapan Hidup Tertinggi

6. Area Yang Tak Dapat Disentuh

7. Vokasi

8. Mata Hati

9. The Registering Eye


2.4. Struktur Ide Philosophy of Caring (Alligood, M. R., & Tomey, A. M, 2010).

1. Perawatan

Perawatan adalah suatu bentuk yang bukan hanya sekadar nilai dasar keperawatan, tetapi juga
merupakan nilai dasar hidup kita. Perawatan ialah perkembangan positif individu ke arah yang lebih
baik. Perawatan berbentuk trinitas, terdiri dari hubungan, praktik, dan moral yang terjadi secara
simultan. Perawatan mempunyai arah untuk menuju situasi orang lain. Dalam konteks profesional,
perawatan memerlukan pendidikan dan latihan. Tanpa pengetahuan profesional, hubungan dengan
pasien akan berubah menjadi sentimentil. Tanpa perwalian, tidak ada kelalaian, dan tidak sentimentil
merupakan ekspresi dari perawatan.

2. Penilaian Profesional

Penilaian profesional menunjukkan kualitas suatu hubungan yang sebenarnya. Hal ini bisa dicapai
melalui latihan menilai secara profesional baik dalam praktik maupun kehidupan sehari-hari
berdasarkan observasi klinis kita. Penilaian profesional tidak hanya dilatih dengan melihat, mendengar
dan menyentuh secara klinis, tetapi juga perlu dilatih bagaimana melihat, mendengar, dan menyentuh
secara klinis dengan cara yang baik dan benar.

Pasien memberikan kesan yang berbeda-beda pada kita (perawat) karena persepsi seseorang memiliki
analog dengan variasi karakter yang ditimbulkannya dan bergantung pada situasi tertentu. Satu hal yang
perlu diingat dan direnungkan adalah adanya hubungan antara kesan dengan situasi, pengetahuan
profesional yang dimiliki, dan pengalaman sebelumnya. Kebijaksanaan menunjukkan pengetahuan
profesional melalui kepekaan alami dan bahasa sehari-hari.

3. Praktik Moral Ditemukan Dalam Perawatan

Praktik moral dapat terjadi bila empati dan refleksi ditampilkan secara bersama-sama saat bekerja
sehingga caring dapat diekspresikan dalam tindakan keperawatan. Moral itu ada dalam situasi nyata
yang harus diperhitungkan. Tindakan kita perlu dipertanggungjawabkan, yang didasarkan pada empati
dan refleksi.

4. Person Oriented Professional

Person Oriented Professional mempunyai makna bahwa perawat sebagai tenaga profesional
memandang pasien sebagai orang yang menderita dan harus dilindungi integritasnya. Hal ini
memberikan tantangan bagi profesional untuk meningkatkan kompetensi dirinya dalam menjalin
hubungan yang saling menguntungkan dan bersifat manusiawi dengan tujuan untuk melindungi dan
merawat pasien. Selain itu, profesionalisme berbasis individu juga berbicara tentang pemahaman
terhadap posisi masing-masing pihak dimana pihak satu membutuhkan pihak lainnya, dan
menempatkan pasien sebagai fokus dari caring.

5. Ungkapan Hidup Tertinggi


Ungkapan hidup tertinggi adalah keterbukaan, kemurahan hati, kepercayaan, harapan, dan cinta. Hal ini
merupakan fenomena yang dapat kita terima seperti kita menerima waktu, ruang, udara, air, dan
makanan. Tanpanya hidup menjadi kacau, dan caring tidak dapat dilaksanakan (Hem, M. H., &
Pettersen, T, 2011).

6. Area Yang Tak Dapat Disentuh

Ungkapan ini menunjukkan bahwa ada area-area yang tidak boleh kita masuk ke dalamnya, menemui
orang lain ataupun menemui alam lain. Terdapat batasan yang harus kita hormati. Dalam caring, area
yang tidak tersentuh adalah kesatuan, yang merupakan lawan dari keterbukaan. Keterbukaan dan area
yang tak tersentuh merupakan suatu hal yang kontradiktif dalam caring.

7. Vokasi

Vokasi adalah suatu kebutuhan hidup yang membuat manusia merasa sempurna dalam berhubungan
dan merawat (peduli) terhadap orang lain.

8. Mata Hati

Hati bicara tentang eksistensi individu, derita orang lain dan situasi yang ada didalamnya. Mata hati
berhubungan dengan perhatian yang didasarkan pada hubungan resiprokal yang saling memahami .

9. The Registering Eye

The Registering Eye adalah objektifitas dan perspektif dari pengamat. Hal itu berkaitan dengan mencari
koneksi, sistematisasi, peringkat, klasifikasi, dan menempatkan dalam sistem. The registering eye
merupakan aliansi antara ilmu pengetahuan alam modern, teknologi, dan industrialisasi. Jika seorang
pasien dan seorang profesional menggunakan tatapan ini secara sepihak, kasih sayang akan keluar dari
situasi tersebut, dan kemauan untuk hidup berkurang (Martinsen, E. H, 2011).

2.5 Tentative (Junaidi, 2011)

Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang dikembangkan oleh Kari Marie Martinsen
berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika keperawatan serta caring, yang mengadopsi
pada tiga filsuf secara khusus, antara lain: filsuf jerman, politisi dan sosialis, Karl Marx (1818-1883); filsuf
jerman dan pendiri fenomenologi, Edmund Husserl (1859-1938); serta filsuf Perancis dan fenomenolog
tubuh, Merleau-Ponty (1908-1961 ).

Martinsen juga memperluas sumber-sumber teoritisnya dengan memasukkan filsuf lain, teolog, dan
sosiolog, antara lain: Martin Heidegger (1889 1976), seorang fenomenologis Jerman dan murid dari
Husserl; Knud Eiler Logstrup (1905 1981), seorang filosofis Denmark dan teologis; Max Weber (1864
1920), seorang sosiologis Jerman dan memiliki signifikansi yang besar dalam filsafat ilmu sosial; Michel
Foucault, seorang filosofis; Paul Ricoeur (1913 sekarang), seorang filosofis Perancis.
BAB III

SKENARIO ROLE PLAY

Teori Kari Marie Martinsen mengutamakan fokus pada caring termasuk didalamnya bagaimana merawat
dan peduli pada orang lain (Tomey & Alligood, 2006). Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam caring
menurut Kari Marie Martinsen yaitu: caring harus berkaitan dengan hubungan, praktik dan moral.

SKENARIO ROLE PLAY TEORI FILOSOFIKAL KARI MARTINSEN

Narator : Esti Widiani

Pemain :

Perawat : Adi Suyitno: Ns Adi

Perawat : Adi Sugia Akari: Ns Akari

Pasien : Abdul Rokhman: Rokhman

Keluarga Pasien : Rindayati, Shanti Rosmaharani, Dwi Yogyo

PROLOG:

Desa Mujur merupakan sebuah desa yang damai dan tenang, terletak di lereng gunung Sindoro.
Semenjak dahulu tidak pernah nterjadi bencana di desa tersebut. Masyarakatnya ramah dan saling
tolong menolong. Tiba- tiba, Tuhan memberikan sebuah cobaan bagi desa tersebut. Banjir bandang
melanda desa Mujur pada tengah malam, pada saat penduduk tertidur pulas. Rumah- rumah hancur,
sawah dan ladang terendam banjir, serta tidak sedikit korban jiwa akibat

banjir bandang. Lansia anak- anak dan wanita hamil pun tidak luput dari terkaman banjir tersebut.
Akibatnya, banyak warga yang mengalami trauma fisik maupun trauma psikologis. Banyak orang tua
yang histeris karena anaknya terluka dan bahkan ada yang meninggal. Mendengar peristiwa tersebut,
perawat Puskesmas tergerak hatinya. Mereka kemudian menuju Desa Mujur untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada korban banjir bandang dengan menerapkan teori caring Kari Martinsen dengan
penekanan kepada empati, refleksi, keterbukaan, kemurahan hati,kepercayaan. Di Posko pengungsian
Slamet terdapat 25 keluarga yang tinggal disana, sudah hamper satu minggu mereka bertahan di
pengungsian dengan fasilitas yang minim. Diantara korban, terdapat Bapak Rokhman yang berteriak
teriak dan menangis meratapi anaknya yang sudah meninggal. kehilangan tempat tinggal dan beberapa
orang anggota keluarga yang lain. Beliau sangat ketakutan, khawatir banjir bandang akan datang lagi
dan mengambil semua miliknya.

Di Posko kesehatan dua perawat sedang membicarakan kondisi pasien.

Situasi I(percakapan perawat yang bertugas di posko kesehatan

Ners Adi : Ners Akari, mari kita periksa satu persatu dari pasien kita semua, kita lakukan
pengkajian apakah mereka ada yang mengalami masalah kesehatan yang serius.

Ners Akari : Baik. Mari kita lakukan

Ners Adi : Kita periksa tanda-tanda vital, kita tanya keluhan mereka, kita kaji sisi psikologisnya
siapa tau ada yang memang perlu intervensi lanjut.

Pengkajian

Sementara itu di tenda pengungsian, pasien Rokhman berteriak-teriak histeris serta menangis meratapi
nasibnya.

Situasi II (Di tenda Pengungsian)

Pasien Rokhman : A.aaaaa. jangantidak awassuara banjir, banjir datang lagi.

Ns. Adi : Pak pakada apa?

Pasien Rokhman : Suara gemuruh..banjir.. banjir banjir aaaaa (berteriak- teriak histeris).

Ns. Adi : Tenang pak tenang . Bapak tenang dulucoba tarik nafas panjang (Perawat sambil
mencontohkan menarik nafas panjang). Saya mengerti tentang apa yang bapak rasakan. Perkenalkan
naman saya Adi, saya petugas kesehatan disini yang akan merawat bapak selama di posko pengungsian.
Bapak namanya siapa?

Pasien Rokhman : Sa..ya.., Rokhman awas awas ada banjir..banjir, saya takut banjir, pak-pak ada
suara gemuruh air, banjir mau dating lagi. Mana anakku, mana istri saya??? Aaaa.. takut (bingung,
ketakutan)

Ns Adi : Pak Rokhman, apa yang pak rokhman rasakan? Ayo ceritakan pada saya. Saya akan
bantu Pak Rokhman.
Pasien Rokhman : Saya takut ada banjir datang lagi. Saya takut takut. Karena waktu banjir kemarin,
mengerikan sekali. Air tiba-tiba datang dengan derasnya, memporak-porandakan rumah saya. Hiks hiks
hiks (Sambil menunduk menangis). Istri saya, anak saya yang paling kecil ikut tersapu air. Sampai
sekarang belum ditemukan. Saya ingat sekali istri dan anak saya teriak-teriak minta tolong tetapi saya
tidak bisa menolongnya. It uterus membayangi saya , Pak. Saya takut kalau banjir datang lagi anak anak
saya yang lain juga akan ikut tersapu air banjir.

Ns Adi : Baiklah pak rokhman, saya akan berusaha membantu mengurangi rasa ketakutan dan
kesedihan bapak. Karena ini sudah malam. Bapak istirahat dulu. Besok saya akan menemui bapak lagi
untuk membantu bapak.

Diagnosa

Setelah melakukan pengkajian baik fisik atau mental, didaptkan hasil data subyektif: pasien menyatakan
ketakutan, merasa tidak aman (takut banjir dating lagi), merasa bersalah karena tidak bisa menolong
anak dan istrinya yang terseret banjir. Data obyektif: berduka (sedih), waspada berlebihan, ansietas.
Kemudian dari data pengkajian, perawat menganalisa bahwa diagnose Bapak Rokhman adalah Sindrom
Pasca Trauma.

Perencanaan Keperawatan

Perawat Adi segera menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan, antara lain (Keliat dkk, 2011):

Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Pasien dapat mengenali peristiwa traumatis yang dialaminya

Pasien dapat mamhami hubungan antara peristiwa traumatis yang dialaminya dan keadaan dirinya saat
ini.

Pasien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi sindrom pasca trauma yang dialami

Pasien dapat mengidentifikasi faktor pendukung yang dapat dijangkau

Pasien dapat memanfaatkan faktor pendukung

Implementasi
Keesokan harinya, perawat Adi menghampri Pak Rokhman untuk melakukan tindakan
keparawatan.Sementara itu perawat Rokhman terlihat menyendiri, sambil sesekali berteriak ketakutan
banjir datang lagi.Sesekali juga menangiskarena teringat istri dan anaknya yang terseret banjir.

Ns Adi : Selamat pagi Pak Rokhman. Masih ingat dengan saya kan? (sambil tersenyum dan
penuh empati) Saya perawat Adi yang akan membantu bapak. Bagaiman kalau kita berbincang selama
30 menit? Kita berbincang yang berhubungan dengan banjir bebrapa hari lalu. Mau dimana pak?
Bagaimana kalau disini saja?

Pasien Rokhman : Iya pak, saya bersedia. Disini saja ya.

Ns Adi : Coba sekarang bapak peristiwa kemarin yang dialami secara jelas pada saya? Apa
yang bapak rasakan? Apakah bapak masih merasa keatakutan?

Pasien Rokhman : Waktu kami sekeluarga tidur lelap. Hanya saya yang masih terjaga. Tiba-tiba
terdengar suara bergemuruh. Tapi saya tidak tahu suara apa itu. Belum sempat saya tahu suara apa itu,
tiba-tiba duaarrrrrair bah menghantam rumah kami. Saya kaget, bingung, Saya melihat keluarga saya,
istri anak saya teriak-teriak minta tolong. Tolong tolong ayah.., tapi saya tidak bisa berbuat apa-
apa. Saya ayah yang tidak bertanggung jawab, tidak bisa menjaga keluarga saya.. (sambil menunduk),
saya lemahtidak bisa nolong istri dan anak sayaSampai sekarang saya masih terbayangbayang terus
peristiwa itu., semalam saya mimpi aka nada banjir lagi . Saya takut, baniir datang lagi.

Ns Adi : Bagus pak (sambil menepuk bahu pak rokhman), bapak sudah bisa menceritakan
peristiwa yang bapak alami. Apakah bapak sudah mencoba cara-cara untuk mengurangi rasa takut yang
bapak alami?

Pasien Rokhman : Belum pak, saya terus terbayang-bayang peristiwa it uterus.

Ns Adi : Baiklah pak. Bagaimana sekarang setelah bapak cerita panjang lebar tadi? Apakah
merasa lebih lega?

Pasien Rokhman : Sedikit pak, saya masih takut pak kalo banjir datang lagi.

Ns Adi : Sebaiknya bapak kalau merasa takut, bingung, ceritalah dan minta bantuan pada yang
lain, agar beban bapak berkurang. Perbincangan kita sampai disini dulu pak ya. Nanti sore jam 4 saya
akan datang ke bapak lagi untuk memperbincangkan cara-cara mengurangi ketegangan. Mari pak.

Evaluasi

Setelah perawat Adi menerapakan tindakan pertama. Kemudian Perawat Adi mengevaluasinya. Hasil
evaluasinya tindakan pertamanya terlaksana dengan baik. Dan selanjutnya perawat Adi memberikan
tindakan kedua sampai dengan yang terakhir.
EPILOG:

Setelah mendapatkan perawatan dengan penuh empati dari perawat Adi, pasien rokhmani sudah bisa
menerima kenyataan tentang kematian anaknya dan istrinya, walaupun sangat menyakitkan baginya.
Rasa takut pasien Rokhman akan adanya banjir susulan berangsur- angsur hilang. Sebagai perawat kita
harus paham pentingnya caring dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Memiliki rasa
empati dan refleksi terhadap apa yang dirasakan pasien, serta memandang pasien sebagai individu yang
harus dilindungi integritasnya.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada skenario yang terdapat pada bab III, penulis berusaha untuk menyajikan teori filosofikal
keperawatan Kari Marie Martinsen yang berfokus pada caring dalam bentuk praktik keperawatan pada
pasien-pasien yang menjadi korban disaster. Dari hasil analisis kasus ditemukan beberapa permasalahan
yang berkaitan dengan komponen teori Kari Marie Martinsen, antara lain:

Perawatan

Martinsen mengatakan bahwa dalam praktik keperawatan, caring menjadi hal yang sangat fundamental.
Praktik caring berkaitan dengan tiga hal, antara lain hubungan, praktik, dan moral. Hal ini yang ingin
penulis sampaikan di dalam skenario pada bab III. Terdapat dua orang perawat, yaitu ners Shanti dan
Adi yang dengan sabar merawat pasien. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Martinsen bahwa
caring sangat bermanfaat bagi pasien untuk bisa mendapatkan rasa aman.

Penilaian professional

Penilaian profesional menunjukkan kualitas suatu hubungan yang sebenarnya. Hal ini bisa dicapai
melalui latihan menilai secara profesional baik dalam praktik maupun kehidupan sehari-hari
berdasarkan observasi klinis kita. Penilaian professional telah ditunjukkan oleh ners Adi. Perawat sudah
berusaha untuk memahami kondisi pasien dengan cara melihat, mendengar dan menyentuh secara
klinis dengan baik dan benar. Sehingga mereka dapat mengetahui kondisi pasien, dimana ada yang
mengalami masalah fisik dan ada juga yang mengalami masalah psikologis sebagai akibat dari bencana
alam yang terjadi.

Praktik moral ditemukan dalam perawatan

Praktik moral dapat terjadi bila empati dan refleksi ditampilkan secara bersama-sama saat bekerja
sehingga caring dapat diekspresikan dalam tindakan keperawatan. Empati merupakan suatu sikap
dimana kita berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, berusaha untuk memahami
masalah yang dialami oleh orang lain. Empati dapat ditunjukkan baik secara verbal ataupun dengan
nonverbal. Sikap empati inilah yang dicoba ditampilkan oleh ners Adi. Hal ini dapat dilihat dari perkataan
ataupun perbuatan mereka. Contohnya: Tenang pak saya mengerti apa yang bapak rasakan. Saya akan
bantu semampu saya.

4. Person oriented professional

Person Oriented Professional mempunyai makna bahwa perawat sebagai tenaga profesional
memandang pasien sebagai orang yang menderita dan harus dilindungi integritasnya. Dalam kasus
tergambar bagaimana menderitanya pasien Rokhman karena kehilangan yang dialaminya saat banjir
bandang menghancurkan desanya. Kondisi pasien tersebut merupakan suatu tantangan bagi ners Adi,
sebagai perawat professional untuk dapat menunjukkan kompetensinya dalam menjalin hubungan
dengan pasien dan membantu pasien agar tidak kehilangan integritas dirinya.

Ungkapan hidup tertinggi

Ungkapan hidup tertinggi adalah keterbukaan, kemurahan hati, kepercayaan, harapan, dan cinta. Dalam
membantu pasien yang mengalami masalah psikologis, keterbukaan dan kemurahan hati perawat
sangat diperlukan sehingga pasien merasa diterima dan dipahami kondisinya. Selain itu, kepercayaan
perlu diperlihatkan oleh perawat agar pasien merasa menemukan tempat untuk mencurahkan apa yang
dirasakan olehnya. Pada pasien yang sedang mengalami kehilangan, kita perlu menanamkan pada
pasien secara perlahan-lahan bahwa masih banyak harapan yang bisa diraih dalam hidup, hidup tidak
berhenti saat itu. Hal itu dapat dicapai bila kita (perawat) melakukannya dengan cinta. Dalam skenario di
bab III, hal-hal tersebutlah yang berusaha ingin kelompok tampilkan. Sehingga akhirnya pasien Akari
sudah bisa menerima kenyataan tentang kematian anaknya, walaupun sangat menyakitkan baginya, dan
rasa takut pasien Rokhman akan adanya banjir susulan berangsurangsur hilang.

Area yang tidak dapat disentuh

Dalam caring, area yang tidak tersentuh adalah lawan dari keterbukaan. Dalam kasus ini, perawat Adi
dan Shanti berusaha untuk menggali permasalahan pasien secara perlahan, dengan tidak memaksa
pasien untuk menerima kenyataan yang ada. Area yang tidak dapat disentuh merupakan hal yang
privacy bagi pasien, tidak akan diceritakan oleh pasien bila belum ada trust antara perawat dan pasien.
Langkah awal dalam menciptakan trust adalah dengan memperkenalkan diri perawat pada pasien,
seperti yang terdapat dalam skenario. Contohnya: Saya Adi petugas kesehatan disini. Bapak namanya
siapa?

Vokasi

Vokasi adalah suatu kebutuhan hidup yang membuat manusia merasa sempurna dalam berhubungan
dan merawat (peduli) terhadap orang lain. Tindakan yang dilakukan oleh ners Adi, yang segera datang
ke daerah bencana untuk menolong korban merupakan suatu bentuk pemenuhan kebutuhan aktualisasi
diri manusia, dimana sebagai perawat professional, mereka merasa berguna bagi orang lain sehingga
mereka merasa menjadi orang yang sempurna.

Mata hati
Hati bicara tentang eksistensi individu, derita orang lain dan situasi yang ada didalamnya. Dalam kasus
ini, perawat Adi, pergi ke tempat bencana untuk menolong korban karena hati mereka yang bicara
sehingga mereka juga ikut merasakan derita dari korban bencana tersebut.

9. The registering eye.

The Registering Eye adalah objektifitas dan perspektif dari pengamat. Maksudnya dalam memberikan
tindakan keperawatan pada pasien, perawat harus melakukan seobjektif mungkin sesuai dengan kondisi
pasien dan berdasarkan cara pandang perawat yang dilandaskan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Pada kasus yang terdapat dalam skenario, registering eye digunakan oleh perawat untuk mengenali dan
memahami kondisi pasien. Dalam menggali permasalahan pasien, perawat melakukan pengamatan dan
pemeriksaan satu persatu pada pasien dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Karie Marie Martinsen adalah seorang perawat dan filosofer, mengungkapkan teori keperawatan
philosophical caring dengan asumsi dasar bahwa caring termasuk dalam praktik keperawatan dimana
perawat memberikan asuhan keperawatan, merawat dan peduli pada orang lain. Hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan caring kepada pasien yaitu: caring berkaitan dengan hubungan, praktik,
dan moral.

Menurut Martinsen (1975), manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial dan komunitasnya
keduanya mempengaruhi kesehatan dimana sehat adalah refleksi dari kondisi organisme, selain itu juga
merupakan ekspresi tingkat kompetensi dalam pengobatan.

Manusia selalu berada dalam situasi yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain dan dalam
ruang yang satu ke ruang yang lain (berada dalam tempat dan ruang khusus).

4. Konsep dasar dari teori yang diungkapkan filosofer Kari Marie Martinsen yaitu: perawatan,
penilaian profesional, praktik moral ditemukan dalam perawatan, person oriented professional,
ungkapan hidup tertinggi, area yang tidak dapat disentuh, vokasi, mata hati, the registering eye.

5.2 Saran

1. Setelah mempelajari tentang teori filosofikal keperawatan, sebaiknya mahasiswa program magister
keperawatan benar-benar bisa memahami tentang konsep caring dan dapat menerapkannya dalam
praktik keperawatan sehari-hari pada pasien.

2. Seorang perawat sebagai tenaga professional di pelayanan kesehatan sebaiknya mengetahui tentang
konsep caring dan mengaplikasikannya dalam tugas sehari-hari sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2010). Nursing Theorist and Their Work (7 ed.). United State of
Amerika: Mosby Elsevier.

Hem, M. H., & Pettersen, T. (2011). Mature care and nursing in psychiatry: Notions regarding reciprocity
in asymmetric professional relationships. Health Care Analysis : HCA, 19(1), 65-76.
doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10728-011-0167-y

Keliat, B. A., Wiyono, A. P., & Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa (CMHN: intermediet
course). Jakarta: EGC.

Martinsen, E. H. (2011). Care for nurses only? medicine and the perceiving eye. Health Care Analysis :
HCA, 19(1), 15-27. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10728-010-0161-9

Junaidi (2011) Teori Filosofikal Keperawatan Kari Martinsen. Retrieved from http:// no.jun.org /wiki/
Kari Martinsen , 14 November ,2013.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Perawat
sebagai ujung tombak bidang kesehatan harus dapat mengaplikasikan konsep-konsep keperawatan yang
telah dibangun oleh pakar-pakar keperawatan sebagai bentuk eksistensinya di masyarakat. Oleh karena
itu, filosofi-filosofi keperawatan saling terkait satu dengan yang lainnya, dapat dijadikan sebagai
landasan keperawatan yang komprehensif.

Pelaksanaan asuhan keperawatan secara holistik meliputi biopsikososiospiritual, melalui beberapa


tahapan yaitu pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan dan
evaluasi . Tahapan tersebut digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan keperawatan yang ada
secara optimal.

Berbagai filosofi ataupun konsep teori yang dicetuskan oleh pakar-pakar keperawatan mempunyai
kontribusi besar dalam pengembangan teori keperawatan itu sendiri. Karena pengembangan tersebut
juga melalui proses yang panjang dalam bentuk riset penelitian. Salah satunya adalah filosofi oleh Kari
Mari Martinsen yang terkenal dengan Philosophiof caring.

Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang dikembangkan oleh Kari Marie Martinsen
berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika keperawatan. Pandangan dunia
fenomenologis berbasis Martinsen adalah manusia tidak dapat dipahami atau dipertimbangkan dalam
isolasi dari lingkungannya. Manusia dan lingkungan merupakan suatu perangkat yang menyebabkan
setiap situasi tergantung konteks dan bersifat unik.

Caring yang berhubungan atau menekankan rasa empati, refleksi, keterbukaan dan kemurahan hati dan
kepercayaan. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan di masyarakat saling terkait satu sama lainnya,
karena pelayanan yang diberikan haruslah bersifat komprehensif dan berkesinambungan karena
kebutuhan tiap individu berbeda satu sama lainnya, maka perawat haruslah bersikap sesuai dengan
kebutuhan pasien saat itu.

Berdasarkan filosofi menurut teori Kari Marie Martinsen kelompok menjabarkan pada penatalaksanaan
keperawatan kasus dengan masalah trauma psikologis akibat bencana, dimana filosofi Kari Marie
Martinsen ini lebih menitikberatkan pada permasalahan Caring yaitu berfokus pada Moral, dimana
perawat memberikan asuhan keperawatan harus berempati, berefleksi, memberikan keterbukaan,
kemurahan hati, kepercayaan, harapan dan cinta dalam setiap pemberian asuhan keperawatan. Ini
merupakan fenomena yang dapat kita terima seperti halnya kita menerima waktu, ruang, udara, air dan
makanan.Tanpanya hidup akan menjadi kacau, tanpa itu pula caring tidak dapat dilaksanakan.
1.2 Tujuan

1. Tujuan umum :

Mampu menerapkan teori filosofikal keperawatan menurut Kari Marie Martinsen ke dalam kasus
pelayanan keperawatan.

2. Tujuan khusus:

a. Mendemonstrasikan pengkajian keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen: Phylosophi
of Caring

b. Mendemonstrasikan proses diagnosa keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen:
Phylosophi of Caring

c. Mendemonstrasikan perencanaan keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen:


Phylosophi of Caring

d. Mendemonstrasikan intervensi keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen: Phylosophi
of Caring

e. Mendemonstrasikan evaluasi keperawatan sesuai dengan teori Kari Marie Martinsen: Phylosophi of
Caring
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Tujuan Teori

Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang dikembangkan oleh Kari Marie Martinsen
berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika keperawatan serta caring. Pandangan dunia
fenomenologis berbasis Martinsen adalah manusia tidak dapat dipahami atau dipertimbangkan dalam
isolasi dari lingkungannya. Manusia dan lingkungan merupakan suatu perangkat yang menyebabkan
setiap situasi tergantung konteks dan bersifat unik.

Caring yang berhubungan atau menekankan rasa empati, refleksi, keterbukaan dan kemurahan hati dan
kepercayaan. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan di masyarakat saling terkait satu sama lainnya,
karena pelayanan yang diberikan haruslah bersifat komprehensif dan berkesinambungan karena
kebutuhan tiap individu berbeda satu sama lainnya, maka perawat haruslah bersikap sesuai dengan
kebutuhan pasien saat itu (Alligood, M. R., & Tomey, A. M, 2010).

2.2. Konsep Dasar Terkait Paradigma Dalam Keperawatan dan Definisinya (Alligood, M. R., & Tomey, A.
M, 2010).

1. Keperawatan

Asumsi dasar philosophical caring termasuk dalam hal praktik keperawatan dimana perawat
memberikan asuhan keperawatan merawat dan peduli pada orang lain. Hal yang harus diperhatikan
ketika melakukan caring ke pasien yaitu : caring berkaitan dengan hubungan, praktik, dan moral. Caring
dapat praktikkan dalam kasus nyata dimana caring melibatkan setidaknya dua orang atau lebih yang
saling berinteraksi. Caring yang berkaitan dengan moral dapat diartikan sebagai situasi dalam mencapai
tujuan yang diinginkan didasarkan pada evaluasi tindakan keperawatan.

2. Manusia

Menurut Martinsen (1975), manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial dan komunitasnya.
Martinsen berpendapat bahwa terdapat hubungan yang paralel antara manusia dengan tubuhnya.
Sebagai tubuh, manusia berhubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan dunia, sedangkan manusia
adalah tubuh itu sendiri dimana sebagai tubuh, manusia mempunyai persepsi dan pemahaman. Tubuh
terdiri dari jasmani dan jiwa.

3. Kesehatan
Sehat adalah refleksi dari kondisi organisme, selain itu juga merupakan ekspresi tingkat kompetensi
dalam pengobatan. Dampak yang membahayakan dari pengobatan dan pelayanan yang tidak adekuat
bagi orang yang menderita penyakit kronis menyebabkan Martinsen kembali berpikir ke konsep
konservatif yaitu sehat secara ideal.

4. Lingkungan

Manusia selalu berada dalam situasi yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain dan dalam
ruang yang satu ke ruang yang lain (berada dalam tempat dan ruang khusus). Dilihat dari dimensi ruang
terdapat waktu, ambience, dan kekuatan. Martinsen menyatakan bahwa waktu, arsitektur, dan
pengetahuan dapat bekerja terhadap ambience suatu dimensi ruang. Arsitektur, hubungan dengan
orang lain, penggunaan obyek, kata-kata, pengetahuan, keberadaan kita di dalam ruangan, semuanya
tersusun teratur dalam ruang dan situasi. Manusia masuk dalam ruang universal, ruang alami, tetapi
melalui penciptaan ruang budaya. Kita membangun rumah dengan ruangan-ruangan dan aktivitas
pelayanan kesehatan menempati ruangan yang berbeda.

2.3 Proposisi (Junaidi , 2011).

1. Perawatan

2. Penilaian Profesional

3. Praktik Moral Ditemukan Dalam Perawatan

4. Person Oriented Professional

5. Ungkapan Hidup Tertinggi

6. Area Yang Tak Dapat Disentuh

7. Vokasi

8. Mata Hati

9. The Registering Eye

2.4. Struktur Ide Philosophy of Caring (Alligood, M. R., & Tomey, A. M, 2010).

1. Perawatan

Perawatan adalah suatu bentuk yang bukan hanya sekadar nilai dasar keperawatan, tetapi juga
merupakan nilai dasar hidup kita. Perawatan ialah perkembangan positif individu ke arah yang lebih
baik. Perawatan berbentuk trinitas, terdiri dari hubungan, praktik, dan moral yang terjadi secara
simultan. Perawatan mempunyai arah untuk menuju situasi orang lain. Dalam konteks profesional,
perawatan memerlukan pendidikan dan latihan. Tanpa pengetahuan profesional, hubungan dengan
pasien akan berubah menjadi sentimentil. Tanpa perwalian, tidak ada kelalaian, dan tidak sentimentil
merupakan ekspresi dari perawatan.

2. Penilaian Profesional

Penilaian profesional menunjukkan kualitas suatu hubungan yang sebenarnya. Hal ini bisa dicapai
melalui latihan menilai secara profesional baik dalam praktik maupun kehidupan sehari-hari
berdasarkan observasi klinis kita. Penilaian profesional tidak hanya dilatih dengan melihat, mendengar
dan menyentuh secara klinis, tetapi juga perlu dilatih bagaimana melihat, mendengar, dan menyentuh
secara klinis dengan cara yang baik dan benar.

Pasien memberikan kesan yang berbeda-beda pada kita (perawat) karena persepsi seseorang memiliki
analog dengan variasi karakter yang ditimbulkannya dan bergantung pada situasi tertentu. Satu hal yang
perlu diingat dan direnungkan adalah adanya hubungan antara kesan dengan situasi, pengetahuan
profesional yang dimiliki, dan pengalaman sebelumnya. Kebijaksanaan menunjukkan pengetahuan
profesional melalui kepekaan alami dan bahasa sehari-hari.

3. Praktik Moral Ditemukan Dalam Perawatan

Praktik moral dapat terjadi bila empati dan refleksi ditampilkan secara bersama-sama saat bekerja
sehingga caring dapat diekspresikan dalam tindakan keperawatan. Moral itu ada dalam situasi nyata
yang harus diperhitungkan. Tindakan kita perlu dipertanggungjawabkan, yang didasarkan pada empati
dan refleksi.

4. Person Oriented Professional

Person Oriented Professional mempunyai makna bahwa perawat sebagai tenaga profesional
memandang pasien sebagai orang yang menderita dan harus dilindungi integritasnya. Hal ini
memberikan tantangan bagi profesional untuk meningkatkan kompetensi dirinya dalam menjalin
hubungan yang saling menguntungkan dan bersifat manusiawi dengan tujuan untuk melindungi dan
merawat pasien. Selain itu, profesionalisme berbasis individu juga berbicara tentang pemahaman
terhadap posisi masing-masing pihak dimana pihak satu membutuhkan pihak lainnya, dan
menempatkan pasien sebagai fokus dari caring.

5. Ungkapan Hidup Tertinggi

Ungkapan hidup tertinggi adalah keterbukaan, kemurahan hati, kepercayaan, harapan, dan cinta. Hal ini
merupakan fenomena yang dapat kita terima seperti kita menerima waktu, ruang, udara, air, dan
makanan. Tanpanya hidup menjadi kacau, dan caring tidak dapat dilaksanakan (Hem, M. H., &
Pettersen, T, 2011).

6. Area Yang Tak Dapat Disentuh


Ungkapan ini menunjukkan bahwa ada area-area yang tidak boleh kita masuk ke dalamnya, menemui
orang lain ataupun menemui alam lain. Terdapat batasan yang harus kita hormati. Dalam caring, area
yang tidak tersentuh adalah kesatuan, yang merupakan lawan dari keterbukaan. Keterbukaan dan area
yang tak tersentuh merupakan suatu hal yang kontradiktif dalam caring.

7. Vokasi

Vokasi adalah suatu kebutuhan hidup yang membuat manusia merasa sempurna dalam berhubungan
dan merawat (peduli) terhadap orang lain.

8. Mata Hati

Hati bicara tentang eksistensi individu, derita orang lain dan situasi yang ada didalamnya. Mata hati
berhubungan dengan perhatian yang didasarkan pada hubungan resiprokal yang saling memahami .

9. The Registering Eye

The Registering Eye adalah objektifitas dan perspektif dari pengamat. Hal itu berkaitan dengan mencari
koneksi, sistematisasi, peringkat, klasifikasi, dan menempatkan dalam sistem. The registering eye
merupakan aliansi antara ilmu pengetahuan alam modern, teknologi, dan industrialisasi. Jika seorang
pasien dan seorang profesional menggunakan tatapan ini secara sepihak, kasih sayang akan keluar dari
situasi tersebut, dan kemauan untuk hidup berkurang (Martinsen, E. H, 2011).

2.5 Tentative (Junaidi, 2011)

Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang dikembangkan oleh Kari Marie Martinsen
berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika keperawatan serta caring, yang mengadopsi
pada tiga filsuf secara khusus, antara lain: filsuf jerman, politisi dan sosialis, Karl Marx (1818-1883); filsuf
jerman dan pendiri fenomenologi, Edmund Husserl (1859-1938); serta filsuf Perancis dan fenomenolog
tubuh, Merleau-Ponty (1908-1961 ).

Martinsen juga memperluas sumber-sumber teoritisnya dengan memasukkan filsuf lain, teolog, dan
sosiolog, antara lain: Martin Heidegger (1889 1976), seorang fenomenologis Jerman dan murid dari
Husserl; Knud Eiler Logstrup (1905 1981), seorang filosofis Denmark dan teologis; Max Weber (1864
1920), seorang sosiologis Jerman dan memiliki signifikansi yang besar dalam filsafat ilmu sosial; Michel
Foucault, seorang filosofis; Paul Ricoeur (1913 sekarang), seorang filosofis Perancis.
BAB III

SKENARIO ROLE PLAY

Teori Kari Marie Martinsen mengutamakan fokus pada caring termasuk didalamnya bagaimana merawat
dan peduli pada orang lain (Tomey & Alligood, 2006). Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam caring
menurut Kari Marie Martinsen yaitu: caring harus berkaitan dengan hubungan, praktik dan moral.

SKENARIO ROLE PLAY TEORI FILOSOFIKAL KARI MARTINSEN

Narator : Esti Widiani

Pemain :

Perawat : Adi Suyitno: Ns Adi

Perawat : Adi Sugia Akari: Ns Akari

Pasien : Abdul Rokhman: Rokhman

Keluarga Pasien : Rindayati, Shanti Rosmaharani, Dwi Yogyo

PROLOG:

Desa Mujur merupakan sebuah desa yang damai dan tenang, terletak di lereng gunung Sindoro.
Semenjak dahulu tidak pernah nterjadi bencana di desa tersebut. Masyarakatnya ramah dan saling
tolong menolong. Tiba- tiba, Tuhan memberikan sebuah cobaan bagi desa tersebut. Banjir bandang
melanda desa Mujur pada tengah malam, pada saat penduduk tertidur pulas. Rumah- rumah hancur,
sawah dan ladang terendam banjir, serta tidak sedikit korban jiwa akibat

banjir bandang. Lansia anak- anak dan wanita hamil pun tidak luput dari terkaman banjir tersebut.
Akibatnya, banyak warga yang mengalami trauma fisik maupun trauma psikologis. Banyak orang tua
yang histeris karena anaknya terluka dan bahkan ada yang meninggal. Mendengar peristiwa tersebut,
perawat Puskesmas tergerak hatinya. Mereka kemudian menuju Desa Mujur untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada korban banjir bandang dengan menerapkan teori caring Kari Martinsen dengan
penekanan kepada empati, refleksi, keterbukaan, kemurahan hati,kepercayaan. Di Posko pengungsian
Slamet terdapat 25 keluarga yang tinggal disana, sudah hamper satu minggu mereka bertahan di
pengungsian dengan fasilitas yang minim. Diantara korban, terdapat Bapak Rokhman yang berteriak
teriak dan menangis meratapi anaknya yang sudah meninggal. kehilangan tempat tinggal dan beberapa
orang anggota keluarga yang lain. Beliau sangat ketakutan, khawatir banjir bandang akan datang lagi
dan mengambil semua miliknya.

Di Posko kesehatan dua perawat sedang membicarakan kondisi pasien.

Situasi I(percakapan perawat yang bertugas di posko kesehatan

Ners Adi : Ners Akari, mari kita periksa satu persatu dari pasien kita semua, kita lakukan
pengkajian apakah mereka ada yang mengalami masalah kesehatan yang serius.

Ners Akari : Baik. Mari kita lakukan

Ners Adi : Kita periksa tanda-tanda vital, kita tanya keluhan mereka, kita kaji sisi psikologisnya
siapa tau ada yang memang perlu intervensi lanjut.

Pengkajian

Sementara itu di tenda pengungsian, pasien Rokhman berteriak-teriak histeris serta menangis meratapi
nasibnya.

Situasi II (Di tenda Pengungsian)

Pasien Rokhman : A.aaaaa. jangantidak awassuara banjir, banjir datang lagi.

Ns. Adi : Pak pakada apa?

Pasien Rokhman : Suara gemuruh..banjir.. banjir banjir aaaaa (berteriak- teriak histeris).

Ns. Adi : Tenang pak tenang . Bapak tenang dulucoba tarik nafas panjang (Perawat sambil
mencontohkan menarik nafas panjang). Saya mengerti tentang apa yang bapak rasakan. Perkenalkan
naman saya Adi, saya petugas kesehatan disini yang akan merawat bapak selama di posko pengungsian.
Bapak namanya siapa?

Pasien Rokhman : Sa..ya.., Rokhman awas awas ada banjir..banjir, saya takut banjir, pak-pak ada
suara gemuruh air, banjir mau dating lagi. Mana anakku, mana istri saya??? Aaaa.. takut (bingung,
ketakutan)

Ns Adi : Pak Rokhman, apa yang pak rokhman rasakan? Ayo ceritakan pada saya. Saya akan
bantu Pak Rokhman.

Pasien Rokhman : Saya takut ada banjir datang lagi. Saya takut takut. Karena waktu banjir kemarin,
mengerikan sekali. Air tiba-tiba datang dengan derasnya, memporak-porandakan rumah saya. Hiks hiks
hiks (Sambil menunduk menangis). Istri saya, anak saya yang paling kecil ikut tersapu air. Sampai
sekarang belum ditemukan. Saya ingat sekali istri dan anak saya teriak-teriak minta tolong tetapi saya
tidak bisa menolongnya. It uterus membayangi saya , Pak. Saya takut kalau banjir datang lagi anak anak
saya yang lain juga akan ikut tersapu air banjir.

Ns Adi : Baiklah pak rokhman, saya akan berusaha membantu mengurangi rasa ketakutan dan
kesedihan bapak. Karena ini sudah malam. Bapak istirahat dulu. Besok saya akan menemui bapak lagi
untuk membantu bapak.

Diagnosa

Setelah melakukan pengkajian baik fisik atau mental, didaptkan hasil data subyektif: pasien menyatakan
ketakutan, merasa tidak aman (takut banjir dating lagi), merasa bersalah karena tidak bisa menolong
anak dan istrinya yang terseret banjir. Data obyektif: berduka (sedih), waspada berlebihan, ansietas.
Kemudian dari data pengkajian, perawat menganalisa bahwa diagnose Bapak Rokhman adalah Sindrom
Pasca Trauma.

Perencanaan Keperawatan

Perawat Adi segera menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan, antara lain (Keliat dkk, 2011):

Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Pasien dapat mengenali peristiwa traumatis yang dialaminya

Pasien dapat mamhami hubungan antara peristiwa traumatis yang dialaminya dan keadaan dirinya saat
ini.

Pasien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi sindrom pasca trauma yang dialami

Pasien dapat mengidentifikasi faktor pendukung yang dapat dijangkau

Pasien dapat memanfaatkan faktor pendukung

Implementasi

Keesokan harinya, perawat Adi menghampri Pak Rokhman untuk melakukan tindakan
keparawatan.Sementara itu perawat Rokhman terlihat menyendiri, sambil sesekali berteriak ketakutan
banjir datang lagi.Sesekali juga menangiskarena teringat istri dan anaknya yang terseret banjir.
Ns Adi : Selamat pagi Pak Rokhman. Masih ingat dengan saya kan? (sambil tersenyum dan
penuh empati) Saya perawat Adi yang akan membantu bapak. Bagaiman kalau kita berbincang selama
30 menit? Kita berbincang yang berhubungan dengan banjir bebrapa hari lalu. Mau dimana pak?
Bagaimana kalau disini saja?

Pasien Rokhman : Iya pak, saya bersedia. Disini saja ya.

Ns Adi : Coba sekarang bapak peristiwa kemarin yang dialami secara jelas pada saya? Apa
yang bapak rasakan? Apakah bapak masih merasa keatakutan?

Pasien Rokhman : Waktu kami sekeluarga tidur lelap. Hanya saya yang masih terjaga. Tiba-tiba
terdengar suara bergemuruh. Tapi saya tidak tahu suara apa itu. Belum sempat saya tahu suara apa itu,
tiba-tiba duaarrrrrair bah menghantam rumah kami. Saya kaget, bingung, Saya melihat keluarga saya,
istri anak saya teriak-teriak minta tolong. Tolong tolong ayah.., tapi saya tidak bisa berbuat apa-
apa. Saya ayah yang tidak bertanggung jawab, tidak bisa menjaga keluarga saya.. (sambil menunduk),
saya lemahtidak bisa nolong istri dan anak sayaSampai sekarang saya masih terbayangbayang terus
peristiwa itu., semalam saya mimpi aka nada banjir lagi . Saya takut, baniir datang lagi.

Ns Adi : Bagus pak (sambil menepuk bahu pak rokhman), bapak sudah bisa menceritakan
peristiwa yang bapak alami. Apakah bapak sudah mencoba cara-cara untuk mengurangi rasa takut yang
bapak alami?

Pasien Rokhman : Belum pak, saya terus terbayang-bayang peristiwa it uterus.

Ns Adi : Baiklah pak. Bagaimana sekarang setelah bapak cerita panjang lebar tadi? Apakah
merasa lebih lega?

Pasien Rokhman : Sedikit pak, saya masih takut pak kalo banjir datang lagi.

Ns Adi : Sebaiknya bapak kalau merasa takut, bingung, ceritalah dan minta bantuan pada yang
lain, agar beban bapak berkurang. Perbincangan kita sampai disini dulu pak ya. Nanti sore jam 4 saya
akan datang ke bapak lagi untuk memperbincangkan cara-cara mengurangi ketegangan. Mari pak.

Evaluasi

Setelah perawat Adi menerapakan tindakan pertama. Kemudian Perawat Adi mengevaluasinya. Hasil
evaluasinya tindakan pertamanya terlaksana dengan baik. Dan selanjutnya perawat Adi memberikan
tindakan kedua sampai dengan yang terakhir.

EPILOG:

Setelah mendapatkan perawatan dengan penuh empati dari perawat Adi, pasien rokhmani sudah bisa
menerima kenyataan tentang kematian anaknya dan istrinya, walaupun sangat menyakitkan baginya.
Rasa takut pasien Rokhman akan adanya banjir susulan berangsur- angsur hilang. Sebagai perawat kita
harus paham pentingnya caring dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Memiliki rasa
empati dan refleksi terhadap apa yang dirasakan pasien, serta memandang pasien sebagai individu yang
harus dilindungi integritasnya.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada skenario yang terdapat pada bab III, penulis berusaha untuk menyajikan teori filosofikal
keperawatan Kari Marie Martinsen yang berfokus pada caring dalam bentuk praktik keperawatan pada
pasien-pasien yang menjadi korban disaster. Dari hasil analisis kasus ditemukan beberapa permasalahan
yang berkaitan dengan komponen teori Kari Marie Martinsen, antara lain:

Perawatan

Martinsen mengatakan bahwa dalam praktik keperawatan, caring menjadi hal yang sangat fundamental.
Praktik caring berkaitan dengan tiga hal, antara lain hubungan, praktik, dan moral. Hal ini yang ingin
penulis sampaikan di dalam skenario pada bab III. Terdapat dua orang perawat, yaitu ners Shanti dan
Adi yang dengan sabar merawat pasien. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Martinsen bahwa
caring sangat bermanfaat bagi pasien untuk bisa mendapatkan rasa aman.

Penilaian professional

Penilaian profesional menunjukkan kualitas suatu hubungan yang sebenarnya. Hal ini bisa dicapai
melalui latihan menilai secara profesional baik dalam praktik maupun kehidupan sehari-hari
berdasarkan observasi klinis kita. Penilaian professional telah ditunjukkan oleh ners Adi. Perawat sudah
berusaha untuk memahami kondisi pasien dengan cara melihat, mendengar dan menyentuh secara
klinis dengan baik dan benar. Sehingga mereka dapat mengetahui kondisi pasien, dimana ada yang
mengalami masalah fisik dan ada juga yang mengalami masalah psikologis sebagai akibat dari bencana
alam yang terjadi.

Praktik moral ditemukan dalam perawatan

Praktik moral dapat terjadi bila empati dan refleksi ditampilkan secara bersama-sama saat bekerja
sehingga caring dapat diekspresikan dalam tindakan keperawatan. Empati merupakan suatu sikap
dimana kita berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, berusaha untuk memahami
masalah yang dialami oleh orang lain. Empati dapat ditunjukkan baik secara verbal ataupun dengan
nonverbal. Sikap empati inilah yang dicoba ditampilkan oleh ners Adi. Hal ini dapat dilihat dari perkataan
ataupun perbuatan mereka. Contohnya: Tenang pak saya mengerti apa yang bapak rasakan. Saya akan
bantu semampu saya.

4. Person oriented professional


Person Oriented Professional mempunyai makna bahwa perawat sebagai tenaga profesional
memandang pasien sebagai orang yang menderita dan harus dilindungi integritasnya. Dalam kasus
tergambar bagaimana menderitanya pasien Rokhman karena kehilangan yang dialaminya saat banjir
bandang menghancurkan desanya. Kondisi pasien tersebut merupakan suatu tantangan bagi ners Adi,
sebagai perawat professional untuk dapat menunjukkan kompetensinya dalam menjalin hubungan
dengan pasien dan membantu pasien agar tidak kehilangan integritas dirinya.

Ungkapan hidup tertinggi

Ungkapan hidup tertinggi adalah keterbukaan, kemurahan hati, kepercayaan, harapan, dan cinta. Dalam
membantu pasien yang mengalami masalah psikologis, keterbukaan dan kemurahan hati perawat
sangat diperlukan sehingga pasien merasa diterima dan dipahami kondisinya. Selain itu, kepercayaan
perlu diperlihatkan oleh perawat agar pasien merasa menemukan tempat untuk mencurahkan apa yang
dirasakan olehnya. Pada pasien yang sedang mengalami kehilangan, kita perlu menanamkan pada
pasien secara perlahan-lahan bahwa masih banyak harapan yang bisa diraih dalam hidup, hidup tidak
berhenti saat itu. Hal itu dapat dicapai bila kita (perawat) melakukannya dengan cinta. Dalam skenario di
bab III, hal-hal tersebutlah yang berusaha ingin kelompok tampilkan. Sehingga akhirnya pasien Akari
sudah bisa menerima kenyataan tentang kematian anaknya, walaupun sangat menyakitkan baginya, dan
rasa takut pasien Rokhman akan adanya banjir susulan berangsurangsur hilang.

Area yang tidak dapat disentuh

Dalam caring, area yang tidak tersentuh adalah lawan dari keterbukaan. Dalam kasus ini, perawat Adi
dan Shanti berusaha untuk menggali permasalahan pasien secara perlahan, dengan tidak memaksa
pasien untuk menerima kenyataan yang ada. Area yang tidak dapat disentuh merupakan hal yang
privacy bagi pasien, tidak akan diceritakan oleh pasien bila belum ada trust antara perawat dan pasien.
Langkah awal dalam menciptakan trust adalah dengan memperkenalkan diri perawat pada pasien,
seperti yang terdapat dalam skenario. Contohnya: Saya Adi petugas kesehatan disini. Bapak namanya
siapa?

Vokasi

Vokasi adalah suatu kebutuhan hidup yang membuat manusia merasa sempurna dalam berhubungan
dan merawat (peduli) terhadap orang lain. Tindakan yang dilakukan oleh ners Adi, yang segera datang
ke daerah bencana untuk menolong korban merupakan suatu bentuk pemenuhan kebutuhan aktualisasi
diri manusia, dimana sebagai perawat professional, mereka merasa berguna bagi orang lain sehingga
mereka merasa menjadi orang yang sempurna.

Mata hati

Hati bicara tentang eksistensi individu, derita orang lain dan situasi yang ada didalamnya. Dalam kasus
ini, perawat Adi, pergi ke tempat bencana untuk menolong korban karena hati mereka yang bicara
sehingga mereka juga ikut merasakan derita dari korban bencana tersebut.

9. The registering eye.


The Registering Eye adalah objektifitas dan perspektif dari pengamat. Maksudnya dalam memberikan
tindakan keperawatan pada pasien, perawat harus melakukan seobjektif mungkin sesuai dengan kondisi
pasien dan berdasarkan cara pandang perawat yang dilandaskan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Pada kasus yang terdapat dalam skenario, registering eye digunakan oleh perawat untuk mengenali dan
memahami kondisi pasien. Dalam menggali permasalahan pasien, perawat melakukan pengamatan dan
pemeriksaan satu persatu pada pasien dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Karie Marie Martinsen adalah seorang perawat dan filosofer, mengungkapkan teori keperawatan
philosophical caring dengan asumsi dasar bahwa caring termasuk dalam praktik keperawatan dimana
perawat memberikan asuhan keperawatan, merawat dan peduli pada orang lain. Hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan caring kepada pasien yaitu: caring berkaitan dengan hubungan, praktik,
dan moral.

Menurut Martinsen (1975), manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial dan komunitasnya
keduanya mempengaruhi kesehatan dimana sehat adalah refleksi dari kondisi organisme, selain itu juga
merupakan ekspresi tingkat kompetensi dalam pengobatan.

Manusia selalu berada dalam situasi yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain dan dalam
ruang yang satu ke ruang yang lain (berada dalam tempat dan ruang khusus).

4. Konsep dasar dari teori yang diungkapkan filosofer Kari Marie Martinsen yaitu: perawatan,
penilaian profesional, praktik moral ditemukan dalam perawatan, person oriented professional,
ungkapan hidup tertinggi, area yang tidak dapat disentuh, vokasi, mata hati, the registering eye.

5.2 Saran

1. Setelah mempelajari tentang teori filosofikal keperawatan, sebaiknya mahasiswa program magister
keperawatan benar-benar bisa memahami tentang konsep caring dan dapat menerapkannya dalam
praktik keperawatan sehari-hari pada pasien.

2. Seorang perawat sebagai tenaga professional di pelayanan kesehatan sebaiknya mengetahui tentang
konsep caring dan mengaplikasikannya dalam tugas sehari-hari sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2010). Nursing Theorist and Their Work (7 ed.). United State of
Amerika: Mosby Elsevier.

Hem, M. H., & Pettersen, T. (2011). Mature care and nursing in psychiatry: Notions regarding reciprocity
in asymmetric professional relationships. Health Care Analysis : HCA, 19(1), 65-76.
doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10728-011-0167-y

Keliat, B. A., Wiyono, A. P., & Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa (CMHN: intermediet
course). Jakarta: EGC.

Martinsen, E. H. (2011). Care for nurses only? medicine and the perceiving eye. Health Care Analysis :
HCA, 19(1), 15-27. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10728-010-0161-9

Junaidi (2011) Teori Filosofikal Keperawatan Kari Martinsen. Retrieved from http:// no.jun.org /wiki/
Kari Martinsen , 14 November ,2013.

You might also like