Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
Pada kasus ini dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien
didiagnosis gastroenteritis akut dehidrasi ringan-sedang. Hal-hal yang mendasari pengambilan
diagnosis tersebut diantaranya :
28
ini secara keseluruhan belum menunjukkan keadaan fisik yang memenuhi kriteria, akan tetapi
pada pasien ini sudah dikategorikan dalam keadaan dehidrasi ringan-sedang.
Penilaian Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan Dehidrasi berat
sedang
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai,
atau tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa tidak Haus, ingin minum Malas minum
haus banyak atau tidak mau
minum
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien antara lain pemeriksaan darah
lengkap, Urin engkap, dan Feses lengkap. Pada pemeriksaan penunjang darah lengkap secara
keseluruhan tidak ada peningkatan dan perubahan yang bermakna. Namun dalam hal untuk
mengetahui pasti penyebabnya harus dilakukan pemeriksaan feses yang meliputi pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik feses serta kultur dan uji resistensi bakteri agar dapat
menegakkan penyebab dari diare dan tepat dalam pemberian penatalaksanaan. Berdasarkan
pemeriksaan feses ditemukan lendir dan jamur yang positif. Pada pemeriksaan urin lengkap
tidak didapatkan perubahan yang bermakna. Membutuhkan adanya pemeriksaan elektrolit
untuk mengetahui status dari elektrolit pasien agar tepat dalam memberikan panatalaksanaan.
Pada anak ini seharusnya awal MRS langsung diberikan cairan pengganti dikarenakan
mengalami dehidrasi ringan-sedang. Terapi pengganti cairan yang diberikan selama di IGD
diberikan ringer laktat extra 100 cc. Dalam teori seharusnya 20 cc/kgBB selama 30-60 menit,
jika membaik cairan defisit dikurangi cairan guyur. Hasilnya dibagi dua kemudian diberikan
dua tahap. Pertama 8 jam, kedua 16 jam. Setelah itu diberikan cairan maintanance. Sedangkan
kehilangan cairan awal pada pasien dehidrasi ringan-sedang (6-8% BB) 564cc-752cc 800
cc. Pemilihan terapi jika disesuaikan dengan teori dapat dikatakan belum sesuai namun pada
kasus di ruang anak tidak diberikan oralit (75cc/kg dalam 3 jam) karena diharapkan dengan
pemberian cairan intravena sudah mengatasi kebutuhan carian pada anak tersebut.
29
Penatalaksanaan kebutuhan cairan pasien saat di ruangan diberikan KaEn4B 10 tpm, berdasar
rumus holiday segar adalah 940 ml 1000 ml, dihitung berdasarkan berat badan pasien yaitu
9,4 kg. 10 kg pertama dikalikan 100 ml didapatkan 940 ml 1000 ml/24 jam (10 tpm). Pasien
mampu minum 600 mL per hari, nafsu makan pasien menurun, mual dan muntah, untuk
mengurangi resiko hipokalemi ketika pasien kekurangan kalium, dan mengganti cairan
elektrolit pasien ketika dehidrasi, sehingga pemberian KaEn 4B 10 tpm sudah sesuai.
-DEHIDRASI
GROJOK 20-40 CC/KG
(% x BB)
-PERDARAHAN 10-20 MENIT (DEWASA)
(% x EBV)
-LUKA BAKAR 30-60 MENIT (ANAK)
(luasxBBx4)
MASIH SHOCK
?
membaik Grojok lagi ya tdk
Sisa defisit
maintenence
BB : 30 KG ESTIMASI KEHILANGAN
SHOCK CAIRAN
BERAT 10% X 30 LTS = 3 LT = 3000
ML
GROJOK 20 CC/KG 10-20
MNT
= 600 CC
CEK HEMODINAMIK
TETAP/BURUK
Grojok Ulang
MEMBAIK 20cc/kg
10-20 mnt
Grojok STOP!
Ganti
MAINTENANCE MEMBAIK buruk
(3000-600ml =2400
ml) Grojok Ulang
20cc/kg
10-20 mnt
50% 8 50% 16
jam jam
30
Terapi lain yang diberikan pada pasien ini antara lain antrain (metamizol)3 x 100 mg
secara intravena selama 3 hari,dan sanmol (paracetamol) 4-6 x 1 sendok. Kedua antinyeri
diberikan karena bekerja sinergis untuk mengurangi nyeri perut pada pasien. Trovensis
(ondansetron) 3 x 1mg diberikan sebagi terapi adjuvan untuk mengurangi mual dan muntah
pada pasien ini. Cobazim/zink/hep/acr puyer untuk pemeliharan saluran cerna. Pengunaan zinc
pada pada kasus diare untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, dan zinc juga
meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah resiko terulangnya diare
selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare. Dosis zink yang diberikan 10 mg/hari karena
umur anak 15 bulan. Sebagian besar diare tidak memelrukan antibiotik karena pada umumnya
sembuh sendiri karena penyebab terbesar diare pada anak adalah virus (rotavirus). Antibiotik
disini diperlukan karena adanya lendir pada feses pasien tersebut. Antibiotik yang dapat
diberikan ceftriaxone 3 x 100mg dikarenakan dapat mengikat satu atau lebih penicillin binding
protein (PBPs) yang menghambat tahap transpeptidasi akhir sintesis, sehingga menghambat
biosintesis dan pembentukan dinding sel bakteri sehingga mengakibatkan kematian sel bakteri.
Penicillin dapat sebagai antibiotik broad spectrum luas yang digunakan pada infeksi bakteri
gram negatif maupun gram positif. Jadi penggunaan ceftriaxone sebagai antibiotik sudah cukup
membantu dalam kasus ini. Seharusnya pada pasien ini Edukasi pada pasien ketika KRS
minum obat yang telah diberikan secara teratur sesuai dosis. Bila keluhan kambuh atau
menetap segera ke dokter.
Faktor resiko yang diduga berperan terhadap terjadinya diare adalah higine lingkungan
yang kurang bersih, kemudian faktor makanan yang dimakan di pinggir jalan menyumbang
faktor yang besar untuk terjadinya diare. Dari beberapa penelitian diambil kesimpulan bahwa
faktor risiko yang paling rentan menyebabkan penyakit diare adalah faktor lingkungan. Selain
itu faktor risiko penyebab diare menurut faktor ibu yang bermakna pada aspek pengetahuan,
perilaku dan higiene ibu.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Pedoman pelayanan medis. jilid 1. Jakarta :
pengurus pusat IDAI.
3. Deddy Satriya Putra. Diare Akut Pada Anak : Upaya Mengurangi Kejadian Komplikasi
Diare Akut. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNRI / RSUD Arifin Achmad.
4. Linberg, G., Salam, M., Farthing, M., Khalif, I., Lind, E. S., Ramakrishna, B. S., et al.
2012. Acute diarrhea in adults and children : a global perspective. World
Gastroenterology Organisation Global Guidelines.
5. Wiku Adisasmito. Faktor risiko diare pada bayi dan balita di indonesia: Systematic
review penelitian akademik Bidang kesehatan masyarakat. Makara, Kesehatan, Jun
2011 ;11(1): 1-10.
7. Mansjoer A, Suprohaita, Wahyu I, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Jakarta:
Media Eusculapius, 2000: 471.
10. Gastroenteritis.Medicastore.(online)http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php.
32
11. Yunanto A, Gunawan G, Muhyi R, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF
Ilmu Kesehatan Anak. Edisi I. Banjarmasin: FK Unlam, 2008.
12. Managemen Diare Pada Bayi Dan Anak. Divisi Gastroenterologi. Lab / SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK Unair / RSU Dr. Seotomo Surabaya.
13. Sandhu BK. Pratical guideline for the management of gastroenteritis in children J Ped
Gastroenterol Nutr 2001;33:S36-9.
14. Panduan Pelayanan Medis. Departemen Ilmu Kesehatan Anak / RSUP Nasional DR.
Cipto Mangunkusumo,2007.
15. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehat Lingkungan. Buku saku
petugas kesehatan lintas diare.Departemen Kesehatan RI 2011.
16. Tantivanich S : Viruses Causing Diarrhea, DTM&H Course 2002, Faculty of Tropical
Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand.
33