Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
II-1
Air Sanitasi
b.Tidak mengandung racun dan logam berat berbahaya.
c.Parameter-parameter seperti BOD, COD,DO, TS,TSS dan konductiviti
memenuhi aturan pemerintah setempat
(Anonim,2013)
Untuk keperluan industri, adanya kontaminasi kontaminasi dalam air
merupakan faktor yang harus diperhatikan, karena hal tersebut dapat
menimbulkan masalah yang serius, seperti terbentuknya endapan, korosi pada
logam-logam, kerusakan pada struktur kayu menara pendingin, membentuk
buih pada pembangkit uap maupun adanya endapan karena aktifitas
mikrobiologis.
( Agung Subiyakto,1997)
Berikut ini adalah beberapa masalah yang terdapat dalam air yang
dipakai dalam industri :
1. Kekeruhan dan warna
Agar mudah mengenali rupa air yang layak dikonsumsi. Kekeruhan dan warna
adalah bentuk cemaran yang paling mudah dikenali dalam air.
2. Bau
Demikian juga bau, setiap ada tanda-tanda bau dari air, pasti adalah bentuk
cemaran akan kemurnian air. Karena air yang tidak tercemar sama sekali
tidak berbau.
3. Rasa
Rasa adalah rasa yang terasa di kulit ataupun rasa pada lidah. Air yang tidak
tercemar tidak memberikan sensasi rasa baik pada kulit maupun lidah.
4. Kesadahan
Kesadahan merupakan jumlahan semua kation kation polyvalen (mg/l
CaCO3). Di lapangan merupakan jumlah ion ion Kalsium, dan ion ion
Magnesium, merupakan kation kation dominan dalam air. Kesadahan
dalam air dapat disebabkan oleh ion-ion Ca2+dan Mg2+, juga oleh ion Mn2+,
II.2.7 Desinfektan
Proses desinfektan adalah proses yang bisa berdiri sendiri tidak
tergantung dari urutan proses pemurnian air seperti diatas. Pada intinya proses
desinfektan ini dimaksudkan untuk membunuh kandungan makluk hidup di
dalam air yang bisa menimbulkan infeksi penyakit bagi manusia. Terutama
untuk pemanfaatan pengkonsumsian secara umum, dimana beberapa
kandungan makluk hidup mikro baik itu jamur, bakteri ataupun virus dalam air
bisa berbahaya bagi tubuh manusia, sedang pilihan proses penyaringan fisik
sampai tahap tertentu relatif mahal. Sebagai contoh misalnya untuk
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-9
AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
menghilangkan kandungan virus dalam air, secara penyaringan fisik diperlukan
proses sampai dengan proses R.O yang relatif mahal. Pada konsep desinfektan,
tanpa sampai ke proses R.O, cukup diupayakan agar virus tersebut mati.
Sehingga secara fisik virus masih terkandung di dalam air tetapi tidak dalam
kondisi aktif sehingga membahayakan tubuh.
Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer, alkalinitas ini
merupakan merupakan pertahanan air terhadap pengasaman.
Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat, bikarbonat,
hidroksida, borat, fosfat, silikat dan sebagainya. Dalam air sebagian besar
alkalinitas ini desebabkan oleh ion bikarbonat, dan sisanya adalah ion karbonat
dan hidroksida.
(Alaerts. Moestry. 1984)
Ukuran jumlah ion bikarbonat, karbonat, dan hidroksida dalam air ini
pengukurannya menggunakan titrasi volumetrik menggunakan asam kuat
(asam klorida atau asam sulfat) dengan indikator asam basa. Dikenal dua
macam alkalinitas yaitu alakalinitas Penolphtalen dan alkalinitas methyl orange.
Alakalinitas penolphtalen didapat dengan titrasi asam kuat dengan indikator
penolphtalein (PP). Sedangkan alkalinitas Methyl orange menggunakan
indikator methyl orange (MO).
Dengan indikator PP pH akhir yang terbentuk adalah 8,3 dengan reaksi
yang berjalan sempurna
OH- + H+ H2O
CO32- + H+ HCO3
Sedangkan titrasi dengan MO pH akhirnya 4,3 dan akan menyempurnakan
reaksi netralisasi
HCO3- + H+ H2O + CO2
( Agung Subiyakto,1997)
b. Alkalinitas
Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion ion karbonat (CO32-), bikarbonat
(HCO3-), hidroksida (OH-) dan juga borat (BO32-), fosfat (PO43- ), silikat (SiO44-) dan
sebagainya. Dalam air alam alkaliniti sebagian besar disebabkan oleh adanya
bikarbonat, dan sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu
kadar karbonat dan hidroksida naik sehingga menyebabkan pH larutan pun
naik.
Tujuan pengolahan air sanitasi meliputi penstabilan alkalinitas pada
range tertentu yang cukup baik untuk mencegah korosi. Untuk menentukan
alkalinitas, menggunakan perhitungan sebagai berikut :
B
Alkalinitas (mg CaCO3/l) = A x C
x 1000 x 50,4
A
= C
x 1000 (jika B=0,02N)
A
Alkalinitas (mek/l) = C
x B x 1000
Di mana : A = volume titrasi H2SO4 (ml)
B = normaliti asam (biasanya 0,02 N)
C = volume sampel (ml)
50,4 = berat ekivalen CaCO3
Dalam percobaan analisa alkalinitas, perhitungan pertama yang
digunakan.
(G. Alaerts, 1984)
c. Ca Hardness
Kesadahan kalsium perlu diketahui untuk menentukan jumlah kapur dan
soda abu yang dibutuhkan dalam proses pelunakan air.
A
Ca Hardness (mg CaCO3/lt) = 1,0009 x 1000 x B
xf
d. Total Hardness
Total hardness adalah sejumlah ion kalsium dan magnesium yang terlarut
dalam air. Kalsium dan magnesium adalah komponen yang membuat make-up
water menjadi sadah (susah dicuci). Material-matterial hardness bereaksi
dengan sabun sehingga membutuhkan lebih banyak sabun untuk melakuknan
pencucian. Kesadahan air harus dimonitor karena material dalam larutan akan
membentuk deposit yang keras, terutama pada heat exchanger (alat pemanas).
(Anonim,2013)
Kesadahan pada air menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam
konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut antara lain kalsium, magnesium, dan
logam seperti Fe dan Mn. Akibatnya, apabila kita menggunakan air sadah untuk
mencuci, sabun yang kita gunakan tidak akan berbusa dan bila diendapkan akan
berbentuk endapan semacam kerak.
(nisiskalam, 2011)
Total Hardness dalam air dapat ditentukan dengan dua metode, yakni
metode titrasi penyabunan dan metode titrasi EDTA.
A
Hardness = 1,0009 x B
x 1000 x f
Dimana :
A = volume titran EDTA yang digunakan (ml)
B = volume sampel sebelum diencerkan (ml)
F = faktor perbedaan antara kadar larutan EDTA 0,01 M menurut
standarisasi dengan CaCO3 (f 1)
e. Turbidity
Turbidity atau kekeruhan adalah adanya partikel koloid dan supensi dari
suatu bahan pencemar antara lain beberapa bahan organik dan bahan anorgnik
dari buangan industri, rumah tangga, budidaya perikanan dan sebagainya yang
terkandung dalam perairan.
( Suraiwira, 1993 )
Kekeruhan dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik yang
dihasilkan oleh buangan industri. Kekeruhan dapat disebabkan bahan-bahan
tersupensi yang yang bervariasi dari ukuran koloidal sampai dispersi kasar,
tergantung derajat turbelensinya. Alat untuk mengukur kekeruhan pada suatu
air disebut turbidymeter.
(Saeni, 1989)
II.2.1 Pendahuluan
Krisis air bersih pada wilayah pesisir Pantai Kenjeran, telah mendorong
dilakukannya pengembangan teknologi filtrasi air payau dengan menggunakan
teknologi yang sederhana dan mudah dalam pengoperasiannya dan sesuai
dengan standar baku mutu air bersih. Penelitian ini menggunakan filter
tembikar yang telah teruji keandalannya sebagai filter untuk pengolahan air
yang tercemar oleh bakteri coli, logam berat (Cu dan Cr),warna, dan kekeruhan.
II.2.2 Tujuan
Untuk meneliti kemampuan filter tembikar untuk menurunkan
kandungan garam sebagai jawaban untuk mengatasi sulitnya mendapatkan air
bersih didaerah pantai.
II.2.3 Metodologi
Pada penelitian ini, tembikar dibuat dari tanah lempung, pasir, bahan
pencampur dengan perbandingan 10:5:1,5. Bahan pencampur ada 2 macam
yaitu arang dan sekam padi yang ditentukan sebagai variabel penelitian.