You are on page 1of 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Dasar Teori


Air merupakan sumber daya yang berupa bahan organik dan anorganik
yang sangat penting untuk kehidupan maupun untuk aktifitas untuk kehidupan.
Dalam suatu industri, air merupakan bahan utilitas, dimana air dapat berfungsi
sebagai air proses, air sanitasi, air pendingin dan air boiler.
( Agung Subiyakto,1997)
Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin
terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan.
(Anonim,2013)
Air sanitasi biasa digunakan untuk mandi, minum, memasak dan mencuci
sedangkan air proses digunakan dalam produk industri seperti industri kertas,
tekstil, makanan dan lain-lain. Air pendingin digunakan untuk mendinginkan
alat-alat seperti condensor dan alat pemindah panas ( HE ), pendingin liquida,
gas, udara, motor dan kompresor, reaktor-reaktor kimia dan berbagai macam
tungku ( furnace ). Sedangkan air boiler di dalam suatu industri adalah air yang
digunakan untuk umpan boiler ( ketel ) agar dapat dihasilkan steam.
( Agung Subiyakto,1997)
Air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah,
untuk treatment air minum dan untuk treatmen air sanitasi. Persyaratan
ditinjau dari persyaratan kandungan kimia, fisika dan biologis.
Pengertian Air Bersih:
1. Secara Umum: Air yang aman dan sehat yang bisa dikonsumsi manusia.
2. Secara Fisik : Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
3. Secara Kimia:
a.PH netral (bukan asam/basa)

II-1
Air Sanitasi
b.Tidak mengandung racun dan logam berat berbahaya.
c.Parameter-parameter seperti BOD, COD,DO, TS,TSS dan konductiviti
memenuhi aturan pemerintah setempat
(Anonim,2013)
Untuk keperluan industri, adanya kontaminasi kontaminasi dalam air
merupakan faktor yang harus diperhatikan, karena hal tersebut dapat
menimbulkan masalah yang serius, seperti terbentuknya endapan, korosi pada
logam-logam, kerusakan pada struktur kayu menara pendingin, membentuk
buih pada pembangkit uap maupun adanya endapan karena aktifitas
mikrobiologis.
( Agung Subiyakto,1997)
Berikut ini adalah beberapa masalah yang terdapat dalam air yang
dipakai dalam industri :
1. Kekeruhan dan warna
Agar mudah mengenali rupa air yang layak dikonsumsi. Kekeruhan dan warna
adalah bentuk cemaran yang paling mudah dikenali dalam air.
2. Bau
Demikian juga bau, setiap ada tanda-tanda bau dari air, pasti adalah bentuk
cemaran akan kemurnian air. Karena air yang tidak tercemar sama sekali
tidak berbau.
3. Rasa
Rasa adalah rasa yang terasa di kulit ataupun rasa pada lidah. Air yang tidak
tercemar tidak memberikan sensasi rasa baik pada kulit maupun lidah.
4. Kesadahan
Kesadahan merupakan jumlahan semua kation kation polyvalen (mg/l
CaCO3). Di lapangan merupakan jumlah ion ion Kalsium, dan ion ion
Magnesium, merupakan kation kation dominan dalam air. Kesadahan
dalam air dapat disebabkan oleh ion-ion Ca2+dan Mg2+, juga oleh ion Mn2+,

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-2


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua positif (divalent). Air yang
kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat
kapur, darimana Ca2+dan Mg2+ berasal. Pengukuran biasanya dilakukan secara
volumetric menggunakan reagent EDTA. Berikut ini adalah macam-macam
jenis kesadahan :
a. Kesadahan magnesium : Kesadahan yang tersisa setelah pengendapan
kalsium dengan ammonium oksalat.
b. Kesadahan karbonat : Jumlah kadar ion kalsium dan magesium yang
sama besarnya dengan jumlah kadar bikarbonat dan karbonat dinyatakan
dalam satuan yang sama.
c. Kesadahan kalsium : Biasanya dihitung berdasarkan titrasi dengan
EDTA.
d. Kesadahan non - karbonat : Selisih antara kesadahan (total) dengan
kesadahan karbonat. Kesadahan ini menunjukkan besar ion kalsium dan
magnesium yang berasosiasi dengan anion sulfat, klorida dan nitrat.
e. Kesadahan tetap : Kesadahan yang tersisa setelah air dipanasi dalam
waktu yang lama.
f. Kesadahan sementara : Selisih antara kesadahan total dengan
kesadahan tetap. Bikarbonat dalam kadar tinggi akan terurai menjadi
karbonat dan bersama dengan ion Ca mengendap sebagai CaCO3.
(Anonim,2013)
Tabel II.2.1 Klasifikasi air berdasarkan derajat kesadahannya
Mg/l Derajat kesadahan
CaCO3
0 75 Lunak (Sof)
75 100 Cukup sadah (Moderately
150-300 hard)
>300 Sadah (Hard)
Sangat sadah (Very hard)
( Agung Subiyakto,1997)

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-3


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi

5. Derajad Keasaman (pH)


Secara ilmiah mungkin banyak orang mengenal istilah pH sebagai indikasi
derajat keasaman dengan skala nol untuk kondisi asam sampai empat belas
untuk kondisi basa. Angka tujuh adalah kondisi netral air dengan keadaan tanpa
tercemar. Alat ukur derajat keasaman yang paling mudah adalah dengan
menggunakan kertas yang disebut kertas lakmus bisa anda dapatkan di hampir
setiap apotik atau toko bahan kimia. Caranya celupkan dalam air yang diuji,
anda bandingkan hasil perubahan warna kertas akibat pencelupan dengan
indikasi angka pH yang biasanya terdapat di kemasannya. Bila derajatnya ada
disekitar enam sampai delapan, cukup amanlah air tersebut dari segi derajat
keasamannya.
(Anonim,2013)
6. Alkalinitas
Ukuran jumlah ion bikarbonat, karbonat dan karbondioksida dalam air.
Pengukurannya menggunakan cara titrasi ( volumetric ) menggunakan asam
kuat ( asam klorida atau asam sulfat ) dengan indikator asam-basa. Dikenal dua
macam alkalinitas, yaitu:
a. Alkalinitas phenolptalein ( TAP )
b. Alkalinitas methyl orange ( TAM )
( Agung Subiyakto,1997)
Tabel II.1.2 P dan M Alkalinitas
OH- CO3= HCO3-
1. Palk = 0 0 0 Malk
2. Palk < 0,5 0 2 Palk Malk 2. Palk
3. Palk = 0,5 Malk 0 Malk 0
4. Palk > 0,5 Malk 2 Palk - Malk 2 (Palk - Malk) 0
5. Palk = Malk Malk 0 0
( Agung Subiyakto,1997)
7. Konduktifitas

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-4


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
Konduktifitas adalah sifat menghantarkan listrik dalam air. Sifat ini
dipengaruhi dengan jumlah kandungan apa yang disebut sebagai ion bebas. Air
murni adalah air yang bebas kandungan ion bebas sehingga tidak
menghantarkan listrik. Tapi, pengertian untuk air yang layak konsumsi bagi kita
manusia justru bukan air murni, tapi air murni dengan sifat konduktifitas pada
taraf wajar. Karena sifat konduktifitas wajar ini diperlukan bagi metabolisme
tubuh kita.
8. Kontaminasi mikrobiologi
Ada batas-batas kandungan mikrobiologi atau mungkin dengan bahasa
sederhana bisa diartikan makluk hidup yang sangat kecil tak tampak oleh mata
pada air yang kita minum sehingga masih dapat diterima sistem kekebalan
tubuh kita yang justru akan melatih tubuh kita agar semakin canggih dalam
membentengi diri dari penyakit. Tapi selebih batas tersebut, dan bahkan
mungkin pada jenis mikrobiologi tertentu dimana sistem kekebalan tubuh kita
rentan dan tak mampu untuk mengakomodasinya, cemaran ini bisa sangat
membahayakan bagi tubuh kita.
9. Zat- zat terlarut dalam air
Zat-zat ini bisa dalam bentuk padat, cair atau gas. Karena sifatnya yang
larut dalam air, zat-zat ini kadang tidak mudah kita kenali wujudnya dalam air.
Sehingga diperlukan metode-metoda pengujian tertentu untuk mengetahu
kandungan zat-zat terlarut ini di dalam air.
10. Kandungan radioaktif
Air pada dasarnya tidak bersifat radioaktif. Tapi air bisa mengandung zat-
zat yang bersifat radioaktif. Ada alat indikator radioaktif yang bisa dengan
mudah mengenali sifat radioaktif dari sebuah zat.
(Anonim,2013)

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-5


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
Karena adanya masalah tersebut di samping beberapa macam kualitas air
yang dikehendaki untuk berbagai macam kebutuhan maka terdapat beberapa
cara pengolahan air yang terdiri dari :

Sumber Pengolahan Pengolahan


air secara fisika secara kimia

Penyaringan Kasar Sedimentasi


Plain Sedimentasi Koagulasi
Flokulasi

Air sanitasi Pengolahan Pengolahan


khusus secara fisika
Pelunakan dengan kapur Adsorbsi
Pelunakan dengan penukar ion
Desinfiction
Gambar II.1 Skema Pengolahan Air Sanitasi

II.2.1 Pengolahan secara fisika


Pengolahan secara fisika seperti saringan, pengendapan karena beratnya
( plain sedimentation ) terutama sekali ditujukan untuk :

1. Memisahkan padatan yang kasar


Padatan yang kasar seperti pasir, lumpur, dapat diendapkan tanpa
penambahan koagulan misalkan dalam bakyang berfungsi juga sebagai bak
penampungsebelum di pompa ke unit klarifikasi.
2. Memisahkan padatan yang terapung
Padatan yang terapung, seperti plastik sering dijumpai pada air permukaan
terutama air permukaan yang melalui pemukiman penduduk. Untuk
memisahkan padatan yang terapung, umumnya digunakan screen maupun
bak penampung dengan mengatur pengeluaran eflucat di bawah
permukaan air dan kotoran terapung dapat dipisahkan secara manual.

3. Memisahkan minyak dan lemak

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-6


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
Minyak dan lemak merupakan kontaminan yang sangat mengganggu dalam
penggunaan air dalam industri maupun pada usaha penjernihan air secara
kimia. Untuk memisahkan minyak maupun yang bersifat terapung sering
digunakan : skiming, CPI, floatation.
( Agung Subiyakto,1997)
II.2.2 Proses klarifikasi secara kimia
Pengolahan secara kimia atau klarifikasi meliputi proses koagulasi,
flokulasi dan sedimentasi. Ketiga proses tersebut pada prinsipnya ditujukan
untuk menghilangkan material-material yang terlarut dengan pengendapan
dengan menambahkan bahan kimia yang bersifat sebagai koagulan / flokulan
yang dinamakan juga sebagai proses koagulasi flokulasi. Disini koagulasi dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dimana bahan- bahan kimia ditambahkan
dalam air yang mengandung material- material halus yang terdispersi yang
mempunyai kecepatan pengendapan lambat sekali agar menimbulkan
gumpalan (flok) yang mempunyai kecepatan pengendapan yang auh lebih
cepat. Pada proses pengendapan (sedimentasi) pengawasan harus dilakukan
terhadap flok agar jangan sampai pecah selama proses pengendapan. Partikel
flok dapat mengadsorpsi partikel- pertikel lainnya seperti silika.
( Agung Subiyakto,1997)
II.2.3 Filtrasi
Air yang keluar dari proses klarifikasi yang masih mengandung flok- flok
halus masih memerlukan penyaringan melalui suatu medium yang berpori
dimana flok atau zat padat ditahan sedangkan air jernih diteruskan.
Sesuai dengan ukuran partikel yang halus sebenarnya pori- pori filter
tidak dapat menahannya, tetapi karena adanya lapisan berlendir yang
menutupi permukaan, filter dapat menahan partikel yang lebih halus tersebut.
Sampai berapa jauh zat padat menembus filter tergantung dalam banyak hal,

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-7


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
seperti : rate filtrasi, ukuran filter medium, kesempurnaan proses klarifikasi,
susun filter medium, tinggi/ kedalaman (bed) filter.
( Agung Subiyakto,1997)
II.2.4 Pengolahan lanjutan
Air yang telah mengalami penjernihan, ditampung pada bak penampung
untuk selanjutnya didistribusikan untuk berbagai keperluan dengan kualitas/
syarat yang tertentu. Untuk aktifitas industri, air bersih tersebut pada umumnya
salah satunya Air sanitasi
II.2.5 Proses Pelunakan (sofening)
Dari empat penggunaan air dalam industri, air pendingin dan air umpan
boiler paling dominan penggunaanya serta membutuhkan persyaratan yang
lebih khusus, terutama bebas dari zat- zat penyebab kerak dan korosi, yaitu :
- Kesadahan air
- Satuan Hardness
Untuk menurunkan tingkat kesadahan, dilakukan proses yang dikenal sebagai
proses pelunakan" atau softening.
Untuk proses pelunakan air dapat dilakukan secara :
External water sofening
Yaitu proses pelunakan air yang dilakukan di luar sistem dimana air
tersebut dipakai. Ada beberapa cara dari external water softening yaitu
cold process sofening by chemicals, hot process sofening by chemicals,
ion exchange.
Internal water sofening
Yaitu proses pelunakan air yang dilakukan di luar sistem dimana air
tersebut dipakai dalam suatu proses industri.
( Agung Subiyakto,1997)

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-8


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
II.2.6 Air sanitasi
Air sanitasi yang meliputi : air minum, air masak, air mandi, dan lain-
lainnya. Pada dasaranya harus memenuhi persyaratan :
a. Fisik :
- Suhu : dibawah suhu udara
- Warna : tidak berwarna
- Rasa : tidak berasa
- Bau : tidak berbau
- Kekeruhan : 1 mg/ lt
b. Kimia :
- Zat kimia yang terlarut seperti : PO4, Hg, Cu, dan sebagainya harus
memenuhi persyaratan kesehatan dari WHO.
c. Bakteriologis :
Angka kuman dan bakteri kali harus nol.
Untuk memenuhi persyaratan persyaratan tersebut, proses penjernihan
sebelumnya sudah cukup kecuali untuk bakteriologis yang masih memerlukan
pengolahan lebih lanjut, yaitu penambahan desinfectan seperti chlorin cair,
kaporit, ozon, dan sebagainya.
( Agung Subiyakto,1997)

II.2.7 Desinfektan
Proses desinfektan adalah proses yang bisa berdiri sendiri tidak
tergantung dari urutan proses pemurnian air seperti diatas. Pada intinya proses
desinfektan ini dimaksudkan untuk membunuh kandungan makluk hidup di
dalam air yang bisa menimbulkan infeksi penyakit bagi manusia. Terutama
untuk pemanfaatan pengkonsumsian secara umum, dimana beberapa
kandungan makluk hidup mikro baik itu jamur, bakteri ataupun virus dalam air
bisa berbahaya bagi tubuh manusia, sedang pilihan proses penyaringan fisik
sampai tahap tertentu relatif mahal. Sebagai contoh misalnya untuk
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-9
AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
menghilangkan kandungan virus dalam air, secara penyaringan fisik diperlukan
proses sampai dengan proses R.O yang relatif mahal. Pada konsep desinfektan,
tanpa sampai ke proses R.O, cukup diupayakan agar virus tersebut mati.
Sehingga secara fisik virus masih terkandung di dalam air tetapi tidak dalam
kondisi aktif sehingga membahayakan tubuh.

II.2.8 Macam - macam Proses Desinfektan


Proses desinfektan sendiri banyak sekali macamnya, diantaranya adalah :
a. Memasak air sampai mendidih
Ini adalah proses desinfektan yang paling sederhana, yaitu memasak air
sampai mendidih yaitu pada suhu seratus derajat celcius. Pada suhu tersebut
telah dibuktikan akan memaktikan semua makluk hidup di dalam air yang
dimasak tersebut. Hanya saja masih terdapat beberapa jenis bakteri yang masih
di awal pertumbuhannya dalam bentuk spora dapat melapis dirinya dengan
perlindungan sehingga hanya mati pada suhu seratus enam puluh derajat
celsius, kemudian kita masukkan dalam wadah yang kedap tidak ada interaksi
dengan udara luar. Saat ketika lebih dari dua hari dimana kemungkinan spora
telah tumbuh menjadi bakteri, untuk amannya bila akan diminum sebaiknya
direbus kembali hingga mendidih.
b. Proses Desinfektan dengan cara Kimia
Yaitu dengan cara memberi larutan kimia ke dalam air yang akan diproses
desinfektan, dengan harapan akan mematikan makluk hidup yang terkandung
dalam air. Banyak sekali jenis bahan kimia untuk membunuh kuman dan bakteri
dalam air ini.

c. Proses Ozonasi dan Ultraviolet.

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-10


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
Proses Ozonasi adalah kandungan oksigen di udara, diambil dan
dilewatkan melalui loncatan arus listrik sehingga secara alami akan berubah
menjadi zat bernama ozon. Ozon ini kemudian disemprotkan ke dalam air.
Segala macam makluk hidup mikro yang terkandung dalam air ini tiba- tiba
akan berada dalam lingkungan air yang penuh dengan ozon, sehingga sel-sel
mereka menjadi rusak dan mati. Daya rusak ozon terhadap kandungan makluk
hidup mikro dalam air ini tentunya tergantung dari daya kelarutan ozon dalam
air tersebut, yang tentunya tergantung dari kandungan oksigen dalam air
tersebut karena pada dasarnya ozon hanya menempati tempat-tempat kosong
yang seharusnya diisi oksigen. Karena ozon sendiri cukup berbahaya bagi tubuh
manusia bila masuk ke dalam tubuh, maka setelah membunuh makluk hidup
mikro, dilakukan proses pemberian sinar ultra-violet kedalam air yang mengalir
untuk merusak ozon dan mengurainya menjadi oksigen kembali yang terlarut
dalam air. Ada juga beberapa proses desinfectan hanya dengan cara pemberian
sinar ultra-violet pada air yang mengalir. Karena sinar ultra-violet ini bersifat
membakar bagi makluk hidup mikro yang terkandung dalam air.
Hanya saja keefektifan proses desinfectan ini baik proses ozonasi maupun
proses penyinaran ultraviolet masih banyak tergantung dari jumlah makluk
hidup mikro sebelum dilakukan desinfectan, lama waktu proses baik dengan
ozonasi maupun penyinaran ultra-violet, debit aliran alir, kelarutan oksigen
dalam air tersebut yang biasanya tergantung dari temperatur udara sekitar
dimana air berasal (air dari pegunungan biasanya mengandung oksigen lebih
banyak dibanding air yang didapat dari sumur di daerah dekat pantai).
(Anonim,2013)
II.2.9 Titrasi kelometri
EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi dan dapat
berkoordinasi dengan ion logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan
empat gugus karboksil. Telah diketahui dari spektrum infra merah dan

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-11


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
pengukuran-pengukuran lain, misalnya dengan ion kobalt (II) yang membentuk
kompleks EDTA oktahidrat.
(Underwood,1993)

Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer, alkalinitas ini
merupakan merupakan pertahanan air terhadap pengasaman.
Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat, bikarbonat,
hidroksida, borat, fosfat, silikat dan sebagainya. Dalam air sebagian besar
alkalinitas ini desebabkan oleh ion bikarbonat, dan sisanya adalah ion karbonat
dan hidroksida.
(Alaerts. Moestry. 1984)
Ukuran jumlah ion bikarbonat, karbonat, dan hidroksida dalam air ini
pengukurannya menggunakan titrasi volumetrik menggunakan asam kuat
(asam klorida atau asam sulfat) dengan indikator asam basa. Dikenal dua
macam alkalinitas yaitu alakalinitas Penolphtalen dan alkalinitas methyl orange.
Alakalinitas penolphtalen didapat dengan titrasi asam kuat dengan indikator
penolphtalein (PP). Sedangkan alkalinitas Methyl orange menggunakan
indikator methyl orange (MO).
Dengan indikator PP pH akhir yang terbentuk adalah 8,3 dengan reaksi
yang berjalan sempurna
OH- + H+ H2O
CO32- + H+ HCO3
Sedangkan titrasi dengan MO pH akhirnya 4,3 dan akan menyempurnakan
reaksi netralisasi
HCO3- + H+ H2O + CO2
( Agung Subiyakto,1997)

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-12


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air, Secara khusus
alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas
pembufferan dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan
hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion
hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH.
Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi
dengan pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan
kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi,
serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya.
Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tingga adalah
sebagai berikut :
1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;
2. Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton
tinggi.
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung
pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :
1. Pengaruh system buffer dari alkalinitas;
2. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organic. Sehingga
alkalinitas diukur sebagai factor kesuburan air.
(Anonim,2013)

II.1.10 Parameter analisa pada air sanitasi


a. pH
pH merupakan suatu ekspresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H.
Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam
air tersebut adalah 0,000001 bagian dari total larutan. Tidak semua
makhluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah
menyediakan mekanisma yang unik agar perubaha tidah terjadi atau terjadi
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-13
AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
tetapi dengan cara perlahan, sistem pertahanan ini dikenal sebagai
kapasitas pembufferan. Penanganan nilai pH akan lebih efektif apabila
alkalinitas ditanganai terlebih dahulu. Berikut adalah beberapa cara
penanganan pH, yang kalau diperhatikan lebih jauh, cenderung mengarah
pada penanganan kesadahan atau alakalinitas.
(Misnanidulhadi, 2010)

b. Alkalinitas
Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion ion karbonat (CO32-), bikarbonat
(HCO3-), hidroksida (OH-) dan juga borat (BO32-), fosfat (PO43- ), silikat (SiO44-) dan
sebagainya. Dalam air alam alkaliniti sebagian besar disebabkan oleh adanya
bikarbonat, dan sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu
kadar karbonat dan hidroksida naik sehingga menyebabkan pH larutan pun
naik.
Tujuan pengolahan air sanitasi meliputi penstabilan alkalinitas pada
range tertentu yang cukup baik untuk mencegah korosi. Untuk menentukan
alkalinitas, menggunakan perhitungan sebagai berikut :
B
Alkalinitas (mg CaCO3/l) = A x C
x 1000 x 50,4
A
= C
x 1000 (jika B=0,02N)
A
Alkalinitas (mek/l) = C
x B x 1000
Di mana : A = volume titrasi H2SO4 (ml)
B = normaliti asam (biasanya 0,02 N)
C = volume sampel (ml)
50,4 = berat ekivalen CaCO3
Dalam percobaan analisa alkalinitas, perhitungan pertama yang
digunakan.
(G. Alaerts, 1984)

c. Ca Hardness
Kesadahan kalsium perlu diketahui untuk menentukan jumlah kapur dan
soda abu yang dibutuhkan dalam proses pelunakan air.
A
Ca Hardness (mg CaCO3/lt) = 1,0009 x 1000 x B
xf

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-14


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
Dimana:
A = ml titran EDTA yang digunakan,
B = ml sampel (sebelum diencerkan),
f = faktor perbedaan antara kadar larutan EDTA 0,01 M menurut
standarisasi dengan CaCO3 (f 1)
1,0009 = ekuivalensi antara 1 ml EDTA 0,01 M dan 1 mg
kesadahan sebagai CaCO3
(G. Alaerts, 1984)

d. Total Hardness
Total hardness adalah sejumlah ion kalsium dan magnesium yang terlarut
dalam air. Kalsium dan magnesium adalah komponen yang membuat make-up
water menjadi sadah (susah dicuci). Material-matterial hardness bereaksi
dengan sabun sehingga membutuhkan lebih banyak sabun untuk melakuknan
pencucian. Kesadahan air harus dimonitor karena material dalam larutan akan
membentuk deposit yang keras, terutama pada heat exchanger (alat pemanas).
(Anonim,2013)
Kesadahan pada air menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam
konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut antara lain kalsium, magnesium, dan
logam seperti Fe dan Mn. Akibatnya, apabila kita menggunakan air sadah untuk
mencuci, sabun yang kita gunakan tidak akan berbusa dan bila diendapkan akan
berbentuk endapan semacam kerak.
(nisiskalam, 2011)
Total Hardness dalam air dapat ditentukan dengan dua metode, yakni
metode titrasi penyabunan dan metode titrasi EDTA.

A
Hardness = 1,0009 x B
x 1000 x f
Dimana :
A = volume titran EDTA yang digunakan (ml)
B = volume sampel sebelum diencerkan (ml)
F = faktor perbedaan antara kadar larutan EDTA 0,01 M menurut
standarisasi dengan CaCO3 (f 1)

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-15


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
1,009 = ekuivalensi antara 1 ml EDTA 0,01 M dan 1 mg kesadahan sebagai
CaCO3
(G. Alaerts, 1984)

e. Turbidity
Turbidity atau kekeruhan adalah adanya partikel koloid dan supensi dari
suatu bahan pencemar antara lain beberapa bahan organik dan bahan anorgnik
dari buangan industri, rumah tangga, budidaya perikanan dan sebagainya yang
terkandung dalam perairan.
( Suraiwira, 1993 )
Kekeruhan dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik yang
dihasilkan oleh buangan industri. Kekeruhan dapat disebabkan bahan-bahan
tersupensi yang yang bervariasi dari ukuran koloidal sampai dispersi kasar,
tergantung derajat turbelensinya. Alat untuk mengukur kekeruhan pada suatu
air disebut turbidymeter.
(Saeni, 1989)

f. TDS (Total Disolve Solid)


Total disolve solid adalah benda padat yang terlarut yaitu semua
mineral, garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air. Termasuk semua
yang terlarut diluar molekul air murni (H2O). Secara umum, konsentrasi benda-
benda padat terlarut merupakan jumlah antara kation dan anion didalam air.
TDS terukur dalam satuan Parts per Million (ppm) atau perbandingan rasio
berat ion terhadap air.
(Rio S,2008)

Tabel II.1.3 Parameter Fisika Standar SNI 01-0220-1987 dan PERMENKES


Parameter Analisa SNI 01-0220-1987 PERMENKES
Warna Tidak Berbau Tidak Berwarna
Bau Tidak Berbau Tidak Berbau
Rasa Normal Normal

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-16


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
Tabel II.1.4 Parameter Kimia Standar SNI 01-0220-1987 dan PERMENKES
Parameter Analisa SNI 01-0220-1987 PERMENKES
pH 6,5-9,2 6,5-8,5
TDS - 500
Turbidity 25 5
P-Alkalinitas 0 -
M-Alkalinitas - -
Ca Hardness 75 -
Total Hardness - 500

II.2. Aplikasi Industri


PENYEDIAAN AIR BERSIH DI WILAYAH PESISIR DENGAN MENGGUNAKAN
FILTER TEMBIKAR STUDI KASUS PANTAI KENJERAN SURABAYA

II.2.1 Pendahuluan
Krisis air bersih pada wilayah pesisir Pantai Kenjeran, telah mendorong
dilakukannya pengembangan teknologi filtrasi air payau dengan menggunakan
teknologi yang sederhana dan mudah dalam pengoperasiannya dan sesuai
dengan standar baku mutu air bersih. Penelitian ini menggunakan filter
tembikar yang telah teruji keandalannya sebagai filter untuk pengolahan air
yang tercemar oleh bakteri coli, logam berat (Cu dan Cr),warna, dan kekeruhan.
II.2.2 Tujuan
Untuk meneliti kemampuan filter tembikar untuk menurunkan
kandungan garam sebagai jawaban untuk mengatasi sulitnya mendapatkan air
bersih didaerah pantai.
II.2.3 Metodologi
Pada penelitian ini, tembikar dibuat dari tanah lempung, pasir, bahan
pencampur dengan perbandingan 10:5:1,5. Bahan pencampur ada 2 macam
yaitu arang dan sekam padi yang ditentukan sebagai variabel penelitian.

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-17


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
Variabel lainya adalah head pada filter yang ditentukan antara 1 bar sampai 3

bar (10 m sampai dengan 30 m)..


II.2.4 Hasil dan Pembahasan
Penggunaan damar batu sebagai media kontak untuk meremoval
kesadahan sangat tergantung pada jumlah atau banyaknya damar batu yang
digunakan. Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya penurunan kesadahan
pada tray aerator sebesar 7,44% pada tray I, 4% pada tray II dan 2,84 % pada
tray III.
a. Hasil penyaringan dengan menggunakan filter tembikar sekam padi
dengan lama operasi 50-73 jam : Dengan head 34 m, penurunan kadar Clpada
air sumur sebesar 19,76 - 40% atau 700-1003 mg/l kesadahan total sebesar
4,76% (awal 483 mg/L, akhir 460 mg/L), kekeruhan sebesar 75% (awal 11 NTU,
akhir 2,7 NTU) dan warna sebesar -20 (awal 15 PtCo, akhir 18 PtCo). Dengan
head 24 m, penurunan kadar Cl pada air sumur sebesar 27,76-38,4 atau
770-903 mg/l, kesadahan total sebesar 3,72%(awal 483 mg/L, akhir 465 mg/L),
kekeruhan sebesar 72,72% (awal 11 NTU, akhir 3 NTU) dan warna sebesar
33,33% (awal 15 PtCo, akhir 10 PtCo). Dengan head 9 m, penurunan kadar Cl
pada air sumur sebesar 29,6-38,4 atau 770-880 mg/l, kesadahan total sebesar
3,81% (awal 483 mg/L, akhir 467 mg/L), kekeruhan sebesar 73,63% (awal 11
NTU, akhir 3 NTU) dan warna sebesar 6,67% (awal 15 PtCo, akhir 14 PtCo).
II.2.5 Kesimpulan
Dari perhitungan dan analisa dapat disimpulkan bahwa :
Akhirnya dari hasil penelitian dan analisa laboratorium dapat disimpulkan
bahwa penurunan tertinggi dijumpai pada filter tembikar arang dengan head 34
m yang dapat berpengaruh pada penurunan Cl- sebesar 54,4%, kesadahan total
sebesar 8,90%, kekeruhan sebesar 81,81% dan warna sebesar 53%. Dan telah
sesuai dengan KEPMENKES RI No. 907 Tahun 2002 tentang standar air baku
mutu air bersih.
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-18
AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
Air Sanitasi
(Irman Julferi Kiuk,2008)

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN II-19


AIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

You might also like