You are on page 1of 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., karena atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul UNDANG-UNDANG
KEPERAWATAN tepat pada waktu yang ditentukan. Makalah ini bertujuan untuk membina
dan mengembangkan potensi mahasiswa dibidang akademik, serta untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Etika Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca agar makalah ini lebih sempurna dan dapat meningkatkan pengetahuan bagi
pembaca.
Terima kasih dan semoga makalah ini memberikan manfaat positif bagi pembaca
dan kita semua.

Kendari, 1 April 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi dan Tujuan Praktik Keperawatan............................................................................3
B. Pentingnya Undang-Undang Praktik Keperawatan...............................................................4
C. PPNI Mendorong disahkannya Undang-Undang Praktik Keperawatan................................6
D. Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan Praktik Keperawatan.........9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang undang praktik Keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para
perawat. Persatuan Perawat Nasional Indonesia( PPNI) pada kongres Nasional kedua di
Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan
untuk perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya undang-undang
perlindungan bagi perawatmenyebabkanperawatsecara penuh belum dapat bertanggung
jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang tindih antara tugas
dokterdanperawatmasih sering terjadi dan beberapa perawatlulusan pendidikan tinggi merasa
frustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga
menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki. Tanggal 12 Mei 2008 adalah Hari
Keperawatan Sedunia.

Di Indonesia, momentum tersebut akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak


mengesahkan Rancangan Undang-Undang Praktik keperawatan. PPNI menganggap bahwa
keberadaan Undang-Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat
terhadap pelayanan keperawatan dan profesi perawat. Indonesia, Laos, Kamboja dan Vietnam
adalah empat NegaraAssociationofSouthEast Asian Nations( ASEAN) yang belum memiliki
Undang-Undang Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesiamemproduksi tenaga perawat
dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan kita tertinggal dari negara-negara Asia, terutama
lemahnya regulasi praktik keperawatan, yang berdampak pada sulitnya menembus
globalisasi. Perawat kita sulit memasuki dan mendapat pengakuan dari negara lain, sementara
mereka akan mudah masuk ke negara kita.

1
B. Rumusan Masalah

1.Apa definisi dan tujuan praktik keperawatan?

2.Mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan.?

3.Mengapa ( PPNI) lebih mendorong disahkannya Undang-Undang Praktik Keperawatan

4.Apa saja isi Undang-Undang yang ada di Indonesiayang berkaitan dengan praktik
keperawatan?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk:

1. Mengetahui definisi dan tujuan praktik keperawatan.

2. Mengetahui mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan.

3. Mengetahui alasan ( PPNI) lebih mendorong disahkannya Undang-Undang Praktik


Keperawatan

4. Mengetahui apa saja isi Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan
praktik keperawatan.

5. Mengetahui isi UU Keperawatan yang telah disahkan.

BAB II

PEMBAHASAN

2
1. Definisi dan Tujuan Praktik Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian


integral dari pelayanan kesehatan. Didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehatmaupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri
perawat melalui kolaborasidengansystem klien dan tenaga kesehatanlain dalam membrikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk praktik keperawatan individual dan berkelompok. Pengaturan
penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk memberikan perlindungan dan
kepastian hukum kepada penerima dan pemberi jasa pelayanan keperawatan.
Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan oleh
perawat.

2. Pentingnya Undang-Undang Praktik Keperawatan

Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan.


a) Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam
peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan
kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok
desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum
diimbangi dengan pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek
hukum. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan
profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi
luhur dan dapat memegang teguh etika profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini
memiliki tujuan, lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama
berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya),
keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan
keselarasan, universal, keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesional
(WHO, 2002).

3
b) Kedua, alasan yuridis. UUD 1945, pasal 5, menyebutkan bahwa Presiden memegang
kekuasaan membentuk Undang-Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat. Demikian Juga UU Nomor 23 tahun 1992, Pasal 32, secara eksplisit
menyebutkan bahwa pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga
kesehatanyang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Sedang pasal 53,
menyebutkan bahwa tenaga kesehatanberhak memperoleh perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. Ditambah lagi, pasal 53 bahwa
tenaga kesehatandalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien. Disisi lain secara teknis telah berlaku Keputusan
Menteri KesehatanNomor1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat.
c) Ketiga, alasan sosiologis. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya
pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari model medikal
yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan, ke
paradigma sehatyang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai
informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996). Disamping itu,
masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang mudah dijangkau, pelayanan
keperawatan yang bermutu sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dan
memperoleh kepastian hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan
keperawatan.

Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan . Sebagai profesi,
tentunya pelayanan yang diberikan harus professional, sehingga perawat/ nersharus memiliki
kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode etik dan
moral profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan keperwatan yang bemutu.
Tetapi bila kita lihat realita yang ada, dunia keprawatan di Indonesia sangat memprihatinkan.
Fenomene gray area pada berbagai jenis dan jenjang keperawatan yang ada maupun dengan
profesi kesehatan lainnya masih sulit dihindari.

4
Berdasarkan hasil kajian (Depkes & UI, 2005) menunujukkan bahwa terdapat perawat
yang menetapkan diagnosis penyakit (92,6%), membuat resep obat (93,1%), melakukan
tindakan pengobatan didalam maupun diluar gedung puskesmas(97,1%), melakukan
pemeriksaan kehamilan (70,1%), melakukan pertolongan persalinan(57,7%), melaksanakan
tugas petugas kebersihan (78,8%), dan melakukan tugas administrasi seperti bendahara,dll
(63,6%. Pada keadaan darurat seperti ini yang disebut dengan gray area sering sulit
dihindari. Sehingga perawat yang tugasnya berada disamping klien selama 24 jam sering
mengalami kedaruratan klien sedangkan tidak ada dokteryang bertugas. Hal ini membuat
perawat terpaksa melakukan tindakan medis yang bukan merupakan wewenangnya demi
keselamatan klien. Tindakan yang dilakukan tanpa ada delegasi dan petunjuk dari dokter,
terutama di puskesmasyang hanya memiliki satu dokteryang berfungsi sebagai pengelola
puskesmas, sering menimbulkan situasi yang mengharuskan perawat melakukan tindakan
pengobatan. Fenomena ini tentunya sudah sering kita jumpai di berbagai puskesmasterutama
di daerah-daerah tepencil. Dengan pengalihan fungsi ini, maka dapat dipastikan fungsi
perawat akan terbengkalai. Dan tentu saja ini tidak mendapat perlindungan hukum karena
tidak dipertanggungjawabkan secara professional.

Kemudian fenomena melemahkan kepercayaan masyarakat dan maraknya tuntunan


hukum terhadap praktik tenaga kesehatantermasuk keperawatan, sering diidentikkan dengan
kegagalan upaya pelayanan kesehatan. Hanya perawat yang memeuhi persyaratan yang
mendapat izin melakukan praktik keperawatan. Saat ini desakan dari seluruh elemen
keperawatan akan perlunya UU Keperawatan semakin tinggi . Uraian diatas cukup
menggambarkan betapa pentingnya UU Keperawatan tidak hanya bagi perawat sendiri,
melainkan juga bagi masyarakat selaku penerima asuhan keperawatan.

Sejak dilaksanakan Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983 yang menetapkan


bahwa keperawatan merupakan profesi dan pendidikan keperawatanberada pada pendidikan
tinggi, berbagai cara telah dilakukan dalam memajukan profesi Keperawatan. Pada tahun
1989, PPNIsebagai organisasi perawat di Indonesia mulai memperjuangkan terbentuknya UU
Keperawatan. Berbagai peristiwa penting terjadi dalam usaha mensukseskan UU
Keperawatan ini. Pada tahun 1992 disahkanlah UU Kesehatan yang didalamnya mengakui
bahwa keperawatan merupakan profesi ( UU Kesehatan No.23, 1992). Peristiwa ini penting
artinya, karena sebelumnya pengakuan bahwa keperawatan merupakan profesi hanya tertuang
dalam peraturan pemerintah (PP No.32, 1996). Dan usulan UU Keperawatan baru disahkan
menjadi RUU Keperawatanpada tahun 2004.

5
Perlu kita ketahui bahwa untuk membuat suatu undang-undang dapat ditempuh
dengan 2 cara yakni melalui pemerintah (UUD 1945 Pasal 5 ayat 1) dan melalui DPR (Badan
Legislatif Negara). Selama hampir 20 tahun ini PPNImemperjuangkan RUU Keperawtan
melalui pemerintah, dalam hal ini Depkes RI. Dana yang dikeluarkan pun tidak sedikit. Tapi
kenyataannya hingga saat ini RUU Keperawatanberada pada urutan 250-an pada program
Legislasi Nasional ( Prolegnas), yang ada pada tahun 2007 berada pada urutan 160 (PPNI,
2008). Tentunya pengetahuan masyarakat akan pentingnya UU Keperawatan mutlak
diperlukan. Hal ini terkait status DPR yang merupakan Lembaga Perwakilan Rakyat,
sehingga pembahasan-pembahasan yang dilakukan merupakan masalah yang sedang terjadi
di masyarakat. Oleh karena itu, pencerdasan kepada masyarakat akan pentingnya UU
Keperawatan pun masuk dalam agenda DPR RI.

Dalam UU Tentang praktik Keperawatan pada bab 1 pasal 1 yang ke-3 berbunyi:

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan baik
langsung atau tidak langsung diberikan kepada sistem klien disarana dan tatanan kesehatan
lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah Keperawatan berdasarkan kode etik dan
standar pratik keperawatan.

Dan pasal 2 berbunyi:

Praktik keperawatan dilaksanakan berdasarkan pancasila dan berdasarkan pada nilai ilmiah,
etika dan etiket, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan serta
keselamatan penerima dan pemberi pelayanan Keperawatan.

3. PPNI mendorong disahkannya Undang-Undang Praktik Keperawatan

Dalam peringatan Hari Perawat Sedunia, PPNI lebih mendorong disahkannya


Undang-Undang Praktik Keperawatan. Hal ini karena:

a) Pertama, Keperawatan sebagai profesi memiliki karateristik yaitu, adanya kelompok


pengetahuan (bodyofknowledge) yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan
masalah dalam tatanan praktik keperawatan; pendidikan yang memenuhi standar dan
diselenggarakan di Perguruan Tinggi; pengendalian terhadap standar praktik;
bertanggungjawab dan bertanggun gugat terhadap tindakan yang dilakukan; memilih
profesi keperawatan sebagai karir seumur hidup, dan; memperoleh pengakuan

6
masyarakat karena fungsi mandiri dan kewenangan penuh untuk melakukan
pelayanan dan asuhan keperawatan yang beriorientasi pada kebutuhan sistem klien
(individu, keluarga, kelompok dan komunitas.
b) Kedua, kewenangan penuh untuk bekerja sesuai dengan keilmuan keperawatan yang
dipelajari dalam suatu sistem pendidikan keperawatanyang formal dan terstandar
menuntut perawat untuk akuntabel terhadap keputusan dan tindakan yang
dilakukannya. Kewenangan yang dimiliki berimplikasi terhadap kesediaan untuk
digugat, apabila perawat tidak bekerja sesuai standar dan kode etik. Oleh karena itu,
perlu diatur sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi yang ditetapkan dengan peraturan
dan perundang-undangan. Sistem ini akan melindungi masyarakat dari praktik
perawat yang tidak kompeten, karena KonsilKeperawatanIndonesia yang kelak
ditetapkan dalam Undang Undang Praktik Keperawatan akan menjalankan fungsinya.
KonsilKeperawatanmelalui uji kompetensi akan membatasi pemberian kewenangan
melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi perawat yang mempunyai pengetahuan
yang dipersyaratkan untuk praktik. Sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi ini akan
meyakinkan masyarakat bahwa perawat yang melakukan praktik keperawatan
mempunyai pengetahuan yang diperlukan untuk bekerja sesuai standar.
c) Ketiga, perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat
kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan
perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan
pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum. Perawat
juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional, semangat
pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat
memegang teguh etika profesi. Disamping itu,Undang-Undang ini memiliki tujuan,
lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak
(masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang
seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal,
keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesional (WHO, 2002).

7
Indonesia menghasilkan demikian banyak tenaga perawat setiap tahun. Daya serap
Dalam Negeri rendah. Sementara peluang di negara lain sangat besar. Inggrismerekrut 20.000
perawat/tahun, Amerika sekitar 1 juta RN sampai dengan tahun 2012, Kanada sekitar 78.000
RN sampai dengan tahun 2011, Australiasekitar 40.000 sampai dengan tahun 2010. Belum
termasuk Negara-negara Timur Tengah yang menjadi langganan kita. Peluang ini sulit
dipenuhi karena perawat kita tidak memiliki kompetensi global. Oleh karena itu, keberadaan
Konsil Keperawatan/ NursingBoardsangat dibutuhkan. Konsil ini yang memiliki
kewenangan untuk melakukan pengaturan, pengesahan, serta penetapan kompetensi perawat
yang menjalankan praktik dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan. Konsil bertujuan
untuk melindungi masyarakat, menentukan siapa yang boleh menjadi anggota komunitas
profesi (mekanisme registrasi), menjaga kualitas pelayanan dan memberikan sangsi atas
anggota profesi yang melanggar norma profesi (mekanisme pendisiplinan). Konsil akan
bertanggungjawab langsung kepada presiden, sehingga keberadaan KonsilKeperawatanharus
dilindungi oleh Undang-Undang Praktik Keperawatan.

Tentunya kita tidak ingin hanya untuk memperoleh pengakuan RegisteredNurse(RN)


perawat kita harus meminta-minta kepada Malaysia, Singapura atau Australia. Negara yang
telah memiliki NursingBoard. Mekanisme, prosedur, sistem ujian dan biaya merupakan
hambatan. Belum lagi pengakua dunia internasional terhadap perawat Indonesia. Oleh
karena itu, sesuatu yang ironis ketika banyak negara membutuhkan perawat kita tetapi
lembaga yang menjamin kompetensinya tidak dikembangkan. Kepentingan besar itulah yang
saat ini sedang diperjuangkan oleh PPNI. Usaha yang telah dilakukan PPNI adalah beberapa
kali melobi Pemerintah, khususnya Departemen Kesehatan dan DPR untuk melolosan RUU
Praktik Keperawatan menjadi Undang-Undang. Tetapi upaya itu masih sulit ditembus karena
mereka menganggap urgensi RUU ini masih dipertanyakan. Sementara tuntutan arus bawah
demikian kuat.

8
4. Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktik
keperawatan

UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan, Bab II (Tugas Pemerintah),


pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang
dan kesanggupan hukum.UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan,UU ini merupakan
penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan
bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, dokter gigi dan apoteker. Tenaga perawat
termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah,
termasuk bidandan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan
dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidikan rendah
dapat diberikan kewenangan terbatas untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan
langsung. UU ini boleh dikatakan sudah usang karena hanya mengkalasifikasikan tenaga
kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan bukan sarjana). UU ini juga tidak mengatur
landasan hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam UU ini juga
belum tercantum berbagai jenis tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan perawat
ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai tanggung jawab mandiri
karena harus tergantung pada tenaga kesehatan lainnya.

UU Kesehatan No. 14 tahun 1964 tentang Wajib Kerja Paramedis,Pada pasal 2, ayat
(3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah wajib
menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa
selama bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksud pada pasaal 2 memiliki
kedudukan sebagai pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai negeri juga
diberlakukan terhadapnya. UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan
pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri. Penatalaksanaan wajib kerja juga tidak jelas
dalam UU tersebut sebagai contoh bagaimana sistem rekruitmen calon peserta wajib kerja,
apa sangsinya bila seseorang tidak menjalankan wajib kerja dan lain-lain. Yang perlu
diperhatikan bahwa dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja
pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek
profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap
pelayanannya sendiri.

SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979, membedakan paramedis menjadi dua


golongan yaitu paramedis keperawatan (temasuk bidan) dan paramedis non keperawatan.

9
Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidantidak lagi terpisah
tetapi juga termasuk katagori tenaga keperawatan. Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980
tahun 1980,Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga
keperawaan dan bidan. Bidanseperti halnya dokter, diijinkan mengadakan praktik swasta,
sedangkan tenaga keperawatan secara resmi tidak diijinkan. Dokter dapat membuka praktik
swasta untuk mengobati orang sakit dan bidang dapat menolong persalinan dan pelayanan
KB. Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan atau adil bagi profesi keperawatan. Kita
ketahui negara lain perawat diijinkan membuka praktik swasta.

Dalam bidang kuratif banyak perawat harus menggatikan atau mengisi kekurangan
tenaga dokter untuk menegakkan penyakit dan mengobati terutama dipuskesmas-puskesma
tetapi secara hukum hal tersebut tidak dilindungi terutama bagi perawat yang memperpanjang
pelayanan di rumah. Bila memang secara resmi tidak diakui, maka seyogyanya perawat harus
dibebaskan dari pelayanan kuratif atau pengobatan utnuk benar-benar melakukan
nursingcare. SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986,
tanggal 4 November 1986 tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan sistem kredit
point, dalam sisitem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik
pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi angka kredit tertentu. Dalam SK ini, tenaga
keperawatan yang dimaksud adalah : Penyenang Kesehatan, yang sudah mencapai golingan
II/a, Pengatur Rawat/Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan
Sarjana/S1 Keperawatan. Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik pangkatnya
dan tidak tergantung kepada pangkat/golongan atasannya.

UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, merupakan UU yang banyak memberi


kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik keperawatan profesional karena dalam UU
ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan,maupun perlindungan
hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan. Beberapa pernyataaan UU Kes. No. 23
Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan UU Praktik Keperawatan
adalah:PertamaPasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas
menyelenggarakan atau melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan
kewenangannya. Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan
hak-hak pasien ditetapkan dengan peraturan pemerintah, Pasal 53 ayat 4 juga menyatakan
tentang hak untuk mendapat perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat kesehatan.

2. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan


semakin meningkat.

3. Tanggal 12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, memontum


tersebut akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan Rancangan Undang-
Undang Praktik keperawatan.

4. Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI) menganggap bahwa keberadaan Undang-


Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan dan profesi perawat.

5. Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEANyang belum memiliki Undang-
Undang Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat dalam
jumlah besar.

6. Perawat Indonesia dinilai belum bisa bersaing ditingkat global.

7. Undang Undang Praktik Keperawatan, terlalu terlambat untuk disahkan, apalagi untuk
dipertanyakan. Sementara negara negaraASEANsepertiPhilippines, Thailand, Singapore,
Malaysia, sudah memiliki Undang- Undang Praktik Keperawatan ( NursingPracticeActs)
sejak puluhan tahun yang lalu.

8. Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara


penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.

9. Konsilkeperawatanbertujuan untuk melindungi masyarakat, menentukan siapa yang boleh


menjadi anggota komunitas profesi (mekanisme registrasi), menjaga kualitas pelayanan dan
memberikan sangsi atas anggota profesi yang melanggar norma profesi (mekanisme
pendisiplinan).

10. RUU Praktik Perawat, selain mengatur kualifikasi dan kompetensi serta pengakuan
profesi perawat, kesejahteraan perawat, juga diharapkan dapat lebih menjamin perlindungan
kepada pemberi dan penerima layanan kesehatan di Indonesia.

20
B. Saran

Dengan adanya UU Keperawatan yang merupakan dasar hukum praktik keperawatan,


sehingga isi UUK harus diketahui oleh profesi dan calon perawat profesi (mahasiswa). Hal
ini dikarenakan, tidak hanya profesi perawat yang membutuhkan UU ini, tetapi juga calon
profesi perawat juga harus mengetahui isi dari UUK agar dimasa mendatang bisa menjadi
perawat yang taat akan aturan serta menjalankan hak dan kewajibannya sebagai seorang
perawat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Djaroths blogspot 2017


http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/2014/12/18/mengenal-uu-no-38-tahun-2014-
tentang-keperawatan/htlm. Diakses, senin, 3 april 2017. Pukul, 08.15 WITA.

22

You might also like