You are on page 1of 2

Penerapan Balance Scorecard sebagai Management Tool untuk Tingkatkan Kinerja Organisasi

Jakarta, 06/02/2013 MoF (Fiscal) News - Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, Sekretariat Wakil Presiden, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, serta Yayasan United in Diversity
menyelenggarakan seminar bertajuk The Secret of Successful Strategy Execution: Enhancing
Management Performance to Accelerate Bureaucracy Reform in Indonesia pada Sabtu (19/1). Seminar
yang diikuti oleh sekitar 250 orang perwakilan dari kementerian/lembaga ini diselenggarakan di
Auditorium Sekretariat Wakil Presiden RI, Jakarta.

Hadir sebagai pembicara utama, Prof. Robert S. Kaplan yang merupakan pencipta teori Balanced
Scorecard (BSC). Beberapa narasumber dari kementerian terkait yang juga diundang antara lain Asisten
Deputi Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur, Hendro Witjaksono yang mewakili Kementerian PAN-RB
dan Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi, Teknologi, dan Informasi, Rionald Silaban yang mewakili
Kementerian Keuangan.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Kaplan memaparkan bahwa produktivitas organisasi dan kapasitas
sumber daya manusia (SDM) di dalamnya dapat ditingkatkan melalui penerapan BSC. Saat ini, BSC telah
diterapkan sebagai management tool di banyak organisasi, baik profit maupun non-profit. BSC tidak
hanya berkutat pada usaha untuk meningkatkan kinerja, tetapi juga mencoba menyelaraskan antara
performa manajemen dengan visi organisasi. Seminar ini sendiri menekankan bagaimana organisasi
sektor publik dan non-profit dapat mengeksekusi strategi melalui implementasi peta strategi dan
scorecard.

Menurutnya, pentingnya strategi bagi pemerintah adalah karena pemerintah seharusnya secara efektif
dapat mencapai outcome yang diinginkan serta menggunakan best practices untuk mengelola pegawai,
anggaran, dan sumber daya lainnya. Dengan demikian, pemerintah dapat menentukan ekspektasi
stakeholder melalui penguatan visi, mengkoordinasikan berbagai stakeholder untuk mendeliver value,
mengimplementasikan kebijakan, program, dan inisiatif, serta mengembalikan kepercayaan publik.

Berdasarkan pengalaman Prof. Kaplan, institusi pemerintahan biasanya akan dihadapkan pada beberapa
permasalahan, seperti visi dan strategi yang tidak jelas, kurangnya penyelarasan dalam organisasi,
proses perencanaan dan penganggaran yang tidak berhubungan, dan ketidakmampuan mengadaptasi
sistem pengelolaan kinerja. Namun demikian, ia mencontohkan beberapa institusi pemerintahan di
beberapa negara tetangga yang sukses merencanakan dan mengimplementasikan strateginya, seperti
Malaysia, Singapura, dan Fillipina. Mereka berhasil memenuhi lima pilar kunci sukses dalam
implementasi strategi, yaitu menetapkan tujuan yang ambisius, (menerjemahkan visi dan strategi ke
dalam peta strategi yang jelas, menghubungkan dan menyelaraskan organisasi dan pegawai dengan
strategi, menghubungkan anggaran dengan strategi, dan menjadikan strategi sebagai proses yang
berkelanjutan.
Selain itu, ia juga memaparkan sistem manajemen untuk mengeksekusi strategi melalui konsep Six-Stage
Closed Loop Management System, yang terdiri dari enam tahapan, yaitu develop the strategy, translate
the strategy, align the organization, plan operations, monitor and learn, dan test and adapt.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama Rionald Silaban yang mewakili Kementerian Keuangan
menyampaikan hal-hal terkait dengan Implementasi sistem manajemen kinerja berbasis BSC di
lingkungan Kementerian Keuangan. Ia menjelaskan, BSC merupakan bagian dari reformasi birokrasi di
lingkungan Kementerian Keuangan yang digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja yang telah
diterapkan sejak tahun 2008 dan telah mengalami banyak perkembangan sampai saat ini. Menurutnya,
kunci utama keberhasilan implementasi BSC di Kementerian Keuangan adalah komitmen tinggi dari
menteri dan pejabat eselon I selain peran dari manajer kinerja pada level kementerian dan unit eselon I.
Sistem pengukuran kinerja pegawai di Kementerian Keuangan juga telah mengkombinasikan
pengukuran kinerja dengan BSC dan penilaian perilaku menggunakan 3600 (atasan, peers, dan
bawahan).

Ia menambahkan, implementasi BSC pada organisasi non-profit seperti pemerintah memang tidak
mudah, butuh proses belajar yang memadai untuk mencapai kesempurnaan. Meskipun demikian,
Kementerian Keuangan telah didatangi banyak kementerian/lembaga lain untuk melakukan studi
komparasi ataupun mendapatkan sosialisasi mengenai manajemen kinerja BSC. Kementerian Keuangan
dengan bekal pengalaman implementasi BSC yang dimiliki siap berbagi dengan K/L atau organisasi lain
dalam rangka menuju organisasi yang berkinerja tinggi (high performance organization).(wa)

You might also like