You are on page 1of 1

Abu Nawas dan Pengemis yang Kedinginan dalam Kolam

Ada seorang saudagar yang memiliki sebuah kolam dan airnya terkenal sangat dingin. Ia
menantang siapa pun yang sanggup berendam semalam di kolamnya dan akan diberi hadiah
sepuluh ringgit.

Suatu hari, datang seorang pengemis kepadanya. Ia memutuskan untuk mencoba berendam di
kolam saudagar. Hampir tengah malam ia kedinginan dan ingin keluar, tetapi ditahannya sekuat
tenaga. Sekitar jam dua pagi, anaknya datang menyusul. Ia menyalakan api di tepi kolam.

Siang harinya, pengemis menemui si saudagar untuk minta upahnya. Namun saudagar menolak
membayar karena anak si pengemis membuat api dan membuat si pengemis tidak kedinginan. Si
pengemis kesal. Panas api itu tidak sampai ke badan saya. Saya kan berendam di air, masak api
bisa masuk ke dalam air? Si saudagar ngotot tidak mau membayar. Lalu, pengemis mengadukan
hal itu kepada seorang hakim dan orang-orang besar lainnya. Namun, ia tetap disalahkan juga.

Si pengemis bertemu Abu Nawas dan menceritakan masalahnya. Lalu, Abu Nawas mengundang
si pengemis, saudagar pemilik kolam, hakim dan pembesar-pembesar lainnya ke rumahnya.
Setelah semua berkumpul, Abu Nawas mohon kepada sultan untuk menyiapkan makanan.
Hingga jam 3 sore, belum ada satu pun makanan tersedia. Sultan bingung apa yang dikerjakan
Abu Nawas. Abu Nawas menjelaskan bahwa ia sedang memasak nasi. Ia menyalakan api di
bawah pohon dan di atas sana sebuah periuk besar bergantung jauh dari tanah.

Hai, Abu Nawas. Sudah gilakah kamu? tanya Sultan. Memasak nasi bukan begitu caranya.
Periuk di atas pohon, apinya di bawah. Kamu tunggu sepuluh hari pun, beras itu tidak bakalan
jadi nasi. Abu Nawas pun menjelaskan persoalan si pengemis dan saudagar. Itulah sebabnya
patik berbuat seperti ini.

Sultan kini mengerti dan ia pun mengambil keputusan. Saudagar itu harus membayar si
pengemis seratus dirham dan dihukum satu bulan karena telah berbuat salah kepada orang
miskin. Hakim dan orang-orang pembesar di hukum empat hari karena berbuat tidak adil. Saat
itu juga si pengemis memperoleh uangnya dari si saudagar. Akan halnya Abu Nawas, ia pun
sebenarnya perutnya keroncongan dan kehausan.

You might also like