You are on page 1of 6

PANGAN LOKAL

(ROTE NDAO)

BLOK KEDOKTERAN KEPULAUAN

KELOMPOK 11:

Rahmat Nurwan
(1408010036)
Azarella Ballo
(1408010037)
Desy Risnanti Lambe
(1408010038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2017
Pertanyaan:

1. Identifikasi mengenai jenis pangan lokal di Rote Ndao


2. Mengenali sumber bahan makanan pada setiap pangan lokal di Rote Ndao
3. Cara/Tradisi/Budaya makanan pangan lokal tersebut
4. Lampirkan : Narasumbernya, bentuk komunikasi/ pencarian informasi/nama
dan nomor kontak informan tersebut

Jawaban:

1. Pangan Lokal dihasilkan dengan penuh cinta oleh petani, nelayan, pekebun
kecil di negeri sendiri. Lebih layak kita pilih, karena menjadi sumber
penghidupan bagi sebagian besar penduduk negeri, menyehatkan lingkungan
dan tubuh, serta menjaga kelestarian sumber daya alam.
Jenis pangan lokal di Rote Ndao yang diketahui adalah seperti gula air, gula
lempeng, gula semut, susu goreng, lawar rumput laut, sorgum serta kacang
tanah dan kacang hijau.
Adapun komoditi andalan dari Rote Ndao adalah padi dan jagung yang
merupakan komoditi utama dari kabupaten tersebut. Bawang merah, lombok,
semangka, kacang tanah dan teripang yang biasanya digunakan untuk di jual
ke luar pulau sebagai mata pecaharian bagi warga di kabupaten Rote Ndao.

2. Sumber bahan makanan dari setiap pangan lokal di Rote Ndao:


a. Pohon lontar dapat dikelola oleh masyarakat menjadi tuak manis
(nira/sopi), gula air, gula lempeng, serta gula semut.
b. Susu kerbau dikelola menjadi susu goreng dengan cara susu kerbau
tersebut direbus hingga menggumpal lalu disaring dan gumpalannya di
goreng.
c. Rumput laut. Masyarakat di Rote Ndao menggunakan rumput laut untuk
dijadikan lawar dan disantap bersama orang-orang dirumah.
d. Sorgum yang digunakan masyarakat sebagai cemilan khas dari Rote Ndao

3. Makanan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat di Rote Ndao adalah beras
dan gula air. Beras biasanya dikonsumsi bersama dengan lauk pauk lainnya.
Tetapi makanan pokok yang menjadi andalan dari masyarakat di pulau Rote
adalah gula air yang di hasilkan dari pohon lontar.

Di Pulau Rote, yang disebut juga Nusa Lontar, pohon lontar merupakan
bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Pohon lontar adalah pohon
kehidupan. Dulu, kedewasaan seorang lelaki rote diukur dengan kemampuan
mengiris/menyadap lontar, sementara kedewasaan seorang perempuan dilihat
dari kepiawiannya menenun dan menganyam daun lontar.

Tetapi manisnya lontar ada pada nira biasa disebut tua atau tuak, cairan
yang keluar dari luka toreh pada mayang. Pada Agustus hingga November,
saat sedang nira mengucur deras, hampir semua orang meminumnya pada
pagi dan siang. Anak-anak pergi menggembalakan ternaknya berbekal gula
lontar cair. Tidak lupa jagung goreng yang juga direndam dalam gula cair
sebagai pengganjal hingga siang hari.

Dalam kehidupan orang Rote ada istilah dalam bahasa dialek Thie: Leo mae
nanaak ta dadi o sadi ela oe tua ma kaifo inggu no ndaeana osi yang berarti
biarpun gagal panen asal ada sisa nira/gula serta sayu kelor dan sayur
bayam. Memang berbagai makanan khas orang Rote seperti rumput laut,
diberi bumbu gula yang difermentasi yang disebut lawar.

Data gizi Kabupaten Kupang yang dikumpulkan dokter Frans Radja Haba
pada 1980-an,menunjukkan tingkat gizi anak balita terbaik selain Kupang,
adalah Sabu dan Rote bagian barat (Lelain, Dengka, Oenale, Delha, dan Thie)
yang paling banyak mengkonsumsi gula lontar dalam campuran sehari-hari.

Ada beragam olahan air nira agar lebih awet dan menjadi sumber pendapatan
orang rote, yaitu:

Gula aer (tua nasu): Tuak dimasak diatas tungku kayu bakar selama
beberapa lama hingga mengental dan berwarna coklat muda. Dari 25 liter
tuak, dihasilkan sekitar lima liter gula aer. Gula aer air ini bisa digunakan
seperti gula, bumbu masak dan juga pengawet daging agar dapat disimpan
lama.
Dari gula aer dapat dibuat dua jenis minuman beralkohol:

1. Laru, minuman hasil fermentasi dengan menggunakan akar pohon laru


(Alstonia acuminata ) yang beralkohol sekitar 10%. Laru juga digunakan
sebagai jamu.
2. Sopi, yang kandungan alcohol lebih dari 40%. Sopi biasanya dibuat oleh laki-
laki.
Gula Lempeng (tua batu) : Cairan gula aer dimasak lebih lama hingga sangat
kental dan lengket. Lalu dibuat cetak dalam bulatan-bulatan dari daun lontar.
Setelah dingin gula memadat. Menikmati gula lempeng segigit demi segigit
dengan teh hangat nikmat sekali.

Gula semut (tua batu meni): Setelah gula mendingin, diolah lebih lanjut
sehingga berbentuk butiran. Gula semut digunakan untuk membuat kue dan
campuran minuman.

Berpotensi dikembangkan

Pohon lontar telah menopang kehidupan masyarakat Pulau Rote Ndao dan
selama berabad-abad. Saat menjual tanah, pohon lontar tetap dimiliki pemilik
sebelumnya, kecuali sudah diperhitungkan dalam jual beli.

Berbagai bentuk gula lontar merupakan oleh-oleh yang kerap dipesan dari
Rote. Sayangnya, hingga saat ini belum dikemas secara khusus, seadanya saja.
Di pasar, gula Aer dijual dalam derigen berukuran 5 liter seharga Rp. 50.000,-
(Okt 2012). Sementara gula lempeng dijual per 5 atau 10 keping tergantung
besarnya. Gula pasir lontar dikemas dalam plastik mika bening saja.

Nira lontar memilili potensi lain yang dapat dikembangkan agar nilainya
bertambah, yaitu menjadi:

1. Nata de nira
2. kecap manis dan kecap asin
3. Etanol, asam asetat dan gliserin bahan bio medika
4. bioenergi bahan bakar.

Kini, sebagian pohon Lontar ada yang mulai tua dan tidak mengeluarkan nira
lagi. Sementara sebagaian lainnya ditebang untuk bahan bangunan. Agar
Pulau Rote selalu menjadi Nusa Lontas, semoga masyarakat dan pemerintah
daerahnya tidak lupa melakukan penanaman kembali, sehingga manisnya gula
lontar Rote dapat terus dinikmati hingga nanti.

4. LAMPIRAN

Narasumber: Mery Rinandes Christmas Mesah, S.Kom, M.M.

Nomor Telepon: 081332534482

Bentuk komunikasi/ pencarian informasi: Wawancara

You might also like