You are on page 1of 16

Absorption Costing dan Variabel Costing

1. Absorption Costing dan Variabel Costing

Akuntansi manajemen adalah ilmu akuntansi yang berorientasi pada pertanggung jawaban
kepada pihak internal. Pihak internal disini bisa manajer, direktur, karyawan
perusahaan dll. Tentu kosep yang akan dibahas oleh akuntansi manajemen adalah yang
berkaitan tentang biaya-biaya. Ilmu yang dipelajari akan mirip dengan apa yang sudah
kita pelajari dalam akuntansi biaya, namun disini akuntansi biaya merupakan suatu
hibrida (campuran) dari akuntansi manajemen dengan akuntansi keuangan. Singkat cerita
bila kita mempelajari akuntansi manajemen kita akan menemukan ilmu-ilmu akuntansi
yang berkaitan dengan biaya, salah satunya metode Variabel Costing dan Absorption
Costing (Full Costing) .

Variabel costing yaitu Metode yang hanya membebankan biaya manufaktur variabel kepada
produk

Absorption costing sendiri adalah Metode yang membebankan seluruh biaya manufaktur
baik itu variabel cost maupun fixed cost ke dalam produk.

Ditinjau dari hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

1. BOP tetap (Fixed factory overhead cost), Adalah BOP yang sampai tingkat tertentu
jumlahnya konstan, tidak terpengaruh oleh adanya perubahan tingkat produksi.
Contoh: Biaya penyusutan gedung pabrik,PBB pabrik, amortisasi patent dan lain-
lain.
2. BOP variable (Variabel factory overhead cost), Adalah BOP yang jumlahnya
terpengaruh dengan perubahan tingkat produksi volume kegiatan dimana perubahannya
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh : biaya listrik, uang lembur,
biaya bahan bakar, biaya perlengkapan pabrik.
3. BOP semi variable Adalah BOP yang mengandung unsur tetap dan variable. Jumlahnya
terpengaruh oleh perubahan tingkat produksi, tetapi perubahannya tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.

Perbedaan atau pengaruh penggunaan pada Variabel Costing atau Absorption Costing (Full
Costing) yaitu:

Jika kita menggunakan metode variabel costing maka biaya tetapnya hanya diperlakukan
sebagai period cost saja, sedangkan jika menggunakan metode absorption costing maka
biaya tetap yang sebelumnya telah mengalami proses pada periode sebelumnya akan
diakumulasikan kembali pada periode berjalan karena pada metode ini beranggapan
persediaan awal pada periode berjalan telah mengalami proses produksi pada periode
sebelumnya dan itu harus diperhitungkan pada periode berjalan.
Hubungan antara Variabel Costing dan Absorption Costing (Full Costing) dengan laba
adalah jika kita menggunakan metode variabel dan penjualan lebih besar dari produksi
maka laba akan lebih besar jika kita menggunakan variabel costing begitupun sebaliknya.
Maka akan tercipta persamaan sebagai berikut :

1. Penjualan > Produksi > laba absorption costing > laba variabel costing
2. Penjualan < Produksi > laba absorption costing < laba variabel costing
3. Penjualan = Produksi > laba absorption costing= laba variabel costing

Hubungan Produksi, Penjualan dan Laba

Analisis biaya, volume dan laba merupakan sebuah teknik atau alat yang digunakan untuk
mempelajari hubungan antara votume, biaya total, pendapatan total dan laba, analisis
ini sangat berguna bagi perencanaan atau perencanaan laba dalam tahun anggaran
tertentu.

Analisis hubungan BVL tidak hanya bermanfaat untuk organisasi yang berorientasi pada
laba, tetapi juga dapat digunakan untuk organisasi yang tidak berorientasi pada laba.
Organisasi tersebut perlu memahami bagaimana biaya dapat dipengaruhi oleh perubahan
volume kegiatan untuk membantu organisasi dalam mengendalikan biaya.

Dalam melakukan analsis BVL didasarkan pada suatu asumsi bahwa:

Semua biaya dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Jumlah biaya tetap tidak berubah dalam kisaran tertentu dari data yang
dianalisis.
Biaya variabel berubah seiring dengan perubahan dalam volume produk atau kegiatan
dalam kisaran tertentu dari volume yang dianalisis.

Yakni merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menghitung dampak
perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba untuk membantu
manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.

Dengan Analisis Biaya-Volume Laba perusahaan dapat mengambil kebijakan atau langkah-
langkah yang harus diambil dalam rangka untuk mencapai perolehan laba yang diharapkan.

Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi Laba :

1. Volume produk yang dijual, berpengaruh terhadap volume produksi produk atau jasa
tersebut.
2. Harga jual produk,atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk
atau jasa yang bersangkutan.
3. Biaya produksi, adalah biaya yang timbul dari perolehan atau untuk pengolahan
suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.
Analisis biaya, volume dan taba dapat digunakan untuk menentukan titik impas dengan
beberapa pendekatan persamaan matematika, pendekatan contribution margin per unit,
pendekatan contribution margin ratio dan pendekatan grafik.

Anggapan yang Mendasari Analisis Titik Impas:

1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan. Biaya
tetap akan selalu konstan dalam kisaran volume yang dipakai dalam perhitungan
impas, sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan perubahan volume
penjualan.
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual atau
dengan memberikan potongan harga, maka hal ini mempengaruhi hubungan biaya,
volume dan laba.
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan fasilitas
produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan mempengaruhi
hubungan biaya-volume- laba.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku dan
tarif upah menyimpang terlalu jauh dibanding dengan data yang dipakai sebagai
dasar perhitungan impas, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume
laba.
5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
6. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah.

Break even adalah keadaan suatu perusahaan yang pendapatan penjualannya sama dengan
jumlah total biayanya, atau besarnya contribution margin sama dengan total biaya tetap,
dengan kata lain perusahaan tidak memperoleh laba tetapi juga tidak menderita rugi
atau rugi labanya sama dengan nol.

Suatu perusahaan dikatakan break even point apabila setelah dibuat perhitungan rugi
laba dari suatu periode kerja atau dari suatu kegiatan usaha tertentu, perusahaan tidak
memperoleh laba tetapi juga tidak mengalami kerugian. Break even point merupakan suatu
usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain suatu usaha
dikatakan break even jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya atau apabila laba
konstribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Break even point
adalah volume (V) yang jumlah total pendapatan dengan total biaya dan keuntungan adalah
nol.

Berdasarkan devinisi yang telah dikemukakan maka dapalah ditarik suatu kesimpulan bahwa
break even point adalah suatu tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi biaya
operasional, dimana pada titik impas laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol atau
dengan kata lain perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian.
Analisis break even adalah suatu cara atau suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui
pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi, apakah perusahaan yang bersaing
ketat tidak menderita kerugian dan tidak pula memperoleh laba, dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

Untuk mengetahui besarnya tingkat penjualan yang minimum yang harus dilakukan perusahan
agar biaya-biaya yang dikeluarkan dapat dikendalikan dengan tingkat keuntungan atau
laba yang direncanakan dapat dicapai, maka digunakan rumus sebagai berikut :

Dimana:
FC = Biaya Tetap
P = Harga Jual Per Unit
S = Penjualan
VC = Biaya Variabel Per Unit
1 = Konstanta
= Laba yang direncanakan

b. BEP (dalam rupiah)

1. Penggunaan Laporan Variabel Costing, untuk:

1. Evaluasi Kinerja Manajemen

Manejemen kinerja sebagai proses komunikasi yang dilakukan secara terus menerus dalam
kemitraan antara karyawan dengan atasan langsungnya. Proses komunikasi ini meliputi
kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan
dilakukan (Bacal, 1994).

Bagi individu, manfaat manajemen kinerja antara lain dalam bentuk: memperjelas peran
dan tujuan, mendorong dan mendukung untuk tampil baik, membantu pengembangan kemampuan
dan kinerja, peluang menggunakan waktu secara berkualitas, dasar objektivitas dan
kejujuran untuk mengukur kinerja, dan memformulasi tujuan dan rencana perbaikan cara
bekerja dikelola dan dijalankan.

Menurut Costello (1994) manajemen kinerja mendukung tujuan menyeluruh organisasi dengan
mengaitkan pekerjaan dari setiap pekerja dan manajer pada misi keseluruhan dari unit
kerjanya. Seberapa baik kita mengelola kinerja bawahan akan secara langsung
mempengaruhi tidak saja kinerja masing-masing pekerja secara individu dan unit
kerjanya, tetapi juga kinerja seluruh organisasi.
Apabila pekerja telah memahami tentang apa yang diharapkan dari mereka dan mendapat
dukungan yang diperlukan untuk memberikan kontribusi pada organisasi secara efisien
dan produktif, pemahaman akan tujuan , harga diri dan motivasinya akan
meningkat. Dengan demikian, manajemen kinerja memerlukan kerja sama, saling pengertian
dan komunikasi secara terbuka antara atasan dan bawahan.

Terdapat 10 prinsip dasar manajemen kinerja yang dapat menjadi pondasi yang kuat bagi
kinerja organisasi.

1. Menghargai Kejujuran
2. Memberikan Pelayanan
3. Tanggung jawab
4. Dirasakan seperti bermain
5. Adanya perasaan kasihan
6. Adanya perumusan tujuan
7. Terdapat konsensus dan kerja sama
8. Sifatnya berkelanjutan
9. Terjadi komunikasi dua arah
10. Mendapatkan umpan balik

1. Untuk Pelaporan dan Evaluasi Kinerja Segmen

Pelaporan segmen yang berfungsi sebagai laporan tambahan pada


laporan keuangan. Segmen adalah bagian atau aktivitas suatu organisasi dimana para
manajer menginginkan data biaya dan laba dari organisasi tersebut. Segmen antara lain
meliputi divisi organisasi,wilayah pemasaran, toko perindividual, pusat pelayanan,
pabrik manufaktur danlain-lain. Laporan laba rugi tersegmen ini bermanfaat untuk
menganalisis profibilitas usaha dan mengukur kinerja manajer.

Laporan Segmen adalah laporan rugi laba yang menyajikan informasi tentang laporan rugi
laba untuk setiap segmen usaha. Dengan adanya laporan segmen maka akan diketahui
bagaimana kinerja dari masing-masing segmen usaha tersebut. Output dari metode
absorption berupa laporan rugi laba konvensional memberikan informasi untuk penyusunan
laporan segmen, maksudnya laporan rugi laba konventional kita olah lagi dengan
menggunakan analisa perilaku biaya yang menghasilkan laporan segmen.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaporan segmen:

Digunakan laporan laba rugi dengan format kontribusi, yang membedakan biaya
menjadi komponen biaya variabel dan biaya tetap.

Biaya tetap dibedakan menjadi:


Biaya tetap yang dapat ditelusuri(traceable fixed cost)

Adalah suatu biaya tetap yang terjadi dikarenakan keberadaan segmen tersebutjika
segmen tersebut tidak pernah ada, biaya tetap tersebut tidak akan pernah terjadi; dan
jika segmen tersebut dihilangkan, biaya tetap tersebut akan menghilang. Contoh-contoh
biaya tetap yang dapat ditelusuri:

Gaji manajer produk Indomie di Indofood adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri
dari segmen usaha Indomie di PT Indofood Sukses Makmur
Biaya tetap umum (common fixed cost) Adalah biaya tetap yang mendukung operasi
lebih dari satu segmen, tetapi btidak dapat ditelusuri seluruhnya atau sebagian
ke segmen manapun. Meskipun suatu segmen dihilangkan, tidak akan ada perubahan
biaya tetap umum yang sesungguhnya.

Contoh:

Gaji direktur PT Indofood adalah biaya tetap umum dari berbagai Divisi PT Indofood.

Biaya gaji resepsionis kantor yang dibagi bersama dengan sejumlah dokter merupakan
suatu biaya tetap umum dari dokter-dokter tersebut. Biaya tersebut dapat ditelusuri
pada suatu kantor, tetapi tidak pada dokter-dokter secara individu.

Penentuan Margin Segmen diperoleh dengan mengurangkan biaya


tetap dapat ditelusuri untuk suatu segmen dari margin kontribusi segmen. Ini
menunjukkan margin yang tersedia setelah suatu segmen menutup seluruh biayanya.
Margin segmen merupakan ukuran terbaik profitabilitas jangka panjang suatu segmen.

Hambatan pembebanan biaya yang tidak tetap


Agar laporan segmen memenuhi tujuan yang dimaksudkan, biaya harus secara tepat
dibebankan kesegmen. Jika tujuannya adalah menetukan laba yang dihasilkan oleh divisi
tertentu, maka seluruh biaya yang dapat dibebankan pada divisi itu hanya biaya-biaya
itu

1. Biaya Relevan

Biaya relevan adalah biaya masa memdatang dalam berbagai alternatif untuk mengambil
kepoutusan manajemen. Biaya relevan seriring disebut biaya deferensiasial yaitu biaya
yang berbeda beda akibat adanya tingkat priduksi yang berbeda yang mengakibatkan
perbedaan biaya tetap. Kedua jenis biaya hakikatnya sama, yakni berbagai
alternatif biaya yang disebabkan olelh tingkat produksi.

Biaya relevan merupakan hasil pengolahan data historis oleh akuntan intern, oleh ahli
yang lainnya. Ia disebut relevan karena berhubungan erat dengan penaaagambilan
keputusan manajemen. Ia merupakan biaya masa datang karena digunakan untuk menyusun
anggaran, perencanaan laba, dan pengendalian kegiatan yang bertumpu pada priggram
jangka pendek dan jangka panjang.

Mengindentifikasi biaya dan manfaat yang relevan

Hanya biaya yang berbeda secara total di antara yang berbeda secara total di antara
yang berbagai alternatif yang termasuk informasi yang relevan dalam membuat keputusan.
Jika biaya di antara berbagai alternatif sama maka tidak akan memiliki dampak terhadap
biaya dan dapat dia abaikan. Contoh : jika anda memutuskan pergi ke bioskop atau
menyewa video tape. Biasanya biaya yang dilakukan pada keputusan ini di sebut biaya
terhindar (avaoidable cost). Avoidble cost adalah biaya yang dapat dihilangkan baik
seluruhnya ataupun sebagian dengan memilih salah datu alternatif yang ada. Dan biaya
avoidable adalah biaya relevan.

Ada dua kategori biaya yang tidak pernah relevan dalam pembuattan keputusan. Biaya
tidak relevan tersebut adalah:

Sunk cost

Sunk cost adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat di hindari dari apapun
keputusan yang dibuat manajer. Sunk cost akan selalu sama, tidak memiliki pengaruh
terhadap berbagai alternatif yang di pertimbangkan, biay tersebut selalu tidak relevan
dan sebaiknya diabaikan. Sedangkan future cost yang berbeda diantara alternatif yang
tersedia adalahl biaya relevan.

Dalam akuntansi manajerial, istilah biaya terhindar (avoidable cost),biaya diferensial


(diferential cost), incremental cost, dan biaya relevan selalu digunakan secara
bergantian.

Penambahan dan pengurangan lini produk dan segmen lain

Keputusan akan menambah atau mengurangi lini produk atau segmen perusahaan menjadi
bagian sulit yang harus dihadapi oleh manajer. Dalam keputusan seperti itu, beberapa
faktor kuantitatif dan kualitatif harus dipertimbangkan. Pada akhirnya,keputusan final
untuk menambah atau mengurangi segmen perusahaan terutama akan bergantung pada dampak
keputusan tersebut pada laba bersih opoerasi. Untuk menaksir dampak ini, sangant perlu
untuk mrmbuat analisis secara hati hati terhadap biayaapa saja yang digunakan.
1. Metode Pengambilan Keputusan

Yang dimaksud dengan keputusan (decision) adalah berarti pilihan (choice), yaitu
pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan
pilihan, ada perbedaan penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan
adalah pilihan nyata karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk
pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau
kolektif. Mc Grew dan Wilson lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa
suatu keputusan ialah akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label
pengambilan keputusan. Dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktifitas
yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana.

Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan
metode yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali
kerangka yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977). Dengan
kata lain, keputusan mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan
perubahan (Hill,1979).

Pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian yaitu (1) penetapan
tujuan yang merupakan terjemahan cita-cita, aspirasi dan (2) pencapaian tujuan melalui
implementasinya (Inbar,1979). Ringkasnya keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan dan ini semua berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk suksesnya
pengambilan keputusan itu maka sepuluh hukum hubungan kemanusiaan (Siagian,1988)
hendaknya menjadi acuan dari setiap pengambilan keputusan.

A. Proses Pengambilan Keputusan

Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan organisasi
(Brinckloe,1977) yaitu :

(1) Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun
alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap
tujuan organisasi. Sesudah itu memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam
kejadian ke depan, mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap
alternatif-alternatif yang telah dirumuskan dan kemudian menyusun urut-urutannya secara
sistematis sesuai dengan prioritas lalu dibuat keputusan. Keputusan yang dibuat
dianggap optimal karena setidaknya telah memperhitungkan semua faktor yang berkaitan
dengan keputusan tersebut.

(2) Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal
memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing dikembangkan
oleh Simon (Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan terhadap rasionalitas
terbatas (bounded rationality). Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran
yang memaksa orang membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu
terbatas karena pikiran manusia tidak megolakan dan memiliki kemampuan untuk memisahkan
informasi yang tertumpuk.

1. Jenis-Jenis Keputusan Khusus:

1. Keputusan membuat atau membeli dari supplier luar

Keputusan untuk memproduksi sendiri komponen fabrikasi secara internal atau membeli
dari supplier disebut keputusan untuk membuat atau membeli (make or buy decision).
Pada dasarnya, keputusan yang berkaitan dengan integrasi vertikal adalah keputusan
untuk membuat atau membeli karena perusahaan memutuskan untuk memenuhi kebutuhannya
dengan memproduksi sendiri atau membeli dari luar.

Aspek strategis keputusan membuat atau membeli

Dalam mengambil keputusan mebuat atau membeli para manajer harus cermat dalam melakukan
langkah langkah bisnisyang akan mepuanyai dampak besar bagi perusahaan mereka, maka
dari para manajer mempunyai rencana strategis ,misalkan dengan cara integrasi, sebab
cara ini dapat menguntungkan perusahaan dengan cara mengurangi ketergantungan pada
pemasok dan dan perusahaan dapat merancang alur komponen dengan baik dibandingkan
dengan pererusahaan yang tidak melakukan integrasi.

Contoh keputusan untuk membuat atau membeli

Misalnya suatu perusahaan melakukan keputusan membeli atau membuat, maka kita haru
melihat aspek biaya variabelnya (bahan, tenaga kerja, dan overhead variable) sebab
biaya ini merupakan biaya diferensial karena biaya- biaya tersebut dapat dihindari
dengan membeli pemindahan dari pemasok luar. Jika dalam perusahaan itu terdapat badan
penyelia, maka penyelia dapat diberhentikan dan gajinya dapat dihindari dengan membeli
pemindahan, jadi gaji penyelia adalah biaya diferensial dan relevan untuk membuat
keputusan.
Perusahaan mendapat tawaran suku cadang sejenis dari perusahaan lain seharga
Rp. 150/unit. Apabila memproduksi sendiri, biaya produksi per unitnya Rp. 180
Pemilihan alternatif harus memperhatikan biaya relevan dan biaya tidak relevan(
biaya tak terhindarkan dan biaya tenggelam (sunk cost)).
Contoh biaya tenggelam adalah biaya penyusutan (depresiasi), deplesi dan
amortisasi (kecuali penyusutan/deplesi/amortisasi dari aktiva yang akan
digunakan pada masa yang akan datang).
Biaya tenggelam berkaitan dgn masa yang lalu, maka biaya tersebut mrpkan biaya
yg tidak relevan dalam pengambilan keputusan.

Analisis :

Biaya Bahan Baku Rp. 30 Rp.240.000


Biaya Tenaga Kerja
40 320.000
Langsung
Biaya Overhead :

Variabel 10 80.000

Tetap 240.000

Gaji Pengawas
Harga beli dari luar Rp. 150 Rp. 1.200.000
Rp. 110 Rp. 150 Rp. 800.000 Rp. 1.200.000
Selisih
menguntungkan jika Rp. 40 Rp. 320.000
membuat sendiri

Hasil analisis :

Membuat suku cadang sendiri merupakan pilihan yang lebih menguntungkan daripada
jika perusahaan membeli suku cadang dari perusahaan lain.
Biaya penyusutan merupakan biaya tenggelam (termasuk biaya yang tidak relevan).

Sedangkan alokasi biaya yang berasal dari departemen lain merupakan biaya tetap yang
tidak terhindarkan, sedangkan biaya tersebut tidak terpengaruh dgn alternatif yang
dipilih manajemen.

2. Menerima atau menolak pesanan penjualan khusus:


Ada kalanya perusahaan memperoleh pesanan penjualan dengan harga khusus (misalnya,
harga lebih rendah dari harga jual normal) Untuk mengambil keputusan menerima atau
menolak pesanan khusus tersebut, manajemen harus mempertimbangkan pendapatan
diferensial dan biaya diferensial Jika perusahaan beroperasi pada kapasitas penuh,
maka pengerjaan pesanan khusus tersebut akan menyebabkan kenaikan biaya produksi yang
bersifat tetap dan variabel.

Dengan demikian, biaya produksi tetap dan variabel merupakan biaya diferensial yang
harus dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif. Jika operasi perusahaan masih
berada di bawah kapasitas penuh, dan memungkinkan pengerjaan pesanan khusus tersebut
tanpa menambah kapasitas pabrik, maka dalam hal ini biaya produksi yg bersifat variabel
merupakan biaya diferensial. Jika pengerjaan pesanan khusus tsb mengakibatkan kenaikan
biaya usaha, selain biaya produksi yang berubah, biaya usaha tsb juga merupakan biaya
diferensial yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

Contoh Soal :
Perhitungan Rugi-Laba perusahaan sebelum pengerjaan pesanan khusus:

Keterangan Jumlah
Hasil Penjualan : 1.000 X Rp. 2.000 = Rp. 2.000.000
Biaya Produksi :

Variabel : 1.000 X Rp. 1.200 = Rp. 1.200.000

Tetap Rp. 300.000


Rp. 1.500.000
1. 500.000
Laba Kotor

1. 150.000
Biaya Usaha

1. 350.000
Laba Bersih
============

Berdasarkan data tersebut, biaya produksi rata-rata per unit produk adalah Rp.
1.500,- (Rp. 1.500.000 : 1.000). Perusahaan menerima pesanan khusus sebanyak
100 unit dengan harga jual Rp. 1.400 per unit produk. Untuk mengerjakan pesanan
tersebut, perusahaan tidak perlu menambah kapasitas pabrik dan biaya usaha.
Bagaiman keputusan manajemen mengenai pesanan khusus tersebut ?

Penyelesaian :Harga Jual per unit Rp. 1.400 < Biaya Produksi per unit Rp. 1.500
Yang harus diperhatikan :

Manajemen harus memperhatikan informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan


tersebut.
Biaya produksi yang bersifat tetap dan biaya usaha merupakan biaya yang tidak
berubah dalam pemilihan alternatif tersebut, sehingga biaya tersebut tidak perlu
diperhatikan.
Hasil penjualan dan biaya produksi yang bersifat variabel merupakan informasi
yang relevan, karena jumlahnya akan berbeda dalam pemilihan alternatif tersebut.

Perhitungan:

Keterangan Tanpa Pesanan Khusus Dengan Pesanan Khusus Perbedaan


Hasil Penjualan :
1.000 X Rp.2.000 Rp. 2.000.000
1.000 X Rp.2.000
100 X Rp. 1.400 Rp. 2.140.000 Rp. 140.000
Bi.Produksi variabel
1.000 X Rp. 1.200 Rp. 1.200.000
1.100 X Rp. 1.200 Rp. 1.320.000 Rp. 120.000
Margin Kontribusi Rp. 800.000 Rp. 820.000 Rp. 20.000

Biaya tambahan (Incremental cost), yaitu tambahan biaya yang akan terjadi jika suatu
alternatif dipilih (jika pesanan khusus diterima)

Berdasarkan analisis di atas, maka sebaiknya manajemen menerima pesanan penjualan


khusus tsb, karena :

Tambahan pendapatan (Rp. 140.000) lebih besar daripada tambahan biayanya (RP.
120.000).
Dengan mengerjakan pesanan khusus tersebut, margin kontribusi perusahaan (Rp.
820.000), lebih besar dibandingkan jika pesanan khusus tersebut ditolak.

3. Keputusan Mempertahankan atau Menghentikan Suatu Segment

Seringkali seorang manajer harus memutuskan apakah suatu segmen, seperti lini produk,
harus dipertahankan atau dihapus. Laporan segmen yang disusun atas dasar kalkulasi
biaya variabel menyediakan informasi yang berharga bagi keputusan meneruskan-
atau menghentikan (keep-or-drop decisions) ini. Marjin kontribusi segmen dan marjin
segmennya sendiri bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja segmen. Namun, sementara
laporan segmen menyediakan informasi berharga untuk keputusan meneruskan-atau
menghentikan, kalkulasi biaya relevan menggambarkan bagaimana informasi tersebut harus
digunakan agar sampai pada suatu keputusan. Sebagai ilustrasi, mari kita pertimbangkan
sebuah perusahaan yang memproduksi balok-balok beton, bata, dan genteng. Kontroler
perusahaan telah menyusun estimasi laporan laba-rugi berikut untuk tahun 20XY (dalam
ribuan dolar):
Balok Bata Genteng Total
Pendapatan
penjualan 500 800 150
1.450
Dikurangi: Beban
variabel (250) (480) (140) (870)
Marjin
kontribusi 250 320
10 580
Dikurangi beban tetap langsung:
Gaji (37)
(40) (35) (112)
lklan (10)
(10) (10) (30)
Penyusutan (53) (40)
(10) (103)
Total (100)
(90) (55) (245)
Marjin
segmen 150 230 (
45) 335
Dikurangi: Beban tetap
umum (125)
Laba
bersih
210

Proyeksi kinerja lini genteng menunjukkan marjin segmen yang negatif. Ini akan
mencerminkan kinerja lini genteng yang buruk selama tiga tahun berturut-turut. Pimpinan
perusahaan yang peduli dengan kinerja buruk ini, sedang berusaha memutuskan apakah
meneruskan atau menghentikan lini genteng.

Reaksi pertamanya adalah berusaha meningkatkan pendapatan penjualan genteng. Ia sedang


mempertimbangkan promosi penjualan agresif yang diiringi dengan kenaikan harga jual.
Namun, manajer pemasaran menganggap bahwa pendekatan ini Akan sia-sia; pasar sedang
jenuh dan tingkat persaingan terlalu tajam sehingga sulit mengharapkan kenaikan pangsa
pasar perusahaan. Kenaikan harga jual kemungkinan besar hanya akan rnenghasilkan
penurunan pendapatan penjualan.
Meningkatkan profitabilitas lini produk tersebut melalui penghematan biaya juga fidak
memungkinkan. Biaya-biaya sebelumnya telah ditekan selama dua tahun terakhir untuk
mengurangi kerugian sampai tingkat yang diantisipasi saat ini. Pengurangan lebih lanjut
akan menurunkan mutu produk dan merusak penjualan.

1. Produk-Produk bersifat substitusi

Produk substitusi adalah produk-produk yang dapat menjadi alternatif atau memberikan
keuntungan yang sama sehingga dapat menjadi pengganti dari suatu produk. Bahkan menurut
Porter, produk substitusi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi
persaingan dalam industri, selain empat faktor lain kekuatan penawaran supplier,
kekuatan penawaran pembeli, ancaman kompetitor baru, persaingan dengan kompetitor, dan
ancaman dari produk susbtitusi.

Beberapa literatur mendefinisikan produk substitusi yang dapat memberikan ancaman


persaingan tidak langsung, secara berbeda-beda:

Produk substitusi yang menggantikan fungsi produk yang ada. Misalnya gula dan
gula rendah kalori. Apabila ingin membutuhkan pemanis, konsumen dapat memilih
untuk menggunakan gula atau gula rendah kalori. Karena itu, ancaman gula rendah
kalori terhadap gula dapat dikatakan besar.
Produk substitusi yang menggantikan sebagian fungsi produk yang ada. Misalnya
kacamata dengan lensa kontak. Ada konsumen yang lebih menyukai menggunakan
kacamata, namun ada juga yang memilih menggunakan lensa kontak. Namun ada pula
konsumen yang menggunakan keduanya bergantian. Karena itu, ancaman lensa kontak
sebagai substitusi tidak begitu besar.
Produk substitusi terjadi karena konsumen harus memilih karena adanya batasan
finansial, atau lainnya. Misalnya seorang wanita harus memilih antara membeli
tas atau sepatu,, atau misalnya seorang pengunjung yang mencari biskuit menyadari
bahwa stok biskuit habis dan akhirnya membeli wafer.

1. Keputusan Menjual Saat Split Off atau Memproses Lebih Lanjut

Produk gabungan (joint products) memiliki proses yang umum dan biaya produksi sampai
pada titik split-off. Pada titik tersebut, mereka dapat dibedakan. Sebagai contoh,
mineral tertentu seperti tembaga dan emas mungkin terkandung dalam satu biji besi
tertentu. Biji besi tersebut harus ditambang, dihancurkan, dan diolah sebelum tembaga
dan emas dipisahkan. Saat pemisahan inilah yang disebut titik split-off (split-of
point). Biaya penambangan, penghancuran, dan pengolahan berlaku untuk kedua produk.
Seringkali produk gabungan dijual pada titik split-off. Kadangkala lebih menguntungkan
memproses lebih lanjut suatu produk gabungan, setelah titik split-off, sebelum
menjualnya. Penentuan apakah akan menjual atau memproses lebih lanjut (sell or process
further) merupakan suatu keputusan penting yang harus dibuat oleh para manajer.

Sebagai ilustrasi, mari kita pertimbangkan Appletime Corporation, yaitu sebuah


perusahaan besar di bidang pertanian yang menspesialisasikan bisnisnya pada penanaman
apel. Setiap plot lahan menghasilkan kira-kira satu ton apel. Pohon di setiap plot
harus disemprot, dipupuk, disiram, dan dipangkas. Saat apel matang, pekerja disewa
untuk memetiknya. Apel-apel tersebut selanjutnya dikirim ke gudang untuk dicuci dan
disortir. Perkiraan biaya dari semua aktivitas tersebut (termasuk pemrosesan) adalah
$300 per ton per tahun.

Apel disortir menjadi tiga jenis (A, B, dan C) menurut ukuran dan kerusakan. Apel besar
tanpa kerusakan (lecet, terpotong, berlubang, dan seterusnya) disisihkan dalam sate
tempat dan diklasifikasikan sebagai jenis A. Apel kecil tanpa kerusakan disisihkan
dalam tempat kedua dan diklasifikasikan sebagai jenis B. Sedangkan apel yang tidak
termasuk jenis A dan B dimasukkan dalam tempat ketiga dan diklasifikasikan sebagai
jenis C. Setiap ton apel memproduksi 800 pon jenis A, 600 pon jenis B, dan 600 pon
jenis C.

Apel jenis A dijual ke supermarket besar dengan harga $0,40 per pon. Apel jenis 13
dikemas dalam kantongan ukuran 5 pon dart dijual ke supermarket dengan harga $1,30 per
kantong. (Biaya setiap kantongan adalah $0,05.) Apel jenis C diproses lebih lanjut
untuk pembuatan saus apel, yang akan dijual dalam kaleng ukuran 16 ons dengan harga
$0,75 per kaleng. Biaya pemrosesan adalah $0,10 per port apel. Output akhirnya adalah
500 kaleng. Peraga 16-3 mengikhtisarkan seluruh proses di atas.
Suatu jaringan supermarket besar baru-baru ini meminta agar Appletime memasok pai apel
(apple pie) kaleng ukuran 16 ons dengan harga $0,90 per kaleng. Appletime menetapkan
bahwa apel jenis B cocok untuk memenuhi pesanan ini dan mengestimasi bahwa diperlukan
biaya $0,20 per pon untuk memproses apel menjadi pai apel. Outputnya adalah 500 kaleng.

Ketika memutuskan apakah akan menjual apel jenis B pada titik split-off atau
memprosesnya lebih lanjut dan rnenjualnya dalam bentuk pai apel, biaya umum
penyemprotan, pemangkasan, dan seterusnya, adalah tidak relevan. Perusahaan harus
membayar $300 per ton untuk aktivitas ini tanpa memperhatikan apakah apel tersebut
dijual pada titik split-off atau setelah di proses lebih lanjut. Namun, pendapatan
yang diterima dari split-off kemungkinan besar berbeda dari pendapatan yang diterima
apabila apel jenis B dijual dalam bentuk pai apel. Karena itu, pendapatan merupakan
pertimbangan yang relevan. Demikian juga, biaya pemrosesan hanya terjadi apabila proses
lanjutan dilakukan. Karena itu, biaya pemrosesan termasuk relevan.

Karena terdapat 600 pon apel jenis B pada titik split-off, Appletime menjual 120
kantong ukuran lima pon dengan harga per unit bersih $1,25 ($1,30 $0,05). Dengan
demikian, total pendapatan bersih pada titik split-off adalah $150 ($1,25 x 120).
Apabila apel diproses menjadi pai apel, maka total pendapatan adalah $450 ($0,90 x
500). Karena itu, pendapatan inkremental dari proses lebih lanjut adalah $300 ($450
$150). Biaya inkremental pemrosesan adalah $120 ($0,20 x 600 pon). Karena pendapatan
naik sebesar $300 dan biaya hanya naik $120, maka manfaat bersih dari pemrosesan lebih
lanjut adalah $180. Dengan demikian, Appletime hams memproses apel jenis B menjadi pai
apel. Analisisnya diikhtisarkan sebagai berikut:

1. Keputusan Bauran Produk (Product Mix)

Bauran produk (disebut juga variasi produk) merupakan satu set produk dan unit produk
yang ditawarkan penjual bagi pembeli

Misalnya bauran produk Sony terdiri dari : produk audio, produk video, produk komputer,
produk game, produk software (musik/film)

Bauran produk memiliki lebar, panjang, kedalaman dan konsistensinya.

Lini Produk menunjukkan berapa banyak lini produk perusahaan

Panjang bauran produk menunjukkan jumlah unit produk dalam bauran produknya.

Kedalaman bauran produk menunjukkan jumlah variasi yang ditawarkan tiap produk dalam
lini.

Konsistensi bauran produk menunjukkan berapa dekat hubungan lini produk dalam
penggunaan akhirnya, persyaratan produksi, saluran distribusi atau hal lainnya.

You might also like