Professional Documents
Culture Documents
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya
penyusunan laporan analisis kondisi Boezem Morokrembangan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Nieke
Karnaningroem selaku dosen pengajar mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air atas segala ilmu dan
bimbingannya dalam penyusunan laporan ini.
Laporan praktikum ini telah disusun dengan sebaik mungkin. Mohon maaf apabila laporan ini
masih kurang dari kata sempurna, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga tugas ini
dapat memberikan manfaat yang berguna bagi pembaca dan penyusun.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................................2
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................3
2.1 Dissolved Oxygen...............................................................................................................3
2.2 Fungsi Boezem...................................................................................................................7
BAB 3 PEMBAHASAN........................................................................................................................8
3.1 Analisa Dissolved Oxygen (DO) Boezem Moro Krembangan......................................8
3.2 Analisa Kondisi Lingkungan Boezem Moro Krembangan..........................................10
3.3 Hipotesis Analisa Penyebab Pencemaran......................................................................11
BAB 4 KESIMPULAN.........................................................................................................................13
DARTAR PUSTAKA...........................................................................................................................14
iii
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kondisi kekinian Boezem Morokrembangan dan lingkungan sekitarnya.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi Boezem Moro Krembangan saat ini.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
pemberian oksigen melalui saluran pernafasan ( dihirup melalui hidung ). Bagian per sejuta merupakan
satuan jumlah yang sangat kecil. 1ppm = 1 bagian / 1.000.000, jadi air yang mengandung oksigen 80 ppm
= 80 miligram oksigen dalam 1 liter air ( Ridwan, 2006 ).
Oksigen terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang paling kritis pada budidaya ikan.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam kolam selalu mengalami perubahan dalam sehari semalam. Oleh karena
itu, pengelola kolam ikan harus selalu mengetahui atau memantau perubahan konsentrasi oksigen terlarut
di dalam kolamnya. Sumber utama oksigen, terlarut dalam air adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis
biota yang berklorofil yang hidup di dalam perairan. Kecepatan difusi oksigen ke dalam air sangat lambat.
Oleh karena itu, fitoplankton merupakan sumber utama dalam penyediaan oksigen terlarut dalam perairan
(Supangat, 2007).
Oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis
tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan
hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Oksigen terlarut ( Dissolved Oxygen = DO )
dibutuhkan oleh semua jasad hidup. Inilah beberapa manfaatnya yaitu untuk pernapasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
Oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik, sumber
utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas, hasil fotosintesis
organisme yang hidup ( Mulyanto, 2009 ).
Oksigen juga memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen
terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga
menentukan proses biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik,
peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah
nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang
dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas.
Karena proses oksidasi dan reduksi inilah, maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu
mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan
untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga ( Nontji, 2002 ).
Oksigen dan karbondioksida yang terlarut di air laut mempunyai arti penting dalam emtabolisme.
Kelarutan gasgas dalam air laut adalah suatu fungsi dari suhu, makin rendah suhu makin besar
kelarutannya. Oleh karena itu, makin dingin suatu badan air, makin banyak oksigen yang dapat
diakndungnya. Kelarutan gas di dalam air tidak begitu besar. Pada permukaan air laut hingga kedalaman
10 20 meter, kandungan oksigen memperlihatkan jumlah yang maksimum karena kegiatan fotosintesis
tumbuh tumbuhan dan difusi oksigen dari atmosfer sedangkan di lapisan dalam sumber O2 berasal dari
Singking Water dari daerah kutub ( Hutabarat dan Evans, 2006 ).
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang
dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena
adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya
kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan
kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan
anorganik. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan
aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan
dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen
dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut
(Nontji, 2002).
Kandungan oksigen terlarut ( DO ) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak
tercemar oleh senyawa beracun ( toksik ). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup
mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm
selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa
kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut. Agar ikan dapat
hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm ( part per million ) ( Illahude,
1999 ).
Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen
terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah
yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk
mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar
oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang
akan mati. Penyebab bau busuk dari air yang tercemar berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil
proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob ( Hutabarat dan Evans, 2006 ).
Dissolved Oxygen atau dalam bahasa Indonesia disebut oksigen terlarut merupakan jumlah
kandungan oksigen yang terkandung dalam suatu perairan. Oksigen tersebut dapat berupa hasil dari
fotosintaesis tumbuhan akuatik. Oksigen ini sangat diperlukan oleh organisme yang hidup di dalam air.
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan yang vital bagi kelangsungan hidup organisme suatu perairan.
Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan
kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesien pengambilan oksigen oleh biota
laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya. Umumnya
oksigen dijumpai di lapisan permukaan karena oksigen dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut
( berdifusi ke dalam air laut ). Phytoplankton juga membantu meningkatkan kadar oksigen terlarut pada
siang hari. Penambahan ini disebabkan oleh terlepasnya gas oksigen sebagai hasil fotosintesis. Oksigen
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan.
Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesiensi pengambilan oksigen oleh biota
laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya (Hutabarat
dan Evans, 2006).
Proses Penambahan Oksigen ( aerasi ) merupakan suatu usaha penambahan konsentrasi oksigen
yang terkandung dalam air limbah, agar proses oksidasi biologi oleh mikroba akan dapat berjalan dengan
baik. Dalam prakteknya terdapat 2 cara untuk menambahkan oksigen ke dalam air limbah, yaitu :
a. Memasukkan udara ke dalam air limbah.
Yaitu proses memasukkan udara atau oksigen murni ke dalam air limbah melalui benda porous atau
nozzle. Nozzle tersebut diletakkan di tengah tengah sehingga akan meningkatkan kecepatan kontak
gelembung udara tersebut dengan air limbah, dan proses pemberian oksigen akan berjalan lebih cepat.
Oleh karena itu, biasanya nozzle ini diletakkan pada dasar bak aerasi. Udara yang dimasukkan adalah
berasal dari udara luar yang dipompakan ke dalam air limbah oleh pompa tekan.
b. Memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen.
Adalah cara mengontakkan air limbah dengan oksigen melalui pemutaran baling baling yang
diletakkan pada permukaan air limbah. Akibat dari pemutaran ini, air limbah akan terangkat ke atas
dan dengan terangkatnya maka air limbah akan mengadakan kontak langsung dengan udara sekitarnya
( Luluk Edahwati dan Suprihatin, 2014 ).
Aerasi merupakan proses penambahan oksigen ke dalam air sehingga dapat menimbulkan reaksi
oksidasi Fe dan Mn yang kemudian akan menyebabkan endapan Fe(OH)3 dan MnO2. Metode aerasi
memiliki beragam variasi. Salah satunya adalah aerasi cascade. Mangan dan besi yang terlarut dalam air
dapat dihilangkan dengan cara aerasi, yaitu mengontakkan air dengan oksigen sehingga mangan dan besi
mengalami oksidasi yang menyebakan mangan dan besi dapat mengendap. Alat yang digunakan untuk
aerasi disebut dengan aerator ( Sri Hastutiningrum, dkk, 2015 ).
Aerator adalah alat untuk mengontakkan oksigen dari udara dengan air agar zat besi atau mangan
yang ada di dalam air baku bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa ferri ( Fe valensi 3 ) serta mangan
oksida yang relatif tidak larut di dalam air. Kecepatan oksidasi besi atau mangan dipengaruhi oleh pH air.
Umumnya semakin tinggi pH air kecepatan reaksi oksidasinya makin cepat. Kadang-kadang perlu waktu
tinggal sampai beberapa jam setelah proses aerasi agar reaksi berjalan tergantung dari karakteristik air
bakunya ( Said, 2005 ).
Aerator cascade merupakan salah satu alat untuk aerasi dengan sistem gravitasi. Prinsip kerja
aerator cascade adalah melewatkan air ada plat atau lempengan yang disusun berundak seperti anak tangga.
Air yang turun melewati cascade tersebut akan kontak dengan oksigen di udara. Pada aerator cascade teknis
pembuatannya cukup sederhana dengan biaya tidak terlalu mahal dan mudah dilaksanakan, yaitu air
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
dilewatkan pada susunan penampang bertingkat secara gravitasi. Metode aerator cascade ini mampu
menaikkan oksigen 60-80 % dari jumlah oksigen yang tertinggi pada air. Pada dasarnya aerator cascade
terdiri dari 4 sampai 6 step, dengan ketinggian tiap step kurang lebih 30 cm dengan kecepatan 0,01 m3/detik
per m2. Keuntungan aerator cascade adalah alatnya yang sederhana dan mudah diaplikasikan serta mudah
dalam perawatan. Namun salah satu kelemahannya adalah membutuhkan lahan yang cukup luas ( Hartini,
2012 ).
Suplai tambahan oksigen dari aerator memenuhi ketercukupan kebutuhan oksigen bakteri dan alga
sehingga bakteri mampu bekerja mendekomposisi bahan organik bahkan ketika malam hari tanpa
mengganggu proses respirasi dari alga. Kadar oksigen yang ada dalam reaktor masih mencukupi untuk
bakteri melakukan dekomposisi bahan organik dan alga dalam melakukan respirasi ( Agus Slamet, dkk,
2016 ).
Berdasarkan kandungan ( oksigen terlarut ), maka pengelompokan kualitas perairan air laut dapat
dibagi menjadi empat macam yaitu tidak tercemar (> 6,5 mgr/l ), tercemar ringan (4,5 6,5 mgr/l),
tercemar sedang (2,0 4,4 mgr/l) dan tercemar berat (< 2,0 mgr/l) ( Odum, 1971 ).
BAB 3
PEMBAHASAN
1
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
Titik sampling yang diambil adalah titik 1 dan 2 pada gambar tampak atas boezem. Adapun langkah
analisa DO pertama kali adalah melakukan sampling di kedua titik tersebut. Sampling dilakukan dengan
teknik grab sampling dengan menggunakan bantuan ember dikarenakan tidak memungkinkan turun
langsung ke lokasi. Setelah diambil menggunakan ember, sampel dimasukkan ke dalam botol winkler
hingga penuh dan tidak ada udara di dalamnya.
Selanjutnya, sampel air diberikan larutan pereaksi oksigen sebanyak 5 tetes dengan menggunakan
pipet tetes. Lalu ditambahkan larutan MnSO4 sebanyak 5 tetes juga ke dalam botol winkler lalu dikocok
dan didiamkan sampai muncul endapan. Tujuan dari penambahan larutan pereksi oksigen adalah untuk
mengikat oksigen yang terdapat di dalam air. Sementara MnSO4 berfungsi sebagai pereduksi zat-zat
organik yang terdapat di dalam air.
Setelah itu, ditambahkan larutan H2SO4 4N sebanyak 5 tetes dengan tujuan untuk melepaskan
molekul I2 yang ekuivalen dengan jumlah oksigen terlarut di dalam air. Setelah itu dikocok sampai endapan
hilang. Idealnya, pelepasan iodin ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi warna kekuningan.
Namun pada percobaan kali ini, sampel tidak mengalami perubahan warna. Hanya, endapan di awal hilang
akibat penambahan H2SO4 4N. Tidak terjadinya perubahan warna mengindikasikan nilai DO yang kecil.
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
Kemudian, dilakukan penambahan amilum sebagai indikator perubahan warna sebanyak 3 tetes.
Amilum berfungsi sebagai indikator adanya kandungan DO di dalam sampel yang ditandai dengan
perubahan sampel menjadi warna biru. Namun pada percobaan ini, setelah penambahan amilum, tidak
terjadi perubahan warna. Hal ini mengindikasikan bahwa kadar DO di 2 titik sampel adalah 0 dan air di
dalamnya bersifat toksik (racun).
Adapun boezem sendiri mengeluarkan bau yang tidak sedap terhadap lingkungan sekitar. Bau ini
berasal dari dalam boezem itu sendiri yang sebagian besar wilayahnya terdapat banyak sampah yang diduga
kebanyakan adalah sampah domestik dari penduduk sekitar. Kondisi yang amat mengenaskan dapat dilihat
pada bagian ujung kanan boezem yang mana sampah sudah sangat menumpuk hingga mengakibatkan
pencemaran. Di sekitaran sampah itu juga ditumbuhi tanaman eceng gondok. Tanaman eceng gondok
mengindikasikan adanya pencemaran serta dapat menutup oksigen yang akan masuk ke dalam boezem.
Lebih parahnya lagi, terdapat endapan dari sampah telah membentuk delta di dalam boezem itu sendiri.
Secara umum, kondisi lingkungan di sekitar Boezem Moro Krembangan adalah cukup tercemar
dikarenakan adanya pencemaran udara melalui bau yang dihasilkan dari boezem tersebut. Sementara pada
wilayah perairannya dapat digolongkan sangat tercemar akibat banyaknya tumpukan sampah. Selain itu
turbiditas (kekeruhan) yang tinggi juga menyebabkan kondisinya semakin tercemar.
Pencemaran yang terjadi di wilayah Boezem Moro Krembangan tentu saja tidak terjadi begitu saja.
Rendahnya kadar DO di boezem ini tentu saja disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor tersebut
diantaranya :
1. Suhu
Analisa DO dilakukan pada siang hari (13.30), dan cuaca pada saat itu cukup panas. Meskipun
sempat terjadi gerimis kecil, namun tidak banyak berdampak kepada kandungan DO. Semakin tinggi suhu,
akan semakin turun kadar DO di dalam air. Peningkatan suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi
oksigen sekitar 10. Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik tergantung spesies, ukuran,
jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu, dan lain-lain.
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
2. Limbah Domestik
Sebagian wilayah dari boezem memiliki tumpukan sampah yang sangat banyak. Akibat
penumpukan yang begitu lama, lindih sampah ini masuk ke dalam air dan terbawa ke aliran. Kejadian ini
terjadi terus menerus dan mengakibatkan terjadinya akumulasi zat pencemar.
3. Turbiditas (Kekeruhan)
Turbiditas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sampai seberapa jauh cahaya mampu
menembus air, dimana cahaya yang menembus air akan mengalami pemantula oleh bahan-bahan
tersuspensi dan bahan koloidal. Satuannya adalah Nephelometric Turbidity Unit (NTU), dimana 1 NTU
sama dengan turbiditas yang disebabkan oleh 1 mg/l SiO2 dalam air. Dalam danau atau perairan lainnya
yang relatif tenang, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan koloid dan bahan-bahan hakus yang
terdispersi dalam air. Dalam sungai yang mengalir, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan-bahan kasar
yang terdispersi. Biasanya jika kekeruhan cukup tinggi, maka DO yang terkandung dalam perairan tersebut
rendah. Selain itu, turbiditas penting bagi kualitas air permukaan, terutama berkenaan dengan pertimbangan
estetika, daya filter, dan disinfeksi. Air di Boezem Moro Krembangan tergolong memiliki turbiditas yang
tinggi.
4. Kecepatan Arus
Arus merupakan suatu gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal dan vertikal massa
air. Arus merupakan faktor ekologis yang penting terutama pada perairan yang arusnya cukup tinggi. Arus
dapat mempengaruhi distribusi gas terlarut, garam, dan makanan serta organisme dalam air. Kecepatan arus
tergantung kemiringan dasar, lebar, kedalaman, dan debit air. Karena termasuk ke dalam perairan tenang,
maka Boezem Morokrembangan ini memiliki arus yang sangat lambat. Semakin lambat arus, akan semakin
sulit melakukan proses purifikasi sehingga tidak dapat menguraikan kandungannya. Hal ini membuat DO
menjadi rendah.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Kondisi dari Boezem Moro Krembangan saat ini adalah dalam keadaan tercemar. Hal ini dapat
dilihat dari hasil analisa DO yang menunjukkan bahwa kandungan DO di dalam airnya sudah 0 (keadaan
toksik). Selain itu, pencemaran yang terlihat secara kasat mata adalah banyaknya sampah di dalam boezem
yang menimbulkan bau tidak sedap ke lingkungan.
2. Penyebab terjadinya pencemaran di dalam boezem (penyebab DO=0) antara lain adalah karena
suhu, limbah domestik, kecepatan arus, dan turbiditas. Sementara untuk penyebab banyaknya sampah di
dalam boezem dikarenakan belum adanya kesadaran dari masyarakat serta belum adanya sistem yang
mengikat.
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
DAFTAR PUSTAKA
Edahwati, Luluk dan Suprihatin. 2014. Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi, dan Filtrasi pada Pengolahan
Air Limbah Industri Perikanan. Jawa Timur : UPN Veteran.
Hartini, Eko. 2012. Cascade Aerator dan Buble Aerator dalam Menurunkan kadar Mangan Air Sumur
Gali. Jurnal Kesehatan Masyarakat (8)(1) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro,
Semarang.
Hastutiningrum, Sri, dkk. 2015. Penurunan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Dalam Air Tanah dengan
Metode Aerasi Conventional Cascade dan Aerasi Vertical Buffle Channel Cascade. Yogyakarta :
Teknik Lingkungan.
Hutabarat dan Evans., 2000. Pengantar Oseanografi. Jakarta : Universitas Indonesia-Press.
Illahude, A.Gani. 1999. Pengantar Oseanografi Fisika. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Mulyanto. 2009. Oksigen Terlarut Dalam Air. Jakarta : Universitas Indonesia.
Nontji, Anugerah. 2002. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT. Gramedia.
Odum, E. P., 1971. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ridwan. 2006. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah
Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jakarta.
Said, Nusa I. 2005. Metoda Penghilangan Zat Besi dan Mangan di dalam Penyediaan Air Minum Domestik.
Jurnal Teknologi Volume 1 Nomor 3 BPPT.
Slamet, Agus dkk. 2016. Efek Aerasi Terhadap Dominasi Mikroba dalam Sistem High Rate Algae Pond (
HRAP ) untuk Pengolahan Air Boezem Monokrembangan. Surabaya : Institute Teknologi Sepuluh
Nopember.
Supangat, Agus. 2000. Pengantar Oseanografi. Bandung : Institute Teknologi Bandung.