You are on page 1of 17

TEORI AKUNTANSI

EARNINGS MANAGEMENT

Disusun Oleh :
Kelompok 10 (Kelas H)
Putri Army Lerizki 2013310302
Annisa Rizki 2013310339
Jane Adriana 2013310363

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2015

1
DAFTAR ISI

11.1 IKHTISAR.........................................................................................................3
11.2 POLA DALAM MANAJEMEN LABA..........................................................4
11.3 TUJUAN EARNINGS MANAGEMENT UNTUK MENDAPATKAN
BONUS..............................................................................................................6
11.4 MOTIVASI LAIN PADA EARNINGS MANAGEMENT.............................7
11.4.1 MOTIVASI KONTRAK.........................................................................................7
11.4.2 MEMENUHI MOTIVASI EKSPEKTASI LABA INVESTOR DAN MEMPERTAHANKAN
REPUTASI...........................................................................................................8
11.4.3 INITIAL PUBLIC OFFERINGS...............................................................................9
11.5 SISI BAIK EARNINGS MANAGEMENT...................................................10
11.5.1 MEMBUKA KOMUNIKASI YANG DIBLOK/TERHAMBAT.....................................................10
11.5.2 BUKTI EMPIRIS SISI BAIK EARNINGS MANAGEMENT......................................................11
11.6 SISI BURUK DARI EARNINGS MANAGEMENT...................................13
11.6.1 MANAJEMEN LABA OPORTUNISTIK.....................................................................................13
11.6.2 APAKAH MANAJER MENERIMA PASAR SEKURITAS EFISIEN?.........................................15
11.6.3 IMPLIKASI BAGI AKUNTAN....................................................................................................16
11.7 KESIMPULAN EARNINGS MANAGEMENT..........................................16
11.1 IKHTISAR
Scott (2003:369) mendefinisikan earning management sebagai pilihan
yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk
mencapai beberapa tujuan tertentu. Konsep manajemen laba menggunakan
pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa praktek
manajemen laba dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen
(agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha
untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya.
Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu
semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga
menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak pemilik
(principal) termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya
dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara
lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.
Konflik kepentingan semakin meningkat temtama karena pemilik (principal)
tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan
bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham
(pemilik).
Dalam hubungan keagenan, pemilik (principal) tidak memiliki
informasi yang cukup tentang kinerja agen. Agen mempunyai lebih banyak
informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara
keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan
informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan
informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi
bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri,
mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang
dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui
pemilik (principal).
Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara
principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya kepada principal* terutama jika informasi tersebut berkaitan

3
dengan pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut
adalah yang disebut sebagai earning management.
Menurut Healy dan Wahlen menyatakan bahwa manajemen laba terjadi
ketika para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan
dan dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan
keuangan baik untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholder
tentang kinerja ekonomis perusahaan, ataupun untuk mempengaruhi hasil
kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka earning management adalah
suatu usaha atau upaya mengatur pendapatan atau keuntungan untuk
kepentingan-kepentingan tertentu yang dilandasi oleh faktor-faktor ekonomi
tertentu. Ada dua cara memahami earning management yaitu sebagai berikut:
1. Memandang manajemen laba sebagai perilaku oportunistik manajer
untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak
kompensasi, utang, dan kos politik.
2. Memandang manajemen laba dari perspektif kontrak efisien, artinya
earning management memberi fleksibilitas bagi manajer untuk
melindungi diri dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian
tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Dengan demikian, manajer mungkin dapat mempengaruhi nilai pasar


perusahaannya melalui earning management. Menurut Watt dan Zimmerman
tujuan yang akan dicapai oleh manajemen melalui earning management
meliputi: mendapatkan bonus dan kompensasi lainnya, mempengaruhi
keputusan pelaku pasar modal, menghindari biaya politik.

11.2 POLA DALAM MANAJEMEN LABA


Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi
waktu, jumlah, atau makna transaksi dalam pelaporan keuangan dengan
melakukan pemilihan metode akuntansi dan accounting judgment. Menurut
Scott (2003:383) berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam earning
management adalah:
1. Taking a Bath
Terjadinya taking a bath pada periode yang menjenuhkan atau
reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru. Bila pemsahaan hams
melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan laba

4
yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan
harapan laba yang akan datang dapat meningkat. Bentuk ini mengakui
adanya biaya pada periode yang akan datang sebagai kerugian pada
periode berjalan, kelika kondisi buruk yang tidak menguntungkan tidak
dapat dihindari pada periode tersebut. Untuk itu manajemen harus
menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan biaya yang
akan datang pada saat ini serta melakukan clear the desk sehingga laba
yang dilaporkan di periode yang akan datang meningkat.
2. Income Minimization
Bentuk ini mirip dengan "taking a bath", tetapi lebih sedikit
ekstrim, yakni dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang
tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak
berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada
saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak
mendapat perhatian secara politis, kebijakan yang diambil dapat berupa
penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan
pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk
biaya eksplorasi.
3. Income Maximization
Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi
untuk tujuan bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang
didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi
data akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan
pembayaran bonus tahunan. Jadi tindakan ini dilakukan pada saat laba
menurun. Perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang
mungkin akan memaksimalkan pendapatan.
4. Income Smoothing
Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan
dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan
eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih
menyukai laba yang relatif stabil.

11.3 TUJUAN EARNINGS MANAGEMENT UNTUK MENDAPATKAN


BONUS
Sebuah catatan oleh Healy (1985) yang berjudul The Effect of
Bonus Schemes on Accounting Decisions, is a seminal investigation of a

5
contractual motivation for earnings management. Efek skema bonus keputusan
akuntansi adalah investigasi motivasi kontrak pengelolaan pendapatan. Healy
mengamati bahwa manajer memiliki informasi dari dalam pada pendapatan
bersih perusahaan sebelum pengelolaan pendapatan atau laba. Penelitian Healy
(1985) menggunakan pendekatan program bonus manajemen, yaitu bahwa
manajer akan memperoleh bonus secara positif ketika laba berada di antara
batas bawah (bogey) dan batas atas (cap). Ketika laba berada di bawah bogey
manajer tidak mendapatkan bonus, dan ketika laba berada diatas cap manajer
hanya mendapatkan bonus tetap.
Catatan Healy didasarkan pada teori akuntansi positif. catatan
tersebut mencoba untuk menjelaskan dan meramalkan aneka pilihan para
manajer penentu kebijakan akuntansi. Lebih rinci, hal tersebut adalah suatu
perluasan bonus untuk merencanakan hipotesis, negara yang para manajer
perusahaannya mendapatkan bonus akan memaksimalkan laba. Dengan
pemandangan lebih lekat di struktur pola bonus, Healy sampai pada ramalan
yang lebih spesifik bagaimana dan dalam keadaan apa para manajer akan
terlibat dalam manajemen laba jenis ini.
Alasan Bonus (bonus scheme). Adanya asimetri informasi mengenai
keuangan perusahaan menyebabkan pihak manajemen dapat mengatur laba
bersih untuk memaksimalkan bonus mereka. Motivasi bonus merupakan
dorongan manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya
untuk memperoleh bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer
perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin menggunakan metode-
metode akuntansi yang meningkatkan income yang dilaporkan pada periode
berjalan.
Studi Healy telah terbatas pada perusahaan Rencana Ganti-Rugi siapa
didasarkan pada pendapatan neto dilaporkan sekarang saja. Ini disebut rencana
bonus untuk sisa bagian ini. Kita juga melihat bahwa, karena alasan
pengurangan risiko, pola bonus mempunyai nilai lebih. Untuk kemungkinan
pengendalian risiko yang mungkin berlebihan, mereka bisa juga mempunyai
solusi. Manajer akan meningkatkan net income perusahaan untuk
memaksimalkan bonus yang mereka terima.
Bagaimana manajer mengolah laba bersih? Healy mengasumsikan
bahwa manajer menggunakan metode akrual. Dengan formula:

6
Laba Bersih = Arus kas berasal dari keg. Operasi Akrual Bersih
Ini dapat dipecah menjadi:
Laba Bersih = Arus kas berasal dari keg. Operasi Akrual Non-
Diskresioner Bersih Akrual Diskresioner Bersih
Asumsi penjelasan untuk empat poin akrual, sebagai berikut:
Beban Amortisasi beban amortisasi tahunan yang ditetapkan
oleh kebijakan amortisasi perusahaan dan mengestimasikan
manfaat ekonomis asset.
Kenaikan pada Piutang Usaha Bersih berasumsi bahwa ini
berasal dari penurunan penyisihan piutang tak tertagih, yang
dihasilkan dari perkiraan konservatif dikurang dari tahun-tahun
sebelumnya.
Kenaikan pada Persediaan berasumsi bahwa ini berasal dari
perusahaan manufaktur yang kuat pada saham selama periode
kapasitas produksi yang berlebih. Hasilnya adalah termasuk
biaya overhead dalam persediaan tetap daripada sebagai
penambahan beban volume yang bervariasi yang
menguntungkan.
Penurunan pada Utang Usaha dan Kewajiban Akrual
berasumsi bahwa ini berasal dari perusahaan yang lebih optimis
tentang klaim garansi pada produk-produknya dari yang telah di
tahun-tahun sebelumnya.

11.4 MOTIVASI LAIN PADA EARNINGS MANAGEMENT

11.4.1 Motivasi Kontrak


Motivasi kontrak atas terjadinya manajemen laba dikaitkan
dengan penggunaan data akuntansi dalam memonitor dan meregulasi
kontrak atas perusahaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan
(stakeholders). Secara eksplisit maupun implisit, kontrak-kontrak yang
berjenis kompensasi manajemen banyak dikaitkan dengan kinerja
keuangan perusahaan. Ada alasan khusus yang menyebabkan mengapa
manajemen laba terjadi dalam konteks kontrak yaitu baik kreditor
maupun komite kompensasi yaitu komite yang menyiapkan berkas
kontrak antara manajer perusahaan, merasa bahwa upaya
mengungkapkan ada tidaknya manajemen laba adalah upaya yang
mahal dan membutuhkan waktu. Kondisi ini seakan menjadi

7
pendorong bagi manajer untuk melakukan manajemen laba.
Ada 2 tujuan untuk menggambarkan earning management dari
sisi kontrak, yaitu:
Kontrak antara manajer dengan perusahaan
Dalam hal ini perusahaan memberi kebebasan bagi
manajer untuk melakukan earning management dengan tujuan
agar target perusahaan dapat tercapai. Untuk mencapai tujuannya
perusahaan menawarkan bonus bagi prestasi manajer yang dapat
mencapai target perusahaan.
Kontrak antara perusahaan dengan kreditur
Kontrak hutang antara perusahaan dengan kreditur pada awal
kontrak telah ditentukan adanya persyaratan-persyaratan tertentu
antara perusahaan dengan kreditur. Adanya pelanggaran pada
persyaratan kontrak akan menyebabkan perusahaan lerkena
penalties. Oleh sebab itu untuk menghindari adanya penalties
perusahaan cenderung meningkatkan pendapatan.

11.4.2 Memenuhi Motivasi Ekspektasi Laba Investor dan Mempertahankan


Reputasi
Pengharapan dari investor bisa dalam berbagai bentuk dan
cara. Sebagai contohnya, kemungkinan bisa didasarkan kepada laba
dari periode yang sama pada tahun sebelumnya atau analisa terkini atau
perkiraan yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan yang menawarkan laba lebih besar dari nilai yang
diharapkan secara tipikal akan menikmati peningkatan share price
secara signifikan, sejalan dengan revisi investor pada probabilitas
mereka dari performa baik di masa mendatang. Sebagai kebalikannya,
maka perusahaan dengan kejutan laba negative akan mengalami
penurunan share price secara signifikan. Bartov, Givoly, dan Hayn
(2002) dalam studinya, mendokumentasikan mengenai return dari
share abnormal yang secara signifikan untuk perusahaan perusahaan
yang melebihi perkiraan analisa laba terbaru dari mereka, yang relative
terhadap perusahaan yang mengalami kegagalan dalam memenuhi
perkiraan analisa laba.

8
Skinner dan Sloan (2002), mendokumentasikan negative share
returns untuk perusahaan perusahaan yang mengalami kegagalan
memenuhi perkiraan laba mereka. Nilai ini secara signifikan adalah
lebih besar jika dibandingkan dengan return positif dari perusahaan
yang mampu melebihi perkiraan laba mereka. Hal ini menunjukkan
bahwa pasar akan memberikan penalti kepada perusahaan yang
mengalami kegagalan untuk memenuhi pengharapan dibandingkan
dengan reward yang mereka terima ketika melebihi ekspektasi.
Tentunya, para manajer yang kehilangan laba yang yang
diharapkan bisa menawarkan penjelasan. Beberapa penjelasan jelas
menghadapi masalah perusahaan. Kegagalan memenuhi laba yang
diharapkan investor memiliki konsekuensi yang serius. Ada akibat
langsung terhadap harga saham perusahaan dan biaya modal yang
muncul ketika investor merevisi probabilitas mereka terhadap kinerja
masa akan datang. Dan juga ada akibat tidak langsung melalui reputasi
manajer. Konsekuensinya, memenuhi ekspektasi laba dan
mempertahankan reputasi adalah dorongan manajemen laba yang kuat.

11.4.3 Initial Public Offerings


Berdasarkan definisinya, perusahaan yang melakukan IPO
masih belum mempunyai harga pasar. Hal ini menimbulkan pertanyaan
tentang bagaimana menilai saham dari perusahaan tersebut. Oleh
karena itu, informasi akuntansi keuangan yang dimasukkan kedalam
prospektus menjadi sumber informasi yang berguna. Contohnya,
Clarkson, Dontoh, Richardson dan Sefcik (1992) menemukan
temuan/bukti empiris bahwa pasar memberikan respon secara positif
kepada peramalan earnings sebagai sinyal nilai perusahaan. Hal ini
menimbulkan kemungkinan bahwa manajer dari perusahaan yang go
publik mengelola earnings yang dilaporkan dalam prospektusnya
dengan harapan untuk menerima harga yang lebih tinggi untuk saham
mereka.
Initial Public Offering (IPO) adalah penawaran perdana saham
oleh perusahaan yang hendak go public kepada investor yang berminat,

9
dengan melakukan IPO perusahaan yang awalnya berbentuk privat
maka menjadi perusahaan yang go public.
Fan (2007), berdasarkan sampel yang berbeda menemukan
bahwa manajer mengelola laba yang tinggi untuk tujuan IPO, dan
pembalikan akrual berikutnya mengurangi laba di masa depan. Hal ini
menyarankan investor secara rasional mengantisipasi kehadiran
perusahaan IPO yang melakukan earning management dan membangun
antisipasi kedalam jumlah yang mereka bayar untuk saham IPO.

11.5 SISI BAIK EARNINGS MANAGEMENT

11.5.1 Membuka Komunikasi yang Diblok/Terhambat


Konsep komunikasi yang terhambat/diblokir berasal dari
Demski dan Sappington (1987a) (DSa). Secara frekuen, maka agen
yang memperoleh informasi yang dispesialiasikan sebagai bagian dari
keahlian mereka, dan jenis informasi ini kemungkinan besar akan
bernilai untuk berkomunikasi kepada pelaku utama, yakni membuka
komunikasi yang di terhambat diantara perusahaan/manajer dengan
pemilik perusahaan atau investor.
DSa menunjukkan kehadiran dari komunikasi yang diblokir
yang bisa menurunkan efisiensi dari kontrak agen, karena agen
kemungkinan akan kekurangan perolehan informasi dan
berkompensasi dengan bertindak. Jika hal ini terjadi, maka pelaku
utama akan menerima insentif untuk mencoba mengeliminasi atau
menurunkan blockade informasi.
Ada beberapa cara untuk mengurangi blockade. Gu dan Li
(2007) melaporkan sebuah reaksi peningkatan pasar yang positif
terhadap pengungkapan strategi bisnis oleh perusahaan yang
berteknologi tinggi ketika pengungkapan didahului oleh isyarat
kepercayaan dalam manajemen perusahaan, yaitu pembelian saham.
Pengungkapan barisan item mengurangi kemampuan manajer untuk
menggunakan earnings management untuk mencapai perkiraan, dengan
demikian kecurigaan investor bahwa perkiraan mungkin dinaikkan.
Pada konteks ini, earnings management juga dapat sebagai alat
mengurangi blockade. Pembukaan atas informasi manajer melalui

10
akrual diskresioner yang membuat hasil yang diinginkan memiliki
kepercayaab. Pasar mengetahui bahwa para manajer akan bertindak
gila-gilaan untuk melaporkan laba yang tinggi daripada menahannya.
DSb menunjukan bahwa arus kas operai, atau beberapa pengukuran
kinerja tidak terolah lainnya seperti laba sebelum item yang tidak biasa,
menyatakan beberapa informasi tentang kinerja perusahaan di masa
depan. Namun, manajemen memiliki informasi tambahan tentang
kinerja masa depan, seperti strategi perusahaan yang baru, perubahan
karakteristik perusahaan, atau perubahan kondisi pasar. Walaupun
hampir relevan, informasi tersebut cukup kompleks karena komunikasi
tersebut diblokir.
Chen, Hemmer, dan Zhang (2007) menganalisa suatu model
yang mengilustrasikan interaksi antara peran penginformasian investor
terhadap earnings management yang hanya didiskusikan dan
dampaknya atas kontrak kompensasi.
CHZ lalu mengenalkan akuntansi konservatif. Akuntansi
konservatif menurunkan efisiensi kontrak. Pada waktu yang sama,
akuntansi konservatif mengurangi kebutuhan menaikan earnings
management.

11.5.2 Bukti Empiris Sisi Baik Earnings Management


Subramanyam (1996) menyediakan beberapa bukti pada isu ini.
Dia membagi akrual kedalam komponen diskresioner dan komponen
non-diskresioner, menggunakan model Jones. Subramanyam
menemukan, setelah pengendalian terhadap efek arus kas operasi dan
akrual non-diskresioner pada pengembalian saham, konsisten dengan
para manajer, rata-rata, menggunakan earnings management secara
bertanggungjawab untuk mengungkapkan informasi bagian dalam
tentang laba masa depan.
Xie (2001) menggunakan model Jones untuk mengestimasi
akrual diskresioner dan non-diskresioner untuk setiap perusahaan yang
diobservasi. Lalu estimasi kehadiran dari dua komponen akrual
tersebut. Sebagaimana yang dapat kita prediksi, dia menemukan bahwa
kehadiran dari akrual diskresioner kurang dari non dikresioner. Dengan

11
kata lain, daripada bereaksi terhadap akrual diskresioner yang seolah-
olah baik, pasar tampaknya lebih memilih menilainya terlalu tinggi.
Reaksi pasar yang positif terhadap komponen akrual
diskresioner, walaupun kurang positif daripada komponen asli.
Manajer menggunakan akrual diskresioner untuk menyampaikan
informasi yang berguna pada investor, juga mendukung hasil kontrak
yang efisien. Kita simpulkan bahwa ada teori yang penting dan bukti
penting bahwa earning management dapat menginformasikan pada
investor sekaligus memungkinkan adanya kontrak yang lebih efisien.
Alasan lain untuk perkembangan manajemen laba adalah bahwa
ada "baik" sisi untuk itu. Seperti disebutkan, kita dapat
mempertimbangkan sisi baik dari manajemen laba baik dari kontraktor
dan perspektif pelaporan keuangan. Dari perspektif kontrak sejauh
mana laba manajemen bisa baik berhubungan dengan kontrak yang
efisien versus oportunistik bentuk teori akuntansi positif. Berdasarkan
kontrak yang efisien, maka diinginkan untuk memberikan manajer
beberapa kemampuan untuk mengelola pendapatan di dalam
menghadapi kontak lengkap dan kaku. Kita harus berhati-hati untuk
tidak selalu menafsirkan bukti manajemen laba untuk bonus, perjanjian
hutang, dan alasan-alasan politik sebagai buruk. Manajemen laba bisa
menjadi alat untuk menyampaikan informasi kepada pasar, sehingga
harga saham dapat lebih mencerminkan prospek masa depan
perusahaan.

11.6 SISI BURUK DARI EARNINGS MANAGEMENT

11.6.1 Manajemen Laba Oportunistik


Meskipun teori dan bukti bertanggung jawab dalam
mempergunakan manajemen laba, ada juga bukti manajemen laba yang
buruk. Dari persfektif kontrak, ini merupakan hasil dari tingkah laku
oportunistik manajer. Kecenderungan manajer untuk menggunakan
manajemen laba agar memaksimalkan bonus mereka.
Investigasi mengungkapkan sejumlah motivasi untuk
manajemen laba tersebut. Yang umum adalah kedekatan dengan
pelanggaran perjanjian utang. Motif lain untuk melakukan manajemen

12
laba yang buruk muncul ketika manajer bermaksud untuk
meningkatkan modal saham baru dan ingin memaksimalkan hasil dari
penerbitan saham baru.
Akrual diskresioner dapat digunakan untuk meningkatkan laba
bersih yang dilaporkan dalam jangka waktu pendek, seperti
mempercepat pengakuan pendapatan, memperpanjang masa manfaat
aset modal, menyediakan untuk biaya lingkungan dan pemulihan.
Selama manajemen laba digunakan untuk menaikkan harga yang tak
terduga, pemilik yang sekarang dapat memanfaatkannya sampai ada
yang terbaru. Perusahaan yang melakukan manajemen laba memiliki
rata-rata leverage yang lebih besar dan secara signifikan memiliki lebih
banyak pelanggaran kontrak hutang daripada pengendalian.
Hanna (1999) membahas jenis lain dari manajemen laba. Ini
terjadi karena sering munculnya biaya yang berlebihan untuk item yang
tidak berulang, seperti mencatat batas standar tes, dan ketentuan
reorganisasi. Bonus manajer biasanya berdasarkan laba sebelum item
yang tidak biasa.
Ketentuan reorganisasi tidak mempengaruhi bonus atau
kemampuan untuk memenuhi perkiraan pendapatan dan pengurangan
beban di masa depan yang meningkatkan laba masa depan yang
dievaluasi oleh manajer. Dye mengungkapkan bahwa manajer yang
bertindak sebagai pemegang saham memiliki kemampuan dan insentif
untuk mengelola laba sehingga memaksimalkan harga jual agar dapat
diterima oleh pemegang saham sekarang.
Manajemen laba dalam konteks internasional dipelajari oleh
Leuz, Nanda, dan Wysocki (2003). Menurut mereka, manajemen laba
berbeda dengan pendekatan akrual yang dikemukakan oleh Jones.
Salah satu ukuran didsarkan pada korelasi antara akrual dan arus kas
yang berkorelasi rendah, misalnya, bahwa perusahaan perusahaan di
suatu negara dapat mengakui pendapatan sebelum diterima secara
tunai. Sebuah ukuran ketiga adalah besarnya total akrual, total akrual
tinggi mengandung akrual tetapan tinggi, mirip dengan penalaran
Healy.
Menurut Healy (1999), manajemen laba mengaburkan informasi

13
kinerja ekonomis perusahaan karena ada kondisi dimana manajer
perusahaan memiliki akses informasi secara langsung sementara
sebagian stakeholder tidak. Ada sebagian informasi yang tidak
tersampaikan ke stakeholder. Manajer disisi lain, memang dapat
menggunakan kebijakan untuk membuat laporan keuangan lebih
informatif, mencerminkan kinerja perusahaan sesungguhnya,
misalnya melalui pemilihan metode akuntansi atau estimasi
untuk memberikan sinyal yang memadai agi penilaian kinerja
perusahaan. Akan tetapi kebijakan akuntansi untuk membuat
laporan keuangan lebih informatif kepada pengguna tidak masuk
dalam definisi.
Kontroversi muncul ketika manajemen laba dikaitkan dengan
moral/etika, apakah tindakan manajer melakukan manajemen
laba tidak akan menyesatkan pemakai laporan keuangan. Apalagi
karena laba merupakan komponen penting yang dipantau para
pemakai laporan keuangan. Ditinjau dari legalitas, tidak ada yang
dilanggar karena pemilihan metode akuntansi tidak melanggar
standar akuntansi yang berlaku di samping merupakan
kewenangan manajer untuk memilih metode akuntansi yang akan
dipakai. Menilai etis atau tidaknya manajemen laba dapat dilihat
dari sudut pandang pencapaian keseimbangan antara kepentingan
individu (manajer) dengan kewajiban terhadap pihak-pihak yang
terkait dengan perusahaan (stakeholder). Yang dimaksud dengan
stakeholder adalah pemegang saham, karyawan, pelanggan,
pemasok, kreditur dan investor. Penilaian tersebut hanya dapat
dilakukan kalau manajer melakukannya secara sadar, artinya
menyadari implikasi jangka panjang yang ditimbulkan. Tekanan
persaingan untuk menghasilkan laba yang tinggi bisa
menyebabkan perilaku tidak etis, terutama untuk perusahaan
yang menggunakan angka akuntansi untuk penilaian kinerja
secara mutlak. Manajer dengan kinerja keuangan yangburuk dan
perusahaan dengan laba rendah lebih mudah melakukan tindakan
tidak etisdibandingkan manajer dengan kinerjakeuangan baik dan
perusahaan dengan laba.

14
11.6.2 Apakah Manajer Menerima Pasar Sekuritas Efisien?
Teknik manajemen laba yang dijelaskan, termasuk Nortel, tidak
selalu konsisten dengan efisiensi pasar sekuritas. Mereka
mengandalkan buruknya pengungkapan dan keterbatasan perhatian dari
investor untuk menjaga tingkat manajemen laba sebagai informasi
pihak internal.
Schrand dan Walther (2000) melaporkan lagi bentuk
manajemen laba. Mereka menganalisis sampe perusahaan yang
melaporkan materi, keuntungan yang tidak berulang atau kerugian atas
penjualan property, pabrik, dan peralatan pada kuartal tahun
sebelumnya tetapi tidak ada keuntungan tersebut atau kerugian pada
kuartal yang sama tahun berjalan.
Laba proforma mencerminkan bentuk lain dari manajemen laba
terhadap pertanyaan penerimaan manajer atas efisiensi pasar. Manajer
yang menekankan pada klaim laba proforma bahwa ukuran ini lebih
baik untuk menggambarkan kinerja perusahaan dari laba bersih GAAP.
Namun, ketika laporan laba-rugi yang didasarkan oleh GAAP
tersedia, pasar yang efisien akan menyesuaikan secara cepat untuk item
yang dihilangkan dari pengumuman laba proforma. Konsekuensinya,
tekanan manajer atas laba proforma menyarankan mereka untuk tidak
menerima efisiensi. Kebijakan manajemen laba tidak masuk akal jika
pasar sekuritas efisien. Konsekuensinya, manajer yang terikat pada hal
tersebut, mereka seharusnya tidak menerima secara penuh tentang
efisiensi.

11.6.3 Implikasi bagi Akuntan


Implikasi bagi akuntan yang ingin mengurangi manajemen laba
yang buruk, bagaimanapun tidak menolak efisiensi pasar, tetapi untuk
meningkatkan keterbukaan. Pengungkapan penuh membantu para
investor untuk mengevaluasi laporan keuangan, sehingga mengurangi
kerentanan mereka terhadap bias perilaku dan mengurangi kemampuan
manajer untuk mengeksploitasi tata kelola perusahaan yang buruk dan
inefisiensi pasar.

15
Cara lain untuk meningkatkan pengungkapan mencakup
pelaporkan dampak pada pendapatan inti yang secara umum,
membantu investor dan komite kompensasi untuk mendiagnosis
kelemahan item.

11.7 KESIMPULAN EARNINGS MANAGEMENT


Manajemen laba dimungkinkan oleh fakta bahwa pendapatan bersih
yang benar tidak ada. Selanjutnya, GAAP tidak sepenuhnya membatasi pilihan
kebijakan manajer dan prosedur akuntansi. Konsekuensi ekonomi dibuat
ketika perubahan GAAP mempengaruhi kemampuan manajer untuk bermain.
Artinya, manajer akan bereaksi terhadap perubahan aturan yang mengurangi
flesibilitas pilihan akuntansi mereka.
Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer
untuk mencapai tujuan khusus. Terdapat dua cara yang saling melengkapi
dalam berfikir tentang manajemen laba. Pertama, perilaku oportunistik
manajemen untuk memaksimumkan utulitasnya dalam kompensasi, kontrak,
dan kos politik. Kedua, perspektif kontrak efisien ketika manajemen laba
dilakukan untuk menguntungkan semua yang terlibat dalam kontrak. Earnings
management sebagai intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal
dengan tujuan memperoleh beberapa kebutuhan pribadi. Earnings management
terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan
keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang mengubah laporan
keuangan hal ini bertujuan untuk menyesatkan para stakeholder tentang
kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi penghasilan
kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan. Ada tiga
sasaran yang dapat dicapai oleh manajer dalam melakukan manajemen laba
meliputi: minimalisasi biaya politik (political cost minimization),
maksimalisasi kesejahteraan manager (manager wealth maximization), dan
minimalisasi kas pendanaan (minimization of financing cost). Berbagai bentuk
manajemen laba seperti taking a bath, perataan laba (income smoothing),
maksimalisasi atau minimalisasi pendapatan dapat dilakukan oleh pihak
manajemen dengan memanfaatkan peluang yang ada dalam standar akuntansi
seperti penerapan kebijakan akuntansi atau pemilihan metode akuntansi yang
digunakan. Adanya kemungkinan manipulasi ini karena adanya fleksibilitas

16
yang diberikan oleh GAAP dan karena sulit untuk menekankan pelaporan
keuangan yang fleksibel.
Meskipun pengurangan keandalan dan sensivitas yang sering muncul
menyertai manajemen laba, argument yang kuat dapat dibuat bahwa itu
berguna jika masih dalam batas-batas. Pertama, memberikan manajer
fleksibilitas untuk berekasi terhadap realisasi negara yang tak terduga ketika
kontrak yang tidak lengkap. Kedua, manajemen laba dapat berfungsi sebagai
komunikasi informasi yang kredibel untuk investor. Terakhir, argument ini
konsisten dengan pasar sekuritas efisien dan versih efisiensi teori akuntansi
positif.
Apakah manajemen laba yang baik atau buruk tergantung pada
bagaiman penggunaannya. Akuntan dapat mengurangi tingkat manajemen laba
yang buruk dengan membuka ke public. Hal ini dapat dicapai dengan
meningkatkan pengungkapan yang rendah.

17

You might also like