Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
80000
80000
60000
40000 14112
20000
0
Pelabuhan Nhava Sheva Sea Pelabuhan Kolkata Sea
Gambar 1.1 Ekspor Triasetin dari Indonesia ke India pada Bulan Februari 2016
lain yang menggunakan Triasetin sebagai bahan baku dan adanya usaha-usaha di
sekitar pabrik seperti usaha rumah makan.
1.3 Kapasitas Pabrik
Dalam mendirikan Pabrik Triacetin ini didasarkan pada beberapa
pertimbangan, yaitu :
1. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku dalam memproduksi Triacetin adalah gliserol dan asam asetat.
Kapasitas Pabrik Gliserol yang telah berdiri diantaranya dapat dilihat pada Tabel
1.1 berikut.
Tabel 1.1 Data Kapasitas Pabrik Gliserol yang telah berdiri
2012 13864.56
2013 13759.57
2014 17534.64
2015 17527.46
2016 20676.11
Sumber : BPS (2012-2016)
Berdasarkan data di atas, diperoleh grafik data impor triacetin di Indonesia
yang setiap tahunnya mengalami peningkatan.
25000
20000
Kapasitas (Ton/tahun)
15000
y = 1739.1x - 3E+06
R = 0.8929
10000
5000
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Triacetin
Trigliserida 1,2,3-triacetoxypropane yang lebih umum dikenal sebagai
triacetin dan gliserin triasetat. Triacetin adalah triester gliserol dan asam asetat.
Gliserol direaksikan dengan asam asetat akan menghasilkan monoacetin, diacetin,
dan triacetin. Dalam pembuatan triacetin dilakukan dengan mereaksikan gliserol
dan asam asetat secara esterifikasi. Triacetin dapat diproduksi dari reaksi gliserol
dan asam asetat menggunakan katalisator. Gambar 2.1 merupakan rumus kimia
dari triacetin:
Gambar 2.2 Flow diagram pada proses pembuatan triacetin [Bremus dkk,
1983]
2.2.1 Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah reaksi antara asam karboksilat dengan senyawa
alkohol yang membentuk ester. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang
mengandung gugus -CO2R dan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi
dapat dilangsungkan dengan katalis asam dan bersifat reversible [Fessenden &
Fessenden, 1982]. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Triasetin dapat diproduksi dari reaksi gliserol dan asam asetat menggunakan
katalisator yang bersifat asam. Katalis yang digunakan dapat berbentuk homogen
maupun heterogen. Secara teoritik setiap 1 mol gliserol dibutuhkan 3 mol asam
asetat. Reaksi diikuti pelepasan air sebagaimana reaksi yang terjadi dalam
produksi Triasetin [Nuryoto dkk, 2010].
2.2.2 Asetilasi
Reaksi asetilasi merupakan reaksi yang sama dengan esterifikasi yaitu reaksi
antara alkohol dan menghasilkan ester dan air. Reaksi ini merupakan reaksi
kesetimbangan, berjalan lambat pada kondisi biasa, tetapi dapat dipercepat bila
ditambahkan katalis asam kuat. Reaksi asetilasi adalah reaksi memasukkan gugus
asetil (CH3CO-) ke dalam molekul organik seperti (-OH dan NH2), pereaksi yang
umum dipakai adalah asetat anhidrat atau etanol triasetat dengan campuran asam
asetat. Dengan mengambil satu arah reaksi yang menuju sisi ester, dapat diperoleh
hasil yang besar dan konversi yang tinggi dengan penghilangan air yang terbentuk
[Groggins, 1985]. Maka perlu adanya katalisator yang mampu menyerap air,
misalnya H2SO4 pekat.
Menurut Wepoh (2015) asetilasi pada gliserol merupakan salah satu cara
untuk memproduksi monoacetin, diacetin, dan triacetin. Skema reaksi asetilasi
gliserol dapat dilihat pada Gambar 2.3.berikut.
2.2.3 Transesterifikasi
Produksi gliserol tidak dapat dihindari selama proses trans-esterifikasi pada
produksi bahan bakar biodiesel. Triacetin dapat diproduksi dengan proses trans-
esterifikasi yaitu reaksi antara molekul trigliserida dan metil asetat. Pada reaksi
ini, triacetin merupakan produk samping yang dihasilkan dari yield gliserol pada
produksi biodiesel dengan proses konvensional.
Saka dan Isayama (2009) telah mempelajari pembuatan metil asetat dengan
mengubah minyak rapeseed menjadi triacetin dan fatty acid methyl ester (FAME).
Triasetin dapat diproduksi melalui reaksi trans-esterifikasi antara trigliserida dan
metil asetat melalui kondisi superkritikal. Mereka membuktikan bahwa trans-
esterifikasi pada proses tersebut tidak melibatkan peran katalis pada produk yang
dihasilkan. Rumus trans-esterifikasi trigliserida dan metil asetat diperlihatkan
pada Gambar 2.4 berikut.
2.2.4 Interesterifikasi
Pengembangan ilmu lainnya telah ditemui yaitu pada reaksi antara metil
asetat dan trigliserida oleh Casas, Ramos dan Perez yang digunakan untuk
memproduksi triacetin dan biodiesel. Tujuan utama dari hal tersebut adalah
Gambar 2.5 Reaksi interesterifikasi pada trigliserida dengan metil asetat [Ganesh,
2013]
BAB III
DASAR PERANCANGAN
pada kondisi normal, cocok digunakan dengan bahan kimia lainnya, non-iritasi
pada berbagai macam penggunaannya, dan tidak berefek negatif pada lingkungan
[Pagliaro dan Rossi, 2008].
Tabel 3.1 Sifat fisika gliserol pada suhu 20C
Sifat Nilai
Berat molekul 92,09382 g/mol
Densitas 1,261 g/ml
Viskositas 1,5 Pa.s
Titik leleh 18,2C
Titik didih 290C
Titik nyala 160C
Tegangan permukaan 64.00 mN-1m
Koefisien suhu -0.0598 mN (mK)-1
Sumber: Pagliaro dan Rossi, 2008
Bau Menyengat
pH Asam
Sifat Asam Asetat
Densitas 1,0495 g/ml (pada suhu 20C
Viskositas 11,83 mPa (pada suhu 20C
Titik beku 16,635C
Titik didih 118,1C
Sumber: Depkes RI, 1995
dalam industri selulosa asetat untuk menghasilkan serat asetat, plastik serat kain
dan lapisan [Celanase, 2010].
3.1.4 Katalis
Sintesis triasetin telah dilakukan sejak tahun 1963 dengan bahan gliserol
dan asetat anhidrida [Trevoy dan Tegg, 1963]. Penelitian pembuatan triasetin pada
umumnya dilakukan menggunakan reactor batch dengan bahan gliserol dan asam
asetat menggunakan katalis homogen maupun heterogen. Katalis heterogen dipilih
dengan maksud tidak adanya pemisahan produk dengan katalisnya setelah keluar
dari reactor, sedangkan katalis homogen digunakan untuk mendapatkan hasil
konversi dan selektivitas triasetin yang lebih tinggi [Luque et al, 2008].
Penelitian Sebelumnya menggunakan katalis homogen seperti yang
dilakukan oleh Widayat, dia menggunakan katalis asam sulfat karena unggul
dalam sifat higroskopiknya yang dapat menyerap air, sehingga reaksi esterifikasi
berjalan kearah produk. Namun, penggunaan katalis homogen mempunyai
kelemahan yaitu katalis sulit untuk dipisahkan dengan produk setelah reaksi
karena berada dalam satu fase [Krisdiyanto, 2014].Tabel 3.4 menunjukkan hasil
penelitian pembuatan triasetin dengan berbagai macam katalis yang digunakan.
Dari jenis katalis diatas dipilih katalis homogen yaitu asam sulfat, karena :
Asam sulfat merupakan asam mineral anorganik, larut pada air, mudah
menguap, dan mengeluarkan panas (eksotermis). Sifat fisik asam sulfat dapat
dilihat pada Tabel 3.5
Asam
98.08 - 924.0 64.00 0.147 177 610.0
Sulfat
Sumber: Van Ness, 2001
menyebabkan iritasi
pernapasan.
Asam Asetat Sangat berbahaya jika Simpan wadah di tempat yang
terjadi kontak kulit (iritan), sejuk dan berventilasi baik.
kontak mata (iritan). Zatnya Jaga agar wadah tertutup rapat
dan disegel sampai siap
bisa menjadi racun bagi
digunakan. Jauhkan dari panas
ginjal, membran mukosa,
dan sumber api. Hindari
kulit dan gigi. Paparan
kontak dengan kulit dan mata.
berulang kali atau
berkepanjangan terhadap
zat tersebut dapat
menyebabkan kerusakan
organ target.
BAB IV
SELEKSI DAN DESKRIPSI PROSES
Nilai GPM yang diperoleh pada masing-masing proses dapat dilihat pada
Tabel 4.2 berikut.
= 316,000 IDR/hari
a. Batch Reactor
Sintesis triacetin sebelumnya telah dilakukan dalam reaktor berpengaduk
pada P = 1070 kPa, kecepatan pengadukan 290 rpm, T = 393 dan 433 K. Pada
proses pembuatan triacetin sebelumnya telah digunakan beberapa tipe katalis
heterogen, seperti aminosulphonate, phosphotungstic, mesoporous silica dengan
b. Proses Continuous
Menurut riset oleh Mufrodi dkk (2010) pembuatan triacetin telah berhasil
dilakukan dengan katalis Amberlyst-15 menggunakan kolom katalitik. Dimensi
kolom yaitu berdiameter 1.5 cm dengan panjang 44 cm. Selain itu rasio gliserol
dengan asam asetat sebesar 2:9 dan flow rate yaitu 0.3 cm3/menit. Perolehan asam
asetat yang terkonversi yaitu 50%. Sintesis triacetin telah dilakukan menggunakan
proses ini khususnya dengan reaktor fixed bed pada T = 323 K dengan katalis
Amberlyst. Hasil terbaik diperoleh dengan rasio asam assetat dan gliserol 3:1.
c. Reactive Distillation
Reaktor tipe ini dapat digunakan untuk mereaksikan asam asetat dan
gliserol sehingga dengan umpan F1 dan F2 pada kolom sehingga menghasilkan
produk triacetin. Berikut skema dari reaktor reactive distillation.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Baysinger, Grace.Et all., 2004, CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Bremus, N., Dieckelmann, G., Jeromin, L., Rupilius, W., and Schutt, H., 1983,
Process for Continuous Production of Triacetin, US Patent
4.381.407.Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1995. SNI 01-4371-1995.
Cuka Makanan. Jakarta: Departemen Perindustrian Republik
Indonesia.Fessenden, R.J & J.S. Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jilid 2
edisi ketiga. Erlangga.
Bremus, N., Dieckelmann, G., Jeromin, L., Rupilius, W., 1981, Process for the
Continuous Production of Triacetin, Germany.
Cesar, A.G., Christian, J.R.C., dan Joao, A.C.J., 2013, Glycerol : Production,
Consumption, Prices, Characterization, and new trends in combustion,
Renewable and Sustainable Energy Reviews, Page 475 493.
Ganesh, L. M., Aniruddha, B.T., Parag, R. G., 2013, Ultrasome Assisted
Interesterification of Waste Cooking Oil and Methyl Acetate for Biodiesel
and Triacetin Production, Fuel Processing Technology, Vol 116 Page 241-
249.
Groggins, P.H. 1958. Unit Process in Organic Synthesis, 5th ed. Mc Graw Hill
Kogakusha, ltd. Tokyo.
Harben, P.W & Kuzvart, M., 1996, Industrial minerals: A global geology,
Industrial Minerals Information Ltd, Metal Bulletin PLC, London, p. 445-
450. Khairiati, N., Zuchra, H., dan Khairat., 2016, Pemanfaatan Gliserol
Produk Samping Biodiesel Menjadi Triacetin Melalui Proses Esterifikasi
Menggunakan Katalis Fly Ash.
Hart . H. Craine. L.E. and Hart. D.J. 2003. Kimia Organik. Edisi Kesebelas.
Erlangga. Jakarta. Kirk, R. E. dan Othmer, D.F. 2007. Rosin dan Rosin
Pagliaro, M. dan Rossi, M., 2008, The Future of Glycerol: New Usage of a
Versatile Raw Material, RSC Publishing, Cambridge.
Quan, D., Ninad A.D., Srinivisan V., dan Charies E.D. 1997. Triacetin as
Penetration Enchanger for Transdermal Delivery of a Basic Drug. US
Patent 5,601,839.
Saka, S. & Isayama, Y. 2009. A new process for catalyst-free production of
biodiesel using supercritical methyl acetate.Journal Article. Vol. 88 No.7.
1307-1313.
Sari, N., Helwani, Z., dan Rionaldo, H. 2015. Esterifikasi Gliserol Dari Produk
Samping Biodiesel Menjadi Triasetin Menggunakan Katalis Zeolit Alam.
JOM F TEKNIK. Vol. 2, No.1.
Smith, J.M., Van Ness, H.C., Abbott M., 2001, Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics, 6 th edition, McGraw-Hill, New
York.Sobari, M. I., dan Rijal, S. 2014. Optimalisasi Kinerja Zeolit Alam
Bayah Sebagai Katalis Untuk Pembuatan Triacetin Sebagai Aditif Premium.
Banten: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Cilegon.
Wepoh, H., 2015, Synthesis of Triacetine from Glycerol. University Tunku Abdul
Rahman.
Widayat, Satriadi, H., Abdullah, Windrianto, I. K., dan Handono. 2013. Proses
Produksi Triacetat dari Gliserol dengan Katalis Asam Sulfat. Jurnal Teknik
Kimia Indonesia. Vol. 11, No.4.