You are on page 1of 40

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku dalam industri. Salah satu industri yang memanfaatkan
sumber daya alam adalah industri biodiesel. Biodiesel dapat dibuat dari minyak
nabati dengan alkohol yang akan diperoleh hasil samping berupa gliserol. Jika
pembuatan biodiesel meningkat, maka secara ekivalensi hasil samping gliserol
juga akan meningkat. Gliserol ini bukannya tidak berguna, banyak industri
menggunakannya sebagai zat tambahan (aditif) dalam produk-produk rumah
tangga sabun, shampoo. Namun pemanfaatan gliserol yang terbatas dapat
menyebabkan kelebihan produksi gliserol. Oleh karena itu untuk meningkatkan
nilai ekonominya, maka gliserol harus dikonversi menjadi senyawa lain. Salah
satu premanfaatan gliserol lebih lanjut adalah sebagai bahan baku triacetin [Sobari
dan Rijal, 2014].
Triacetin dapat diproduksi dari reaksi gliseroldan asam asetat menggunakan
katalisatoryang bersifat asam. Katalis yang digunakan dapat berbentuk homogen
maupun heterogen [Nuryoto, 2010].Kegunaan triacetin sangat banyak, dimana
salah satunya adalah dapat digunakan sebagai aditif untuk menaikan angka oktan
premium.Disamping itu, dilihat dari kebutuhan triacetin yang semakin meningkat
di Indonesia, maka pabrik triacetin ini layak didirikan atas dasar pertimbangan:

1. Sebagai pemasok bahan baku untuk industri-industri dalam negeri


yang memerlukan triacetin sebagai bahan baku.
2. Mengurangi jumlah impor triacetin sehingga dapat menghemat devisa
negara.
3. Membuka lapangan kerja baru.

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
2

1.2 Prospek Pembuatan Triacetin


Kegunaan triacetin sangat banyak, baik untuk keperluan bahan makanan
maupun non makanan. Untuk bahan makanan, triacetin dapat digunakan sebagai
bahan aroma pada permen (gula-gula), minuman olahan susu, minuman berperisa
dan permen karet. Sedangkan untuk bahan non makanan triacetin dapat digunakan
sebagai pelarut pada parfum, tinta cetak, plastisizer untuk resin selulosa, polimer
dan kopolimer, bahkan dapat digunakan sebagai zat aditif bahan bakar untuk
mengurangi knocking pada mesin mobil [Nuryoto dkk, 2010].
Pada saat ini Indonesia merupakan salah satu pengekspor Triasetin dipasar
global. Indonesia mengekspor Triasetin sebesar 14.112 ton ke pelabuhan Nhava
Sheva Sea dan sebesar 80.000 ton ke pelabuhan Kolkata Sea pada bulan februari
tahun 2016 di India.

80000

80000

60000

40000 14112

20000

0
Pelabuhan Nhava Sheva Sea Pelabuhan Kolkata Sea

Gambar 1.1 Ekspor Triasetin dari Indonesia ke India pada Bulan Februari 2016

Pabrik Triasetin jika didirikan akan menimbulkan 2 dampak, yaitu secara


langsung dan tidak langsung. Dampak secara langsung yaitu menambah lapangan
pekerjaan yang baru bagi masyarakat di Indonesia khususnya tempat pabrik
tersebut didirikan dan menambah devisa negara. Sedangkan dampak tidak
langsung dari pendirian pabrik ini akan mendorong berkembangnya industri kimia

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
3

lain yang menggunakan Triasetin sebagai bahan baku dan adanya usaha-usaha di
sekitar pabrik seperti usaha rumah makan.
1.3 Kapasitas Pabrik
Dalam mendirikan Pabrik Triacetin ini didasarkan pada beberapa
pertimbangan, yaitu :
1. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku dalam memproduksi Triacetin adalah gliserol dan asam asetat.
Kapasitas Pabrik Gliserol yang telah berdiri diantaranya dapat dilihat pada Tabel
1.1 berikut.
Tabel 1.1 Data Kapasitas Pabrik Gliserol yang telah berdiri

Sumber: Mahani, 2008

Gliserol merupakan produk samping dari biodiesel dari proses


transesterifikasi untuk memperoleh metil ester. Pada tahun 2010 diperkirakan
produksi gliserol sekitar 1,2 juta ton, yang lebih dari separuhnya berasal dari

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
4

produksi biodiesel [1]. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 5/ 2006 tentang


Kebijakan Energi Nasional menyebutkan bahwa kuota bahan bakar nabati (BBN)
jenis biodiesel pada tahun 2011-2015 sebesar 3 persen dari konsumsi energi
nasional atau setara dengan 1,5 juta kilo liter. Padahal kapasitas produksi biodiesel
dalam negeri baru mencapai 680 ribu kilo liter. Jadi, target produksi biodiesel di
Indonesia masih kurang 820 ribu kilo liter. [2]. Dengan melihat semakin
banyaknya biodisel yang akan diproduksi, maka akan menyebabkan semakin
banyak pula terbentuk produk samping berupa gliserol.
Sebagai produk samping industri biodiesel, gliserol belum banyak diolah
sehingga nilaijualnya masih rendah. Oleh karena itu perlu pengolahan terhadap
gliserol agar dapat menjadi produk yang lebih bernilai jual tinggi dan lebih
banyak manfaatnya. Diantaranya adalah dengan membuat turunan gliserol melalui
proses esterifikasi. Salah satu produk esterifikasi gliserol adalah triacetin.
2. Proyeksi Kebutuhan Dalam Negeri
Menurut Kawamura (2002), triacetin secara umum diproduksi dengan
sistem reaksi tertutup. Di Jepang sendiri produksi rerata dari triacetin sebesar
5,000 ton/tahun dimana estimasi pasar global mencapai 10,000-50,000 ton/tahun
menurut IUCLID 2001. Selain itu produk triacetin komersial mengandung kurang
dari 0.1% diacetin dan 0.01% monoacetin.
Untuk bidang consumer products, jumlah persentasi (%) untuk masing-
masing bidang dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut.

Tabel 1.2 Persentasi penggunan triacetin untuk beberapa produk


Spesifikasi Produk Jumlah Presentasi (%) Fasa
Sabun 0.05-1.0 Padat
Deterjen 0.005-0.1 Cair
Krim (lotion) 0.025-0.3 Cair
Parfum 0.8-2.0 Cair
Tembakau 3-5 Padat
Antifungal drug 15-25-33 Aerosol-Krim-Bubuk
Sumber: Kawamura (2002)

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
5

Agar memenuhi kebutuhan akan triacetin dalam negeri, Indonesia masih


mengimpor bahan tersebut. Dan berikut data rekam lima tahun terakhir impor
other esters or acetic acid menurut sumber data BPS.

Tabel 1.3 Data Impor Triacetin di Indonesia

Tahun Kapasitas (Ton/kg)

2012 13864.56
2013 13759.57
2014 17534.64
2015 17527.46
2016 20676.11
Sumber : BPS (2012-2016)
Berdasarkan data di atas, diperoleh grafik data impor triacetin di Indonesia
yang setiap tahunnya mengalami peningkatan.

25000

20000
Kapasitas (Ton/tahun)

15000
y = 1739.1x - 3E+06
R = 0.8929
10000

5000

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Tahun

Gambar 1.2 Data Impor Triacetin 2012-2016

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
6

Pada Gambar 1.2 yang memperlihatkan persamaan regresi, maka dapat


diperkirakan konsumsi triacetin di Indonesia untuk beberapa tahun ke depan.
Pengkalkulasian data dapat dilihat pada Lampiran B, dengan hasil perhitungan
pada Tabel 1.4 berikut.

Tabel 1.4 Proyeksi Konsumsi Triacetin


Tahun Kapasitas (Ton/kg)
2017 22228.95
2019 25334.64
2021 28440.32
2023 31546.01
2025 34651.69

Berdasarkan atas beberapa data pertimbangan di atas, seperti ketersediaan


bahan baku berupa gliserol yang telah menembus data ekspor hingga 80,000
Ton/tahun pada tahun 2016. Selanjutnya dari proyeksi kebutuhan triacetin, pada
tahun 2025 diperkirakan konsumsi dalam negeri mencapai 34,651.69 ton/tahun.
Maka dari itu, Pabrik ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan triacetin
dalam negeri sebesar 70%, dengan kapasitas produksi sebesar 25,000 Ton/tahun.

1.4 Lokasi Pabrik


Ada beberapa hal yang mempengaruhi penentuan lokasi pabrik, antara lain
adalah terkait dengan ketersediaan bahan baku, sarana-sarana penunjang hingga
kondisi alam. Lokasi pabrik yang tidak diputuskan secara matang akan
menyebabkan biaya operasional pabrik menjadi tidak ekonomis. Pabrik triacetin
dari gliserol memilih Kota Batam sebagai lokasi pendirian pabrik tepatnya di
kawasan industri Kabil Nongsa. Gambar 1.3 adalah peta lokasi kawasan industri
Kabil Nongsa, Batam.

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
7

Gambar 1.3 Kawasan Industri Kabil - Nongsa, Batam.


Hal-hal yang melatarbelakangi pemilihan lokasi tersebut adalah sebagai
berikut:

1.4.1 Ketersediaan Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan dalam produksi triacetin adalah gliserol, asam
asetat dan asam asetat anhidrat. Kemudahan untuk memperoleh bahan baku akan
menunjang operasional pabrik secara maksimal. Bahan baku gliserol diperoleh
dari PT. Ecogreen Oleochemicals yang lokasinya berdekatan dengan pabrik
triacetin yang akan didirikan. Sedangkan bahan baku asam asetat dan asam asetat
anhidrat diperoleh dari PT. Indo Acidatama. Hal yang menjadi pertimbangan
dalam memilih sumber bahan baku adalah lokasinya yang berdekatan dengan
pabrik yang akan dibangun. Bahan baku yang digunakan berupa gliserol hasil
samping dari industri oleokimia sehingga lokasi pabrik yang dekat dengan bahan
baku akan memudahkan proses produksi serta dapat menguntungkan dari segi
keuangan serta akan mempunyai safety yang lebih baik karena jarak yang dekat
dapat meminimalkan kemungkinan kebocoran pada saat pengangkutan gliserol.

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
8

1.4.2 Ketersediaan Air


Dalam prarancangan pabrik ini, air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
operasi pabrik yang meliputi air bersih, air proses, air pendingin, dan air umpan
reboiler dan lain-lain. Sumber air yang digunakan dapat berupa sungai, danau dan
air laut, serta air tanah. Air yang akan digunakan dalam sebagian besar proses
berasal dari air laut dan waduk karena lokasi pabrik yang berdekatan dengan laut
serta banyaknya waduk yang terdapat di Batam sehingga ketersediaan air
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan proses pabrik. Air laut yang akan
digunakan akan diproses terlebih dahulu sehingga sesuai dengan penggunaannya.

Tabel 1.5 Kapasitas Waduk di Batam


Kapasitas Operasi
Volume
Nama Waduk Design (L/Detik)
(m3)
(L/Detik)
Waduk Sei Harapan 3.600.000 210 212,96
Waduk Baloi 270.000 30 26,10
Waduk Sei Nongsa 720.000 60 85,64
Waduk Muka Kuning 12.270.000 310 333,52
Waduk Duriangkang 78.180.000 3000 1,368,72
Sumber: BPS BP Batam, 2016

1.4.2 Ketersediaan Energi


Kebutuhan energi juga merupakan faktor utama dalam operasional pabrik,
sehingga sumber energi yang memadai harus terjangkau dari kawasan pabrik.
Sumber energi yang digunakan dalam pabrik dapat berupa listrik yang disuplai
melalui pembangkit listrik serta bahan bakar yang diperoleh melalui penyedia
perusahaan bahan bakar di sekitar pabrik.
Kebutuhan listrik di Batam disuplai oleh PLN Batam dan kebutuhan bahan
bakar dalam proses dapat diperoleh melalui PT. Pertamina RU III Plaju maupun
PT Chevron Pacific Indonesia, Dumai sehingga diharapkan segala kebutuhan
energi baik listrik maupun bahan bakar di pabrik dapat dipenuhi.

1.4.4 Akses dan Transportasi

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
9

Dalam mempermudah pengangkutan bahan baku, produk maupun bahan


pendukung lainnya sebaiknya dipilih lokasi pabrik yang berada di daerah yang
mudah dijangkau oleh kendaraan-kendaraan besar. Kawasan industri Kabil
Nongsa, Batam memiliki akses darat yang memadai dan berdekatan dengan
pelabuhan besar. Lebih 1000 km jalan raya beraspal menghubungkan beberapa
pusat bisnis di Batam yang terus ditingkatkan kualitasnya untuk mengantisipasi
pertumbuhan lalu lintas.
Di sisi transportasi air, lokasi pabrik berada dekat dengan pelabuhan yang
melayani pelayanan kargo atau peti kemas, sehingga pengangkutan atau bongkar
muat bahan baku dapat dilakukan dengan baik.

1.4.5 Iklim dan Gempa


Indonesia memiliki iklim tropis serta letaknya sebagai daerah yang rawan
gempa bumi. Pengaruh angin kencang pada saat musim hujan, suhu yang relatif
tinggi saat musim kemarau, serta gempa dapat diantisipasi dengan menyertakan
pengaruh-pengaruh tersebut ke dalam perhitungan perancangan pemilihan bahan
material alat sehingga peralatan dapat tetap beroperasi secara maksimal.

Tabel 1.6 Data iklim di Nongsa, Batam pada tahun 2014


Nongsa, Batam
Tingkat
Bulan Curah Kelembaban Tingkat
Rawan
Hujan Udara Rawan Banjir
Gempa Bumi
Januari 11 4 Rendah Rendah
Februari 10 6 Rendah Rendah
Maret 50 47 Rendah Rendah
April 71 71 Rendah Sedang
Mei 63 73 Rendah Rendah

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
10

Juni 42 45 Rendah Rendah


Juli 45 55 Rendah Rendah
Agustus 73 100 Rendah Sedang
September 77 77 Rendah Sedang
Oktober 40 33 Rendah Rendah
November 61 52 Rendah Rendah
Desember 11 4 Rendah Rendah
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2014

1.4.6 Faktor Ekonomi, Sosial, dan Hukum


Kebijakan pemerintah setempat juga harus diperhatikan mengingat otonomi
daerah. Pada saat ini kondisi Indonesia kekurangan kebutuhan akan triacetin,
pemerintah setempat diharapkan menyetujui keringanan pajak bagi pendirian dan
operasional pabrik.
Sejak 19 Januari 2009, Batam ditetapkan pemerintah sebagai Zona
Perdagangan Bebas sehingga berbagai kebijakan pemerintah setempat akan
berpengaruh dalam segala kegiatan ekonomi di Pulau Batam.
Kondisi sosial masyarakat dapat memberikan dukungan terhadap
operasional pabrik sehinggga operasional pabrik dapat berjalan secara maksimal.
Kondisi pekerja juga akan mempengaruhi operasional pabrik sehingga perlu
adanya peningkatan motivasi bagi para pekerja hingga insentif.

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Triacetin
Trigliserida 1,2,3-triacetoxypropane yang lebih umum dikenal sebagai
triacetin dan gliserin triasetat. Triacetin adalah triester gliserol dan asam asetat.
Gliserol direaksikan dengan asam asetat akan menghasilkan monoacetin, diacetin,
dan triacetin. Dalam pembuatan triacetin dilakukan dengan mereaksikan gliserol
dan asam asetat secara esterifikasi. Triacetin dapat diproduksi dari reaksi gliserol
dan asam asetat menggunakan katalisator. Gambar 2.1 merupakan rumus kimia
dari triacetin:

Gambar 2.1 Rumus Kimia Triacetin [Widayat dkk, 2013]

Kegunaan triacetin sangat banyak yaitu untuk bahan makanan, triacetin


digunakan sebagai bahan aroma pada permen (gula-gula), minuman dari susu,
minuman berperisa, dan permen karet. Sedangkan untuk bahan non-makanan
triacetin dapat digunakan untuk pelarut pada parfum, tinta cetak, plastisizer untuk
resin selulosa, polimer dan ko-polimer, selain itu triacetin digunakan sebagai
bioaditif untuk menaikkan angka oktan pada premium.
Mufrodi [2010] mempelajari proses pembuatan triacetin dari gliserol dan
asam asetat secara kontinyu. Proses yang digunakan adalah reactive distillation.

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
12

Proses ini memungkinkan untuk mereaksikan sekaligus memurnikan produk


triacetin. Air dan asam asetat sisa akan keluar sebagai distilat dan triacetin akan
dihasilkan sebagai bottom.

Triacetin dapat dipergunakan sebagai bioaditif untuk menaikkan angka


oktan pada bahan bakar minyak. Triacetin dapat menggantikan octane booster
seperti tetraethyl lead (TEL), methyl butyl ether (MTBE), dan ethyl tertiary butyl
ether (ETBE) [Mufrodi, 2010]. Triacetin juga digunakan untuk pemadatan serat
selulosa asetil dalam pembuatan filter rokok dan plastik. Pembuatan filter rokok
harus memperhatikan kadar air yang dijaga konstan untuk mencapai pembekuan
konstan. Selain itu triacetin juga digunakan sebagai penguat rasa dalam industri
makanan dan sebagai plasticizer untuk permen karet [Nuryoto dkk, 2010].
Dalam aplikasi teknis, triacetin digunakan sebagai pengikat pasir inti di
sektor pengecoran logam. Aplikasi lain penggunaan triacetin pada tinta cetak.
Selain itu triacetin dalam bidang farmasi digunakan sebagai pelarut senyawa
organik obat, sebagai kontrol pH kulit untuk pengobatan gangguan kulit dan
beberapa penyakit patologis, serta digunakan sebagai senyawa pengiriman obat
yang menigkatkan pengiriman transdemal atau transmucosal dari obat dasar yang
memiliki pH sekitar 8,0 [Quan dkk, 1997].

2.2 Proses Pembuatan Triacetin


Proses pembuatan triasetin secara umum menggunakan bahan baku
gliserol dan asam asetat dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
13

Gambar 2.2 Flow diagram pada proses pembuatan triacetin [Bremus dkk,
1983]

2.2.1 Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah reaksi antara asam karboksilat dengan senyawa
alkohol yang membentuk ester. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang
mengandung gugus -CO2R dan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi
dapat dilangsungkan dengan katalis asam dan bersifat reversible [Fessenden &
Fessenden, 1982]. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
14

Mekanisme reaksi esterifikasi dapat dijelaskan melalui beberapa tahap reaksi


berikut:
a) Pembentukan senyawa proton pada asam karboksilat. Pada proses
ini terjadi perpindahan proton dari katalis asam atom oksigen pada
gugus karbonil.

b) Alkohol nukleofilik menyerang karbon positif, dimana atom


karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari
alkohol, yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion
oksonium. Pada proses ini terjadi pelepasan proton atau
deprotonasi dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan
senyawa kompleks teraktivasi.

c) Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil yang diikuti


pelepasan molekul air menghasilkan ester

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
15

Mekanisme reaksi diatas [Fessenden & Fessenden, 1982] dapat dirangkum


sebagai berikut :

Triasetin dapat diproduksi dari reaksi gliserol dan asam asetat menggunakan
katalisator yang bersifat asam. Katalis yang digunakan dapat berbentuk homogen
maupun heterogen. Secara teoritik setiap 1 mol gliserol dibutuhkan 3 mol asam
asetat. Reaksi diikuti pelepasan air sebagaimana reaksi yang terjadi dalam
produksi Triasetin [Nuryoto dkk, 2010].

2.2.2 Asetilasi
Reaksi asetilasi merupakan reaksi yang sama dengan esterifikasi yaitu reaksi
antara alkohol dan menghasilkan ester dan air. Reaksi ini merupakan reaksi
kesetimbangan, berjalan lambat pada kondisi biasa, tetapi dapat dipercepat bila
ditambahkan katalis asam kuat. Reaksi asetilasi adalah reaksi memasukkan gugus
asetil (CH3CO-) ke dalam molekul organik seperti (-OH dan NH2), pereaksi yang
umum dipakai adalah asetat anhidrat atau etanol triasetat dengan campuran asam
asetat. Dengan mengambil satu arah reaksi yang menuju sisi ester, dapat diperoleh
hasil yang besar dan konversi yang tinggi dengan penghilangan air yang terbentuk
[Groggins, 1985]. Maka perlu adanya katalisator yang mampu menyerap air,
misalnya H2SO4 pekat.
Menurut Wepoh (2015) asetilasi pada gliserol merupakan salah satu cara
untuk memproduksi monoacetin, diacetin, dan triacetin. Skema reaksi asetilasi
gliserol dapat dilihat pada Gambar 2.3.berikut.

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
16

Gambar 2.3 Langkah asetilasi pada mekanisme reaksi gliserol [Khayoon,


2014]

Umumnya asetilasi dapat dilakukan dengan dua tipe reaksi, diantaranya


yaitu batch reactor dan continuousreactive distillation column. Selain itu asetilasi
dapat dilakukan dengan ataupun tanpa adanya katalis. Bagaimanapun, dengan
adanya penggunaan katalis dapat meningkatkan dari segi laju reaksi dan
selektivitas produk. Untuk beberapa kasus, telah terbukti bahwa asetilasi dapat
digunakan baik dengan katalis heterogen dan homogeny [Wepoh, 2015].

2.2.3 Transesterifikasi
Produksi gliserol tidak dapat dihindari selama proses trans-esterifikasi pada
produksi bahan bakar biodiesel. Triacetin dapat diproduksi dengan proses trans-
esterifikasi yaitu reaksi antara molekul trigliserida dan metil asetat. Pada reaksi
ini, triacetin merupakan produk samping yang dihasilkan dari yield gliserol pada
produksi biodiesel dengan proses konvensional.
Saka dan Isayama (2009) telah mempelajari pembuatan metil asetat dengan
mengubah minyak rapeseed menjadi triacetin dan fatty acid methyl ester (FAME).
Triasetin dapat diproduksi melalui reaksi trans-esterifikasi antara trigliserida dan
metil asetat melalui kondisi superkritikal. Mereka membuktikan bahwa trans-

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
17

esterifikasi pada proses tersebut tidak melibatkan peran katalis pada produk yang
dihasilkan. Rumus trans-esterifikasi trigliserida dan metil asetat diperlihatkan
pada Gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4 Reaksi trans-esterifikasi pada triacylglycerol dengan alkohol


[Manuela, 2011]

Saka et al (2009) menunjukkan bahwa reaksi transesterifikasi dapat


dilakukan dengan metanol superkritis dengan tidak adanya katalis. Dalam kondisi
ini campuran reaksi menjadi fase tunggal homogen dan alkohol itu sendiri
bertindak sebagai katalis asam. Sintesis biodiesel menggunakan metanol
superkritis memiliki kelemahan dari biaya peralatan yang tinggi karena kondisi
temperatur dan tekanan yang tinggi (T = 350C dan P = 20 MPa), sehingga akan
menimbulkan biaya pengeluaran untuk pabrik semakin besar. Hal ini
menyebabkan ketidak-tepatan dengan prinsip pembangunan pabrik yang harus
menggunakan unsur ekonomi teknik.

2.2.4 Interesterifikasi
Pengembangan ilmu lainnya telah ditemui yaitu pada reaksi antara metil
asetat dan trigliserida oleh Casas, Ramos dan Perez yang digunakan untuk
memproduksi triacetin dan biodiesel. Tujuan utama dari hal tersebut adalah

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
18

mereaksikan minyak bunga matahari dengan metil asetat menggunakan katalis


yang berbeda seperti potassium hydroxide, methoxide, and polyethylene. Reaksi
kimia ini biasa dikenal dengan interesterifikasi. Gambar 2.5 berikut
memperlihatkan formula pada reaksi interesterifikasi.

Gambar 2.5 Reaksi interesterifikasi pada trigliserida dengan metil asetat [Ganesh,
2013]

Pada interesterifikasi dengan metil asetat, trigliserida diubah menjadi metil


ester dan Triasetin. Interesterifikasi terdiri dari tiga reaksi reversibel berturut-
turut. Trigliserida diubah menjadi monoacetindiglycerides,
diacetinmonoglycerides dan Triacetin, melepaskan molekul metil ester asam
lemak dalam setiap langkahnya. Berbeda dengan transesterifikasi, selama
interesterifikasi, satu ester menukar alkoholnya dengan kelompok ester lain. Tidak
adanya alkohol sebagai reaktif mensyaratkan bahwa katalis tersebut sebagian
dapat larut dalam campuran reaksi. Selain itu, reaktan dan produknya benar-benar
tercampur, oleh karena itu reaksinya menjadi sangat reversibel [Casas et al, 2013].

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
19

Transesterifikasi minyak nabati dengan metanol superkritis tanpa katalis


bisa menjadi alternatif produksi biodiesel konvensional. Karya perintis Saka di
dalam Casas et al (2013) menunjukkan bahwa reaksi transesterifikasi dapat
dilakukan dengan metanol superkritis dengan tidak adanya katalis. Dalam kondisi
ini campuran reaksi menjadi fase tunggal homogen dan alkohol itu sendiri
bertindak sebagai katalis asam. Sintesis biodiesel menggunakan metanol
superkritis memiliki kelemahan dari biaya peralatan yang tinggi karena kondisi
temperatur dan tekanan yang parah yang digunakan, yang tidak layak untuk
digunakan pada skala industri. Penggunaan co-solvent seperti karbondioksida,
hexane, propana dan kalsium oksida membantu mengurangi suhu, tekanan dan
jumlah alkohol yang dibutuhkan.

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
20

BAB III
DASAR PERANCANGAN

3.1 Spesifikasi Bahan Baku


3.1.1 Gliserol
Gliserol (1,2,3 propanetriol) merupakan senyawa yang tidak berwarna,
tidak berbau, dan merupakan cairan viscous dengan rasa manis. Gliserol berasal
dari alam dan petrokimia. Nama gliserol berasal dari bahasa Yunani glykys yang
artinya manis, istilah glycerin, glycerine, dan glycerol biasa digunakan pada
literatur. Gliserol mentah mempunyai kemurnian 70 - 80 %, sebelum
diperdagangkan gliserol mentah dimurnikan hingga didapat kemurnian sebesar
95,5 - 99 % [Pagliaro dan Rossi, 2008]. Gliserol berasal minyak atau lemak
merupakan campuran dari ester-ester asam lemak dan gliserol yang membentuk
gliserida, dan ester-ester tersebut dinamakan trigliserida. Trigliserida yang
dihasilkan dalam air pada temperature dan tekanan tertentu akan menghasilkan
asam lemak dan gliserol.
Gliserol banyak digunakan di enam bidang industri yaitu makanan dan
minuman, farmasi, kosmetika, kertas dan percetakan serta industri tekstil. Gliserol
digunakan sebagai bahan baku proses, bahan antara dan sebagai bahan tambahan
yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas suatu produk. Berbagai penelitian
mengenai gliserol terus dikembangkan guna meningkatkan nilai tambah gliserol
sisa produksi biodiesel. Selain dapat mereduksi limbah yang dihasilkan dari
proses pembuatan biodiesel, juga akan menambah income bagi industri biodiesel
[Prasetyo, 2012].
Gliserol dapat dilarutkan pada air dan alkohol, kurang larut pada eter dan
dioxane, dan tidak dapat larut pada hidrokarbon. Pada kondisi anhidrous, gliserol
memiliki spesifik gravity 1,261 gr/ml, titik leleh 18,2C, dan titik didih 290C
dengan tekanan atmosferik normal disertai dekomposisi. Gliserol sangat stabil

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
21

pada kondisi normal, cocok digunakan dengan bahan kimia lainnya, non-iritasi
pada berbagai macam penggunaannya, dan tidak berefek negatif pada lingkungan
[Pagliaro dan Rossi, 2008].
Tabel 3.1 Sifat fisika gliserol pada suhu 20C
Sifat Nilai
Berat molekul 92,09382 g/mol
Densitas 1,261 g/ml
Viskositas 1,5 Pa.s
Titik leleh 18,2C
Titik didih 290C
Titik nyala 160C
Tegangan permukaan 64.00 mN-1m
Koefisien suhu -0.0598 mN (mK)-1
Sumber: Pagliaro dan Rossi, 2008

3.1.2 Asam Asetat


Asam asetat atau lebih di kenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah
suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa
asam yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan
asmosferik, titik didihnya 118,1C. Asam asetat merupakan asam lemah yang
terionisasi sebagian dalam air, walaupun demikian, keasaman asam asetat tetap
lebih tinggi dibanding dengan keasaman air. Sifat fisika dan kimia asam asetat
dapat dilihat pada Tabel 3.2dan 3.3.

Tabel 3.2Sifat Fisika Asam Asetat


Sifat Asam Asetat
Rumus molekul C2H4O2
Berat molekul 60,05 kg/kmol
Bentuk Cairan
Warna Tidak berwarna

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
22

Bau Menyengat
pH Asam
Sifat Asam Asetat
Densitas 1,0495 g/ml (pada suhu 20C
Viskositas 11,83 mPa (pada suhu 20C
Titik beku 16,635C
Titik didih 118,1C
Sumber: Depkes RI, 1995

Tabel 3.3Sifat Kimia Asam Asetat


No Sifat kimia
1. Asam karboksilat tergolong polar dan dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
sesamanya atau dengan molekul lain.
2. Mengurai di dalam air, menghasilkan anion karboksilat dan ion hidronium.
3. Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (COOH) dalam asam karboksilat
seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga
memberikan sifat asam.
4. Bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air.
5. Pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol.
6. Jika di reaksikan dengan karbonat akan menghasilkan karbon dioksida.
Sumber: Hart, 2003; Depkes RI,1995

3.1.3 Asam Asetat Anhidrat


Asetat anhidrat ((CH3CO)2O) merupakan larutan aktif, tidak berwarna, serta
memiliki bau yang tajam. Asetat anhidrat merupakan anhidrat dari asam asetat
yang struktur antar molekulnya simetris. Asetat anhidrat memiliki berbagai
macam kegunaan antara lain sebagai fungisida dan bakterisida, pelarut senyawa
organik, berperan dalam proses asetilasi, pembuatan aspirin, dan dapat digunakan
untuk membuat acetylmorphine. Asam asetat anhidrat paling banyak digunakan

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
23

dalam industri selulosa asetat untuk menghasilkan serat asetat, plastik serat kain
dan lapisan [Celanase, 2010].

3.1.4 Katalis
Sintesis triasetin telah dilakukan sejak tahun 1963 dengan bahan gliserol
dan asetat anhidrida [Trevoy dan Tegg, 1963]. Penelitian pembuatan triasetin pada
umumnya dilakukan menggunakan reactor batch dengan bahan gliserol dan asam
asetat menggunakan katalis homogen maupun heterogen. Katalis heterogen dipilih
dengan maksud tidak adanya pemisahan produk dengan katalisnya setelah keluar
dari reactor, sedangkan katalis homogen digunakan untuk mendapatkan hasil
konversi dan selektivitas triasetin yang lebih tinggi [Luque et al, 2008].
Penelitian Sebelumnya menggunakan katalis homogen seperti yang
dilakukan oleh Widayat, dia menggunakan katalis asam sulfat karena unggul
dalam sifat higroskopiknya yang dapat menyerap air, sehingga reaksi esterifikasi
berjalan kearah produk. Namun, penggunaan katalis homogen mempunyai
kelemahan yaitu katalis sulit untuk dipisahkan dengan produk setelah reaksi
karena berada dalam satu fase [Krisdiyanto, 2014].Tabel 3.4 menunjukkan hasil
penelitian pembuatan triasetin dengan berbagai macam katalis yang digunakan.

Tabel 34 Hasil Penelitian Pembuatan Triasetin


Katalis Konversi Referensi

Zeolit Alam 90 Nirmala, 2014

Asam Sulfat 67,63 Widayat dkk, 2013

Indion 225Na 42,3 Nuryoto dkk, 2010

Sulfat Karbon Aktif (AC-SA5) 91 Khayoon dkk, 2011

Amberlyst-35 99 Liao dkk, 2009

Dari jenis katalis diatas dipilih katalis homogen yaitu asam sulfat, karena :

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
24

a. Mekanismenya yang lebih dimengerti.


b. Transfer panas yang ada pada fasa homogen untuk reaksi eksotermis yang
tinggi atau endotermis tidak masalah.
c. Jangkauan untuk mendapatkan katalis homogen lebih mudah, sehingga
memudahkan aktifitas dan reaksi dalam kondisi baik dapat digunakan.
[Mufrodi dkk, 2013]

Asam sulfat merupakan asam mineral anorganik, larut pada air, mudah
menguap, dan mengeluarkan panas (eksotermis). Sifat fisik asam sulfat dapat
dilihat pada Tabel 3.5

Tabel 3.5Sifat fisika Asam Sulfat


Sifat Asam Sulfat
%Unsur penyusun H=2 (28,57%), S=1 (14,28 %), O = 4 (57,14%)
Rumus molekul H2SO4
Bobotmolekul 98,07 gr/mol
Titikdidih 340oC
Titikbeku 10,49oC
Densitas 1,9224 gr/cm3
Sumber: Baysinger, 2004

3.1.5 Termodinamika Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan adalah gliserol, asam asetat, asam asetat
anhidrat, dan katalis berupa asam sulfat. Data termodinamika bahan baku dapat
dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Termodinamika Bahan Baku
Massa Vc Cp
Nama Tc Pc
Molar Zc (cm3/ (J/mol
Senyawa (K) (bar)
(kg/kgmol) mol) K)
Asam
60.053 0.467 592.0 57.86 0.211 179.7 463.36
Asetat

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
25

Asam
98.08 - 924.0 64.00 0.147 177 610.0
Sulfat
Sumber: Van Ness, 2001

3.2 Spesifikasi Produk


3.2.1 Triacetin
Trigliserida 1,2,3-triacetoxypropane yang lebih umum dikenal sebagai
triacetin dan gliserin triasetat. Triacetin adalah triester gliserol dan asam asetat.
Gliserol direaksikan dengan asam asetat akan menghasilkan monoacetin, diacetin,
dan triacetin. Dalam pembuatan triacetin dilakukan dengan mereaksikan gliserol
dan asam asetat secara esterifikasi. Triacetin dapat diproduksi dari reaksi gliserol
dan asam asetat menggunakan katalisator. Triacetin mudah larut dalam alkohol,
eter, dan kloroform. Sifat fisika triacetin dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7Sifat Fisik Triacetin


Sifat Fisik Triacetin
Rumus molekul C9H14O6
Bentuk Cairan
Warna Tidak berwarna
Bau Lemah
Kekentalan dinamik pada 20C 23 mPa*s
Titik didih 258C
Titik lebur ~78C
Titik nyala 138C
Tekanan uap pada 20C < 0,1 hPa
Densitas uap relatif 7,52
Densitas pada 20C 1,16 g/cm3
Kelarutan uap dalam air pada 20C ~64 g/l
Sumber : Kirk dan Othmer, 1971

3.3 Kesehatan Dan Keselamatan Lingkungan

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
26

Kesehatan dan keselamatan merupakan hal penting dalam mendirikan


pabrik. Berdasarkan msds didapatkan data sheet hazards statement yang dapat
dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8Hazard Statement pada Produksi Triacetin


Bahan Hazard Statement Cara Penanganan
Gliserol Menyebabkan gangguan Jaga agar wadah tetap tertutup
pada kulit, menyebabkan rapat di tempat yang kering,

gangguan mata berat dan sejuk dan berventilasi baik

menyebabkan iritasi
pernapasan.
Asam Asetat Sangat berbahaya jika Simpan wadah di tempat yang
terjadi kontak kulit (iritan), sejuk dan berventilasi baik.
kontak mata (iritan). Zatnya Jaga agar wadah tertutup rapat
dan disegel sampai siap
bisa menjadi racun bagi
digunakan. Jauhkan dari panas
ginjal, membran mukosa,
dan sumber api. Hindari
kulit dan gigi. Paparan
kontak dengan kulit dan mata.
berulang kali atau
berkepanjangan terhadap
zat tersebut dapat
menyebabkan kerusakan
organ target.

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
27

BAB IV
SELEKSI DAN DESKRIPSI PROSES

4.1 Gross Profit Margin (GPM)


Kelayakan pendirian pabrik Triacetin dari Gliserol diuji secara kasar melalui
Gross Profit Margin (GPM). GPM merupakan perkiraan secara global mengenai
keuntungan yang diperoleh dari penjualan produk utama dan produk samping
dikurangi dengan biaya bahan baku, tanpa melihat biaya peralatan, biaya operasi,
dan biaya perawatan. Data pendukung untuk perhitungan GPM dapat dilihat pada
Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Data Mr dan Harga pada produksi proses triacetin


Larutan Struktur Kimia Mr (kgmol) Harga (Rp/kg) 2019
Gliserol C3H5(OH)3 92.094 10,200
Asam Asetat CH3COOH 60 2,686
Asetat
(CH3CO)2O 102 22,837
Anhidrat
Triacetin C9H14O6 218.21 23,500
Air H2O 18 -
Sumber: BPS, 2017
4.1.1 Proses Esterifikasi
Rx: C3H5(OH)3 + 3CH3COOH C9H14O6 + 3H2O
Gliserol As. Asetat Triacetin Air

Gliserol Asam Asetat Triacetin Air


Spesifikasi
C3H5(OH)3 CH3COOH C9H14O6 H2 O
Kgmol 1 3 1 3
Mr 92.094 60 218.21 18
Mass 92.094 180 218.21 54
kg/kg Triacetin 0.422 0.825 1 0.247

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
28

Gliserol Asam Asetat Triacetin Air


Spesifikasi
C3H5(OH)3 CH3COOH C9H14O6 H2 O
Harga ($/lb) 0.72 0.68 0.95 0

Gross Profit Margin = (0.951) (0.680.825) (0.720.422)


= 0.085 $/kg

4.1.2 Proses Asetilasi


Rx: C3H5(OH)3 + (CH3CO)2O + CH3COOH C9H14O6 + 2H2O
Gliserol As. Anhidrat As.Asetat Triacetin Air

Gliserol Anhidrat Asetat Triacetin Air


Spesifikasi
C3H5(OH)3 (CH3CO)2O CH3COOH C9H14O6 H2 O
Kgmol 1 1 1 1 2
Mr 92.094 102 60 218.21 18
Mass 92.094 102 60 218.21 36
Kg/kg Triacetin 0.422 0.467 0.275 1 0.165
Harga ($/lb) 0.72 0.52 0.68 0.95 0

Gross Profit Margin = (0.951) (0.680.275) (0.520.467) (0.720.422)


= 0.216 $/kg

4.1.3 Proses Esterifikasi dan Asetilasi


Rx : C3H5(OH)3 + 3CH3COOH C9H14O6 + 3H2O (1)
Gliserol As. Asetat Triacetin Air
C3H5(OH)3 +3(CH3CO)2O C9H14O6 + 3CH3COOH
(2)
Gliserol As. Anhidrat Triacetin As. Asetat
2C3H5(OH)3 + 3(CH3CO)2O 2C9H14O6 + 3H2O
Spesifikasi Gliserol Anhidrat Triacetin Air

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
29

C3H5(OH)3 (CH3CO)2O C9H14O6 H2 O


Kgmol 2 3 2 3
Mr 92.094 102 218.21 18
Mass 184.188 306 436.42 54
kg/kg Triacetin 0.422 0.701 1 0.124
Harga ($/lb) 0.72 0.52 0.95 0

Gross Profit Margin = (0.951) (0.520.701) (0.720.422)


= 0.282 $/kg

Nilai GPM yang diperoleh pada masing-masing proses dapat dilihat pada
Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Nilai GPM pada masing-masing proses


Proses GPM (IDR/kg)
Esterifikasi 1,141
Asetilasi 2,901
Esterifikasi dan Asetilasi 3,788

Berdasarkan perolehan nilai GPM untuk masing-masing proses, nilai gross


profit tertinggi terdapat pada proses dua tahap yaitu esterifikasi dan asetilasi.
Dengan kapasitas produksi 25,000 Ton/Tahun serta estimasi pabrik beroperasi
selama 300 hari/tahun, sehingga diperoleh keuntungan sementara untuk setiap
tahunnya yaitu :
a. Proses Esterifikasi dan Asetilasi
3788
= (25,000)

= 94.7106 IDR/tahun, atau


94.7 x 106 IDR 1
= (300 )

= 316,000 IDR/hari

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
30

4.2 Ketersediaan Bahan Baku


4.2.1 Proses Esterifikasi
Pada proses esterifikasi bahan baku yang digunakan ialah gliserol, asam
asetat, dan katalis asam sulfat. Gliserol diperoleh dari PT. Ecogreen
Oleochemicals, Batam. Bahan baku asam asetat diperoleh dari PT. Indo
Acidatama, sedangkan asam sulfat diperoleh dari PT. Indonesian Acid Industry.

4.2.2 Proses Asetilasi


Reaksi asetilasi merupakan reaksi yang sama dengan esterifikasi yaitu reaksi
antara alkohol dan menghasilkan ester dan air. Pada proses asetalisasi, bahan baku
yang digunakan berupa gliserol yang diperoleh dari PT. Ecogreen Oleochemicals,
Batam. Kemudian bahan baku asam asetat anhidrat diperoleh dari PT. Indo
Acidatama.

4.2.3 Proses Esterifikasi Asetilasi


Pada proses esterifikasi asetilasi bahan baku yang digunakan ialah
gliserol, asam asetat, asam asetat anhidrat, dan katalis asam sulfat. Gliserol
diperoleh dari PT. Ecogreen Oleochemicals, Batam. Bahan baku asam asetat dan
asam asaetat anhidrat diperoleh dari PT. Indo Acidatama, sedangkan asam sulfat
diperoleh dari PT. Indonesian Acid Industry.

4.3 Kondisi Proses dan Konversi


4.3.1 Proses Esterifikasi
Gliserol ditambahkan pada reboiler yang mengandung asam asetat anhidrat
dan dijaga temperaturnya agar tidak melebihi 130C selama 3 jam sehingga
terbentuk asam asetat. Campuran yang terbentuk bewarna kuning dan memiliki
aroma asam asetat yang kuat. Lalu, campuran diumpankan ke dalam oil-jacketed
column packed with glass rings dipanaskan sampai 130C dengan tekanan 50
mmHg sehingga triacetin terbetukn dengan konsentrasi 99,2% dari campuran
yang diumpankan [Khramov, 1998].

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
31

4.3.2 Proses Asetilasi


Gliserol direaksikan dengan asam asetat dalam kolom pada suhu 150C dan
tekanan 4,0 bar dan lalu diumpankan ke dalam reaktor selanjutnya sampai ke
reaktor ke-5 dengan kondisi pada reaktor dengan suhu 250C dan tekanan 2,0-3,0
bar sehingga diperoleh triacetin serta hasil samping asam asetat yang tidak ikut
bereaksi dan air yang terbentuk akibat reaksi asetilasi. Triacetin dideodorizer agar
bau yang menyengat dapat dikurangi. Asam asetat dipisahkan dari air agar limbah
yang dikeluarkan tidak berbahaya bagi lingkungan.

4.3.3 Proses Esterifikasi-Asetilasi


Gliserol direaksikan dengan asam asetat terjadi dalam kolom dengan suhu
250C tekanan operasi 7,5 bar terjadi proses esterifikasi terbentuk mono-, di-, dan
triasetin, kemudian dilakukan proses asetilasi pada kolom selanjutnya
diumpankan asam asetat anhidrat sehingga memisahkan air dari campuran dan
terbentuk triasetin yang sempurna beserta produk samping berupa asam asetat.
Kemudian dilakukan pemurnian secara distilasi untuk memisahkan triasetin dan
asam asetat.
Kondisi proses dan konversimasing-masing proses dapat dilihat pada Tabel
4.3 berikut.

Tabel 4.3 Perbandingan Kondisi Proses dan Konversi Pada Masing-


masing Proses
Proses Kondisi Proses Konversi Sumber
P = 50 mmHg Khramov,
Esterifikasi 82,07%
T = 130 0C 1998
P = 1 bar Sun, et al,
Asetilasi 63,50%
T = 1500C 2015
P = 0,2 30 bar T Bremus dkk.,
Esterifikasi Asetilasi 70%
= 100C-250C 1983
4.4 Reaktor
Menurut Mufrodi dkk (2013), sintesis triacetin dapat digunakan dengan
menggunakan beberapa jenis reactor seperti batch reactor, continuous reactor,

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
32

serta menurut Rochmadi (2012) yaitu reactive distillation.Dengan menggunakan


reaktor jenis batchmenghasilkan konversi gliserol sebesar 96,3%, sebaliknya
produksi triacetin dengan menggunakan continuous reactordapat menghasilkan
konversi gliserol sebesar 98,51%. Menurut Rochmadi (2012) untuk tipe
continuous reactive distillation selain dapat digunakan untuk tempat reaksi namun
juga pemurnian produk sekaligus. Reaktor tipe ini dapat memisahkan komponen
air dan asam asetat dari produk distilat sebanyak mungkin, dengan konversi
sekitar 75% dari produk utama pada bagian bawah.

Tabel 4.4Tinjauaan Masing-masing Reaktor


Tipe Konversi
Spesifikasi
Reaktor (%)
Batch 96.30 Kondisi Proses :
Reaktor a. P = 1070 kPa
b. Kecepatan Pengadukan = 290 rpm
c. T = 393 - 433 K
Namun batch reactor hanya dapat digunakan sebagai
tempat mereaksikan bahan baku (tidak dengan
pemurnian)
Continuous 98.51 Kondisi Proses dan Dimensi Alat :
Reactor a. T = 323 K
b. Dimensi kolom yaitu berdiameter 1.5 cm dengan
panjang 44 cm
Selain menjadi tempat untuk terjadinya reaksi, namun
disini dilakukan juga pemurnian pada produk. Kemudian
reaktor tipe ini dapat memisahkan komponen air dan asam
asetat dari produk distilat sebanyak 75% dari produk
utama pada bagian bawah.
Reactive 75 Dimensi Alat yang digunakan pada reactor jenis ini yaitu
Distillation panjang 1.2, diameter 4.5 mm dan ketebalan 2 mm
Sumber: Mufrodi dkk, 2013

a. Batch Reactor
Sintesis triacetin sebelumnya telah dilakukan dalam reaktor berpengaduk
pada P = 1070 kPa, kecepatan pengadukan 290 rpm, T = 393 dan 433 K. Pada
proses pembuatan triacetin sebelumnya telah digunakan beberapa tipe katalis
heterogen, seperti aminosulphonate, phosphotungstic, mesoporous silica dengan

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
33

sulfonic acid, p-toluensulfone, Amberlyst-15 atau SAC-13 (Nafion-SiO2) dan


SO4 2-/ ZrO2-TiO2, Amberlist-15, K-10, Niobic acid, HZMS-5 and HUSY,
Amberlyst-35, ZrO2, TiO2ZrO2, WOx/TiO2ZrO2 and MoOx/TiO2ZrO2.
Selain itu beberapa literatur menyebutkan bahwa katalis heterogen seperti
dodecatungstophosphoric acid (PW) dapat membantu pada aktivasi karbon.
Selanjutnya pada katalis H2SO4 merupakan katalis homogen yang sering
digunakan pada beberapa pengembangan riset. Dan dari hal tersebut membuktikan
bahwa katalis tipe ini menjadi salah satu yang terbaik dari beberapa tipe katalis
cair [Mufrodi dkk, 2013].

b. Proses Continuous
Menurut riset oleh Mufrodi dkk (2010) pembuatan triacetin telah berhasil
dilakukan dengan katalis Amberlyst-15 menggunakan kolom katalitik. Dimensi
kolom yaitu berdiameter 1.5 cm dengan panjang 44 cm. Selain itu rasio gliserol
dengan asam asetat sebesar 2:9 dan flow rate yaitu 0.3 cm3/menit. Perolehan asam
asetat yang terkonversi yaitu 50%. Sintesis triacetin telah dilakukan menggunakan
proses ini khususnya dengan reaktor fixed bed pada T = 323 K dengan katalis
Amberlyst. Hasil terbaik diperoleh dengan rasio asam assetat dan gliserol 3:1.

c. Reactive Distillation
Reaktor tipe ini dapat digunakan untuk mereaksikan asam asetat dan
gliserol sehingga dengan umpan F1 dan F2 pada kolom sehingga menghasilkan
produk triacetin. Berikut skema dari reaktor reactive distillation.

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
34

Gambar 4.1 Reaktor reactive distillation

Pada Gambar 4.1 memperlihatkan kolom dengan kondisi proses


diantaranya Tekanan (atm) dan Temperatur, dimana aliran umpan berupa asam
asetat memiliki T = 391 K, sedangkan gliserol dengan T = 373 K [Rochmadi,
2012].

4.5 Sistem Utilitas


Berdasarkan kebutuhannya, utilitas pada Pabrik Triacetin dari Gliserol dari
semua proses meliputi:
1. Unit Penyediaan dan Pengolahan Air
Berfungsi sebagai air proses, air pendingin, air umpan boiler. Air yang
akan digunakan dalam sebagian besar proses berasal dari air laut dan
waduk karena lokasi pabrik yang berdekatan dengan laut serta
banyaknya waduk yang terdapat di Batam. Air laut diolah menjadi air
tawar sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan pabrik.
2. Unit Penyediaan Listrik
Berfungsi sebagai tenaga penggerak untuk peralatan proses maupun

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
35

penerangan. Listrik diperoleh dari PLN Batam dan Generator Set


sebagai cadangan apabila PLN mengalami gangguan.
3. Unit Pengolahan Limbah
Berfungsi untuk mengolah limbah pabrik baik yang berupa padat, cair,
maupun gas.
4. Unit Penyediaan Bahan Bakar
Berfungsi menyediakan bahan bakar untuk boiler dan generator.
Kebutuhan bahan bakar dalam proses dapat diperoleh melalui PT.
Pertamina RU III Plaju maupun PT Chevron Pacific Indonesia, Dumai.
5. Unit Penyediaan Steam. Digunakan untuk proses pemanasan di reaktor
dan heat exchanger.

4.6 Produk Samping dan Limbah yang Dihasilkan


Produk samping dan limbah yang dihasilkan dari masing-masing proses
dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Produk Samping dan Limbah yang Dihasilkan
Proses Produk Samping Limbah
Esterifikasi Air, monoacetin, diacetin Emisi gas, emisi cair
Asetilasi Air Emisi gas, emisi cair

4.7 Proses Pendukung


Proses pendukung lainnya dalam pembuatan triacetin pada masing-masing
proses dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Proses Pendukung Lainnya Pada Pembuatan Triacetin


Proses Proses Pendukung
Pemurnian
Esterifikasi
Recycle (asam asetat)
Pemurnian
Asetilasi
Recycle (asam asetat anhidrat)
Pemurnian,
Esterifikasi Asetilasi Recycle (asam asetat dan asam
anhidrat)

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
36

4.8 Proses Terpilih


Pemilihan proses pada perancangan pabrik ini didasarkan atas beberapa
pertimbangan seperti nilai Gross Profit Margin (GPM), ketersediaan bahan baku,
dan tipikal kondisi proses yang akan terjadi. Proses yang dipilih dari beberapa
teknologi proses pada pembuatan triacetin adalah proses Esterifikasi-Asetilasi.
Proses ini terdiri atas dua tahap dengan kondisi proses yaitu suhu 100C - 250C
dan tekanan 0,2 30 bar dengan konversi 70%. Dilihat dari GPM masing-masing
proses, proses Esterifikasi-Asetilasi memiliki nilai GPM yang lebih besar
dibandingkan proses yang lain.
Dilihat dari ketersediaan bahan baku, proses Esterifikasi-Asetilasi
menggunakan asam asetat dan asetat anhidrat dimana bahan baku gliserol
diperoleh dari PT. Ecogreen Oleochemicals yang berada di Batam. Sedangkan
asam asetat dan asetat anhidrat diimpor dari PT. Indo Acidatama.

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
37

BAB V
KESIMPULAN

Pendirian pabrik tiacetin akan memenuhi kebutuhan dalam negeri sekitar


70% dari total konsumsi pertahunnya. Pabrik triacetin yang akan dibangun
berlokasi di kawasan industri Kabil Nongsa, Kota Batam, Provinsi Kepulauan
Riau dengan kapasitas produksi sebesar 25,000 Ton/Tahun. Proses yang dipilih
dalam pembuatan triacetin dari gliserol yaitu proses Esterifikasi-Asetilasi dengan
GPM sebesar 3,788IDR/kg. Katalis yang digunakan dalam proses produksi
triacetin dari gliserol ini adalah asam sulfat dengan reaktor sistem kontinyu
sehingga diharapkan akan dihasilkan triacetin yang bernilai jual tinggi.

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
38

DAFTAR PUSTAKA

Baysinger, Grace.Et all., 2004, CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Bremus, N., Dieckelmann, G., Jeromin, L., Rupilius, W., and Schutt, H., 1983,
Process for Continuous Production of Triacetin, US Patent
4.381.407.Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1995. SNI 01-4371-1995.
Cuka Makanan. Jakarta: Departemen Perindustrian Republik
Indonesia.Fessenden, R.J & J.S. Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jilid 2
edisi ketiga. Erlangga.
Bremus, N., Dieckelmann, G., Jeromin, L., Rupilius, W., 1981, Process for the
Continuous Production of Triacetin, Germany.
Cesar, A.G., Christian, J.R.C., dan Joao, A.C.J., 2013, Glycerol : Production,
Consumption, Prices, Characterization, and new trends in combustion,
Renewable and Sustainable Energy Reviews, Page 475 493.
Ganesh, L. M., Aniruddha, B.T., Parag, R. G., 2013, Ultrasome Assisted
Interesterification of Waste Cooking Oil and Methyl Acetate for Biodiesel
and Triacetin Production, Fuel Processing Technology, Vol 116 Page 241-
249.
Groggins, P.H. 1958. Unit Process in Organic Synthesis, 5th ed. Mc Graw Hill
Kogakusha, ltd. Tokyo.
Harben, P.W & Kuzvart, M., 1996, Industrial minerals: A global geology,
Industrial Minerals Information Ltd, Metal Bulletin PLC, London, p. 445-
450. Khairiati, N., Zuchra, H., dan Khairat., 2016, Pemanfaatan Gliserol
Produk Samping Biodiesel Menjadi Triacetin Melalui Proses Esterifikasi
Menggunakan Katalis Fly Ash.
Hart . H. Craine. L.E. and Hart. D.J. 2003. Kimia Organik. Edisi Kesebelas.
Erlangga. Jakarta. Kirk, R. E. dan Othmer, D.F. 2007. Rosin dan Rosin

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
39

Derivated. Encyclopedia of Chemical Technology. Volume ke-21. The


Interscience Encyclopedia Inc. New York.
J. Sun, et al., 2015, An efficient and suistable production of triacetin from the
acetylationof glycerol using magnetic solid acid catalysts under mild
conditions, Tianjin university of technology, China.
Khayoon, M. and Hameed, B.H., 2013, Solventless Acetalization of Glycerol with
Acetone to Fuel Oxygenates Over NiZr Supported on Mesoporous
Activated Carbon Catalyst, Appl. Catal. A-Gen., 464-465, 191-199
Setyawan, D., Handoko, P., 2002, Aktivasi Katalis Cr/Zeolit dalam Reaksi
Konversi Katalitik Fenol dan Metil Isobutil Keton, Jurnal Ilmu Dasar, 3(1).
Krisdiyanto, D., 2014, Peramalan Hasil Reaksi Asetilasi Gliserol Menjadi
Triacetin Mengunakan Katalis Silika Sulfat Dari Sekam Padi Dengan
Analisa Persamaan Regresi, Fourier, Vol 3. No. 2: 133-145.
Manuela, M. C. F., Debora., Joerge, L.N., & Jose, F. O., 2011. An Overview of
Enzim Catalized Reactions and Alternative Feedstock for Biodiesel
Production, University of Santa Catarina. Brazil.
Mufrodi, Z. 2010. Chemical Kinetics for Synthesis of Triacetin from Biodiesel
Byproduct. International Journal of Chemistry. Vol 4. No. 2: 101-107
Mufrodi, Z., Rochmadi, Sutijan, dan Arief, B., 2010, Effects of temperature and
catalyst upon triacetin production from glycerol (by-product biodiesel
production) as octane booster, in Proc. Advances in Renewable Energy
Technologies Int. Conf., Cyberjaya, Malaysia, pp. 130-134.
Mufrodi, Z., Rochmadi, Sutijan, dan Arief, B., 2013, Synthesis Acetylation of
Glycerol Using Batch Reactor and Continuous Reactive Distillation
Column, Engineering Journal, Vol. 18 Issue 2.
Nuryoto, Sulistyo, H., Rahayu S.S., dan Sutijan. 2010. Uji Performa Katalisator
Resin Penukar Ion Untuk Pengolahan Hasil Samping Pembuatan Biodiesel
Menjadi Triacetin. Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses 2010.

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.
40

Pagliaro, M. dan Rossi, M., 2008, The Future of Glycerol: New Usage of a
Versatile Raw Material, RSC Publishing, Cambridge.
Quan, D., Ninad A.D., Srinivisan V., dan Charies E.D. 1997. Triacetin as
Penetration Enchanger for Transdermal Delivery of a Basic Drug. US
Patent 5,601,839.
Saka, S. & Isayama, Y. 2009. A new process for catalyst-free production of
biodiesel using supercritical methyl acetate.Journal Article. Vol. 88 No.7.
1307-1313.
Sari, N., Helwani, Z., dan Rionaldo, H. 2015. Esterifikasi Gliserol Dari Produk
Samping Biodiesel Menjadi Triasetin Menggunakan Katalis Zeolit Alam.
JOM F TEKNIK. Vol. 2, No.1.
Smith, J.M., Van Ness, H.C., Abbott M., 2001, Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics, 6 th edition, McGraw-Hill, New
York.Sobari, M. I., dan Rijal, S. 2014. Optimalisasi Kinerja Zeolit Alam
Bayah Sebagai Katalis Untuk Pembuatan Triacetin Sebagai Aditif Premium.
Banten: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Cilegon.
Wepoh, H., 2015, Synthesis of Triacetine from Glycerol. University Tunku Abdul
Rahman.
Widayat, Satriadi, H., Abdullah, Windrianto, I. K., dan Handono. 2013. Proses
Produksi Triacetat dari Gliserol dengan Katalis Asam Sulfat. Jurnal Teknik
Kimia Indonesia. Vol. 11, No.4.

Kelompok 1 TRP Semester Ganjil/2017-2018


By Checked Approved
Adha Widoni Arini Rahmasari
Ahmad Syaiful Bahri Ayu Annisya T.
Annisa Afrilla Adraf Bima Wandika P.

You might also like