You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Menentukan jumlah gas CO2 terabsorbsi, baik pada masing-masing
packing maupun secara keseluruhan, pada berbagai komposisi gas CO2
dalam udara dan laju alir absorban (air)
2. Membandingkan hasil analisa gas CO2 dalam udara yang diukur
berdasarkan Hempl Analysis dengan yang berdasarkan pengukuran laju
air
3. Membandingkan jumlah CO2 terabsorbsi hasil percobaan dengan yang
diperoleh dari neraca massa.

1.2 Absorpsi
Absorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut
(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap,
dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapannya.
Absorpsi menggunakan istilah absorben dan absorbat, dimana absorben
merupakan suatu penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon, sedangkan
absorbat adalah suatu media yang diserap (Soedarsono, et al, 2005).
Selain itu, terdapat pendapat lain mengenai absorpsi. Menurut Utami 2012,
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu
campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu
atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya utami. Absorbis dapat
terjadi melalui dua mekanisme, yaitu absorbsi fisik dan absorbsi kimia (Treybal,
et al, 1980).

1.2.1 Absorpsi Fisika


Merupakan absorpsi yang terjadi karena adanya gaya Vander Waals. Gaya
Van der Waals merupakan gaya tarik menarik yang relatif lemah antara absorbat
dengan permukaan absorben. Pada absorpsi fisika, absorbat tidak terikat kuat pada
absorben sehingga absorbat dapat bergerak dari suatu bagian permukaan absorben
ke bagian permukaan absorben lainnya dan pada permukaan yang ditinggalkan
oleh absorbat tersebut dapat digantikan oleh absorbat lainnya. Absorpsi fisika
merupakan peristiwa yang reversibel sehingga jika kondisi operasinya diubah,
maka akan membentuk kesetimbangan yang baru. Proses absorpsi fisika terjadi
tanpa memerlukan energi aktivasi. Ikatan yang terbentuk dalam absorpsi ini dapat
diputuskan dengan mudah yaitu dengan pemanasan pada temperatur sekitar 150-
200oC selama 2-3 jam. Contoh proses ini adalah absorbsi gas H2S dengan air,
smethanol, propilen karbonase.

1.2.2 Absorpsi Kimia


Absorpsi yang terjadi karena terbentuknya ikatan kimia antara molekul-
molekul absorbat dengan absorben. Ikatan yang terbentuk merupakan ikatan yang
kuat sehingga lapisan yang terbentuk merupakan lapisan monolayer. Pada
absorpsi kimia yang terpenting adalah spesifikasi dan kepastian pembentukan
monolayer sehingga pendekatan yang digunakan adalah dengan menentukan
kondisi reaksi. Hal tersebut dapat mengatur hanya absorpsi kimia saja yang terjadi
dan hanya membentuk monolayer. Absoprsi kimia bersifat tidak reversibel dan
umumnya terjadi pada suhu tinggi di atas suhu kritis absorbat. Oleh karena itu,
untuk melakukan proses desorpsi dibutuhkan energi yang lebih tinggi untuk
memutuskan ikatan yang terjadi antara absorben dengan absorbat (Treybal, 1980).
Contoh peristiwa ini adalah absorbsi gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH,
K2CO3 dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses
penyerapan gas CO2 pada pabrik Amonia seperti yang terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Absorpsi ((Utami, et al 2012).ia


Proses absorpsi dapat dilakukan dalam tangki berpengaduk yang dilengkapi
dengan sparger, kolom gelembung (bubble column), atau dengan kolom yang
berisi packing yang inert (packed column) atau piringan (tray column). Pemilihan
peralatan proses absorpsi biasanya didasarkan pada reaktifitas reaktan (gas dan
cairan), suhu, tekanan, kapasitas, dan ekonomi (Utami, et al, 2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya absorpsi suatu absorben, yaitu (Treybal,
1980) :
1. Jenis Absorbat
a. Ukuran molekul absorbat
Merupakan hal yang sangat penting diperhatikan supaya proses absorpsi
dapat terjadi dan berjalan dengan baik. Ukuran molekul absorbat
nantinya mempengaruhi ukuran pori dari absorben yang digunakan.
Molekul-molekul absorbat yang dapat diabsorpsi adalam molekul-
molekul yang diameternya lebih kecil dari diameter pori absorben.
b. Kepolaran zat
Sifat kepolaran dari absorbat dan absorben juga mempengaruhi proses
absorpsi. Misalnya karbon aktif, untuk molekul yang berdiameter sama,
molekul-molekul nonpolar lebih kuat diabsorpsi oleh karbon aktif dari
pada molekul-molekul yang polar.
2. Karakteristik Absorben
a. Kemurnian absorben
Sebagai zat yang digunakan untuk mengabsorpsi, maka absorben yang
lebih murni lebih diinginkan karena memiliki kemampuan absorpsi yang
lebih baik.
b. Luas permukaan dan volume pori absorben Jumlah molekul absorbat
yang terabsorpsi meningkat dengan bertambahnya luas permukaan dan
volume pori absorben. Dalam proses absorpsi, absorben seringkali
ditingkatkan luas permukaanya karena luas permukaan absorben
merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi proses absorpsi.
3. Temperatur
Berdasarkan prinsip Le Chatelier, maka proses absorpsi yang merupakan
proses eksotermis, dengan peningkatan temperatur pada tekanan tetap akan
mengurangi jumlah senyawa yang terabsorpsi.
4. Tekanan Absorbat
Pada absorpsi fisika, jumlah zat yang diabsorpsi akan bertambah seiring
dengan naiknya tekanan absorbat, sedangkan pada absorpsi kimia, jumlah zat
yang diabsorpsi akan berkurang dengan menaikkan tekanan absorbat.

1.3 Prinsip Prinsip Absorpsi


Udara yang mengandung komponen terlarut (misalnya CO2) dialirkan ke
dalam kolom pada bagian bawah. Dari atas dialirkan air. Pada saat udara dan air
bertemu dalam kolom isian, akan terjadi perpindahan massa. Dengan menganggap
udara tidak larut dalam air (sangat sedikit larut),maka hanya gas CO2 saja yang
berpindah ke dalam fase air (terserap). Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya
CO2. Semakin ke atas ,aliran udara semakin miskin CO2. Faktor-faktor yang
berpengaruh pada operasi absorpsi adalah sebagai berikut :
1. Laju alir air. Semakin besar, penyerapan semakin baik.
2. Komposisi dalam aliran air. Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi
dengan CO2 (misalnya NaOH) maka penyerapan lebih baik.
3. Suhu operasi. Semakin rendah suhu operasi,penyerapan semakin baik.
4. Tekanan operasi. Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin
baik sampai pada batas tertentu. Diatas tekanan maksimum (untuk
hidrokarbon biasanya 4000-5000 kPa), penyerapan lebih buruk.
5. Laju alir gas. Semakin besar laju alir gas, penyerapan semakin buruk.

1.4 Absorpsi Gas


Absorpsi gas adalah proses pemisahan gas yang tidak diinginkan dari
campurannya. Proses kontak antara campuran gas dan cairan bertujuan untuk
menghilangkan salah satu komponen gas dengan cara melarutkannya
menggunakan cairan yang sesuai. Proses absorbsi ini melibatkan difusi partikel-
partikel gas ke dalam cairan. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi
absorbsi adalah kelarutan (solubility) gas dalam pelarut dalam kesetimbangan,
tekanan operasi, serta temperatur. Pada umumnya, naiknya temperatur
menyebabkan kelarutan gas menurun (Kartohardjono, et al, 2007).
Pada absorpsi gas, uap yang dapat larut diserap dari campuranya dengan gas
tak aktif atau gas lembam (inert gas) dengan bantuan zat cair dimana gas terlarut
(solute gas) dapat larut, banyak atau sedikit. Pada absorpsi gas CO2 menggunakan
pelarut air, CO2 bereaksi dengan air melalui persamaan sebagai berikut:
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3
Reaksi CO2 dengan air tersebut merupakan reaksi kesetimbangan, di mana
konstanta kesetimbangannya sangat kecil sehingga pembentukan H+ dan HCO3-
juga sangat kecil. Karena itu, proses absorbsi CO2 dengan air lebih dinyatakan
sebagai absorbsi fisika, bukan absorbsi kimia (Kartohardjono, et al, 2007).

1.5 Model atau Jenis Alat Transfer Massa


Operasi transfer massa umumnya dilakukan dengan menggunakan menara
yang dirancang sedemikian sehingga diperolah kontak yang baik antra dua fase.
Alat transfer massa yang berupa menara secara umum dapat dibagi menjadi 4
yaitu : manara sembur (spray tower), menara gelembung, menara pelat (tray
tower) dan menara paking.

1.5.1 Menara Sembur (Spray Tower)


Spray tower merupakan alat yang paling sederhana untuk absorpsi gas,
terdiri dari tower yang kosong dan satu set nozzle untuk menyemprotkan cairan.
Aliran gas kontaminan memasuki dasar tower dan melewati absorbent bersamaan
disemprotkannya cairan pada satu atau beberapa tingkat nozzle. Aliran cairan dan
gas pada arah berlawanan disebut dengan countercurrent flow. Gambar 2.2.
mengilustrasikan pengoperasian dari typical countercurrent flow spray tower.
Gambar 2.2 Spray Tower

Tetes-tetes cairan akan bergerak ke bawah karena gravitasi, dan akan


berkontak dengan arus gas yang naik ke atas. Nozzel spray dirancang untuk
membagi cairan kecil-kecil. Makin kecil ukuran tetes cairan maka makin besar
kecepatan transfer massa. Tetapi apabila ukuran tetes cairan terlalu kecil, tetes
cairan dapat terikut arus gas keluar. Spray tower dapat digunakan untuk absorpsi
gas, tetapi mereka tidak seefektif proses absorpsi dalam packing colomn. Spray
tower dapat sangat efektif dalam menghilangkan polutan jika polutan yang
sangat larut atau jika reagen kimia ditambahkan ke cairan. Spray tower jarang
digunakan pada industri dikarenakan efisiensi yang rendah. Adapun kelebihan
dan kelemahan Spray Tower, yaitu:
a. Kelebihan Spray Tower:
1. Penurunan tekanan relatif rendah sekitar 1,25 sampai 4 cm.
2. Bisa menangani debu yang mudah terbakar dan meledak dengan resiko
yang kecil
3. Biaya untuk modal relatif rendah
4. Relatif kosong dari pengisisan
5. Ruang relatif kecil
6. Ketangkasan dalam mengumpulkan PM ataupun gas
7. Bentuknya yang benar-benar terbuka, tidak memiliki internal kecuali pada
spray nozzles
8. Perawatan tidak rumit. Cukup dengan pengecekan minimal 6 bulan sekali,
kemudian dilakukan platting jika ada tanda-tanda akan terjadi korosi.

b. Kelemahan spray tower:


1. Dapat menyebabkan masalah air pembuangan
2. Efisiensi transfer massa relatif rendah
3. Relative tidak efisien pada pengilangan pengotor pada PM
4. Biaya operasi relatif tinggi
5. Terbatasnya pemakaian untuk gas yang sangat mudah terlarut atau bila
tidak dibutuhkan efisiensi penyisihan yang tinggi
6. Spray Tower hanya mampu digunakan 3 sampai 4 tahun.

1.5.2 Menara Gelembung (Bubble tower)


Pada bubble tower, gas terdispersi menjadi fase liquid di dalam fine
bubble. Small gas bubble menentukan luas area. Kontak perpindahan massa
terjadi di dalam bubble formation dan buble rise up melalui liquid. Arah aliran
counter current dimana gas terdispersi di bottom tower. Gerakan bubble
mengurangi hambatan liquid-phase. Bubble tower digunakan dengan sistem
dimana pengontrol laju dari perpindahan masa pada fase liquid yang absorbsinya
adalah relatif fase gas. Mekanisme dasar perpindahan massa terjadi di dalam
bubble tower dan demikian juga dengan aliran counter di dalam tank bubble
batch dimana gas itu terdispersi di dalam bottom tank. Gambar bubble tower
dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Mekanisme Bubble tower

1.5.3 Menara Pelat (Tray Tower)


Tray Tower Scrubber atau Plate Tower Scrubber merupakan scrubber
vertikal, dimana bagian dalam dari kolom berisi sejumlah tray atau plate yang
disusun pada jarak tertentu (tray/plate spacing) di sepanjang kolom. Jumlah
tray/plate ideal yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil pemisahan bergantung
pada tingginya kesulitan pemisahan zat yang akan dilakukan dan juga ditentukan
berdasarkan perhitungan neraca massa dan kesetimbangan. Gas yang mengalir
dari bagian bawah Scrubber akan melintas dari lubang-lubang yang ada pada
setiap pelat yang digenangi oleh aliran air yang mengalir dari bagian atas
scrubber. Tipe ini tidak efektif untuk ukuran partikel sub mikron tetapi tipe ini
memiliki efisiensi tinggi untuk ukuran partikel > 5m dimana dengan ukuran
tersebut efisiensi yang didapat mencapai 97%. Desain ini baik digunakan untuk
aliran gas 1.000 75.000 cfm dengan L/G ratio lebih kecil dibandingkan
dengan Spray Tower dan Ventury Scrubber. Fungsi tray adalah sebagai tempat
berlangsungnya proses perpindahan, tempat terbentuknya keseimbangan, dan alat
pemisah dua fasa seimbang.
Gambar 2.4 Plat dalam Tray tower

Mekanisme proses dari tray tower sebagai berikut, dalam tray tower
cairan dimasukkan dari puncak kolom dan dalam perjalanannya, cairan akan
mengalir dari tray yang satu ke tray yang lain yang ada di bawahnya. Selama
proses berlangsung, di setiap tray akan terjadi kontak fasa antara fasa cairan
dengan fasa uap yang dimasukkan dari dasar kolom. Secara keseluruhan, kontak
antara fasa dalam tray tower dapat dipandang sebagai aliran lawan arah,
meskipun arus yang sebenarnya terjadi adalah arus silang.
Tray harus dirancang sedemikian, agar posisi cairan di setiap tray berada
pada ketinggian yang cukup. Dengan demikian, untuk melewati cairan tersebut,
gelembung-gelembung gas akan membutuhkan waktu relatif lama hingga
memungkinkan dicapainya keseimbangan.
Kecepatan aliran uap/gas juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan
proses pemisahan. Jika kecepatan gas terlalu rendah, maka gelembung-
gelembung gas akan mengembang, sehingga luas permukaan bidang kontak tiap
satuan volume menjadi kecil. Hal tersebut akan mempengaruhi efisiensi
pemisahan. Sebaliknya, gas dengan kecepatan tinggi cenderung akan terdispersi
lebih sempurna sehingga efisiensi pemisahan meningkat. Namun, aliran gas
dengan kecepatan tertentu akan membawa percikan cairan masuk kedalam tray
yang ada di atasnya. Peristiwa ini disebut liquid entrainment. Jika entrainment
yang terjadi berlebihan maka akan terjadi banjir atau flooding. Peristiwa ini tidak
diharapkan karena justru akan menyebabkan efisiensi pemisahan turun.
Gambar 2.5 Mekanisme Tray Tower

1.5.4 Menara Paking (Packed Tower)


Packed column (tower) merupakan scrubber yang paling umum digunakan
untuk absorpsi gas. Packed column mendispersi scrubbing liquid di atas packing
material yang memberikan surface area yang luas tempat terjadinya kontak antara
gas dan cairan. Packed tower diklasifikasikan berdasarkan arah relatif dari aliran
gas menjadi cairan. Dimana packed tower yang paling sering dipergunakan adalah
aliran counter current (gas to liquid) flow tower. Aliran gas memasuki dasar tower
dan mengalir ke atas melewati packing material. Cairan disemprotkan di bagian
atas sprayer atau weir dan mengalir ke bawah sepanjang packing material.
Packed tower adalah Sebuah kolom yang dilengkapi packing untuk
memperluas bidang kontak dan membuat turbulensi sehingga kontak lebih
sempurna. Prinsip kerjanya zat yang berbeda fase mengalir berlawanan arah yg
dpt menyebabkan komponen kimia ditransfer dari satu phase ke phase lain. Zat
berfase cair mengalir dari atas dan gas dari bawah sehingga terjadi kontak antara
keduanya. Pemilihan packed tower yang digunakkan banyak alasannya bisa
karena untuk liquid korosif, dikarena alat lebih murah sehingga terjadi suatu
korosif tidak merugikan terlalu banyak. Bisa juga karena membutuhkan tahanan
liquid yang rendah karena densitasnya yangg besar. Ataupun memberikan
pressure drop pertahap kesetimbangan yang rendah dan untuk diameter kolom
yang kecil.
Packed tower dapat digunakan sebagai kolom fraksinasi untuk distilasi
kontinu atau batch. Ukuran packing 3/2 atau 2 inchi umumnya memberikan
kapasitas yang sama dengan sieve tray. Packed umumnya berkisar 1 sampai 2
feet. Packing yang lebih kecil mempunyai kapasitas lebih rendah dan hal ini tidak
mungkin digunakan dalam kolom yang besar. Umumnya pressure drop per
equivalent theoretical plate lebih kecil dari pada sieve tray atau bubble cap tray,
hal ini menguntungkan untuk operasi pada keadaan vakum.

1.6 Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben
sering juga disebut sebagai cairan pencuci, persyaratan absorben (Treybal, 1980)
yaitu:

1. Memiliki Daya Melarutkan Bahan yang Besar


Kelarutan gas harus tinggi sehingga meningkatkan laju absorbsi dan
menurunka kuantitas solvent yang diperlukan. Umumnya solvent yang
memiliki sifat yang sama dengan bahan terlarut akan lebih mudah dilarutkan.
Jika gas larut dengan baik ddalam fraksi mol yang sama pada beberapa jenis
solvent, maka dipilih solvent yang memiliki berat molekul paling kecil agar
didapatkan fraksi mol gas terlarut yang lebih besar. Jika terjadi reaksi kimia
dalam operasi absorbsi maka umumnya kelarutan akan sangat besar. Namun
bila solsvent akan di-recovery maka reaksi tersebut harus reversible. Sebagai
contoh, etanol amina dapat digunakan untuk mengabsorbsi hidrogen sulfida
dari campuran gas karena sulfida tersebut sangat mudah diserap pada suhu
rendah dan dapat dengan mudah dilucut pada suhu tinggi. Sebaliknya, soda
kostik tidak digunakan dalam kasus ini karena walaupun sangat mudah
menyerap sulfida tapi tidak dapat dilucuti dengan operasi stripping.

2. Selektif
Absorben harus memiliki sifat selektif dalam menyerap suatu komponen
gas. Hal ini diperlukan mengingat terdapat beberapa absorben yang menyerap
komponen gas berbahaya dan komponen gas yang tidak ingin dipisahkan dari
campurannya.
3. Memiliki Tekanan Uap yang Rendah
Pelarut harus memiliki tekanan uap yang rendah, karena jika gas yang
meninggalkan kolom absorbsi jenuh terhadap pelarut maka akan ada banyak
solvent yang terbuang. Jika diperlukan dapat digunakan cairan pelarut kedua
yang volatilitasnya lebih rendah untuk menangkap porsi gas yang teruapkan.
Aplikasi ini umumnya digunakan pada kilang minyak dimana terdapat menara
absorbsi hidrokarbon yang menggunakan pelarut hidrokarbon yang cukup
volatil dan di bagian atas digunakan minyak nonvolatil untuk me-recovery
pelarut utama. Demikian juga halnya dengan hidrogen sulfida yang diabsorbsi
dengan natrium fenolat lalu pelarutnya di-recovery dengan air.

4. Non Korosif
Korosif merupakan sifat senyawa yang berbahaya bagi alat-alat proses
atau pemisahan. Absorben yang korosif dapat menyebabkan berkurangnya
efisiensi alat dan operasi pemisahan.

5. Mempunyai Viskositas yang Relatif Rendah


Viskositas pelarut yang rendah amat disukai karena akan terjadi laju
absorbsi yang tinggi, meningkatkan karakter flooding dalam kolom, jatuh-tekan
yang kecil dan sifat perpindahan panas yang baik.

6. Stabil Secara Termis


Absorben yang digunakan pada absorbsi hendaknya memiliki sifat yang
stabil terhadap perubahan suhu. Hal ini diperlukan mengingat suhu lingkungan
yang tidak dapat dikendalikan.

7. Harganya Murah
Absorben yang efisien adalah absorben yang kuat, tidak korosif dan
ekonomis. Pertimbangan harga senyawa menjadi acuan apabila proses absorbsi
digunakan pada skala industri.
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk
gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan),
natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam
sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).

You might also like