Professional Documents
Culture Documents
FASA KESETIMBANGAN
Disusun oleh :
1. Ridhollahi 061330400331
2. Robby Admiral Saputra 061330400332
3. Siti Rahmayanti 061330400333
4. Sri Darmayanti 061330400334
5. Temmy Gusrini 061330400335
6. Virta Puspita Sari 061330400336
7. Hasni Kesuma Ratih 061230400320
Kelompok 3 / 5 KB
I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini,diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian kurva baku dan kurva kesetimbangan.
2. Menggambarkan kurva baku.
3. Melaksanakan praktikum untuk memperoleh data.
4. Menghitung dan mengolah data yang didapat.
Yi =
X1 =
Y1 =
= = { -
KESETIMBANGAN UAP-CAIR
Komposisi uap yang berada dalam kesetimbanagn dengan suatu cairan yang
terdiri dari komponen-komponen dengan komposisi tertentu ditentukan secara
eksperimen.
Data komposisi uap ditampilkan pada diagram komposisi versus temperatur
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 11.3
Contoh, suatu cairan dengan komposisi x1 akan mendidih pada temperatur T1, dan
komposisi uap yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan tersebut adalah
y1 (ditunjukkan oleh titik D).
Berdasarkan kurva-kurva dalam Gambar 11.3a, b dan c dapat disimpulkan bahwa
untuk sembarang cairan dengan komposisi x1 akan menghasilkan uap dengan
komposisi tertinggi dimiliki oleh komponen (zat) yang lebih mudah menguap
(volatile). Di sini simbol-simbol x dan y menunjukkan fraksi mol komponen yang
lebih volatile di dalam cairan dan di dalam uap.
Pada Gambar 11.3b dan c terdapat suatu komposisi kritis (critical composition) xg.
Pada titik ini uap memiliki komposisi yang sama dengan cairan, dengan demikian
tidak ada perubahan yang terjadi pada proses pendidihan. Campuran kritis itu
disebut azeotrope.
Untuk kegunaan proses distilasi, data kesetimbangan uap cair lebih bermanfaat
jika disajikan dalam bentuk grafik x versus y pada tekanan konstan, hal ini
disebabkan kebanyakan operasi distilasi dalam industri dilakukan pada tekanan
konstan. Grafik yang dimaksud ditunjukkan oleh Gambar 11.4. Perlu dicatat
bahwa temperatur bervariasi di sepanjang kurva.
Perhatikan Gambar 11.5, bila suatu campuran dengan komposisi x2 dan pada
temperatur T3 (titik G ) atau di bawah titik didihnya (T2) dipanaskan pada tekanan
konstan maka akan terjadi beberapa perubahan terhadap campuran tersebut:
1. Ketika mencapai temperatur T2 campuran akan mendidih (ditunjukkan oleh
titik B) dan sebagian uap dengan komposisi y2 akan terbentuk (ditunjukkan
oleh titik E).
2. Jika pada temperature T2 pemanasan campuran dilanjutkan, maka
komposisi cairan akan berubah karena sebagian komponen yang lebih
volatile telah berubah menjadi uap, akibatnya temperatur didih cairan
meningkat ke suatu temperature T . Pada temperatur ini cairan akan
memiliki komposisi sebagai ditunjukkan oleh titik L, dan uapnya memiliki
komposisi sebagai ditunjukkan oleh titik N. Oleh karena tidak ada
sedikitpun bahan yang hilang dari sistim, maka yang terjadi hanyalah
perubahan fasa cair menjadi fasa uap. Perbandingan (rasio) fasa cair
terhadap fasa uap yang terbentuk adalah:
Cair MN
Uap ML
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa penguapan parsil (sebagian) cairan
akan menghasilkan uap dengan komposisi komponen lebih volatile lebih tinggi
dibandingkan dengan komposisi di dalam cairan. Jika uap yang mula-mula
terbentuk (sebagai contoh titik E) segera dipisahkan dengan cara
mengkondensasikan, maka diperoleh cairan dengan komposisi x3 (titik C).
Langkah BEC dapat dianggap mewakili tahapan (stage) ideal, karena cairan
dengan komposisi x2 berubah menjadi suatu cairan dengan komposisi x3. Jelaslah
langkah ini dapat memperkaya kandungan komponen lebih volatile di dalam
cairan dengan jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan yang dapat
dicapai oleh penguapan secara tahapan tunggal (single stage).
Sekarang mari kita lihat perubahan apa yang terjadi bila uap lewat jenuh (titik H)
didinginkan sampai ke titik D. Ketika mencapai kondisi D uap mulai
terkondensasi, dan tetes cairan yang pertama terbentuk memiliki komposisi K.
Pendinginan seterusnya ke titik T menghasilkan cairan L dan uap N. Dengan
demikian, kondensasi parsil menghasilkan uap yang kaya dengan komponen lebih
volatile sebagai mana yang terjadi pada proses penguapan parsil. Pada kolum
distilasi industri kimia, proses penguapan parsil dan kondensasi parsil berlasung
secara simultan.
(1.1)
Di sini PAo adalah tekanan uap murni konstituen A pada temperatur yang sama.
Biasanya hubungan ini mendekati benar bila xA bernilai tinggi, atau xB bernilai
rendah. Beberapa campuran isomer organik dan beberapa senyawa hidrocarbon
hampir secara penuh mengikuti hukum ini.
Untuk xA dengan harga-harga yang rendah, hubungan linear antara PA dan xA
dirumuskan dengan menggunakan faktor perbandingan yaitu suatu konstanta
Henry H dan bukan tekan uap murni zat.
Untuk zat cair A yang terlarut dalam pelarut zat B, hukum Henry ditulis debagai
berikut:
PA = H xA (1.3)
Jika campuran mengikuti hukum Raoult, maka tekanan uap campuran dapat
diperoleh secara grafik dengan memanfaatkan data tekanan uap masing-masing
komponen. Mari kita perhatikan Gambar 11.6 yang menjelaskan hal terserbut.
Garis OA menunjukkan tekanan parsil komponen A di dalam campuran, dan garis
CB menunjukkan tekanan parsil komponen B, sedangkan tekan total ditunjukkan
oleh garis BA. Jika komponen A di dalam campuran memiliki komposisi D, maka
berdasarkan geometri Gambar 11.6 tekanan parsil PA diwakili oleh garis DE, PB
oleh DF, dan tekanan total P diwakili oleh DG.
Gambar 11.7 menunjukkan grafik tekanan parsil komponen A versus fraksi mol
komponen A dalam campuran yang tidak ideal. Dari grafik diketahui bahwa pada
rentang garis OC, campuran mengikuti hukum Henry, sedangkan pada rentang
garis BA mengikuti hukum Raoult. Walaupun kebanyakan campuran memiliki
divergensi yang cukup besar terhadap keidealan, namun pada konsentrasi yang
sangat tinggi atau rendah, campuran akan mengikuti salah hukum tersebut.
Bila suatu campuran mengikuti hukum Raoult, maka harga-harga yA untuk
berbagai komposisi xA dapat dihitung berdasarkan tekanan uap masing-masing
kedua komponen pada berbagai temperatur.
Berdasarkan Hukum Raoult:
PA PAo x A
PA Py A
PAo x A PBo (1 x A )
1
P P
P PBo
xA (11.5)
PAo PBo
Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya
karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan
cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Indeks Bias
Refraktometer
Refraktometer Adalah Perangkat Laboratorium Atau Lapangan Untuk
Mengukur Kadar / Konsentrasi Bahan Terlarut; Misalnya: Gula, Garam, Protein
Dsb, Berdasarkan Pada Pengukuran Indeks Bias Cairan Tersebut. Indeks Bias
(Refraction) Dihitung Dari Hukum Snell Dan Dapat Dihitung Dari Komposisi
Bahan Menggunakan Hubungan Gladstone-Dale.
Ada Empat Jenis Refraktometer Utama:
1. Refraktometer Genggam Tradisional (Traditional Handheld
Refractometers),
2. Refraktometer Genggam Digital (Digital Handheld Refractometers),
3. Laboratorium Atau Refraktometer Abbe (Abbe Refractometers), Dan
4. Proses Refraktometer Inline (Inline Process Refractometers).
Traditional Handheld
Seorang Petani Anggur
Refractometer, Digunakan Evaluasi Densitas
Dengan Refraktometer
Untuk Menguji Cahaya Lentur Abdominal Fluida FIP
Dalam Batu Permata Oleh Refractometer.
Macam-Macam Refraktometer
1. Refraktometer Abbe
2. Refraktometer Tangan / Hand Refraktometer
1. REFRAKTOMETER ABBE
Alat Ini Pertama Ditemukan Oleh Ernst Abbe (1840 - 1905) Yang Bekerja
Untuk Perusahaan Zeiss Di Jena, Jerman Pada Akhir 1800-An. Instrumen
Pertama Terdiri Dari Termometer Dan Air Yang Bersirkulasi Yang Berfungsi
Untuk Mengontrol Suhu Instrumen Dan Cairan. Mereka Juga Memiliki
Penyesuaian Untuk Menghilangkan Efek Dari Dispersi Dan Skala Analog Dari
Mana Bacaan Diambil.
Keterangan:
Abbe Refraktometer
Dengan Prisma
Kendali Temperature.
Lensa
Tempat Sampel
Thermometer
Kaca Bias
Lebih Dari Satu Abad Setelah Bekerja Abbe, Manfaat Dan Ketepatan
Refraktometer Telah Membaik, Walaupun Prinsip Mereka Operasi Mengalami
Perubahan Yang Sangat Sedikit. Beberapa Abbe Refraktometer Modern
Menggunakan Digital Display Untuk Pengukuran, Menghilangkan Kebutuhan
Untuk Membedakan Antara Graduations Kecil. Namun, Pengguna Masih Harus
Menyesuaikan Tampilan Untuk Mendapatkan Pembacaan Akhir Yang Benar.
Refraktometer Abbe Merupakan Alat Untuk Determinasi Secara Cepat
Konsentrasi, Kemurnian, Kualitas-Kualitas Dispersi Dari Sampel Cair, Padat Dan
Plastik. Abbe Refraktometer Yaitu Suatu Refraktometer Yang Dilengkapi Dengan
Thermometer Sebagai Pengukur Suhu. Ini Adalah Bench-Top Device Untuk
Pengukuran Presisi Tinggi Dari Indeks Bias. Syaratnya : Hanya Bahan Yang
Jernih, Transparan Dan Opaque Dapat Diukur Pada Sinar Yang Ditransmisikan
Dan Direfleksikan. Prinsip Pengukuran: Dengan Sinar Yang Ditransmisikan Sinar
Kasa / Sumber Sinar Prisma Sampel Telescope.
A = Lensa D = Tempat Termometer
B = Tempat Sample E = Selang
C = Skala F = Cermin
sifat-sifat air
Nama sistematis air
Nama alternatif aqua, dihidrogen monoksida,
Hidrogen hidroksida
Rumus molekul H2O
Massa molar 18.0153 g/mol
Densitas dan fase 0.998 g/cm (cariran pada 20 C)
0.92 g/cm (padatan)
Titik lebur 0 C (273.15 K) (32 F)
Titik didih 100 C (373.15 K) (212 F)
A. Kurva Baku
1. Membuat campuran metanol dengan Air dari (0-0,995) Sebanyak 3 ml
didalam tabung reaksi.
2. Menghitung Fraksi volume metanol.
3. Mengukur indeks bias masingmasing campuran menggunakan
refraktometer.
4. Membuat kurva baku antara fraksi volume dan indeks bias.
B. Kurva Kesetimbangan
1. Mengisi bejana dengan campuran air dan metanol sampai memenuhi tabung
(kira-kira 175 ml)
2. Menghidupkan cooler, mengatur temperatur cooler 20C.
3. Menyalakan komputer dan CASSY board.
4. Memanggil program CASSY dengan double klik pada icon CASSY LAB
pada desktop komputer.
5. Mengaktifkan CASSY dengan menekan tombol F5 atau mengklik icon
TOOL pada program CASSY.
6. Membuka program RECTIFICATION dengan menekan tombol F3 atau
icon.
7. CASSY akan membaca temperatur T1 (B22), T2 (B21), T3 (A22), T4(A21),
T5(B12), T6(B11), T7(A12), T8(A11).
8. Menyalakan pemanas pada bejana leher 4 pada skala 10 dan seting III,
isopad pada pemanas diprogram untuk bekerja selama 3 jam.
9. Memulai percobaan dengan menekan tombol F9 atau icon CLOCK
sekaligus mencatat perubahan suhu selama proses.
10. Mengamati proses rectifikasi pada semua kolom fraksionasi.
11. Mengambil hasil reftifikasi menggunakan syringe pada kepala tutup merah
untuk setiap perubahan suhu. Mengukur indeks bias.
12. Reftifikasi dianggap selesai bila tidak ada perubahan gas dan cair pada
semua kolom reftifikasi.
V. Data Pengamatan
A. Kurva Baku
fraksi mol
indeks bias
metanol
0 1,332
0,0468 1,333
0,0974 1,3351
0,1565 1,3363
0,2283 1,3373
0,3077 1,338
0,3997 1,339
0,5091 1,34
0,6401 1,35
0,8002 1,36
1 1,3314
VI. Perhitungan
Contoh perhitungan fraksi mol fasa cair dan fraksi mol fasa gas, berdasarkan
data pengamatan 1 diambil data ke 4 untuk contoh perhitungan selanjutnya
dengan cara yang sama mendapatkan nilai fraksi mol fasa cair dan fasa gas untuk
ke 9 data lainnya
Dik : Persamaan grafik pada kurva baku diperoleh y = 0,013x + 1,334
Pada data ke 4 diperoleh indeksi bias fase cair 1,34 dan indeks bias fasa
gas 1,33625
- Fraksi Mol Fasa Cair
y = 0,013x + 1,334
1,34 = 0,013x + 1,334
1,34 1,334 = 0,013x
X = 1,34 1,334
0,013
X = 0,461538
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai asa kesetimbngan yang bertujuan
membuat kurva baku dan kurva kesetimbngan berdasarkan data yang diperoleh
dari campuran biner. Data yang diperoleh itu adalah indeks bias dan bahan yang
digunakan adalah methanol dan air. Fasa kesetimbangan itu sendiri merupakan
suatu keadaan dimana suatu zat memiliki komposisi yang pasti pada kedua
fasenya pada suhu dan tekanan tertentu . praktikum pada minggu pertama
dilakukan pengecekan indeks bias dari campuran methanol dan air dengan volume
yang berbeda beda, hal ini dapat digunakan untuk membuat kurva baku dari raksi
volume metahnol terhadap indeks bias namun karena basis fraksi mol maka
volume dikalkulasi dengan massa jenis dan berat molekul sehingga diperoleh
fraksi mol. Berdasarkan data yang didapat semakin banyak konsentrasi metanol
dalam campuran air maka indeks bias yang didapat semakin naik.
Pada rektifikasi digunakan dengan program cassy lab, dimana cassy lab ini
merupakan suatu program yang dihubungkan dengan alat rektifikasi, sehingga
program ini dapat mengontrol dan mencatat suhu pada saat prosesnya
berlangsung, proses ini berlangsung selama 1 jam , dimana setiap 2 menit dicatat
waktunya di program cassy lab, data yang diperoleh dapat digunakan untuk
membuat kurva kesetimbangan.
VIII. Kesimpulan
Daftar Pustaka