You are on page 1of 26

LAPORAN TETAP HIDROKARBON

FASA KESETIMBANGAN

Disusun oleh :

1. Ridhollahi 061330400331
2. Robby Admiral Saputra 061330400332
3. Siti Rahmayanti 061330400333
4. Sri Darmayanti 061330400334
5. Temmy Gusrini 061330400335
6. Virta Puspita Sari 061330400336
7. Hasni Kesuma Ratih 061230400320

Kelompok 3 / 5 KB

Instruktur : Taufiq Jauhari, S.T, M.T

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2015
FASA KESETIMBANGAN

I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini,diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian kurva baku dan kurva kesetimbangan.
2. Menggambarkan kurva baku.
3. Melaksanakan praktikum untuk memperoleh data.
4. Menghitung dan mengolah data yang didapat.

II. Alat dan Bahan


A. Alat yang digunakan
1. Refraktometer 1 buah
2. Tabung reaksi dan rak 5 buah, 1 buah
3. Gelas kimia 1 buah
4. Pipet ukur 1 buah
5. Bola karet 1 buah
6. Alat destilasi 1 set

B. Bahan yang digunakan


1. Air secukupnya
2. Metanol secukupnya

III. Dasar Teori


Fasa kesetimbangan umumnya adalah dasar teori dan praktek pokok-pokok
pemisahan panas.Tanpa mengenal hukum dasar untuk pemisahan campuran
biner.Maka tidak akan mungkin mengerti rektifikasi atau distilasi Azootrop.
Bila campuran dipisahkan dengan menggunakan proses thermal,panas dan zat
biasanya diantara fasa yang saling kontak satu sama lain.Suatu fasa ditentukan
sebagai bagian dari suatu sistim dengan sifat-sifat makroskopik homogenous yang
dipisahkan dari bagian lain oleh lapisan fasa.Suatu sistim dikatakan setimbang
bila tidak ada perubahan yang terjadi pada kondisi eksternal.Semua perpindahan
zat dan energi melalui lapisan reversible phase.Fasa dari suatu campuran
heterogenous dikatakan seimbang bila tidak ada perbedaan tekanan maupun
temperatur.

Skema gambaran dari fasa kesetimbangan.


Biasanya sifat-sifat dari komposisi fasa kesetimbangan oleh sejumlah Zat
(fraksi mol) dengan titik didih yang rendah,pada waktu ti,nilai Xi,Yi,dan Pi
barulah diperoleh tergantung kesetimbangan.
Xi =

Yi =

Percobaan penentuan fasa kesetimbangan


Bila suatu campuran bersifat ideal,Yi bisa dihitung jika kurva dan tekanan uap
komponen murni Xi diketahui.Penggunaan hukum Renault untuk campuran gas
ideal adalah :
P1 = P1,0 . X1 ............................................................... ..(Pers.1)
P2 = P2,0 . X2 ..................................................................(Pers.2)
Ket :
P1,P2 = Tekanan Parsial
P10,P20 = Tekanan uap partisi
X1,X2 = Fraksi mol dari liquid
Dengan menggunakan hukum dalton
P tot = P1 +P2
Substitusi persamaan 1 dan 2 kedalam persamaan (3)
P tot = P1,0 . X1 + P2,0 . X2
Ptot = P1,0 P2,0 . X1 + P2,0
Susun kembali persamaan 4,maka diperoleh :

X1 =

Dengan mengambil tekanan parsil P1,0 dalam perhitungan didapatkan :

Y1 =

Untuk menghitung tekanan uap P1,0 menggunakan persamaan Clausius


Claptyron,Selanjutnya di integrasikan pada kondisi tertentu :

= = { -
KESETIMBANGAN UAP-CAIR

Komposisi uap yang berada dalam kesetimbanagn dengan suatu cairan yang
terdiri dari komponen-komponen dengan komposisi tertentu ditentukan secara
eksperimen.
Data komposisi uap ditampilkan pada diagram komposisi versus temperatur
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 11.3

Tampilan data kesetimbangan uap-cair yang normal diperlihatkan oleh Gambar


11.3a, kurva ABC menunjukkan suatu cairan dengan berbagai komposisi yang
mendidih pada berbagai temperatur, dan kurva ADC menunjukkan komposisi
uapnya pada berbagai temperatur yang bersangkutan.

Contoh, suatu cairan dengan komposisi x1 akan mendidih pada temperatur T1, dan
komposisi uap yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan tersebut adalah
y1 (ditunjukkan oleh titik D).
Berdasarkan kurva-kurva dalam Gambar 11.3a, b dan c dapat disimpulkan bahwa
untuk sembarang cairan dengan komposisi x1 akan menghasilkan uap dengan
komposisi tertinggi dimiliki oleh komponen (zat) yang lebih mudah menguap
(volatile). Di sini simbol-simbol x dan y menunjukkan fraksi mol komponen yang
lebih volatile di dalam cairan dan di dalam uap.
Pada Gambar 11.3b dan c terdapat suatu komposisi kritis (critical composition) xg.
Pada titik ini uap memiliki komposisi yang sama dengan cairan, dengan demikian
tidak ada perubahan yang terjadi pada proses pendidihan. Campuran kritis itu
disebut azeotrope.

Diagram-diagaram yang disajikan di atas berlaku untuk kondisi tekanan konstan.


Perlu diingat bahwa komposisi uap yang berada dalam kesetimbangan dengan
cairan berubah dengan berubahnya tekanan.

Untuk kegunaan proses distilasi, data kesetimbangan uap cair lebih bermanfaat
jika disajikan dalam bentuk grafik x versus y pada tekanan konstan, hal ini
disebabkan kebanyakan operasi distilasi dalam industri dilakukan pada tekanan
konstan. Grafik yang dimaksud ditunjukkan oleh Gambar 11.4. Perlu dicatat
bahwa temperatur bervariasi di sepanjang kurva.

PENGUAPAN DAN KONDENSASI PARSIL

Mari kita tinjau suatu eksperimen tentang kesetimbangan uap-cair untuk


campuran benzen dan toluen. Campuran benzen dan toluen ditempatkan dan
dipanaskan dalam suatu bejana yang tertutup sedemikian rupa sehingga tekanan di
dalam bejana tetap konstan pada tekanan atmosfir, dan tidak ada komponen yang
lepas (hilang) dari bejana. Pada eksperimen ini, fraksi mol komponen yang lebih
volatile (benzen) dalam campuran (fasa cair) divariasikan, dan harga-harganya di
plotkan pada sumbu absis. Untuk setiap harga fraksi mol benzen yang berbeda
dalam campuran akan menghasilkan temperatur didih yang berbeda pula, dan
harga-harganya diplotkan pada sumbu ordinat. Dari data eksperimen dihasilkan
kurva-kurva seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 11.5. Kurva ABCJ
menjelaskan hubungan antara fraksi mol komponen dalam fasa cair dengan
temperatur didih, dan disebut sebagai kurva didih (boiling curve). Kurva ADEJ
disebut sebagai kurva titik embun (dew point). Kurva ini menjelaskan temperatur
ketika uap dengan komposisi y mulai mengembun.

Perhatikan Gambar 11.5, bila suatu campuran dengan komposisi x2 dan pada
temperatur T3 (titik G ) atau di bawah titik didihnya (T2) dipanaskan pada tekanan
konstan maka akan terjadi beberapa perubahan terhadap campuran tersebut:
1. Ketika mencapai temperatur T2 campuran akan mendidih (ditunjukkan oleh
titik B) dan sebagian uap dengan komposisi y2 akan terbentuk (ditunjukkan
oleh titik E).
2. Jika pada temperature T2 pemanasan campuran dilanjutkan, maka
komposisi cairan akan berubah karena sebagian komponen yang lebih
volatile telah berubah menjadi uap, akibatnya temperatur didih cairan
meningkat ke suatu temperature T . Pada temperatur ini cairan akan
memiliki komposisi sebagai ditunjukkan oleh titik L, dan uapnya memiliki
komposisi sebagai ditunjukkan oleh titik N. Oleh karena tidak ada
sedikitpun bahan yang hilang dari sistim, maka yang terjadi hanyalah
perubahan fasa cair menjadi fasa uap. Perbandingan (rasio) fasa cair
terhadap fasa uap yang terbentuk adalah:

Cair MN

Uap ML

3. Jika pemanasan dilanjutkan ke temperatur T1 maka seluruh cairan berubah


menjadi uap (titik D) yang komposisinya sama dengan y1.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa penguapan parsil (sebagian) cairan
akan menghasilkan uap dengan komposisi komponen lebih volatile lebih tinggi
dibandingkan dengan komposisi di dalam cairan. Jika uap yang mula-mula
terbentuk (sebagai contoh titik E) segera dipisahkan dengan cara
mengkondensasikan, maka diperoleh cairan dengan komposisi x3 (titik C).
Langkah BEC dapat dianggap mewakili tahapan (stage) ideal, karena cairan
dengan komposisi x2 berubah menjadi suatu cairan dengan komposisi x3. Jelaslah
langkah ini dapat memperkaya kandungan komponen lebih volatile di dalam
cairan dengan jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan yang dapat
dicapai oleh penguapan secara tahapan tunggal (single stage).

Sekarang mari kita lihat perubahan apa yang terjadi bila uap lewat jenuh (titik H)
didinginkan sampai ke titik D. Ketika mencapai kondisi D uap mulai
terkondensasi, dan tetes cairan yang pertama terbentuk memiliki komposisi K.
Pendinginan seterusnya ke titik T menghasilkan cairan L dan uap N. Dengan
demikian, kondensasi parsil menghasilkan uap yang kaya dengan komponen lebih
volatile sebagai mana yang terjadi pada proses penguapan parsil. Pada kolum
distilasi industri kimia, proses penguapan parsil dan kondensasi parsil berlasung
secara simultan.

Tekanan Parsil, dan hukum-hukum Dalton, Raoult dan Henry


Tekanan parsil PA komponen A di dalam suatu campuran uap adalah sama dengan
tekanan yang akan ditimbulkan oleh komponen A tersebut jika ditempatkan
sendiri di dalam volume dan temperatur yang sama dengan campuran.

Menurut hukum Dalton, P P A , yaitu tekanan total adalah sama dengan


perjumlahan tekanan parsil. Untuk suatu gas (uap) ideal, tekanan parsil
berbanding lurus dengan fraksi mol konstituen, maka:
PA y A P

(1.1)

Untuk suatu campuran ideal, tekanan parsil konstituen dikaitkan dengan


konsentrasi konstituen di dalam fasa cair, Raoult merumuskan hubungan tersebut
sebagai berikut:
PA PAo x A (1.2)

Di sini PAo adalah tekanan uap murni konstituen A pada temperatur yang sama.
Biasanya hubungan ini mendekati benar bila xA bernilai tinggi, atau xB bernilai
rendah. Beberapa campuran isomer organik dan beberapa senyawa hidrocarbon
hampir secara penuh mengikuti hukum ini.
Untuk xA dengan harga-harga yang rendah, hubungan linear antara PA dan xA
dirumuskan dengan menggunakan faktor perbandingan yaitu suatu konstanta
Henry H dan bukan tekan uap murni zat.
Untuk zat cair A yang terlarut dalam pelarut zat B, hukum Henry ditulis debagai
berikut:
PA = H xA (1.3)
Jika campuran mengikuti hukum Raoult, maka tekanan uap campuran dapat
diperoleh secara grafik dengan memanfaatkan data tekanan uap masing-masing
komponen. Mari kita perhatikan Gambar 11.6 yang menjelaskan hal terserbut.
Garis OA menunjukkan tekanan parsil komponen A di dalam campuran, dan garis
CB menunjukkan tekanan parsil komponen B, sedangkan tekan total ditunjukkan
oleh garis BA. Jika komponen A di dalam campuran memiliki komposisi D, maka
berdasarkan geometri Gambar 11.6 tekanan parsil PA diwakili oleh garis DE, PB
oleh DF, dan tekanan total P diwakili oleh DG.

Gambar 11.7 menunjukkan grafik tekanan parsil komponen A versus fraksi mol
komponen A dalam campuran yang tidak ideal. Dari grafik diketahui bahwa pada
rentang garis OC, campuran mengikuti hukum Henry, sedangkan pada rentang
garis BA mengikuti hukum Raoult. Walaupun kebanyakan campuran memiliki
divergensi yang cukup besar terhadap keidealan, namun pada konsentrasi yang
sangat tinggi atau rendah, campuran akan mengikuti salah hukum tersebut.
Bila suatu campuran mengikuti hukum Raoult, maka harga-harga yA untuk
berbagai komposisi xA dapat dihitung berdasarkan tekanan uap masing-masing
kedua komponen pada berbagai temperatur.
Berdasarkan Hukum Raoult:

PA PAo x A

PA Py A

Dari kedua persamaan ini diperoleh:


PAo x A PBo x B
yA dan y B (11.4)
P P

Jumlah fraksi dua komponen adalah:


y A yB 1

PAo x A PBo (1 x A )
1
P P

Dari persamaan ini dihasilakan:

P PBo
xA (11.5)
PAo PBo

Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya
karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan
cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Mendekati Garis Normal


Cahaya dibiakan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari
medium optic kurang rapat kemedium optic lebih rapat, contohnya cahaya
merambat dari udara kedalam air.
b. Menjauhi Garis Normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari
medium optic lebih rapat kedalam optic kurang rapat, contoh cahaya merambat
dari dalam air ke udara.

1. Indeks Bias

Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan


kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berfungsi untuk identifikasi zat
kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada suhu 20oC dan suhu tersebut harus
benar-benar diatur dan dipertahankan karena sangat mempengaruhi indeks bias.
Harga indeks bias dinyatakan dalam farmakope Indonesia edisi empat dinyatakan
garis (D) cahaya natrium pada panjang gelombang 589,0 nm dan 589,6 nm.
Umumnya alat dirancang untuk digunakan dengan cahaya putih. Alat yang
digunakan untuk mengukur indeks bias adalah refraktometer ABBE. Untuk
mencapai kestabilan, alat harus dikalibrasi dengan menggunakan plat glass
standart (Anonim, 2010).

Pengukuran indeks bias penting untuk :


a. Menilai sifat dan kemurnian suatu medium salah satunya berupa cairan.
b. Mengetahui konsentrasi larutan-larutan.
c. Mengetahui nilai perbandingan komponen dalam campuran dua zat cair.
d. Mengetahui kadar zat yang diekstrasikan dalam pelarut.

Faktor yang mempengaruhi indeks bias zat cair yaitu


a. Kekentalan zat cair
Semakin kental zat cair indeks biasnya semakin besar. Begitu pula
sebaliknya semakin encer zat cair maka indeksbiasnya semakin kecil.
b. Kecepatan rambat cahaya
Semakin besar cepat rambat cahaya dalam medium, maka indeks bias
semakin kecil.
c. Suhu
Semakin besar suhu maka indeks bias semakin kecil.

Refraktometer
Refraktometer Adalah Perangkat Laboratorium Atau Lapangan Untuk
Mengukur Kadar / Konsentrasi Bahan Terlarut; Misalnya: Gula, Garam, Protein
Dsb, Berdasarkan Pada Pengukuran Indeks Bias Cairan Tersebut. Indeks Bias
(Refraction) Dihitung Dari Hukum Snell Dan Dapat Dihitung Dari Komposisi
Bahan Menggunakan Hubungan Gladstone-Dale.
Ada Empat Jenis Refraktometer Utama:
1. Refraktometer Genggam Tradisional (Traditional Handheld
Refractometers),
2. Refraktometer Genggam Digital (Digital Handheld Refractometers),
3. Laboratorium Atau Refraktometer Abbe (Abbe Refractometers), Dan
4. Proses Refraktometer Inline (Inline Process Refractometers).

Ada Juga Refractometer Rayleigh Yang Digunakan (Biasanya) Untuk


Mengukur Indeks Bias Gas.
Dalam Kedokteran Hewan (Veterinary Medicine), Refractometer Digunakan
Untuk Mengukur Jumlah Protein Plasma Dalam Sampel Darah Dan Berat Jenis
Urin. Dalam Gemmology, Refractometer Digunakan Untuk Membantu
Mengidentifikasi Bahan Permata Dengan Mengukur Indeks Biasnya.

Traditional Handheld
Seorang Petani Anggur
Refractometer, Digunakan Evaluasi Densitas
Dengan Refraktometer
Untuk Menguji Cahaya Lentur Abdominal Fluida FIP
Dalam Batu Permata Oleh Refractometer.
Macam-Macam Refraktometer
1. Refraktometer Abbe
2. Refraktometer Tangan / Hand Refraktometer

1. REFRAKTOMETER ABBE
Alat Ini Pertama Ditemukan Oleh Ernst Abbe (1840 - 1905) Yang Bekerja
Untuk Perusahaan Zeiss Di Jena, Jerman Pada Akhir 1800-An. Instrumen
Pertama Terdiri Dari Termometer Dan Air Yang Bersirkulasi Yang Berfungsi
Untuk Mengontrol Suhu Instrumen Dan Cairan. Mereka Juga Memiliki
Penyesuaian Untuk Menghilangkan Efek Dari Dispersi Dan Skala Analog Dari
Mana Bacaan Diambil.

Keterangan:
Abbe Refraktometer
Dengan Prisma
Kendali Temperature.
Lensa
Tempat Sampel
Thermometer
Kaca Bias

Lebih Dari Satu Abad Setelah Bekerja Abbe, Manfaat Dan Ketepatan
Refraktometer Telah Membaik, Walaupun Prinsip Mereka Operasi Mengalami
Perubahan Yang Sangat Sedikit. Beberapa Abbe Refraktometer Modern
Menggunakan Digital Display Untuk Pengukuran, Menghilangkan Kebutuhan
Untuk Membedakan Antara Graduations Kecil. Namun, Pengguna Masih Harus
Menyesuaikan Tampilan Untuk Mendapatkan Pembacaan Akhir Yang Benar.
Refraktometer Abbe Merupakan Alat Untuk Determinasi Secara Cepat
Konsentrasi, Kemurnian, Kualitas-Kualitas Dispersi Dari Sampel Cair, Padat Dan
Plastik. Abbe Refraktometer Yaitu Suatu Refraktometer Yang Dilengkapi Dengan
Thermometer Sebagai Pengukur Suhu. Ini Adalah Bench-Top Device Untuk
Pengukuran Presisi Tinggi Dari Indeks Bias. Syaratnya : Hanya Bahan Yang
Jernih, Transparan Dan Opaque Dapat Diukur Pada Sinar Yang Ditransmisikan
Dan Direfleksikan. Prinsip Pengukuran: Dengan Sinar Yang Ditransmisikan Sinar
Kasa / Sumber Sinar Prisma Sampel Telescope.
A = Lensa D = Tempat Termometer
B = Tempat Sample E = Selang
C = Skala F = Cermin

Contoh Sampel Uji:


a. Larutan : Alkohol, Eter
b. Minyak : Wax
c. Makanan : Sari Buah, Syrup, Lar, Gula Dll.
d. Resin : Bahan Sintetik
e. Kaca Optik.

2. HAND REFRAKTOMETER ABBE


Macam-Macam Hand Refraktometer:
a. Hand Refraktometer Brik Untuk Gula 0 32 %
b. Hand Refraktometer Salt Untuk Nacl 0 28 %

Penggunaan Refraktometer: Larutan Yang Diukur Indeks Bias/ Kadar


Diteteskan Pada Prisma Refrak. Langsung Dibaca Hasilnya. Catatan: Pada Waktu
Meneteskan, Jangan Sampai Ada Gelembung Udara.
Sebuah Refraktometer Genggam Modern Digital Yang Dibersihkan Di
Bawah Sebuah Keran.
Sebuah Digital Handheld Refractometer Adalah Alat Untuk Mengukur
Indeks Bias Dari Bahan. Kebanyakan Beroperasi Pada Sudut Kritis Dengan
Prinsip Umum Yang Sama Dengan Traditional Handheld Refractometer.
Perbedaannya Adalah Bahwa Cahaya Dari Sumber Cahaya LED Difokuskan Pada
Bagian Bawah Atau Elemen Prisma. Ketika Sampel Cair Diaplikasikan Pada
Permukaan Pengukuran Prisma, Beberapa Cahaya Ditularkan / Ditransmitansikan
Melalui Larutan Dan Hilang, Sedangkan Sisanya Cahaya Tercermin Ke Linear
Array Of Photodiodes Menciptakan Garis Bayangan.

PRINSIP KERJA REFRAKTOMETER


Prinsip Kerja Refraktometer Adalah Pembiasan. Dasar Pembiasan Adalah
Penyinaran Yang Menembus Dua Macam Media Dengan Kerpatan Yang Berbeda,
Karena Perbedaan Kerapatan Tersebut Akan Terjadi Perubahan Arah Sinar.
Pemanfaatkan Refraksi Cahaya Dapat Terlihat Pada Gambar Di Samping:
Sebuah Sedotan Yang Dicelupkan Ke Dalam Gelas Yang Berisi Air Akan Terlihat
Terbengkok.
Pada Gambar Kedua Sebuah Sedotan Dicelupkan Ke Dalam Sebuah Gelas
Yang Berisi Lauran Gula. Terlihat Sedotan Terbengkok Lebih Tajam. Fenomena
Ini Terjadi Karena Adanya Refraksi Cahaya. Semakin Tinggi Konsentrasi Bahan
Terlarut (Rapat Jenis Larutan), Maka Sedotan Akan Semakin Terlihat Bengkok
Secara Proporsional. Besarnya Sudut Pembengkokan Ini Disebut Refractive Index
(Nd).
Adapun Prinsip Kerja Dari Refractometer Dapat Digambarkan Sebagai
Berikut :
1) Dari Gambar Dibawah Ini Terdapat 3 Bagian Yaitu : Sample, Prisma Dan
Papan Skala. Refractive Index Prisma Jauh Lebih Besar Dibandingkan
Dengan Sample.
2) Jika Sample Merupakan Larutan Dengan Konsentrasi Rendah, Maka Sudut
Refraksi Akan Lebar Dikarenakan Perbedaan Refraksi Dari Prisma Dan
Sample Besar. Maka Pada Papan Skala Sinar A Akan Jatuh Pada Skala
Rendah.
3) Jika Sample Merupakan Larutan Pekat / Konsentrasi Tinggi, Maka Sudut
Refraksi Akan Kecil Karena Perbedaan Refraksi Prisma Dan Sample Kecil.
Pada Gambar Terlihar Sinar B Jatuh Pada Skala Besar.

Dari Penjelasan Di Atas Jelas Bahwa Konsentrasi Larutan Akan


Berpengaruh Secara Proporsional Terhadap Sudut Refraksi. Pada Prakteknya
Refractometer Akan Ditera Pada Skala Sesuai Dengan Penggunaannya. Sebagai
Contoh Refractometer Yang Dipakai Untuk Mengukur Konsentrasi Larutan Gula
Akan Ditera Pada Skala Gula. Begitu Juga Dengan Refractometer Untuk Larutan
Garam, Protein Dll.
Konsentrasi Bahan Terlarut Sering Dinyatakan Dalam Satuan Brix (%) Yaitu
Merupakan Pronsentasi Dari Bahan Terlarut Dalam Sample (Larutan Air). Kadar
Bahan Terlarut Merupakan Total Dari Semua Bahan Dalam Air, Termasuk Gula,
Garam, Protein, Asam Dsb. Pada Dasarnya Brix (%) Dinyatakan Sebagai Jumlah
Gram Dari Cane Sugar Yang Terdapat Dalam Larutan 100g Cane Sugar. Jadi Pada
Saat Mengukur Larutan Gula, Brix (%) Harus Benar-Benar Tepat Sesuai Dengan
Konsentrasinya.

2. Distilasi Fraksionasi (Bertingkat)


Sama prinsipnya dengan destilasi sederhana, hanya destilasi bertingkat ini
memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan
dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan. Untuk
memisahkan dua jenis cairan yang sama sama mudah menguap dapat dilakukan
dengan destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat sebenarnya adalah suatu proses
destilasi berulang. Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional. Kolom
fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan.
Uap yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang lebih
atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang yang kurang atsiri lebih banyak
dalam kondensat. Contoh destilasi bertingkat adalah pemisahan campuran
alkohol-air (lihat gambar di bawah), titik didih alkohol adalah 78oC dan titik didih
air adalah 100oC. Campuran tersebut dicampurkan dalam labu didih.Pada suhu
sekitar 78oC alkohol mulai mendidih tetapi sebagian air juga ikut menguap. Oleh
karena alkohol lebih mudah menguap, kadar alkohol dalam uap lebih tinggi
daripada kadar alkohol dalam campuran semula. Ketika mencapai kolom
fraksionasi, uap mengembun dan memanaskan kolom tersebut. Setelah suhu
kolom mencapai 78oC, alkohol tak lagi mengembun sehingga uap yang
mengandung lebih banyak alkohol naik ke kolom di atasnya, sedangkan sebagian
air turun ke dalam labu didih. Proses seperti itu berulang beberapa kali
(bergantung pada banyaknya plat dalam kolom), sehingga akhirnya diperoleh
alkohol yang lebih murni. Contoh lain dari Destilasi bertingkat adalah pemurnian
minyak bumi, yaitu memisahkan gas, bensin, minyak tanah, dan sebagainya dari
minyak mentah

3. Fasa kesetimbangan metanol dan air


Kesetimbangan Fasa adalah suatu keadaan dimana suatu zat memiliki
komposisi yang pasti pada kedua fasanya pada suhu dan tekanan tertentu,
biasanya pada fasa cair dan uapnya.
Pada keadaan setimbang, komposisi cairan dan komposisi uap berbeda.
Pada fasa uap akan mengandung lebih banyak komponen yang volatil atau mudah
menguap daripada fasa cair. Pada proses distilasi, cairan akan teruapkan dan
mengalami kondensasi lalu menghasilkan destilat. komponen dengan titik didih
lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Diagram fasa adalah suatu grafik
yang dibuat untuk merepresentasikan tentang fasa-fasa yang ada dalam suatu
komponen atau material pada variasi temperatur, tekanan dan komposisi.
Komposisi kesetimbangan antara uap-cair ditunjukkan dalam diagram fasa
dibawah ini :

Apabila larutan komponen A dan komponen B dengan fraksi mol masing-masing


adalah xA dan xB berada dalam keserimbangan dengan fasa gasnya, maka tekanan
uap masing-masing komponen berbanding lurus dengan fraksi mol dalam larutan.
Tekanan uap parsial dari campuran yang merupakan larutan ideal dapat
dihubungkan dengan Hukum Raoult sebagai berikut :
pA=xA.p*A pB=xB.p*B
dimana pA adalah tekanan parsial komponen A, pB adalah tekanan parsial
komponen B, p*A adalah tekanan uap murni komponen A dan p* B tekanan uap
murni komponen B. Sehingga tekanan uap total p adalah
p = pA + pB = xAp*A + xBp*B = p*B + (p*A p*B)xA

Sifat Fisik Metanol Dan Air


Sifat methanol
Rumus molekul CH3OH
Massa molar 32.04 g/mol
Penampilan colorless liquid
Densitas 0.7918 g/cm, liquid
Titik lebur 97 C, -142.9 F (176 K)
Titik didih 64.7 C, 148.4 F (337.8 K)
Kelarutan dalam air Fully miscible
Keasaman (pKa) ~ 15.5
Viskositas 0.59 mPas at 20 C
Momen dipol 1.69 D (gas)

sifat-sifat air
Nama sistematis air
Nama alternatif aqua, dihidrogen monoksida,
Hidrogen hidroksida
Rumus molekul H2O
Massa molar 18.0153 g/mol
Densitas dan fase 0.998 g/cm (cariran pada 20 C)
0.92 g/cm (padatan)
Titik lebur 0 C (273.15 K) (32 F)
Titik didih 100 C (373.15 K) (212 F)

IV. Langkah Kerja

A. Kurva Baku
1. Membuat campuran metanol dengan Air dari (0-0,995) Sebanyak 3 ml
didalam tabung reaksi.
2. Menghitung Fraksi volume metanol.
3. Mengukur indeks bias masingmasing campuran menggunakan
refraktometer.
4. Membuat kurva baku antara fraksi volume dan indeks bias.
B. Kurva Kesetimbangan
1. Mengisi bejana dengan campuran air dan metanol sampai memenuhi tabung
(kira-kira 175 ml)
2. Menghidupkan cooler, mengatur temperatur cooler 20C.
3. Menyalakan komputer dan CASSY board.
4. Memanggil program CASSY dengan double klik pada icon CASSY LAB
pada desktop komputer.
5. Mengaktifkan CASSY dengan menekan tombol F5 atau mengklik icon
TOOL pada program CASSY.
6. Membuka program RECTIFICATION dengan menekan tombol F3 atau
icon.
7. CASSY akan membaca temperatur T1 (B22), T2 (B21), T3 (A22), T4(A21),
T5(B12), T6(B11), T7(A12), T8(A11).
8. Menyalakan pemanas pada bejana leher 4 pada skala 10 dan seting III,
isopad pada pemanas diprogram untuk bekerja selama 3 jam.
9. Memulai percobaan dengan menekan tombol F9 atau icon CLOCK
sekaligus mencatat perubahan suhu selama proses.
10. Mengamati proses rectifikasi pada semua kolom fraksionasi.
11. Mengambil hasil reftifikasi menggunakan syringe pada kepala tutup merah
untuk setiap perubahan suhu. Mengukur indeks bias.
12. Reftifikasi dianggap selesai bila tidak ada perubahan gas dan cair pada
semua kolom reftifikasi.

V. Data Pengamatan
A. Kurva Baku

fraksi mol
indeks bias
metanol
0 1,332
0,0468 1,333
0,0974 1,3351
0,1565 1,3363
0,2283 1,3373
0,3077 1,338
0,3997 1,339
0,5091 1,34
0,6401 1,35
0,8002 1,36
1 1,3314

B. Data Pengamatan Kurva Kesetimbangan

Indeks Bias Indeks Bias Fraksi Mol Fraksi Mol


Fase Cair Fase Gas Cair Gas
1,3384 0 0,338462 0
1,3386 0 0,353846 0
1,3394 0 0,415385 0
1,34 1,33625 0,461538 0,173077
1,342 1,3374 0,615385 0,261538
1,344 1,3383 0,769231 0,330769
1,346 1,33846 0,923077 0,343077
1,346 1,3388 0,923077 0,369231
1,348 1,3388 1,076923 0,369231
1,349 1,3394 1,153846 0,415385

VI. Perhitungan

Contoh perhitungan fraksi mol fasa cair dan fraksi mol fasa gas, berdasarkan
data pengamatan 1 diambil data ke 4 untuk contoh perhitungan selanjutnya
dengan cara yang sama mendapatkan nilai fraksi mol fasa cair dan fasa gas untuk
ke 9 data lainnya
Dik : Persamaan grafik pada kurva baku diperoleh y = 0,013x + 1,334
Pada data ke 4 diperoleh indeksi bias fase cair 1,34 dan indeks bias fasa
gas 1,33625
- Fraksi Mol Fasa Cair
y = 0,013x + 1,334
1,34 = 0,013x + 1,334
1,34 1,334 = 0,013x
X = 1,34 1,334
0,013
X = 0,461538

- Fraksi Mol Fasa Gas


y = 0,013x + 1,334
1,33625 = 0,013x + 1,334
1,33625 1,334 = 0,013x
X = 1,33625 1,334
0,013
X = 0,173077

VII. Analisa Percobaan

Pada praktikum kali ini yaitu mengenai asa kesetimbngan yang bertujuan
membuat kurva baku dan kurva kesetimbngan berdasarkan data yang diperoleh
dari campuran biner. Data yang diperoleh itu adalah indeks bias dan bahan yang
digunakan adalah methanol dan air. Fasa kesetimbangan itu sendiri merupakan
suatu keadaan dimana suatu zat memiliki komposisi yang pasti pada kedua
fasenya pada suhu dan tekanan tertentu . praktikum pada minggu pertama
dilakukan pengecekan indeks bias dari campuran methanol dan air dengan volume
yang berbeda beda, hal ini dapat digunakan untuk membuat kurva baku dari raksi
volume metahnol terhadap indeks bias namun karena basis fraksi mol maka
volume dikalkulasi dengan massa jenis dan berat molekul sehingga diperoleh
fraksi mol. Berdasarkan data yang didapat semakin banyak konsentrasi metanol
dalam campuran air maka indeks bias yang didapat semakin naik.

Pada praktikum kedua yaitu mengenai rektifikasi , bahwa rektifikasi


adalah suatu proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran yang mudah
menguap berdasarkan titik didih nya. Campuran yang digunakan sama seperti
praktikum pertama yaitu methanol dan air , dimana komponen air sebanyak
381,0815 ml dan methanol 118,9185 ml pada prinsipnya rektifikasi sama seperti
distilasi hanya saja pada rektifikasi ini menggunakan kolom bertingkat, panas
keluar dari refluks dan kondensat ditampung, kondensat yang ditampung ada yang
berasal dari fasa uap dan fasa cair dimana keduanya dilakukan identifikasi
pengecekan indeks bias.

Pada rektifikasi digunakan dengan program cassy lab, dimana cassy lab ini
merupakan suatu program yang dihubungkan dengan alat rektifikasi, sehingga
program ini dapat mengontrol dan mencatat suhu pada saat prosesnya
berlangsung, proses ini berlangsung selama 1 jam , dimana setiap 2 menit dicatat
waktunya di program cassy lab, data yang diperoleh dapat digunakan untuk
membuat kurva kesetimbangan.

Kesetimbangan fasa adalah suatu keadaan dimana suatu zat memiliki


komposisi yang pasti pada kedua fasanya pada suhu dan tekanan tertentu,
biasanya pada fase cair dan uapnya. Kesetimbangan memberikan pengertian
bahwa suatu keadaan dimana tidak terjadi perubahan sifat makroskopis dari
sitstem terhadap waktu. Semakin dekat keadaan sistem dengan titik
kesetimbangan, maka semakin kecil gaya penggerak proses, semakin kecil pula
laju proses dam akhirnya sama dengan nol bila titik kesetimbangan telah tercapai.
dilihat dari grafik 2 fase kesetimbangan terjadi saat keadaan konstan yaitu pada
data ke 7,8 dan 9 .

VIII. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakuakn dapat ditarik kesimpulan,


1. Fasa kesetimbngan adalah suatu keadaan dimana suatu zat memiliki
komposisi yang pasti pada kedua fasanya pada suhu dan tekanan tertentu.
2. Indeks bias merupakan perbandingan kecepatan cahaya dalam hampa udara
terhadap kecepatan cahaya dalam zat terlarut.
3. Rektifikasi adalah proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
yang mudah menguap.
4. Seperti kesetimbangan pada umumnya, kesetimbangan uap-cair dapat
ditentukan ketika ada variabel yang tetap (konstan) pada suatu waktu
tertentu. Saat kesetimbangan ini, kecepatan antara molekul-molekul
campuran yang membentuk fase uap sama dengan kecepatan molekul-
molekulnya membentuk cairan kembali.

5. Berdasarkan grafik baku diperoleh persamaan untuk mendapatkan


komposisi fraksi mol gas dn fraksi mol cair untuk kurva kesetimbang yaitu
y = 0,013x + 1,334.

Daftar Pustaka

Jonsheet.2015.Penuntun Pratikum Hidrokarbon. Palembang : Polsri


http://www.scribd.com.doc/112510425/fasa-campuran-biner.html
http://www.scribd.com.doc/194167503/kesetimbangan-fasa-uapr.html
http://www.scribd.com.doc/112510425/laporan-fasa-kesetimbangan.html
http://www.scribd.com.doc/119053505/distilasi-metanol-dalam-air.html

You might also like