You are on page 1of 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pada umumnya dalam mengolah makanan selalu diusahakan untuk menghasilkan
kualitas makanan yang berupa sifat indrawi atau organoleptik, kandungan dan nilai
gizi, serta keamanan makanan yang dikonsumsi. Untuk mendapatkan makanan seperti
yang diinginkan, maka sering pada proses pembuatannya dilakukan penambahan
bahan tambahan makanan (BTM) yang disebut zat aditif kimia. Pada umumnya
bahan tambahan pada makanan bertujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa,
tekstur, flavor, dan memperpanjang daya simpan serta dapat meningkatkan nilai gizi.
Pemakaian bahan tambahan makanan memberikan keuntungan besar bagi industri
makanan. Secara garis besar, zat pengawet dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu GRAS,
ADI, zat yang tidak layak dikonsumsi ( FORMALIN dan BORAKS). Formalin bukan
bahan tambahan pada makanan, tetapi dengan sengaja ditambahkan pada makanan.
Pada umumnya pengawasan dan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya formalin
sangat kurang. Karena itulah formalin yang seharusnya digunakan untuk industri
sering disalahgunakan sebagai pengawet makanan demi mengejar keuntungan
produsen saja, tetapi dapat membahayakan dan merugikan kesehatan masyarakat.
Belakangan ini masyarakat dihantui rasa takut dalam mengkonsumsi produk-
produk Cina, baik itu berupa makanan, kosmetik, pasta gigi, bahkan mainan, tentang
formalin yang terdapat di beberapa bahan makanan. Formalin ini dijadikan salah satu
zat untuk mengawetkan makanan, sehingga makanan akan lebih lama bertahan.
Sebenarnya penggunaan formalin ini telah lama ditambahkan dalam makanan, namun
tindakan dari badan POM kurang tegas dalam mengambil kebijaksanaan.
Dibanding desinfektan lain sehingga lebih dipilih untuk mengawetkan mayat.
Bahan pengawet ini, menurut Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Dr. Leonardus
Broto Kardono, sebetulnya berbentuk padat dengan sebutan formaldehida atau dalam
istilah asingnya ditulis formaldehyde. Zat yang sebetulnya banyak memiliki nama lain
berdasarkan senyawa campurannya ini memiliki senyawa CH2OH yang reaktif dan
mudah mengikat air. Bila zat ini sudah bercampur dengan air barulah dia disebut
formalin.
2

Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut
dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang
formalin atau formol ). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit
sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung
beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya.
Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuranlain
dibuat dan diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia lebih efektif danefisien.
Bahan kimia itu sendiri banyak digunakandalam industri, baik industrinon pangan
maupun industri pangan. Besarnya manfaat bahan kimia tersebut,ternyata mengakibatkan
mereka salah menempatkan fungsi bahan kimia itusendiri. Bahan kimia yang
seharusnya untuk industri non pangan, malahdipergunakan dalam pembuatan makanan
sehingga akan berdampak fatal.

B. Rumusan Masalah
a. Pengertian zat formalin
b. Klasifikasi berdaarkan berat/sifat
c. Manfaat
d. Cara mengidentifikasi
e. Cara Mencegah dan Mengurangi Paparan Formalin
f. Bahaya formalin bagi kesehatan
g. Bahaya makanan yang mengandung formalin
h. NAB

C. Tujuan
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai salah satu referensi bagi mahasiswa apabila ada yang tertarik dalam
pembuatan skripsi tentang formalin
b. Bagi Umum
Memeberikan pengetahuan tentang formalin, dampak penyalahgunaan, dan cara
menghindari penyalahgunaan formalin sehingga masyarakat tidak perlu merasa
khawatir mengenai makanan yang mereka makan apakah berformalin atau tidak.

2
3

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Formalin
Formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin), merupakan aldehida dengan
rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau
padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane. Formaldehida awalnya
disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh
Hoffman tahun 1867.
Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reasi oksidasi katalitik pada
metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang
mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan
asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari
dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer.
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Namun
kini, formalin sangat memasyarakat. Padahal menurut WHO dan FAO tidak ada toleransi
sedikitpun dari badan dunia untuk kesehatan dan pangan itu membolehkan penggunaan
formalin sebagai pengawet makanan. untuk penggunaan formalin. Alasannya karena
formalin termasuk dalam kategori bahan pengawet makanan yang sangat berbahaya.
B. Klasifikasi berdasarkan berat/sifat
Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan
protein, karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti tahu, formalin akan mengikat
unsur protein mulai dari bagian permukaan tahu hingga terus meresap kebagian dalamnya.
Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu
terasa lebih kenyal . Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri
pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, Itulah sebabnya tahu atau makanan
berformalin lainnya menjadi lebih awet. Formaldehida membunuh bakteri dengan
membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan
kering dan membentuk lapisan baru di permukaan. Artinya, formalin tidak saja membunuh
bakteri, tetapi juga membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan di bawahnya, supaya
tahan terhadap serangan bakteri lain. Bila desinfektan lainnya mendeaktifasikan serangan
bakteri dengan cara membunuh dan tidak bereaksi dengan bahan yang dilindungi, maka

3
4

formaldehida akan bereaksi secara kimiawi dan tetap ada di dalam materi tersebut untuk
melindungi dari serangan berikutnya.
Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang banyak
terdapat di dalam tubuh manusia seperti pada lambung. Terlebih, bila formalin yang masuk
ke tubuh itu memiliki dosis tinggi. Masalahnya, sebagai bahan yang digunakan hanya
untuk mengawetkan makanan, dosis formalin yang digunakan pun akan rendah. Sehingga
efek samping dari mengkonsumsi makanan berformalin tidak akan dirasakan langsung
oleh konsumen. Banyak pihak mengingatkan formalin juga memiliki sifat karsinogen atau
dapat menyebabkan kanker.Tetapi kemunculan kanker akibat bahan berbahaya ini dengan
kanker dari penyebab yang lain hampir sulit dibedakan, keduanya membutuhkan waktu
panjang untuk menyerang tubuh manusia. Isu kandungan formalin dalam berbagai produk
makanan mendapat tanggapan serius dari pemerintah, karena dalam jangka panjang dapat
memicu terjadinya kanker. Menurut Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM), sampai kadar tertentu, formalin diizinkan untuk pengawet kosmetik, yaitu untuk
pasta gigi maksimum 0,1% dan untuk produk kosmetik lainnya 0,2%. Ketentuan ini sesuai
dengan aturan yang berlaku secara internasional seperti ASEAN Cosmetic Directive,
European Union Directive, dan SK BPOM untuk kosmetik.

C. Manfaat dan kegunaan formalin

Formalin selain harganya murah, mudah didapat dan pemakaiannya pun tidak sulit
sehingga sangat diminati sebagai pengawet oleh produsen pangan yang tidak bertanggung
jawab. Hasil survei dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan, sejumlah produk pangan
menggunakan formalin sebagai pengawet. Anjuran penggunaan formalin yang benar
adalah:

a. sebagai pembunuh kuman, sehingga banyak dipakai dalam pembersih lantai, pakaian,
kapal dan gudang,
b. pembasmi lalat dan serangga lainnya,
c. salah satu bahan dalam pembuatan sutera buatan, zat pewarna cermin kaca dan bahan
peledak,
d. pengeras lapisan gelatin dan kertas foto,bahan pembuatan pupuk urea, parfum,
pengeras kuku dan pengawet produk kosmetik,
e. pencegah korosi pada sumur minyak,
f. bahan untuk insulasi busa, dan,

4
5

g. bahan perekat kayu lapis. Dalam konsentrasi kurang dari 1%, formalin digunakan
sebagai pengawet dalam pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut,
sampo mobil, lilin, dan karpet.

D. Cara mengindentifikasi
Kandungan formalin dalam bahan makanan dapat diketahui secara akurat setelah
dilakukan uji Laboratorium menggunakan reaksi kimia. Berikut ciri-ciri beberapa contoh
bahan makanan yang mengandung formalin sebagai bahan pengawet :
a. Mie kuning
(a) Tidak rusak sampai berhari-hari pada suhu kamar (250C) dan bertahan lebih
dari 15 hari dalam lemari Es (100C)
(b) Bau formalin agak menyengat
(c) Mie tampak lebih mengkilat dibandingkan dengan mie normal dan tidak
lengket
(d) Tidak dikerumuni lalat
(e) Tekstur mie lebih kenyal
b. Tahu kandungan formalin
(a) Tidak rusak sampai dengan 3 hari pada suhu kamar (250C) dan bertahan dari
15 hari dalam lemari (100C)
(b) Tekstur keras tapi tidak padat
(c) Terasa kenyal ditekan, sedangkan tahu tanpa formalin agak menyengat
(d) Tidak dikerumuni lalat
c. Bakso
(a) Tidak rusak sampai 5 hari pada Suhu (250C)
(b) Tekstir sangat kenyal dan tidak dikerumuni lalat
d. Ikan Asin
(a) Tidak rusak sampai > 1 bulan pada suhu (250C)
(b) tambah bersih dan segar
(c) tidak berbau khas ikan Asin
(d) tekstur ikan khas atau keras dan baunya hampir netral (hampir tidak berbau
amis)
Intinya Ciri-ciri makanan atau bahan pangan yang mengandung formalin yaitu
memilikitekstur yang lebih kenyal, tidah mudah hancur, lebih awet
sampaibeberapa hari walaupun disimpan pada suhu ruang, tidak mudah hancur,

5
6

memiliki bau menyengatdan sudah hilang aroma asli bahannya. Pada produk ikan
memiliki warna yang lebihcerah, sudah tidak berbau khas ikan, tekstur liat, dan
tidak dihinggapi lalat. Padaproduk mie tidak lengket, tekstur liat, dan beraroma
seperti obat.

E. Cara Mencegah dan Mengurangi Paparan Formalin


Anda disarankan melakukan hal-hal ini untuk mengurangi paparan formalin:
1. Apabila secara tiba-tiba Anda mencium bau gas yang menyengat padahal tidak sedang
menyalakan api, segeralah menjauh dari tempat tersebut.
2. Jagalah sirkulasi udara di dalam rumah tetap segar dengan cara membuka jendela
lebar-lebar, terutama selama pagi hingga sore hari.
3. Buatlah suhu di dalam rumah pada suhu terendah yang masih nyaman.
4. Ajak anak-anak dan orang lanjut usia untuk banyak menghirup udara segar di luar,
terutama jika mereka menderita asma atau penyakit kronis lainnya.
5. Jangan merokok di dalam ruangan. Lebih baik jika menghentikan kebiasaan merokok
sepenuhnya.
6. Jika Anda sedang menggunakan insektisida atau produk pembersih,pastikan
menggunakannya di udara terbuka.
7. Cuci tangan dan bersihkan tubuh dengan air dan sabun setelah menggunakan
insektisida atau produk pembersih.
8. Formalin bersifat larut dalam air, karena itu cucilah bahan makanan dengan benar
sebelum dimasak.
9. Masaklah makanan dengan baik karena kandungan formalin bisa hilang pada saat
proses pemanasan makanan.
10. Jika membeli ikan, pilih yang masih segar. Hindari ikan yang sudah kaku karena
kemungkinan menggunakan formalin.
Menurut penelitian, formalin ditemukan juga pada beberapa produk bayi, seperti
sampo, sabun, dan losion bayi. Pada umumnya, zat ini terbentuk pada saat proses
produksi. Oleh karenanya, Anda mungkin tidak dapat benar-benar menghindarkan
anak-anak dari paparan formalin. Meskipun demikian, setidaknya Anda tetap bisa
berusaha meminimalkan paparan zat ini.

6
7

F. Bahaya formalin bagi kesehatan


Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya
jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa
gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan
mempengaruhi organ tubuh lainnya, serta gejala lainnya.
Bahaya bila terpapar oleh Formalin (Dep Kes RI, 2006)
Bahaya utama Formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit, dan tertelan.
Akibat yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran
pernafasan, reaksi alergi, dan bahaya kanker pada manusia.
1) Bahaya jangka pendek (akut) Bila terhirup
a) Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada
hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk
b) Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru,
pembengkakan paru.
c) Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tenggorokan, sakit dada yang
berlebihan, kelelahan, jantung berdebar, sakit kepala, mual, dan muntah.
d) Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian .
Bila terkena kulit, Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan warna, yaitu
kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa, dan ada rasa terbakar.

Bila terkena mata, Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata
memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur, dan mengeluarkan air mata. Bila
merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran
air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.

Bila tertelan, Apabila tertelan maka mulut,tenggorokan, dan perut terasa terbakar, sakit
saat menelan, mual, muntah, diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang
hebat, sakit kepala, hipotensi ( tekanan darah rendah ), kejang, tidak sadar hingga koma.
Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan
saraf pusat, dan ginjal.

2) Bahaya jangka panjang ( kronis )


a) Bila terhirup
Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit
kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual,

7
8

mengantuk, luka pada ginjal, gangguan haid dan infertilitas pada perempuan,
kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru, dan otak. Efek
neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan
terganggu, kehilangan konsentrasi, dan daya ingat berkurang.
b) Bila terkena kulit
Apabila terkena kulit akan terasa panas, mati rasa, serta gatal-gatal dan
memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada
kulit, serta terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung.
c) Bila terkena mata
Jika terkena mata bahaya yang utama adalah terjadinya radang selaput mata.
d) Bila tertelan
Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan ,muntah-
muntah, dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu
badan dan rasa gatal di dada.
G. Makanan yang mengandung formalin
Bahan makanan yang diawetkan dengan formalin biasanya adalah mi basah, tahu,
bakso, ikan asin dan beberapa makanan lainnya. Formalin adalah larutan yang tidak
berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen
formaldehid dalam air, sebagai bahan pengawet biasanya ditambahkan metanol hingga 15
persen. Bila tidak diberi bahan pengawet, makanan seperti tahu atau mi basah seringkali
tidak bisa tahan dalam lebih dari 12 jam. Contoh dan ciri makanan yang mengandung
formalin :
1. Mi basah
Baunya sedikit menyengat. Awet, tahan dua hari dalam suhu kamar 25 Celsius. Pada
suhu 10C atau dalam lemari es, bisa tahan lebih dari 15 hari. Mi tampak mengkilat
(seperti berminyak), liat (tidak mudah putus), dan tidak lengket.
2. Tahu
Bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur dan awet sampai tiga hari pada
suhu kamar 25C. Pada suhu lemari es 10C tahan lebih dari 15 hari. Baunya juga agak
menyengat. Aroma kedelai sudah tak nyata lagi.
3. Bakso
Kenyal dan awet, setidaknya pada suhu kamar bisa tahan sampai lima hari.
4. Ikan

8
9

Berwarna putih bersih dan kenyal. Insangnya berwarna merah tua dan bukan merah
segar. Awet pada suhu kamar sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk. Tidak terasa
bau amis ikan, melainkan ada bau menyengat.
5. Ayam potong
Berwarna putih bersih dan tidak mudah busuk atau awet dalam beberapa hari.
Bila terpapar formalin dalam jumlah yang banyak, tanda dan gejala akut atau
jangka pendek yang dapat terjadi adalah bersin, radang tonsil, radang tenggorokan, sakit
dada, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual, diare dan muntah. Pada konsentrasi
yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. Bila terhirup formalin mengakibatkan
iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung
dan tenggorokan serta batuk-batuk. Kerusakan jaringan sistem saluran pernafasan bisa
mengganggu paru-paru berupa pneumonia (radang paru) atau edema paru (
pembengkakan paru).

H. NAB
Kadar Formalin yang Diizinkan di Berbagai Negara di Dunia:
Di negara-negara Uni Eropa, produk dengan kadar formalin lebih dari 0,05 persen harus
mencantumkan informasi bahwa produk tersebut mengandung formalin. Di negara-negara
ini formalin memang diperbolehkan untuk digunakan pada berbagai produk, asalkan
kadarnya tidak melebihi 0,2 persen.
Di Amerika Serikat, formalin boleh digunakan pada kayu dengan kepadatan menengah,
kayu lapis keras, dan papan partikel dengan kadar formalin 0,09 ppm. Meski demikian,
Kanada menyatakan bahwa formalin adalah zat beracun.
Sementara itu di Indonesia pada 2011, pemerintah pernah mendapatkan beberapa jenis
makanan yang beredar di pasaran mengandung formalin dengan kadar 10 ppm. Biasanya
formalin digunakan pada makanan untuk mencegahnya mudah rusak atau busuk. Oleh
karena itu, pemakaian formalin dengan kadar yang tinggi adalah ilegal.

9
10

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 PROSEDUR TES FORMALIN

1. Cincang atau iris kecil-kecil (blender) bahan yang akan diuji ambil 10 gram (sekitar 1
sendok makan)

2. Tambahkan 20 ml (sekitar 2 sendok makan) air panas lalu aduk dan biarkan dingin

3. Ambil 5 ml air campuran (airnya saja). Tambahkan 4 tetes Reagent A dan 4 tetes
Reagent B
4. Kocok sebentar dan tunggu 5 10 menit

5. Amati perubahan warna yang terbentuk . Jika terbentuk warna ungu berarti bahan yang
diuji positif mengandung formalin

10
11

3.2 Alat dan Bahan

Tabel 3.1
Alat dan Bahan

Alat Bahan
Pipet Air panas
Gelas ukur Mie kuning
Tabung reaksi Ikan asin jambal
Timbangan Tahu
Blender Baso
Mortar Terasi
Reagen Tes Formalin

3.3 Hasil dan Pembahasan

TABEL 3.2
Hasil Pemeriksaan Formalin Pada Makanan

Hasil Formalin
Sampel
Positif Negatif
Mie kuning
Ikan asin jambal
Tahu
Baso
Terasi

Pada praktikum kali ini mengenai uji formalin pada makanan, sampel yang digunakan
yaitu mie kuning, ikan asin jambal, tahu, baso dan terasi. Dari 5 sampel yang diuji di dapatkan
hasil bahan makanan yang di indikasi mengandung formalin yaitu ikan asin jambal dan terasi. Hal
ini terlihat dari perubahan warna yang terjadi setelah ditetesi dengan Reagent.

11
12

Gambar 3.1
Hasil Uji Formalin Pada Ikan Asin Jambal

Pada pengujian ini ikan asin jambal yang digunakan sebanyak 10 gram. Setelah ditimbang
ikan asin jambal di gerus lalu di tambahkan air panas. Air ikan asin jambal di ambil 5 ml yang
kemudian ditambahkan 4 tetes reagent A dan 4 tetes reagent B. Dari gambar di atas terlihat ikan
asin berubah warna menjadi warna ungu setelah di tetesi oleh reagent. Hal ini indikasi bahwa ikan
asin tersebut mengandung formalin.

Ikan merupakan salah satu jenis bahan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi dan sangat
penting bagi manusia serta merupakan sumber protein yang harganya relatif murah, namun ikan
merupakan komoditas yang sangat mudah busuk dan produksinya musiman (terutama ikan laut).
Sehingga perlu penanganan dan pengelolahan yang baik. Pengelolahan ikan yang banyak di
Indonesia masih secara tradisional yang antara lain terdiri dari penggaraman, pengasapan,
pemindangan dan fermentasi. Proses pengolahan ikan dengan penggaraman menghasilkan produk
berupa ikan asin. Dengan penggaraman, proses pembusukan dapat dihambat sehingga ikan dapat
disimpan lebih lama. Namun sekarang banyak pedagang yang kurang peduli terhadap keamanan
makanan yang dijajakan sehingga menggunakan bahan tambahan makanan yang berbahaya bagi
kesehatan seperti penambahan formalin pada ikan asin. Tujuannya tentunya agar ikan asin dapat
bertahan lama sehingga pedagang mendapatkan keuntungan yang besar.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Choirun Niswah , Elfira Rosa Pane dan Mersita
Resanti mengenai uji kandungan formalin pada ikan asin di pasar km 5 Palembang di dapatkan
hasil berdasarkan uji warna menunjukkan 8 sampel positif mengandung formalin, ditandai dengan
larutan berwarna kuning keunguan dan hasil uji kuantitatif menunjukkan 8 sampel teridentifikasi
formalin. Kadar formalin tiap sampel berbeda. Kadar formalin paling kecil yaitu 0,001 ppm pada
sampel 5 pedagang 4 dan kadar formalin paling tinggi sebesar 0,006 ppm pada sampel 1 pedagang

12
13

2. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak pedagang yang menggunakan formalin padahal
sudah dilarang penggunaannya untuk makanan.

Berdasarkan penelitian mengenai Identifikasi Formalin Pada Ikan Asin Yang dijual di
Kawasan Pantai Teluk Penyu Kabupaten Cilacap yang dilakukan oleh Rossy Indah Wardani dan
Surahma Asti Mulasari pada tahun 2016 didapatkan ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin,
yaitu:

1. Dalam suhu kamar (ikan asin dapat bertahan lebih dari satu bulan tanpa mengalami
kerusakan tekstur)

2. Berwarna bersih dan lebih cerah dibandingkan ikan asin yang bebas formalin

3. Tidak berbau khas ikan asin

4. Tidak dihinggapi lalat pada tempat banyak lalat

5. Sebenarnya ikan asin yang mengandung formalin dapat dilihat secara indrawi, dilihat dari
tekstur dan warnanya, kemudian dicium baunya dan dilihat apakah ada lalat yang mau
mengerumuni

Gambar 3.2
Hasil Uji Formalin Pada Terasi

Dari gambar diatas dapat dilihat terasi berubah warna ungu setelah ditambahkan reagent.
Warna yang ditimbulkan lebih jelas dari pada perubahan yang terjadi pada ikan asin jambal. Hal
ini indikasi bahwa terasi mengandung formalin. Terasi yang digunakan berasal dari ikan sehingga
warnanya kehitaman.

13
14

Terasi merupakan produk awetan ikan-ikan kecil atau rebon yang telah diolah melalui
proses fermentasi, penggilingan atau penumbukan dan penjemuran. Selain itu, daya simpan terasi
juga masih relatif minim. Sehingga, alternatif yang selalu di gunakan oleh masyarakat dalam
meningkatkan daya simpan terasi yaitu menambahkan zat pengawet formalin pada terasi agar
terasi yang disimpan dan jual bertahan jauh lebih lama. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rian
Al Fadli dkk mengenai Analisis Kandungan Zat Pengawet Formalin Pada Terasi Yang
diperdagangkan di Pasar Tradisional Kota Kendari tahun 2016, didapatkan hasil rata-rata
persentasi formalin disetiap pasar berturut-turut Pasar Baruga A dan B (100;120)mg/kg, Pasar
Panjang A dan B (160;160)mg/kg, Pasar Anduonohu A dan B (120;140)mg/kg dan Pasar Basah
A dan B (120;104)mg/kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel yang diambil dari 8 pasar
tradisional kota kendari positif mengandung formalin.

Gambar 3.3
Hasil Uji Formalin Pada Tahu, Mie dan Baso
Pada pengujian sampel tahu, mie dan baso tidak terjadi perubahan warna setelah di tetesi
oleh reagent sehingga negatif adanya kandungan formalin. Pada praktikum ini terdapat
kekurangan seperti tidak dilakukan sterilisasi pada alat-alat yang mungkin saja berdampak pada
penentuan hasil yang di dapat.

14
15

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari 5 sampel yang di uji Formalin terdapat bahan makananan yang di indikasi
mengandung formalin yaitu ikan asin jambal dan terasi. Kedua bahan makanan tersebut
mengalami perubahan warna menjadi warna ungu setelah di tetesi reagent

4.2 Saran

Pemerintah dan pihak terkait sebaikanya terus memberikan penyuluhan lebih lanjut kepada
masyarakat mengenai pengertian, fungsi, serta dampak yang di timbulkan dari formalin
apabila tidak digunakan sesuai fungsinya.
Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas, seperti
mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu dan memberikan
hukuman kepada pedagang yang telah melanggar ketentuan dan aturan yang telah
ditetapkan.
Sebaiknya Masyarakat harus lebih teliti dalam memilih makanan yang sehat dan aman

15
16

Lampiran

16
17

17

You might also like