You are on page 1of 3

http://info.tnial.mil.

id/DISKESAL/tabid/91/articleType/ArticleView/articleId/34/WARTAKE
S-TNI-AL-VOLUME--XXII-NO-2--2008.aspx

DETEKSI DINI

DAN TURUNKAN RESIKO KANKER PAYUDARA


Oleh: dr. Agnes lndarti SpB, Mkes
Kapten Laut (K/W) Nrp. 10823/P

Kanker payudara merupakan kanker dengan insidens tertinggi No.2 di Indonesia


dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun insidens ini meningkat; seperti
halnya diluar negeri. Angka kejadian Kanker Payudara di AS misalnya 92/100.000
wanita pertahun dengan mortalitas yang cukup tinggi 27/100.000 atau 18% dari
kematian yang dijumpai pada wanita. Di Indonesia berdasarkan Pathological
Based Registration kanker payudara mempunyai insidens relatif 11,5%.
Diperkirakan di Indonesia mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru
pertahun; dengan kenyataan bahwa lebih dari 50% kasus sudah dalam stadium
lanjut.

Disisi lain kemajuan "lptekdok" serta ilmu dasar biomolekuler, sangat


berkembang dan tentunya mempengaruhi tata cara penanganan kanker payudara
itu sendiri mulai dari deteksi dini hingga terapi.

Kemajuan "Iptekdok" yang cepat seperti dijelaskan diatas, membuat PERABOI


(Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) perlu mengantisipasi keadaan ini
dengan pemberian informasi sebaik-baiknya guna peningkatan mutu pelayanan
dengan deteksi dini dan meringankan kasus yang terjadi.

DETEKSI DINl KANKER PAYUDARA


KELUHAN UTAMA

1. Adanya benjolan dibawah ketiak


2. Jaringan buah dada yang menebal dan mulai sakit
3. Puting susu terasa sakit dan keluar darah
4. Perubahan kulit pada puting susu

Stadium-stadiumnnya

a. Stadium O
Dinamakan noninvasive carcinoma atau carcinoma in situ. Pada tahap ini pada
diri pasien telah ditemukan sel-sel disekitar payudara yang abnormal yang
perubahannya begitu cepat. Walaupun tak terlalu bahaya. munculnya tanda-tanda
seperti ini telah menunjukkan bahwa seorang perempuan mempunyai indikasi
terkena kanker payudara.
b. Stadium I
Kerap disebut sebagai masa awal penyebaran kanker, yaitu masa-masa
penyebaran
tumor masih berada dalam sekitar wilayah payudara. Pada stadium I pertumbuhan
tumor di dalam atau sekitar payudara tidak lebih satu inchi dan sel-sel kanker
masih belum menyebar secara luas di payudara.

c. Stadium II
Stadium ini adalah kelanjutan dari tahap pertumbuhan sel-sel kanker. Besarnya
benjolan sekitar 1 inchi (2.5 cm). Walaupun demikian penyebaran kanker telah
mencapai bagian limfa dibawah lengan. Atau pelebaran tumor telah berukuran 1
hingga 2 inchi dengan telah atau tanpa menyebar disekitar limfa. Hal ini
tergantung dari karakteristik pertumbuhan tumor itu sendiri.
Dalam stadium ini berupa alternatif pengobatan kanker telah dilakukan dokter
untuk memperpanjang usia harapan hidup pasien.

d. Stadium III
Dalam stadium ini penyebaran tumor telah menyebar secara luas. Volume tumor
diperkirakan melebihi diameter 2 inchi. Penyebarannya tak hanya bagian limfa
bawah lengan, namun telah menyebar pada jaringan tubuh seperti tulang dada dan
jaringan lain diseputar dada. Pasien pada stadium ini biasanya diberikan
pengobatan antara lain operasi yang disertai radiasi disekitar payudara dan bawah
lengan, hal ini disebut kemoterapi. Tujuannya adalah untuk memperkecil peluang
bertambahnya volume tumor yang membesar sekaligus untuk mencegah
penyebaran tumor pada jaringan disekitar dada atau bagian lain.

e. Stadium IV
Penyebab tumor bagian ini telah mencapai keseluruhan tubuh pasien serta tulang.
Biasanya disebut metatastic cacer. Pengobatan yang diberikan pada pasien adalah
kemoterapi hormon untuk menghancurkan sel-sel kanker penyebab tumor
sekaligus untuk mengatasi kerusakan bagian jaringan tubuh yang telah terkena
penyebaran kanker. Radiasi juga diperlukan untuk mengobati bagian tubuh lain.

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/15/08372336/PR.Panjang.Tangani.Ka
nker.Payudara

PR Panjang Tangani Kanker Payudara

Jumat, 15 Januari 2010 |

Oleh Agnes Aristiarini


Kondisi di Indonesia

Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2007 menunjukkan, kejadian kanker
payudara mencapai 21,69 persen, lebih tinggi dari kanker leher rahim yang
angkanya 17 persen.

Di Rumah Sakit Kanker Dharmais, jumlah kasus baru juga terus meningkat.
Kalau tahun 2003 hanya ada 221 kasus, tahun 2008 sudah tiga kali lipatnya
menjadi 657 kasus. Sayangnya 60-70 persen pasien datang pada stadium lanjut,
III atau IV, sehingga hampir setengah dari angka kejadian kanker payudara
berakhir dengan kematian.

Tingkat pemahaman masyarakat yang masih rendah dan adanya mitos-mitos yang
keliru tentang kanker payudara menjadi salah satu faktor penyebab keterlambatan
penanganan kanker payudara di Indonesia.

Seharusnya banyak pasien kanker payudara bisa diselamatkan. Pada 95 persen


perempuan yang diagnosisnya ditegakkan pada tahap awal kanker, sebagai
contoh, dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun.

Perkembangan ilmu pengetahuan juga sangat signifikan sehingga tidak hanya


nyawa pasien yang diselamatkan, tetapi juga kualitas hidupnya. Ini antara lain
dengan ditemukannya teknik BCT (Breast Conserving Therapy) sehingga
payudara pun bisa dipertahankan jika kanker belum mencapai stadium lanjut.

Survei yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta tahun 2005


menunjukkan, 80 persen masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan dini
payudara. Hanya 11,5 persen yang paham, sementara sisanya tidak tahu (8,5
persen). Ini masih ditambah dengan ketakutan payudara diangkat sampai
keharusan membayar biaya berobat yang mahal sehingga banyak pasien menunda
kedatangannya ke tempat pelayanan kesehatan dengan memilih mencari
pengobatan alternatif.

You might also like