You are on page 1of 24

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium pada Masyarakat indonesia

102012009 VINCENT OKTA VIDIANDIKA

102013552 YOLANDA PHINGKASARI

102014050 LIVIA BRENDA PATTY

102014070 TIKA AYU HASTA RIANI

102014103 LINEZ MARZE SAPULETTE

102014176 STEFANIA NARLINA CONO

102014234 BALQIS BINTI BASHARUDIN

102014010 WILLIS

102014128 ALEXANDER FELIX

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Defisiensi yodium merupakan salah satu masalah gizi kurang yang masih dihadapi oleh
Penerintah Indonesia.Defisiensi gizi ini dapat diderita orang pada setiap tahap kehidupan, mulai
dari masa prenatal hingga lansia.Defisiensi yodium sebelumnya dikenal dengan istilah gondok
(pembesaran kelenjar tiroid) yang merupakan salah satu gejala yang timbul akibat kekurangan
gizi tersebut. Akibat kekurangan zat gizi ini diketahui tidak hanya pembesaran kelenjar tiroid,
tetapi jauh lebih luas.1

Spektrum akibat defisiensi sangat luas, mulai dari keguguran, lahir mati, cacat bawaan,
kretin dan hipotirois.Kretin merupakan akibat yang paling berbahaya karena tidak hanya fisik
saja yang terkena, tetapi yang paling penting adalah gangguan pada perkembangan otak. Karena
luasanya akibat dari defisiensi ini, defisiensi yodium dikenal dengan istilah gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY). Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan
masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius. Data WHO tahun
2005, tercatat ada 130 negara di dunia mengalami masalah GAKY, sebanyak 48 % tinggal di
Afrika dan 41 % di Asia Tenggara dan sisanya di Eropa dan Pasifik Barat.

1
Pada makalah Problem Based Learning ini saya membahas kasus skenario 6 yang
berhubungan dengan masalah GAKY, dimana seorang doktor baru bertugas di salah satu
puskesmas di kupebanten ponorog mendapati pembesaran pada bahagian leher pada beberapa
pasien yang berobat ke poliklinik puskesmas . Lalu pada kunjungan ke beberapa sekolah pada
pelaksanaan program UKS didapatkan beberapa siswa SD di wilayah kerjaya tampak kecil ,
pendek disbanding temannya .

Anamnesis

Anamnesis adalah pengumpulan data status pasien yang didapat dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan pasien. Tujuan dari anamnesis antara lain:
mendapatkan keterangan sebanyak mungkin mengenai penyakit pasien, membantu menegakkan
diagnosa sementara dan diagnosa banding, serta membantu menentukan penatalaksanaan
selanjutnya. Wawancara yang baik seringkali sudah dapat mengarah masalah pasien dengan
diagnosa penyakit tertentu. Adapun anamnesis meliputi: pencatatan identitas pasien, keluhan
utama pasien, riwayat penyakit pasien serta riwayat penyakit.

1. Identitas

- Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir , alamat, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa dan agama.

2. Keluhan utama

- Keluhan utama perlu diketahui, yaitu keluhan yang menyebabkan pasien datang ke klinik
untuk berobat. Berdasarkan kasus, keluhannya adalah seorang ibu datang ke Rumah Sakit
dengan keluhan anak laki-lakinya mengalami keterlambatan pertumbuhan.

3. Riwayat penyakit sekarang

- Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terperinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang
berobat.

- Berikut ini beberapa pertanyaan untuk mendapatkan data riwayat kesehatan dari proses
penyakit:

2
Riwayat makanan : - jangka pendek : sebelum sakit

- jangka panjang: sejak bayi

Nafsu makan : baik / kurang / buruk ?


Masukan makanan : jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, dapat untuk
menilai kwalitas : baik / kurang, berdasarkan :jenis makanan, komposisi nutrient,
distribusi kalori, kwantitas (cukup / kurang / lebih --.> terhadap RDA), energi /
protein / vitamin / mineral dll.
Riwayat kehamilan ibu

4. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat penyakit dahulu bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan


adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakit sekarang.

5. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

- Penting untuk mencari kemungkinan penyakit yang sama pada orang tua, keluarga dan
lingkungan tempat tinggal.2

Pemeriksaan Fisik

1. Menentukan status gizi secara antropometri

Tujuan dari pengukuran kesehatan adalah untuk mengetahui kondisi pertumbuhan dan gizi
anak.Penilaian pertumbuhan pada anak sebaiknya dilakukan dengan jarak yang teratur
disertai dengan pemeriksaan serta pengamatan fisik.Status gizi adalah ekspresi dari
keseimbangan dalam bentuk variabel-variabel tertentu.Status gizi juga merupakan akibat dari
keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut
atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh.

Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.Dalam


bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi.Ukuran yang sering digunakan adalah
berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan
atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut,lingkaran perut, lingkaran pinggul.

3
Pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja maupun orang dewasa.Pada
anak-anak dan remaja pengukuran IMT sangat terkait dengan umurnya, karena dengan
perubahan umur terjadi perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh.Karena itu, pada
anak-anak dan remaja digunakan indikator IMT menurut umur, biasa disimbolkan dengan
IMT/U (Tabel 1).IMT adalah perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat.
Cara pengukurannya adalah pertama-tama ukur berat badan dan tinggi badannya.2,3

Selanjutnya dihitung IMT-nya, yaitu :

Berat badan (kg)

IMT = ----------------------------------------------

Tinggi badan 2 (meter)

Tabel 1. Klasifikasi IMT menurut Kemenkes RI 2010 untuk anak usia 5-18 tahun
Nilai Z-skor Klasifikasi
z-skor +2 Obesitas
+1 < z-skor < +2 Gemuk
-2 < z-skor < +1 Normal
-3 < z-skor < -2 Kurus
z-skor < -3 Sangat kurus

2. Pemeriksaan Kelenjar Tiroid

a. Inspeksi

Dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada pada posisi duduk
dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat pembengkakan atau
nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk
(diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat pasien diminta untuk menelan dan palpasi pada
permukaan pembengkakan.

4
b. Palpasi

Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi
fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari
kedua tangan pada tengkuk penderita.5

Selama berpuluh tahun, ukuran kelenjar tiroid hanya ditentukan melalui inspeksi dan
palpasi (rabaan).Metode ini tampak menarik karena pemeriksa dapat melakukan
pemeriksaan pada sejumlah besar orang dalam waktu yang singkat tanpa menggunakan
peralatan yang mahal. Namun demikian, dengan metode ini terdapat kekhawatiran akan
keakuratan diagnosis yang ditegakkan.

Ukuran kelenjar tiroid akan mengalami perubahan secara terbalik sebagai respons
terhadap perubahan pada asupan iodium, dengan interval antarperiode yang bervariasi dari
beberapa bulan hingga beberapa tahun, bergantung pada factor-faktor seperti keparahan serta
durasi defisiensi iodium, efektivitas intervensi iodium, dan mungkin pula factor-faktor
goitrogenik.

Kelompok sasaran yang dipilih harus tepat untuk penentuan ukuran kelenjar
tiroid.Karena kelenjar tiroid pada neonatus dan anak prasekolah berukuran kecil,
pemeriksaan penyakit gondok pada kelompok ini tidak mungkin atau tidak praktis untuk
dilaksanakan sekalipun dengan alat ultrasonografi.

Kelompok sasaran yang disukai adalah anak usia sekolah, yaitu antara usia 6 dan 12
tahun, dan jika mungkin anak yang berusia 8-10 tahun, untuk menghidari kelenjar tiroid yang
berukuran kecil pada anak kecil serta efek pubertas pada anak yang lebih besar. Anak
sekolah sering kali digunakan dalam penelitian penyakit gondok karena pertimbangan
keterjangkauan dan kerentanan mereka terhadap defisiensi iodium.Ibu hamil merupakan
kelompok sasaran utama dalam pengendalian GAKI karena kelompok ini sensitif terhadap
defisiensi marjinal iodium dan relatif dapat terjangkau dengan memperhitungkan partisipasi
mereka dalam klinik antenatal.

5
Menentukan ukuran tiroid melalui palpasi

Menentukan ukuran tiroid melalui palpasi memerlukan pelatihan yang saksama dan
kolaborasi inisial dengan pemeriksa yang berpengalaman pada pemeriksaan pertama.Sesudah
dilakukan inspeksi secara visual, kelenjar tiroid dipalpasi dengan memakai jari tangan untuk
menelusuri secara hati-hati daerah di sepanjang tepi trakea (pipa suara) di antara kartilago
krikoideus (kartilago terbawah laring) dan puncak sternum (tulang dada).Kedua sisi trakea
juga harus dipalpasi.Ukuran dan konsistensi kelenjar tersebut dicatat dengan cermat.Jika
perlu pemeriksaan palpasi dapat sedikit dipermudah dengan menyuruh orang yang diperiksa
itu untuk menelan sehingga terjadi gerakan tiroid ke atas. Kelenjar tiroid dengan kedua lobus
lateral yang masing-masing berukuran lebih besar dari falang proksimal ibu jari tangan orang
yang diperiksa dapat dianggap sebagai suatu tanda yang menunjukkan penyakit gondok.

Ukuran kelenjar tiroid dapat dipilahkan menjadi salah satu dari beberapa derajat berikut ini.

1. Grade 0: Normal, dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal,
dan dengan palpasi tidak teraba.
2. Grade IA: Kelenjar Gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderita tengadah
maksimal, dan palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir ibu jari penderita.
3. Grade IB: Kelenjar Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat dengan
tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IA.
4. Grade II: Kelenjar Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datar dan dengan palpasi
teraba lebih besar dari Grade IB.
5. Grade III: Kelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak 6 meter atau lebih. 3

Pemeriksaan Penunjang

Pengukuran status yodium dapat dilakukan dengan metode biokimia dan tanda-tanda klinis.
Metode biokimia dapat dilakukan dengan teknik radioimmuno assay, pengukuran protein
binding iodine (PBI), Thyroid Stimulated Hormones (TSH), Urine Iodine Excretion (UIE) dan
kadar kreatinin dalam darah. Sementara itu, tanda-tanda klinis dilakukan dengan melihat
pembesaran kelenjar thyroid. Untuk mengetahui tingkat defisiensi awal, metode biokimia
merupakan cara yang paling tepat.1

6
- Pemeriksaan Urin

Ekskresi iodium dalam urin merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan asupan iodium
yang paling dikoreksi dengan cepat melalui program iodinisasi yang efektif, kendati angka
gondok sendiri memerlukan waktu yang lama sebelum kembali kepada tingkat yang dapat
diterima.akhir dari makanan. Ukuran sampel yang besarnya paling sedikit 30 orang akan
mengimbangi variasi individual pada kadar iodium yang dapat terjadi. Sampel urine sehari-hari
atau spot urine sample (sampel urine yang diambil pada saat penelitian) harus diambil dengan
menggunakan wadah bebas iodium yang kemudian disegel rapat dan disimpan sebelum
dilakukan pemeriksaan analisis. Kita harus berhati-hati agar tidak terjadi kontaminasi selama
pengumpulan seluruh sampel dan pelaksanaan pemeriksaan analisis.

Kebanyakan laboratorium menggunakan reaksi Sandell-Kolthoff dalam pemeriksaan


analisis iodium urine, dan bagi laboratorium yang melaksanakan pemeriksaan dianjurkan untuk
turut mengikuti program penjaminan mutu agar akurasi hasil pemeriksaannya dapat terjamin.
Kadar iodium dalam urine tidak selalu berkaitan dengan ekskresi kreatinin. Nilai cut off untuk
mendefinisikan status iodium pada suatu populasi menurut kadar median (median concentration)
iodium urine ditunjuk dalam Tabel 12.1.

Karena nilai iodium urine dari berbagai populasi biasanya tidak terdistribusi secara
normal, diperlukan distribusi frekuensi untuk mendapatkan hasil interpretasi data yang benar,
dan nilai yang harus digunakan bukan nilai mean melainkan nilai tengah (median value).

Untuk memberantas defisiensi iodium, kadar median iodium dalam urine harus 100 g/L
atau lebih dan tidak lebih dari 20% sampel yang kadar iodium urinenya di bawah 50 g/L.

7
- Ultrasonografi

Pemeriksaan ultrasonografi merupakan metode yang lebih akurat dan objektif untuk menentukan
ukuran kelenjar tiroid, kendati diperlukan peralatan yang mahal, pelatihan yang baik dan
pemeriksaan tersebut juga memerlukan waktu yang lebih lama.

- Thyroid-stimulating hormone dan thyroglobulin

TSH (thyroid-stimulating hormone) dan thyroglobulin dapat digunakan sebagai indikator untuk
menilai GAKI, atau sebagai indikator surveilans, dalam kondisi tertentu.Bercak-bercak darah
pada kertas saring atau sampel serum dapat dipakai untuk mengukur TSH dengan menggunakan
pemeriksaan analisis yang sangat peka. Kadar TSH akan meningkat pada keadaan defisiensi
iodium sebagai bagian dari sistem umpan-balik (feedback system) yang melibatkan hormon-
hormon yang terkait dengan kelenjar tiroid (Gambar 12.1). Namun demikian, peningkatan
tersebut tidak begitu besar kecuali jika terjadi defisiensi yang sedang atau berat. Oleh karena itu,
kadar TSH pada anak usia sekolah dan orang dewasa bukan indikator yang baik untuk defisiensi
iodium, dan pemakaiannya dalam survei berbasis sekolah tidak direkomendasikan. Pemeriksaan
TSH dari bercak darah pada neonatus merupakan indikator yang berharga untuk menentukan
keadaan defisiensi iodium karena kelenjar tiroid neonatus memiliki simpanan iodium yang
terbatas sehingga defisiensi yang ringan sekalipun sudah dapat meningkatkan sekresi
TSH.Sampel darah dapat diambil tali pusat pada saat bayi dilahirkan atau dengan menusuk tumit
sesudah bayi itu lahir (biasanya setelah 72 jam).Biasanya pemeriksaan skrining TSH pada
neonatus memiliki tujuan primer untuk mendeteksi hipotiroidisme kongenital, kendati
pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai indikator nutrisi iodium dalam masyarakat.Karena
alasan inilah, pemeriksaan skrining tersebut harus bersifat universal dan tidak boleh melupakan
anak-anak yang lahir di daerah terpencil atau di daerah dengan keadaan sosioekonomi yang
rendah.

8
Ketika terjadi pembesaran kelenjar tiroid pada keadaan defisiensi iodium, thyroglobulin akan
dilepas dengan jumlah yang besar sehingga terjadi peningkatan kadar thyroglobulin di dalam
sirkulasi darah. Teknik laboratorium untuk memeriksanya, sama seperti pada pemeriksaan TSH
dan pemeriksaan immunoassay yang lain. Teknik tersebut memberikan hasil yang baik ketika
diaplikasikan pada bercak darah kendati belum dikembangkan secara komersial.

Menentukan kadar hormon tiroksin tiroid (T4) dan triiodotironin (T3) dalam serum sebagai
indikator defisiensi iodium biasanya jarang direkomendasikan karena tes ini sulit dilaksanakan,
memerlukan biaya yang lebih besar serta tidak begitu sensitif jika dibandingkan dengan indikator
lainnya. Kadar T4 serum pada defisiensi iodium secara khas lebih rendah, dan kadar T3 serum
lebih tinggi jika dibandingkan dengan populasi penduduk yang normal; namun, tumpang tindih
keduanya mengurangi kegunaan hormon-hormon ini dalam menilai GAKI.3

Diagnosis Kerja

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Gangguan akibat kekurangan iodium (iodine deficiency disorder) adalah gangguan tubuh yang
disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan hormon
tiroid.Kekurangan hormon tiroid mengakibatkan timbul gondok, hipotiroid, kretin, gangguan
reproduksi, kematian bayi dan keterbelakangan mental.

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah gangguan akibat kekurangan yodium
adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh seseorang kekurangan unsur
yodium secara terus-menerus dalam waktu cukup lama. (DepKes RI, 2000).

9
Gangguan akibat kekurangan yodium adalah rangkaian kekurangan yodium pada tumbuh
kembang manusia, Sprektum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin
endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pada
anak dan dewasa, sering dengan kadar hormon rendah angka lahir dan kematian janin meningkat
(Supariasa, 2001).1,2

Diagnosa Banding

Struma toksik
Struma difus toksik (Graves Disease)
Graves disease adalah bentuk umum dari tirotoksikosis.Penyakit Graves terjadi akibat antibodi
reseptor TSH (Thyroid Stimulating Hormone) yang merangsangsang aktivitas tiroid itu sendiri

struma non toksik

Struma non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid pada pasien eutiroid, tidak berhubungan
dengan neoplastik atau proses inflamasi. Dapat difus dan simetri atau nodular.Apabila dalam
pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka pembesaran ini disebut struma nodosa.
Struma nodosa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme disebut struma nodosa non-
toksik.Struma nodosa atau adenomatosa terutama ditemukan di daerah pegunungan karena
defisiensi iodium. Biasanya tiroid sudah mlai membesar pada usia muda dan berkembang
menjadi multinodular pada saat dewasa. Struma multinodosa terjadi pada wanita usia lanjut dan
perubahan yang terdapat pada kelenjar berupa hiperplasi sampai bentuk involusi. Kebanyakan
penderita struma nodosa tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau
hipertiroidisme.Nodul mungkin tunggal tetapi kebanyakan berkembang menjadi multinoduler
yang tidak berfungsi.Degenerasi jaringan menyebabkan kista atau adenoma.Karena
pertumbuhannya sering berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali
benjolan di leher. Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernapasan karena
menonjol ke depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea jika pembesarannya
bilateral. Pendorongan bilateral demikian dapat dicitrakan dengan foto Roentgen polos (trakea
pedang). Penyempitan yang berarti menyebabkan gangguan pernapasan sampai akhirnya terjadi
dispnea dengan stridor inspirator

10
Manifestasi klinis
Pada penyakit Graves terdapat dua gambaran utama yaitu tiroidal dan ekstratiroidal.
Keduanya mungkin tidak tampak.Ciri- ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid
dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan
Gejala-gejala hipertiroidisme berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktivitas simpatis
yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak
bila panas, kulit lembab, berat badan menurun, sering disertai dengan nafsu makan meningkat,
palpitasi, takikardi, diare, dan kelemahan serta atrofi otot. Manifestasi ekstratiroidal berupa
oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang biasanya terbatas pada tungkai bawah.Oftalmopati
ditandai dengan mata melotot, fisura palpebra melebar, kedipan berkurang, lid lag
(keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerakan mata), dan kegagalan
konvergensi.Jaringan orbita dan dan otot-otot mata diinfltrasi oleh limfosit, sel mast dan sel-sel
plasma yang mengakibatkan eksoltalmoa (proptosis bola mata), okulopati kongestif dan
kelemahan gerakan ekstraokuler.

Struma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal :


1. Berdasarkan jumlah nodul : bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa soliter
(uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa.
2. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radoiaktif : nodul dingin, nodul hangat, dan
nodul panas.
3. Berdasarkan konsistensinya : nodul lunak, kistik, keras, atau sangat keras.

Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan kosmetik atau
ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan struma nodosa besar,
mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esophagus (disfagia) atau trakea (sesak
napas.Gejala penekanan ini data juga oleh tiroiditis kronis karena konsistensinya yang keras
Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul.Keganasan
tiroid yang infiltrasi nervus rekurens menyebabkan terjadinya suara parau
Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher sebelah
lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjar getah bening,
sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya masih kecil. Atau penderita datang karena
benjolan di kepala yang ternyata suatu metastase karsinoma tiroid pada kranium

Etiologi

1. Defisiensi Iodium dan Iodium Excess

Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena
kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam
makanan dan minuman yang dikonsumsinya.

Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus, seperti
yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam
jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan
hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling.
11
2. Lokasi (Geografis dan non geografis)

Faktor lokasi dapat berpengaruh terhadap kejadian GAKY, hal ini disebabkan kandungan
yodium yang berbeda di setiap daerah. Penderita GAKY secara umum banyak ditemukan di
daerah perbukitan atau dataran tinggi, karena yodium yang berada dilapisan tanah paling atas
terkikis oleh banjir atau hujan dan berakibat tumbuh-tumbuhan, hewan dan air di wilayah ini
mengandung yodium rendah bahkan tidak ada.

3. Asupan Energi dan Protein

Gangguan akibat kekurangan yodium secara tidak langsung dapat disebabkan oleh asupan energi
yang rendah, karena kebutuhan energi akan diambil dari asupan protein. Protein (albumin,
globulin, prealbumin) merupakan alat transport hormon tiroid.Protein transport berfungsi
mencegah hormon tiroid keluar dari sirkulasi dan sebagai cadangan hormon.

Dengan adanya defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap dalam sintesis
hormon tiroid terutama tahap transportasi hormone (Djokomoelyanto, 1994).

4. Pangan Goitrogenik

Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan fungsi hormon tiroid
secara langsung dan tidak langsung.Secara langsung zat goitrogenik menghambat uptake yodida
anorganik oleh kelenjar tiroid. Seperti tiosianat dan isotiosianat menghambat proses tersebut
karena berkompetisi dengan yodium.

Ada dua jenis zat goitrogenik yang berasal dari bahan pangan yaitu:

a. Tiosianat terdapat dalam sayuran kobis, kembang kol, sawi, rebung, ketela rambat dan
jewawut, singkong

b. Isotiosianat terdapat pada kobis.

Berdasarkan mekanis kerjanya, zat goitrogenik dipengaruhi oleh proses sintesis hormon dan
kelenjar tiroid trhadap bahan bahan goitrogenik. Bahan tersebut adalah:

a. Kelompok tiosianat, dimana mekanisme kerjanya memperngaruhi transportasi yodium.

Misalnya : rebung, ubi jalar.

b. Kelompok tiroglikosid, dimana mekanisme kerjanya mempengaruhi oksidasi,


organofikasi, dan coupling.

Misal: bawang merah, bawang putih, bassica dan yellow turnips.

5. Genetik

12
Faktor genetik dalam hal ini merupakan variasi individual terhadap kejadian GAKY dan
mempunyai kecenderungan untuk mengalami gangguan kelenjar tiroid.Faktor genetic banyak
disebabkan karena keabnormalan fungsi faal kelenjar tiroid.

Penyebab genetic lain adalah sejumlah cact metabolic yang diturunkan, yang melukiskan
kepentingan berbagai tahapan dalam biosintesis hormon tiroid. Cacat ini adalah cacat pada
pengangkutan yodium, cacat pada iodinasi, cacat perangkaian, defisiensi deiodinasi, dan
produksi protein teriodinasi yang abnormal.1,2

Epidemiologi

Angka kejadian GAKY lebih sering ditemukan di daerah pegunungan, hal ini dikarenakan
komponen tanahnya yang sedikit mengandung yodium.Kandungan yodium yang rendah di
pegunungan disebabkan terjadinya pengikisan yodium oleh salju atau air hujan, sehingga hal
tersebut menyebabkan pula kandungan yodium dalam makanan juga sangat rendah. Air tanah, air
dari sumber mata air, atau air dari sungai di daerah pegunungan tidak mengandung yodium yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh manusia, demikian pula halnya dengan ternak serta
tanaman yang tumbuh di pegunungan hampir tidak mengandung yodium sama sekali. Karena
sebab itulah, maka angka kejadian GAKY lebih sering ditemukan di daerah pegunungan
dibandingkan dengan daerah pantai.

Namun saat ini, terjadi perubahan pola daerah endemik GAKY. Berdasarkan hasil studi
epidemiologi GAKY menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran/pola daerah endemik yang
mulai terlihat di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:

1. Gaky Di Daerah Pesisir Pantai

Penelitian dengan mengambil latar belakang prevalensi gondok yang tinggi dipesisir Kab.
Halmahera. Berdasarkan hasil Survei Nasional Gondiok tahun 1980/1982 dan hasil survei tahun
1995/1996, gugus pulau Halmahera Utara-Barat telah memiliki GTR (Total Goiter Rate) 54,7%.
TGR didapat melalui pemeriksaan pe rabaan pada kelenjar tiroid di daerah leher dan ditemukan
adanya pembesaran.Dari Gambaran TGR >30 % berarti termasuk wilayah endemik berat.Tahun
2002/2003 dilakukan survei pada Kecamatan Tobelo (Desa Pitu) dan Kecamatan Tobelo Selatan
(Desa Kupa-kupa dan Tomahalu) dengan hasil TGR masih >30% atau masih masuk dalam
kategori endemik berat (Dachlan dan Thaha 2001).Besarnya nilai TGR atau tingkat endemisistas
GAKI di kawasan pesisir Kabupaten Halmahera Utara merupakan sesuatu yang sangat ironis jika
dilihat dari potensi sumberdaya alamnya.Sumberdaya pesisir merupakan sumberdaya yang
memiliki kandungan gizi cukup tinggi terutama kandungan iodin, misalnya ikan dan rumput laut.
Konsumsi harian sebagian besar masyarakat juga tidak terlepas dari produk perikanan baik
produk segar maupun olahan. Berdasarkan kondisi tersebut, tingginya nilai TGR atau
endemisitas GAKI yang terjadi dimungkinkan karena faktor lain, misalnya rendahnya kadar

13
iodium pada air minum, konsumsi umbi-umbian yang mengandung goitrogenik, serta
penggunaan garam yang tidak memenuhi standar kandungan iodiumnya.

2. GAKY Di Daerah Dataran Rendah

Beberapa penelitian telah menemukan kejadian gondok di daerah dataran rendah yang cukup
yodium, di mana kandungan yodium dari air, tanah dan produk-produk pertanian di daerah
tersebut mestinya cukup memadai, Berkaitan dengan hal tersebut, muncul beberapa teori ; antara
lain kemungkinan adanya paparan oleh kontaminan di lingkungan yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan fungsi tiroid, seperti logam berat (Plumbum=Pb, Hydrargyrum=Hg dan
Cadmium=Cd), polychlorinated biphenyl (PCB), dan pestisida. Hasil penelitian Samsudin
(2007), mengenai risiko pajanan Pb di Yogyakarta, diketahui proporsi Wanita Usia Subur(WUS)
menderita hipotiroid sebesar 19,2%. Proporsi WUS dengan kadar Pb tinggi (PbB = 50 gr/L)
adalah 49,5%. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kadar Pb dalam darah dengan
fungsi tiroid. Kadar Pb tinggi dalam darah merupakan faktor risiko terjadinya hipotiroid pada
WUS risiko terpajan Pb di perkotaan. Tingginya kadar Pb dalam darah ini mengakibatkan
terbentuknya ikatan dengan unsur yodium di dalam tubuh yang akibatnya akan menyebabkan
timbulnya gondok.

3. GAKY Di Daerah Dengan Pola Konsumsi Makanan Yang Banyak Mengandung Zat
Goitrogenik

Goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok,
sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goitrogenik dapat
menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan
hormone tiroksin terhambat (Linder, 1992). Laporan penelitian BP2GAKI (2012), dalam
penelitiannya tentang pola makan pada anak penderita gangguan akibat kekurangan yodium
(gaky) di kabupaten Wonosobo menunjukkan hasil bahwa pola makan anak penderita GAKY
masih banyak mengandung zat-zat goitrogenik.

4. Peran Selenium Terhadap Penyerapan Iodium

Selenium merupakan senyawa penting pada metabolismeiodin.Penemuan fungsi selenium dalam


metabolisme hormon tiroid memiliki implikasi penting bagi penafsiran efek defesiensi selenium
pada gondok.Suatu kejadian/musibah air bandang yang menimpa, menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan mikromineral dalam tanah, salah satunya adalah selenium. Hal ini terjadi
pada daerah pada bagian timur gunung Muria untuk 10 tahun terakhir(Sulchan, 2007).1,2

Patofisiologi

Metabolisme iodium

14
Satu-satunya fungsi iodium yang diketahui dalam tubuh adalah untuk sintesis hormon tiroid yang
berlangsung di dalam kelenjar tiroid.Hormon ini memainkan peranan yang penting dalam
pengaturan metabolism.Iodium diabsorpsi dengan cepat dari dalam usus dan kemudian diedarkan
melalui sirkulasi darah dalam bentuk senyawa iodida anorganik plasma (PH; plasma inorganic
iodide).Dari sirkulasi ini, sel-sel kelenjar tiroid mengambil senyawa iodida tersebut melalui
pompa iodium (sodium iodine symporter) di bawah pengendalian TSH yang dilepas oleh
kelenjar hipofisis.Mekanisme ini merupakan mekanisme transportasi aktif yang mempertahankan
gradien 100:1 antara sel-sel kelenjar tiroid dan cairan ekstrasel.Gradien ini dapat meningkat
menjadi 400:1 pada keadaan defisiensi iodium.Dari 15-20 mg iodium di dalam tubuh, 70-80%
ditemukan dalam kelenjar tiroid.

Setelah diambil oleh sel-sel kelenjar tiroid, iodium dilepaskan ke dalam koloid kelenjar
tiroid dan di tempat ini, iodium dioksidasi oleh hydrogen peroksida yang berasal dari sistem
peroksidase tiroid.Kemudian senyawa iodida disatukan ke dalam molekul tirosin dari
tiroglobulin untuk membentuk monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) (Gambar 12.2).
Jika sebuah molekul DIT terangkai dengan molekul DIT yang lain, terbentuklah tetraiodotironin
atau tiroksin (T4), dan jika yang dirangkaikan itu adalah MIT dengan DIT, terbentuklah
triiodotironin (T3). Tiroglobulin kemudian diambil oleh sel-sel kelenjar tiroid melalui sebuah
proses yang dikenal sebagai pinositosis. Dalam sel-sel kelenjar tiroid, hormon T3 dan T4 dilepas
dari kelenjar tiroid tersebut melalui proses proteolisis. Sekresi T3 dan T4 dari kelenjar tiroid
berlangsung di bawah pengaruh TSH, yang sekresinya distimulasi oleh thyrotropin-releasing
hormone (TRH) dari hipotalamus. Ada suatu mekanisme umpan-balik (feedback mechanism)
ketika kadar T4 dan meningkat akan menghambat secara langsung sekresi TSH dan melawan
kerja TRH. Jadi, ketika kadar T4 dalam darah menurun, sekresi TSH akan meningkat dan begitu
pula sebaliknya. Pada defisiensi iodium yang berat, hormon T4 tetap rendah dan TSH meninggi;
gambaran T4 yang rendah dan TSH yang tinggi mengindikasikan hipotiroidisme.Kenaikan TSH
dapat disebabkan oleh defisiensi iodium atau terjadi karena kecacatan kongenital pada sintesis
tiroksin yang insidensnya adalah 1:4000 kelahiran. Peningkatan kadar TSH pada keadaan
defisiensi iodium menstimulasi aktivitas sel-sel kelenjar tiroid sehingga terjadi hipertrofi dan
hyperplasia sel-sel tiroid dan menghasilkan pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar
tiroid ini dinamakan goiter atau penyakit gondok.

15
Jika pasokan iodium ke dalam kelenjar tiroid sangat terbatas, kelenjar tersebut akan
memproduksi lebih banyak T3 (yang bekerja lebih aktif daripada T4) sementara produksi T4
menjadi lebih sedikit. Jika kadar T4 rendah, jaringan sasaran (target tissue) juga mengubah T4
menjadi T3. Kendati demikian, perlu dicatat bahwa otak hanya dapat mengambil T4 dan bukan
T3 sehingga fungsi otak akan terpengaruh jika kadar T4 rendah sekalipun kadar T3 mungkin
cukup untuk melaksanakan fungsi hormon tiroid pada organ serta jaringan tubuh yang lain. Jika
pasokan iodium pada kelenjar tiroid sangat terbatas, maka kelenjar tersebut akan melepaskan
tiroglobulin ke dalam sirkulasi darah yang sebagian di antaranya tidak mengandung hormone
tiroid (T3 dan T4). Dengan demikian kenaikan kadar tiroglobulin akan menjadi calon indikator
untuk menunjukkan defisiensi iodium yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun.

Sesudah usia kehamilan 12 minggu, terbentuk kelenjar tiroid dan hipofisis yang masing-
masing bertanggung jawab atas produksi T4 dan TSH. Hipotalamus yang bertanggung jawab
atas produksi TRH terbentuk pada usia kehamilan antara minggu ke-10 dan ke-30. Jadi, hingga
usia kehamilan sekitar 20 minggu, janin akan bergantung pada ibu untuk mendapatkan pasokan

16
T4. Sesudah masa ini, janin akan memproduksi TSH-nya sendiri yang dapat menstimulasi
produksi T4 dalam tubuh janin. Kadar bentuk T3 yang normal masih rendah karena keberadaan
enzim 5-deiodinase (tipe III atau ID-III) mengakibatkan pembentukan reverse T3 (merupakan
hormon inaktif sementara T3 yang normal bekerja lebih aktif daripada T4). Sesaat sebelum bayi
lahir terjadi perubahan sistem enzim, yaitu dari ID-III menjadi 5-deiodinase (deiodinase tipe I
atau ID-I) yang memproduksi bentuk T3 yang normal.

Selenium merupakan komponen enzim 5-deiodinase (ID-I serta ID-II) dan 5-deiodinase
(ID-III).Dari penelitian yang dilakukan di Republik Demokratik Kongo terdapat bukti bahwa
defisiensi selenium dapat memicu GAKI di daerah yang kekurangan iodium dan selenium.

Manifestasi Klinis

Pasokan iodium yang suboptimal dari makanan mengakibatkan insufisiensi sintesis hormon
tiroid dan pada hipotiroidisme, keadaan ini menyebabkan berbagai macam kelainan yang secara
kolektif dikenal dengan sebutan GAKI.

Kelenjar tiroid, atau gondok yang membesar (penyakit gondok, goiter) merupakan
manifestasi defisiensi iodium yang paling nyata dan berfungsi sebagai penanda biologis yang
berpotensi untuk menunjukkan keberadaan GAKI yang lain. Seorang dianggap menderita
penyakit gondok jika kelenjar tiroidnya membesar hingga ukuran lobus lateral kelenjar tersebut
melebihi ukuran falang terminalis ibu jari tangan orang yang diperiksa itu. Kelenjar tiroid dengan
ukuran tersebut masih belum terlihat tetapi dapat dipalpasi.

Ketika ukurannya menjadi lebih besar lagi, kelenjar tiroid tersebut akan terlihat. Pada
tahun 1990 diestimasikan terdapat lebih dari 2000 juta orang terutama tinggal dinegara
berkembang, memiliki penyakit gondok yang dapat dilihat. Prevalensi serta keparahan penyakit
gondok bertambah bersamaan dengan meningkatnya keparahan defisiensi iodium, dan menjadi
permasalahan yang hamper universal pada populasi dengan asupan iodiumnya kurang dari 10
g/hari. Pada umumnya, penyakit gondok bukanlah gangguan yang serius.Jika terjadi
pembesaran kelenjar tiroid, keadaan ini mungkin membuat penampilan orang yang
mengalaminya itu tidak menarik, dengan konsekuensi sulit mencari suami atau istri.Gaya
penampilan orang berubah karena dahulunya di Eropa penyakit gondok dianggap sebagai suatu
keadaan yang menarik, seperti halnya obesitas.Pada penyakit gondok yang besar kadang-kadang

17
terbentuk nodul-nodul yang menimbulkan penekanan abnormal pada trakea dan esophagus,
keadaan ini menyebabkan kesulitan bernapas dan menelan.

Kretin merupakan akibat kekurangan yodium yang berbahaya. Kretin merupakan akibat
defisiensi yang bersifat irreversible. Penderita kretin mempunyai IQ yang di bawah rata-rata
sehingga hal ini akan menjadikan beban selama hidupnya. Kretin pada umumnya terjadi apabila
saat organogenesis terjadi defisiensi yodium. Kretinin akan tampak jelas pada bayi setelah 12
bulan prevalensi pada bayi dengan ASI lebih kecil dibandingkan degan bayi yang diberi PASI.
Diagnosis kretin ditegakkan berdasarkan kerusakan Susunan Saraf Pusat (SSP) dengan
gejala-gejala retardasi mental, tuli perseptif biasanya bilateral dan gangguan neuromotorik
(kelemahan pada otot pangkal lengan dan paha). Sementara itu, kondisi hypothyroid mempunyai
tanda-tanda hambatan pertumbuhan tinggi dan berat badan. Pada hypothyroid tingkat berat
terdapat kondisi tingkat berat terdapat kondisi myxoedema (gejala oedema pada tungkai dan
muka tampak sembab, bersifat non-pitting) dan pada tingkat ringan terjadi hambatan ossifikasi.
Untuk mendiagnosis apakah bayi yang baru dilahirkan kretin atau normal, berikut
adalah beberapa indikator tanda-tanda awal kretin yang dapat dipergunakan, antara lain:
1. Sifat lethargia (lemas dan mengantuk terus)
2. Hambatan pertumbuhan
3. Konstipasi
4. Muka sembab dan ekspresi bodoh
5. Mata sipit dengan celah mata horizontal
6. Lidah tebal/besar (tampak menjulur ke luar)
7. Rambut kasar dan kering
8. Timbunan lemak di daerah fossa supraclavicularis dan pangkal leher
9. Perut buncit dengan hernia umbilikalis
10. Ekstrem pendek dan gemuk
11. Kulit kering dan suhu badan rendah
12. Non-pitting oedema.
Mc Carrison dalam Djaeni (1987) membagi menjadi dua tipe berikut.
a. Neurologik: hambatan mental (mental retardation); ekspresi muka bodoh, pendek (cebol;
spastic displegia (kelumpuhan menjelang ekstermitas ats bilateral simetris); kaku otot
lain; kadang terdapat struma yang berbonjol-bonjol. Organ yang dipengaruhi adalah

18
telinga (labirin dan rumah siput) dan otak. Terjadi karena defisiensi yodium pada
trimester ke-1 dan ke-2 kehamilan
b. Myxoedema: hambatan metabolisme tingkat tinggi; hipotiroid; mental retardasion; tubuh
lebih pendek dari neurological kretin; tidak selalu: bisu tulim spastic, goitre. Terjadi
karena defisiensi yodium pada akhir kehamilan dianjurkan pada tahun pertama.1

Referensi asupan untuk iodium

Kebutuhan iodium dan sumbernya

Asupan iodium yang dianjurkan dari makanan (atau AKG iodium) untuk berbagai kelompok
umur dan bagi ibu hamil serta menyusui terdapat dalam Tabel 12.2.

Laut merupakan sumber utama iodium, dengan demikian makanan laut seperti ikan,
kerang-kerangan serta rumput laut yang dapat dimakan merupakan sumber pangan yang kaya
akan iodium. Siklus ekologis iodium di alam dimulai dalam bentuk uap air laut (yang
mengandung iodium) yang dibawa oleh angina dan awan ke wilayah daratan. Uap air laut ini
akan jatuh sebagai air hujan yang sebagian akan menggantikan iodium yang hilang pada lapisan
permukaan tanah kendati salju, hujan, banjir, dan sungai melarutkan kembali iodium dan
membawanya ke laut. Sebagian iodium yang diperoleh dari tanah akan masuk ke dalam air
minum serta sejumlah kecil iodium masuk ke dalam tanaman, hewan, dan produk pangan yang
dihasilkan seperti sereal, kacang-kacangan, buah, sayuran, daging, susu, serta telur. Oleh karena
itu, di daerah tempat makanan laut tidak biasa dikonsumsi dan tidak terdapat garam beriodium,
asupan iodium di daerah tersebut terutama bergantung pada kandungan iodium dalam lahan yang
menjadi tempat tinggal penduduk.

19
Defisiensi iodium merupakan keadaan yang prevalen di daerah pegunungan dan wilayah
lain tempat terjadinya penapisan tanah dan tempat dengan kandungan iodium yang rendah di
dalam tanah serta air yang biasa dipakai untuk minum dan irigasi tanaman pangan. Defisiensi
iodium juga terjadi pada dataran rendah yang jauh dari laut seperti Afrika bagian tengah.Di
negara industri, kandungan iodium dalam tanah tidak begitu penting karena pasokan pangan
penduduknya lebih beragam dan pasokan itu juga berasal dari wilayah yang jauh lebih luas
sementara garam beriodium banyak tersedia.

Sumber iodium dari makanan

Pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid dan pelepasan hormon tiroid dari kelenjar tersebut dapat
dihambat oleh tiga macam goitrogen.

Goitrogen yang menghasilkan substansi yang bersaing dengan kelenjar tiroid dalam
mengambil iodium meliputi senyawa-senyawa glikosida sianogenik yang terdapat dalam ketela
(kasava, singkong), jagung, rebung, ubi jalar, lima beans, dan millet. Glikosida sianogenik
melepas sianida yang membentuk tiosianat dan senyawa tiasionat ini bersaing dengan kelenjar
tiroid dalam mengambil iodium.Substansi yang berasal dari bakteri koliformis juga bersaing
dengan kelenjar tiroid di dalam pengambilan iodium dan penyatuan iodium ke dalam hormon-
hormon tiroid.

Goitrogen penghasil substansi yang mencegah (secara nonkompetitif) pengambilan


iodium oleh kelenjar tiroid adalah goitrin (5-vinil-2-tiooksazolidindion). Goitrogen tersebut
bukan hanya menghalangi penyatuan iodium ke dalam hormon tiroid tetapi juga menghambat
proses perangkaian untuk menghasilkan hormon T4. Karena bersifat nonkompetitif, proses
penghambatan tersebut tidak dapat diatasi dengan meningkatkan asupan iodium dari
makanan.Goitrin dihasilkan oleh tanaman genus Brassica (kubis, bit, mustard), tanaman ini juga
memproduksi tiosionat yang memiliki efek serupa dengan efek sianida seperti yang disebutkan di
atas.

Goitrogen penghasil substansi yang mencegah proteolisis hormone tiroid dari tiroglobulin
meliputi iodida yang berlebihan dan substansi dari beberapa jenis rumput laut. Jika ketersediaan
hayati iodium sangat rendah karena adanya zat-zat goitrogenik dalam makanan, asupan iodium
sehari-hari harus ditingkatkan sebanyak 50-100 g.4,5

20
Penatalaksanaan

Manajemen defisiensi yodium

Salah satu atau kombinasi dari sejumlah strategi dapat diputuskan untuk memberantas defisiensi
yodium pada sebuah negara tertentu. Strategi yang diputuskan bergantung pada:

Keparahan GAKI

Aksesibilitas target populasi

Sumber-sumber yang tersedia

Program dapat meliputi satu atau kedua strategi berikut ini, yaitu:

Pendekatan berbasis pangan

Penggunaan bahan pangan alami

Mengingat defisiensi iodium biasanya terjadi karena kekurangan iodium dalam air minum, dalam
tanah dan air yang menjadi tempat tumbuhnya tanaman pangan bagi konsumsi manusia serta
hewan ternak maka pemilihan bahan pangan yang alami untuk meningkatkan asupan iodium atau
untuk mengurangi konsumsi gotrogen umumnya tidak dianggap sebagai cara mengatasi
defisiensi iodium yang efektif. Peningkatan konsumsi iodium biasanya jauh lebih efektif.

Penggunaan garam beriodium

Selama bertahun-tahun, penggunaan garam beriodium sudah dianggap sebagai cara yang paling
efektif untuk memberantas GAKI di sejumlah besar negara. Kebijakan bersama yang dibuat
WHO, UNICEF, dan ICCIDD merekomendasikan bahwa untuk memberikan lebih kurang 120-
140 g iodium/hari, kadar iodium dalam garam pada saat diproduksi harus berkisar 20-40 mg
iodium per kilogram garam. Rekomendasi ini mengasumsikan bahwa 20% iodium akan hilang
dalam perjalanan dari tempat produksi hingga rumah tangga, sementara 20% lainnya hilang pada
saat memasak, dan asupan garam rata-rata adalah 10 gram per orang per hari.

Kalium iodat atau iodida dapay dipakai untuk fortifikasi, tetapi garam iodat lebih cocok
pada iklim panas serta lembap karena stabilitas garam ini lebih besar.Kehilangan dan kebutuhan

21
iodium sesuai dengan kondisi suatu daerah harus ditentukan, dan para pejabat kesehatan harus
memastikan dahulu apakah pemantauan penggunaan garam beriodium yang benar sudah
dilaksanakan secara rutin.Garam yang dipilih bagi tujuan tertentu dapat ditargetkan untuk
program iodinisasi.Sebagai contoh, sejak tahun 1942 Belanda telah menggunakan garam
beriodium untuk pembuatan roti tetapi ketersediaan garam meja beriodium dipromosikan secara
terbatas sampai saat ini. Kadar iodium dalam roti maupun garam meja ditingkatkan pada tahun
1982 dan tahun 1998 sebagai respons terhadap penurunan rata-rata konsumsi roti.

Iodinisasi air minum

Pendekatan dengan menggunakan berbagai jenis alat iodinator ini terbukti memberikan hasil
yang memuaskan di sebagian daerah dengan syarat bahwa kadar iodiumnya tidak boleh terlalu
tinggi. Pada suatu daerah yang mengalami kekurangan iodium di Cina, program iodinisasi air
irigasi telah meningkatkan status iodium pada wanita dan menurunkan angka mortalitas neonatus
serta bayi.

Penggunaan minyak beriodium

Pada sebagian negara berkembang dengan kondisi GAKI yang sedang atau berat tidak selalu
tersedia garam beriodium, atau garam itu tersedia, keberadaannya tidak menjangkau daerah-
daerah terpencil. Pada keadaan ketika strategi suplementasi iodium yang lain, gagal atau bukan
merupakan tindakan yang praktis, maka penanganan defisiensi iodium dengan minyak beriodium
menjadi sangat efektif. Iodium dengan takaran tinggi dapat disuntikkan secara intramuskuler atau
diberikan per oral dalam bentuk minyak beriodium dengan penyerapan yang lambat.Efektivitas
penggunaan minyak beriodium yang diberikan per oral tampaknya lebih bertambah ketika
digunakan minyak tak jenuh tunggal, seperti minyak rapeseed dan minyak kacang jika
dibandingkan dengan minyak poppyseed seperti yang lazim dipakai.Parasit intestinal ditemukan
menghambat penyerapan minyak beriodium. Jadi, jika kita akan menggunakan minyak
beriodium untuk mengendalikan keadaan defisiensi iodium, pemberian obat cacing harus
dilakukan sebelum program tersebut, akan meningkatkan durasi efektivitas minyak beriodium
ini. Sampai saat ini belum ada penelitian yang dilaksanakan untuk menilai efek keberadaan
cacing ataupun efek pemberantasan cacing terhadap peningkatan kebutuhan iodium atau
terhadap penurunan efektivitas garam beriodium dalam mengendalikan defisiensi iodium.

22
Penggunaan larutan kalium iodida

Larutan kalium iodida 10% mudah dibuat, dapat segera tersedia, dan merupakan cara pendekatan
alternatuf yang sederhana serta murah ketika metode utama (pemberian garam dan minyak
beriodium) yang dipakai untuk mencegah dan mengendalikan defisiensi iodium tidak dapat
tersedia dengan segera. Iodida dengan takaran lebih-kurang 30 mg yang diberikan sebulan sekali
atau dengan takaran 8 mg setiap 2 minggu sekali dapat diberikan dengan mudah sebagai larutan
biasa di dalam botol berpipet.4,5

Kesimpulan

Penyebab utama keluahan di kupubanten ponorog mendapati beberapa pasien ada pembesaran
pada bahagian leher beberapa sekolah diddapatkan siswa SD di wilayah kerjaya tampak kecil ,
pendek dibanding temannya adalah GAKY, di mana asupan yodium yang btidak mencukupi
kebutuhan. Kejadian ini dapat terjadi pada semua tahap kehidupan, dampak yang paling
berbahaya adalah kretin. Bahan makana yang banyak mengandung yodium dan bahan makanan
yang berasal dari laut, kebutuhan yodium sehari tergantung dari umu dan kondisi fisiologis,
berkisar 150-200 g/hari. Penanggulangan GAKY dapat dilakukan dengan berbagai cara antara
lain fortifikasi garam dengan yodium, suplementasi yodium pada hewan suntikan minyak
beryodium dan pemberian kapsul minyak yodium.

23
Daftar Pustaka

1. Anonim. Gizi dan kesehatan masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2008.h.226-44.
2. Sritharan K, Elwell V, Sivananthan S. Ragam topic OSCE esensial. Jakarta: EGC; 2011
h.4-6.
3. Kee JL. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostic. Jakarta : EGC; 2007 h.30-2.
4. Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. Gizi kesehatan masyarakat. Dalam:
Widyastuti P, Hardiyanti EA, editor. Jakarta: EGC; 2009. 263-75.
5. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama; 2009.h.40-3.

24

You might also like