Professional Documents
Culture Documents
KEMENTERIAN SOSIAL RI
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
2014
MODUL PENDAMPINGAN
PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
KEMENTERIAN SOSIAL RI
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
2014
Jakarta, 2014
Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia.
Tutiek Haryati
TERLANTAR (ASLUT)
A. DESKRIPSI RINGKAS.......................................................... 3
B. TUJUAN PEMBELAJARAN.................................................. 4
C. POKOK BAHASAN.............................................................. 4
D. BAHAN PEMBELAJARAN .................................................. 5
E. PROSES PEMBELAJARAN................................................... 13
F. METODE PEMBELAJARAN................................................. 15
G. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN.................................... 16
H. ALAT BANTU ..................................................................... 17
I. EVALUASI PEMBELAJARAN................................................ 17
J. DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 18
KEMENTERIAN SOSIAL RI
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
2014
A. DESKRIPSI RINGKAS
Lanjut usia terlantar dan kondisi sakit berat memperoleh
asistensi sosial yang diawali dengan Uji Coba Program
Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU) selama 5 (lima) tahun sejak
tahun 2006, tahun 2011 dicanangkan sebagai program
nasional dengan sasaran sebanyak 13.250 orang yang tersebar
di 33 provinsi 190 kabupaten/ kota. Menanggapi situasi ini,
pada tahun 2012 nama Program Jaminan Sosial Lanjut Usia
(JSLU) berubah menjadi Program Asistensi Sosial Lanjut Usia
Telantar (ASLUT). Bersamaan dengan perubahan nama pro-
gram ini, terjadi peningkatan jumlah dan sebaran lokasi
penerima program dari 13.250 orang di 33 provinsi 190
kabupaten/kota pada tahun 2011 menjadi 26.500 orang pada
tahun 2012 yang tersebar di 33 Provinsi 359 Kabupaten/Kota.
Tahun 2013 jumlah penerima ASLUT sebanyak 26.500 tersebar
di 33 Provinsi 359 Kabupaten/Kota; kecamatan 1.188; desa
3.039.
Dalam konteks inilah pendamping sosial perlu pembekalan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap dasar yang benar dan
tepat tentang pendampingan sosial lanjut usia dalam Pro-
gram ASLUT. Pembekalan itu dirancang dalam bimbingan
teknis bagi pendamping sosial Program ASLUT.
2. Tujuan khusus
Meningkatkan kompetensi peserta sehingga mereka
memiliki pemahaman, keterampilan dan sikap yang
menyangkut:
a. Substansi dan konteks pendampingan lanjut usia
dalam situasi kedaruratan
b. Tahap dan proses pendampingan
c. Tehnik pendampingan
d. Peran dan Tugas Pendampingan
e. Etika dan Panduan Pendampingan
f. Evaluasi Program Pendampingan Lansia dalam Situasi
Kedaruratan
C. POKOK BAHASAN
1. Substansi dan konteks pendampingan lanjut usia dalam
program ASLUT
2. Tahap dan proses pendampingan sosial lansia
3. Teknik pendampingan sosial lansia
4. Peran dan Tugas Pendamping
5. Etika dan Panduan Pendampingan
6. Evaluasi program pendampingan lanjut usia dalam situasi
kedaruratan
Kriteria Koordinator :
a. Memiliki komitmen, dan berjiwa sosial tinggi,
tanggung jawab sosial, motivasi dan disiplin dalam
melaksanakan tugasnya.
Persyaratan Koordinator :
a. Berstatus Pegawai Negeri Sipil pada instansi/ Dinas
Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota.
b. Pangkat/Golongan minimal Penata Muda / IIIa.
c. Dibuatkan SK berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Instansi/Dinas Sosial Provinsi atau Pimpinan
Koordinator yang bersangkutan.
b. Tahap Persiapan
1. Pendataan lanjut usia
2. Pendataan Anggota /Keluarga Lanjut Usia
3. Pendataan Lingkungan
4. Pendataan sumber pendukung
5. Pengolahan dan analisis data / masalah
6. Penyusunan rencana pemecahan masalah
e. Tahap Terminasi
Pada tahap ini, proses pendampingan dapat diakhiri
setelah diadakan pertimbangan berdasarkan hasil
evaluasi.
3. Teknik Pendampingan
a. Teknik Pertemanan (companionship),
b. Teknik Asistensi Asuhan Diri (personal care),
c. Teknik Konsultasi (counselling),
d. Teknik Kerumahtanggaan (housekeeping),
e. Teknik Fasilitasi Urusan Pribadi (personal activity), dan
f. Teknik Rujukan (referral).
6. Evaluasi Pendampingan
a. Evaluasi Pendampingan
Evaluasi Pendampingan merupakan rangkaian
kegiatan penilaian dan pengukuran terhadap seluruh
kegiatan pendampingan dari tahap perencanaan,
pelaksanaan kegiatan, dan terminasi , untuk
mengetahui apakah rencana telah dilaksanakan dan
berjalan lancar dan berhasil atau mengalami
hambatan. Dalam hal ini dapat diketahui faktor
pendukung dan faktor penghambat serta cara
mengatasi hambatan tersebut.
b. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui
pelaksanaan pendampingan, hambatan dan menilai
keberhasilan pelaksanaan pendampingan ASLUT
sebagai bahan acuan dalam penyempurnaan program
dan kebijakan lebih lanjut.
Sasaran evaluasi pendampingan adalah para
pendamping ASLUT, yang meliputi :
1) Proses pendampingan
2) Frekuensi pendampingan
3) Materi Pendampingan
4) Keluaran dan Hasil pendampingan
d. Pelaksana
1) Kementerian Sosial, melakukan evaluasi
pendampingan secara nasional untuk
menentukan kebijakan program ASLUT sebagai
bahan pengembangan program kedepan.
2) Dinas/ Instansi Sosial Provinsi, melakukan
evaluasi pendampingan ASLUT dengan cakupan
tingkat Provinsi yang meliputi Kab/Kota penerima
program ASLUT.
3) Dinas/ Instansi Sosial Kab/Kota, melakukan
evaluasi pendampingan ASLUT dengan cakupan
tingkat Kab/Kota yang meliputi Kec, Kel dan Desa.
Hasil evaluasi pendampingan yang dilakukan
oleh Dinas/ Instansi Sosial Prop/ Kab/Kota
digunakan sebagai masukan kepada Kementerian
Sosial bagi penyempurnaan pelaksanaan
pendampingan ASLUT selanjutnya.
Pokok Peran
No. Waktu
Bahasan Fasilitator Peserta
1. Perkenalan 20 mnt - -
2. Penyajian Fasilitator Peserta mengikuti
Pokok-pokok menyajikan penyajian, tanya
bahasan setiap pokok jawab pada setiap
bahasan akhir sesi masing-
masing pokok
bahasan
3. Tanya Jawab Fasilitator Peserta menjawab
memfasilitasi berbagai pertanyaan
tanya jawab yang berkaitan
dengan dengan
mengajukan substansi dan
pertanyaan konteks
yang berkaitan pendampingan sosial
dengan Program ASLUT,
substansi dan ruang lingkup
konteks pendampingan,
pendampingan kerangka kerja
sosial Program pendamping sosial
ASLUT, ruang Program ASLUT
lingkup
pendampingan
, kerangka
kerja
pendamping
sosial Program
ASLUT
2. Tanya jawab
Tanya jawab digunakan untuk menghargai motivasi
pribadi peserta. Prinsip pendekatan andragogi antara lain:
tidak menganggap peserta sebagai orang yang tidak tahu
tentang topik yang sedang dibahas.
3. Diskusi
Diskusi kelompok; dilakukan ketika peserta mendalami
suatu materi yang dilakukan sesama peserta latihan
dalam kelompok.
Metode ini berpusat pada peserta bimbingan teknis,
dimana dapat dilakukan bervariasi dari situasi yang tidak
terstruktur sampai kepada situasi yang terstruktur. Melalui
diskusi kelompok akan dicapai perubahan pada peserta
bimbingan teknis dalam aspek motivasi, emosi dan sikap.
4. Pembahasan Kasus
Metode ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan
peserta bimbingan teknis dalam asesmen kebutuhan/
masalah, analisis masalah, serta pemecahan masalah.
2. Partisipasi
Fasilitator dan peserta terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran baik dalam mengajukan pertanyaan,
melaksanakan tugas-tugas terstruktur maupun dalam
mengembangkan metode dan materi bimbingan teknis.
3. Demokrasi
Bimbingan teknis bersifat terbuka dan setara di mana
seluruh peserta bimbingan teknis memiliki hak yang sama
dalam mengemukakan argumentasinya secara aktif dan
terbuka.
4. Kapabilitas
Fasilitator memiliki kapasitas yang memadai dalam
menguasai materi bimbingan teknis. Peserta memiliki
kompetensi dasar yang diperlukan sesuai dengan
bimbingan teknis yang diikutinya.
6. Praktis
Mata diklat hendaknya diarahkan agar konsep-konsep
teoritis dapat merespon kondisi-kondisi praktis di
lapangan.
H. ALAT BANTU
1. Buku dan Modul,
2. LCD Projector,
3. OHP,
4. Flipchart,
5. Spidol,
6. Kertas Plano,
7. Papan-tulis,
8. Sound-system,
9. Berbagai alat peraga yang sesuai,
10. Film (VCD) tentang program pemberdayaan fakir miskin.
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada
setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi pada
bimbingan teknis ini adalah :
1. Evaluasi reaksi
Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta
terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan
bimbingan teknis.
3. Evaluasi Perilaku
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah
laku peserta selama dan setelah proses bimbingan
teknis.
4. Evaluasi Hasil
Evaluasi dilakukan setelah bimbingan teknis berakhir
untuk mengetahui pemanfaatan hasil bimbingan teknis
terhadap kinerja di dalam organisasi, produktifitas
organisasi dan kelompok pendamping (masyarakat).
Adapun evaluasi yang digunakan dalam bimbingan teknis
ini adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Daftar Pustaka
Pedoman ASLUT (2013). Dirktorat Pendampingan sosial Lanjut
Usia, Ditjen Rhabilitasi Sosial, Kementerian Sosial RI.
18 | Modul Pendampingan PSLU
MODUL PENDAMPINGAN PELAYANAN
SOSIAL LANJUT USIA DALAM SITUASI
KEDARURATAN
KEMENTERIAN SOSIAL RI
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
2014
A. DESKRIPSI RINGKAS
Lanjut Usia merupakan kelompok usia yang rentan akan
perubahan kondisi dan situasi yang disebabkan adanya
perubahan kondisi fisik, sosial dan psikologis. Sehingga hal
ini akan mengakibatkan adanya resiko sosial. Menurut
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana menegaskan bahwa
penyelenggaraan penanggulangan bencana diperlukan
perlindungan terhadap kelompok rentan seperti anak,
penyandang cacat dan lanjut usia.
Kedaruratan adalah situasi darurat baik yang diakibatkan oleh
bencana maupun bukan bencana yang menyebabkan kerugian
harta benda, pengungsian, terbatasnya akses terhadap
bantuan kemanusiaan, rusaknya struktur keluarga dan sosial,
terkikisnya nilai-nilai tradisional, terbatasnya akses terhadap
layanan dasar seperti kesehatan dan perlindungan yang dapat
menyebabkan kegagalan dalam memberikan perlindungan
terhadap lanjut usia dari kekerasan, perlakuan salah,
eksploitasi, dan penelantaran, ketidak berdayaan.
Pelayanan Sosial Kedaruratan bagi Lanjut Usia adalah
perlindungan lanjut usia dari dampak bencana, kekerasan,
perlakuan salah, eksploitasi, ketidak berdayaan dan
penelantaran.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan umum
Modul ini ditujukan untuk membantu peserta bimbingan
teknis pendamping sosial lansia, yakni para pekerja sosial
sebagai pendamping lansia terlantar dalam situasi
kedaruratan, dalam meningkatkan pemahaman mengenai
hakekat pendampingan sosial terhadap lansia dalam
situasi kedaruratan, sehingga setelah mengikuti
bimbingan teknis pendamping sosial lansia ini diharapkan
mereka memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap
dasar yang diperlukan dalam pendampingan kelompok
lansia terlantar dalam situasi kedaruratan.
Bimbingan Psikososial
Bimbingan psikososial yang dilakukan pada lanjut
usia yang berada dalam situasi darurat
dimaksudkan untuk menata dan menstrukturkan
kembali kepribadian dengan lingkungan
sosialnya agar mereka dapat mencapai tahap
keberfungsian sosial secara optimal.
e. Intervensi Krisis
Intervensi krisis bertujuan untuk memberikan
sebanyak mungkin dukungan mental dan bantuan lain
kepada lanjut usia dan keluarganya, dalam rangka
memungkinkan orang yang ditolong mendapatkan
kembali keseimbangan psikologis.
f. Advokasi
Tujuan Advokasi untuk lanjut usia membantu lanjut
usia mendapatkan dan atau menegakkan hak-hak
lanjut usia dalam menerima pelayanan kesejahteraan
sosial. Adapun bentuk advokasi yang dapat dilakukan
bagi lanjut usia dalam situasi kedaruratan dapat
berupa;
Bantuan Hukum; memberikan pendampingan
kepada lanjut usia yang berkaitan dengan masalah
hukum.
Pendampingan dan atau perawatan Lanjut Usia.
Beberapa lanjut usia hidup dengan bantuan perawat
atau pengasuh dalam menjalani kehidupannya sehari-
hari.
g. Mediasi
Dilakukan dengan cara menghubungkan lanjut usia yang
berada dalam situasi darurat dengan sistem sumber.
f. Koordinasi
Untuk menjalin kerja sama dan membentuk jaringan
dengan pihak terkait dalam memberikan pelayanan
sosial lanjut usia dalam situasi darurat.
3. Teknik Pendampingan
Teknik yang digunakan oleh pendamping lanjut usia dalam
situasi kedaruratan antara lain :
a. Teknik Pertemanan. Pendamping membutuhkan waktu
yang lama untuk mengajak lanjut usia sebagai teman
bicara. Teknik ini dapat digunakan agar lansia
memiliki kepercayaan dalam membuka segala
permasalahan.
b. Teknik Validitas.
c. Pendamping mengklarifikasi prilaku lansia.
d. Teknik Bimbingan Psikososial, teknik ini bertujuan
untuk katarsis mental, pengurangan kesedihan,
kedukaan,peningkatan rasa percaya diri,harga diri
termasuk aktualisasi diri kepada orang sekitar
lingkungannya.
E. PROSES PEMBELAJARAN
Peran
No. Pokok Bahasan Waktu
Fasilitator Peserta
1. Perkenalan 20 mnt - -
2. Penyajian Fasilitator menyajikan Peserta mengikuti
Pokok-pokok setiap pokok bahasan penyajian, tanya jawab
bahasan pada setiap akhir sesi
masing-masing pokok
bahasan
3. Tanya Jawab Fasilitator memfasilitasi Peserta menjawab
tanya jawab dengan berbagai pertanyaan
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan
yang berkaitan dengan substansi dan konteks
substansi dan konteks pelayanan
pelayanan pendampingan pendampingan sosial
lansia dalam situasi lansia dalam situasi
kedaruratan Usia, ruang kedaruratan, ruang
lingkup pendampingan, lingkup pendampingan,
kerangka kerja kerangka kerja
pendamping sosial lansia pendamping sosial
dalam situasi kedaruratan lansia dalam situasi
kedaruratan
F. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
Penyajian konsep-konsep tentang pelayanan sosial lanjut
Usia, ruang lingkup pendampingan sosial dalam kerangka
kerja pendamping sosial untuk lanjut Usia, yang berfungsi
untuk mengenalkan konsep yang abstrak dan pemberian
informasi. Ceramah berlangsung secara interaktif, artinya
tercipta interaksi antara fasilitator dengan peserta berupa
tanya jawab, baik selama ceramah berlangsung maupun
setelah ceramah berakhir.
3. Diskusi
Diskusi kelompok : dilakukan ketika peserta mendalami
suatu materi yang dilakukan sesama peserta latihan
dalam kelompok.
Metode ini berpusat pada peserta bimbingan teknis,
dimana dapat dilakukan bervariasi dari situasi yang tidak
terstruktur sampai kepada situasi yang terstruktur. Melalui
diskusi kelompok akan dicapai perubahan pada peserta
bimbingan teknis dalam aspek motivasi, emosi dan sikap.
4. Pembahasan Kasus
Metode ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan
peserta bimbingan teknis dalam asesmen kebutuhan/
masalah, analisis masalah, serta pemecahan masalah.
5. Permainan Peran
Metode ini dilakukan kepada peserta untuk menghayati
suatu persoalan dengan memainkan peran-peran yang
telah direncanakan sesuai dengan topik yang sedang
dibahas.
6. Praktek Kerja Lapangan
Metode observasi ini dilakukan langsung kepada Klien /
WBS/ Lansia.
2. Partisipasi
Fasilitator dan peserta terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran baik dalam mengajukan pertanyaan,
melaksanakan tugas-tugas terstruktur maupun dalam
mengembangkan metode dan materi bimbingan teknis.
3. Demokrasi
Bimbingan teknis bersifat terbuka dan setara di mana
seluruh peserta bimbingan teknis memiliki hak yang sama
dalam mengemukakan argumentasinya secara aktif dan
terbuka.
4. Kapabilitas
Fasilitator memiliki kapasitas yang memadai dalam
menguasai materi bimbingan teknis. Peserta memiliki
kompetensi dasar yang diperlukan sesuai dengan
bimbingan teknis yang diikutinya.
5. Penggunaan Alat Bantu
Proses pembelajaran hendaknya disertai dan didukung
oleh alat bantu bimbingan teknis yang memadai seperti
audio visual dan multi media untuk memudahkan
pencapaian tujuan bimbingan teknis.
H. ALAT BANTU
1. Buku dan Modul
2. LCD Projector
3. OHP,
4. Flipchart
5. Spidol
6. Kertas Plano
7. Papan-tulis,
8. Sound-system,
9. Berbagai alat peraga yang sesuai
10. Film (VCD) tentang program pemberdayaan fakir miskin
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada
setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi pada
bimbingan teknis ini adalah:
1. Evaluasi Reaksi
Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta
terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan
bimbingan teknis.
2. Evaluasi Belajar
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau
peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap
dan keterampilan peserta.
4. Evaluasi Hasil
Evaluasi dilakukan setelah bimbingan teknis berakhir
untuk mengetahui pemanfaatan hasil bimbingan
teknis terhadap kinerja di dalam organisasi, produktifitas
organisasi dan kelompok dampingan (masyarakat).
Adapun evaluasi yang digunakan dalam bimbingan teknis
ini adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.
KEMENTERIAN SOSIAL RI
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
2014
A. DESKRIPSI RINGKAS
Dalam upaya Penangangan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
sebagaimana tercantum dalam UU No.13 tahun 1998, baik
untuk lanjut usia yang potensial maupun non potensial,
disebutkan bahwa Lanjut Usia berhak mendapatkan pelayanan
sosial sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang
dialaminya. Kemudian Undang-undang nomor 11 tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial pasal 38 (1) menyebutkan bahwa
Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya
untuk berperan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial,
Kemudian pada pasal 38 (2) ditegaskan, bahwa
penyelenggaraan kesejahteraan sosial dari unsur masyarakat
diantaranya adalah melalui LKS ( Lembaga Kesejahteraan
Sosial) Organisasi Sosial.
Dari data keseluruhan LKS sebanyak : 30.655, dari Jumlah
tersebut yang bergerak dalam pelayanan sosial lanjut dalam
kisaran 282 LKS dengan melayani 8.500 lansia, jumlah ini
masih belum sebanding dengan populasi lanjut usia yang
semakin meningkat, sebagian besar kondisi LKS Lanjut Usia
mapan secara finansial.
Berdasarkan kenyataan tersebut Kementerian Sosial
mengkoordinasilkan melalui Program Asistensi Sosial melalui
Lembaga Kesejahteraan Sosial dalam bentuk pemberian bantuan
sosial disalurkan kepada lanjut usia yang dibina melalui LKS lanjut
usia yang memberikan pelayanan bagi lanjut usia.
C. POKOK BAHASAN
1. Substansi dan konteks Pendampingan Lansia dalam LKS
2. Pengertian, Persyaratan dan Kriteria dan Kerangka Kerja
Pendamping
b. Tahap Persiapan
1. Penerimaan/ pengisian instrumen
2. Pendataan sumber pendukung
3. Pengolahan dan analisis data / masalah
4. Penyusunan rencana pemecahan masalah
e. Tahap Terminasi
Pada tahap ini, proses pendampingan dapat diakhiri
setelah diadakan pertimbangan berdasarkan hasil
evaluasi.
SKEMA
PENDAMPINGAN DAN PERAWATAN
LANJUT USIA DI LKS
Input pendampingan:
Adanya tenaga Proses:
pendamping terlatih Identifikasi
(sosial) untuk masalah
pendampingan lansia Kesepakatan
dilembaga mengatasi
Adanya tenaga masalah
Kesehatan (dokter dan lansia dengan
perawat Puskesmas) keluarga
yang dapat memfasilitasi (peran dan
pelayanan ramah lanjut fungsi unit Output
usia (konsep wilayah yang terlibat)
puskesmas) Penyusunan Lansia
Adanya disiplin ilmu rencana sehat dan
terkait lainnya yang kegiatan dan mandiri
dapat memberikan implementasi
pelayanan pelayanan
(komplementer) pada lansia
Populasi lansia yang dilembaga
terus meningkat Monev
datransisi epidemiologi
penyakit infeksi ke
penyakit degeneratif.
F. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
Penyajian konsep-konsep tentang dalam LKS lanjut Usia,
ruang lingkup pendampingan sosial dalam LKS dan
kerangka kerja pendamping sosial dalam LKS lanjut Usia,
yang berfungsi untuk mengenalkan konsep yang abstrak
2. Partisipasi
Fasilitator dan peserta terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran baik dalam mengajukan pertanyaan,
melaksanakan tugas-tugas terstruktur maupun dalam
mengembangkan metode dan materi bimbingan teknis.
3. Demokrasi
Bimbingan teknis bersifat terbuka dan setara di mana
seluruh peserta bimbingan teknis memiliki hak yang sama
dalam mengemukakan argumentasinya secara aktif dan
terbuka.
4. Kapabilitas
Fasilitator memiliki kapasitas yang memadai dalam
menguasai materi bimbingan teknis. Peserta memiliki
kompetensi dasar yang diperlukan sesuai dengan
bimbingan teknis yang diikutinya.
H. ALAT BANTU
1. Buku dan Modul,
2. LCD Projector,
3. OHP,
4. Flipchart,
5. Spidol,
6. Kertas Plano,
7. Papan-tulis,
8. Sound-system,
9. Berbagai alat peraga yang sesuai,
10. Film (VCD) tentang program pemberdayaan fakir miskin.
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada
setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi pada
bimbingan teknis ini adalah :
1. Evaluasi Reaksi
Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta
terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan
bimbingan teknis.
2. Evaluasi Belajar
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau
peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap
dan keterampilan peserta.
J. DAFTAR PUSTAKA
Zastrow, Charles H. (2000), Introduction to Social Work and
Social Welfare, Pacific Grove: Brooks/Cole.
Kementrian Sosial Republik Indonesia Direktorat Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Pedoman Asistensi Sosial Lanjut Usia melalui
Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS).
Kajian Pustaka tentang pendampingan pekerja sosial
http:eprints.uny.ac.id/../ BAB% 202%20-%200 ( mbah goggle).
KEMENTERIAN SOSIAL RI
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
2014
A. DESKRIPSI RINGKAS
Keberhasilan pembangunan nasional berdampak terhadap
meningkatnya usia harapan hidup. Data Badan Pusat Statistik
(BPS) menunjukkan bahwa usia harapan hidup masyarakat
Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada
tahun 1990 menjadi 59,8 tahun, tahun 2000 meningkat menjadi
64,5 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi 71,1
tahun. Berdasarkan data Population Reference Bureu, World
Population Data Sheet 2010 (Profil Kesehatan Indonesia,
2009), usia harapan hidup untuk Indonesia adalah 71 tahun.
Data dari lembaga kesehatan dunia (WHO, 2011)
menyebutkan angka harapan hidup penduduk Indonesia setiap
tahunnya terus meningkat. Apabila tahun 2010 angka
harapan hidup usia diatas 60 tahun mencapai 20,7 juta or-
ang kemudian naik menjadi 36 juta orang tahun 2012. Kenaikan
tersebut akan terus bertambah hingga mencapai 71 juta or-
ang pada tahun 2050. Kondisi ini berimplikasi terhadap
meningkatnya jumlah orang yang berusia diatas 60 tahun
(lanjut usia).
Lanjut usia (lansia) seiring bertambah usia mengalami
perubahan dan kemunduran fungsi tubuh. Implikasi dari
perubahan tersebut adalah kebutuhan lansia yang semakin
kompleks. Kebutuhan tersebut mencakup beberapa aspek
kehidupan, yang antara lain aspek fisik, psikis, sosial dan
spiritual yang upaya pemenuhannya dipengaruhi oleh proses
menua, struktur keluarga ( keluarga besar menjadi keluarga
inti ).
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan umum
Modul ini ditujukan untuk membantu peserta bimbingan
teknis pendamping sosial lansia di PHLU, yakni para
pekerja sosial, care giver, relawan sebagai pendamping
lansia dalam setting PHLU, maupun pekerja sosial sebagai
pendamping lansia potensial yang bersifat sukarela
dalam meningkatkan pemahaman mengenai hakekat
pendampingan sosial terhadap lansia potensial, dalam
setting PHLU. Sehingga, setelah mengikuti bimbingan
teknis pendamping sosial lansia ini diharapkan mereka
memiliki pengetahuan mengenai ruang lingkup, tujuan
dan prinsip-prinsip dasar dalam pendampingan,khususnya
pendampingan kelompok lansia potensial dalam setting
PHLU.
2. Tujuan khusus
Meningkatkan kompetensi peserta sehingga mereka
memiliki pemahaman, keterampilan dan sikap yang
menyangkut :
a) Substansi dan konteks pelayanan sosial lansia dalam
setting PHLU
b) Ruang Lingkup Pendampingan Sosial Lansia dalam
setting PHLU
c) Kerangka kerja pendamping sosial lansia dalam set-
ting PHLU
d) Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap lanjut usia
Modul Pendampingan PSLU | 63
C. POKOK BAHASAN
1. Substansi dan konteks:
a) Makna PHLU
b) Manfaat PHLU
c) Alasan diperlukan PHLU
d) Tujuan penyelenggaan PHLU
e) Sasaran pelayanan PHLU
b) Prinsip Pendampingan
Terdapat 11 prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu :
1) Hak azasi dan Kehormatan
Semua hak azasi dan kehormatan berlaku bagi
kelompok lanjut usia. Dalam hidupnya lanjut usia
telah berkontribusi bagi pembangunan, oleh
SKEMA
PENDAMPINGAN LANJUT USIA DI PHLU
Input pendampingan: Proses:
Adanya tenaga Identifikasi
pendamping terlatih masalah
(sosial) untuk Kesepakatan
pendampingan lansia mengatasi
PHLU masalah
Adanya tenaga Kesehatan lansia
(dokter dan perawat) Penyusunan
Adanya disiplin ilmu terkait rencana
lainnya yang dapat kegiatan dan
memberikan pelayanan implementasi
(relawan/instruktur) pelayanan Output
Populasi lansia yang terus pada usila
meningkat dan PHLU Lansia
membutuhkan fasilitas MONEV sehat dan
pengisian waktu luang (proses dan mandiri
serta pemeliharaan hasil)
kesehatan
e) Metode
Jenis pelayanan dapat dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi lembaga
penyelengara sesuai dengan minat dan kebutuhan
lanjut usia.
Berikut ini contoh contoh kegiatan yang dapat
dilaksanakan yaitu :
1) Biologis :
- Makanan tambahan
- Pemeriksaan Kesehatan (dalam bentuk
pengukuran tekanan darah, timbangan berat
badan, dll)
- Kebugaran dalam bentuk senam, fitnes
3) Sosial
- Hiburan
- Rekreasi
- Perpustakaan
- Ketrampilan (pengisian waktu luang,)
- Anjangsana
- Bhakti Sosial
- Kunjungan ke rumah
- Seminar
- Saresehan
- Advokasi
- Dinamika Kelompok
- Bimbingan sosial (pedoman bimbingan
sosial)
- Peringatan hari besar Nasional
- Kegiatan usaha ekonomi produktif (UEP)
4) Spiritual
- Bimbingan Ibadah
- Pembinaan kerohanian
- Pengajian
- Pembinaan mental
- Lomba bidang kerohanian
SKEMA 1.
Keterkaitan bebagai pihak dalam pendampingan lanjut usia
RUMAH SAKIT
PSTW
PUSKESMAS
PEMERINTAH
SETEMPAT
KEMSOS
PETUGAS LANJUT USIA &
PENDAMPING DINSOS
KELUARGA MASYARAKAT
LANJUT USIA &
Private Sector
Keterangan :
= hubungan langsung
= hubungan dukungan
= saling koordinasi
E. PROSES PEMBELAJARAN
Peran
No. Pokok Bahasan Waktu
Fasilitator Peserta
1. Perkenalan 20 - -
mnt
2. Penyajian Pokok- Fasilitator Peserta
pokok bahasan menyajikan mengikuti
setiap pokok penyajian, tanya
bahasan jawab pada
setiap akhir sesi
masing-masing
pokok bahasan
2. Tanya jawab
Tanya jawab digunakan untuk menghargai motivasi
pribadi peserta. Prinsip pendekatan andragogi antara lain:
tidak menganggap peserta sebagai orang yang tidak tahu
tentang topik yang sedang dibahas
3. Diskusi
Diskusi kelompok; dilakukan ketika peserta mendalami
suatu materi yang dilakukan sesama peserta latihan
dalam kelompok.
Metode ini berpusat pada peserta bimbingan teknis,
dimana dapat dilakukan bervariasi dari situasi yang tidak
terstruktur sampai kepada situasi yang terstruktur. Melalui
diskusi kelompok akan dicapai perubahan pada peserta
bimbingan teknis dalam aspek motivasi, emosi dan sikap.
4. Pembahasan Kasus
Metode ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan
peserta bimbingan teknis dalam asesmen kebutuhan/
masalah, analisis masalah, serta pemecahan masalah.
H. ALAT BANTU
1. Buku dan Modul
2. LCD Projector
3. OHP,
4. Flipchart
5. Spidol
6. Kertas Plano
7. Papan-tulis,
8. Sound-system,
9. Berbagai alat peraga yang sesuai
10. Film (VCD) tentang program pemberdayaan fakir miskin
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada
setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi pada
bimbingan teknis ini adalah:
1. Evaluasi reaksi
Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta
terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan
bimbingan teknis.
2. Evaluasi Belajar
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau
peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap
dan keterampilan peserta.
3. Evaluasi Perilaku
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah
laku peserta selama dan setelah proses bimbingan
teknis.
84 | Modul Pendampingan PSLU
4. Evaluasi Hasil
Evaluasi dilakukan setelah bimbingan teknis berakhir
untuk mengetahui pemanfaatan hasil bimbingan teknis
terhadap kinerja di dalam organisasi, produktifitas
organisasi dan kelompok dampingan (masyarakat).
Adapun evaluasi yang digunakan dalam bimbingan teknis
ini adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Zastrow, Charles H. (2000), Introduction to Social Work and
Social Welfare, Pacific Grove: Brooks/Cole
Kementerian Sosial RI (2011), Pedoman Pelayanan Harian
Lanjut Usia
KEMENTERIAN SOSIAL RI
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
2014
A. DESKRIPSI RINGKAS
Peran masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan
sosial lanjut usia secara simultan mengalami perkembangan
yang sangat pesat pada akhir-akhir ini. Pesatnya pelayanan
kesejahteraan sosial yang di selenggarakan oleh masyarakat
di berbagai lapisan menunjukkan, bahwa penyediaan
pelayanan sosial lanjut usia merupakan tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat.
Salah satu upaya nyata untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial terhadap lansia adalah meningkatkan investasi sosial
lanjut usia. Investasi Sosial dimaksud diberikan dalam bentuk
pemberian tambahan modal usaha kepada para lanjut usia
yang produktif, sehat dan aktif. Tujuan dari pemberian
tambahan modal Usaha Ekonomi Produktif (UEP) terhadap
lansia adalah untuk memberikan kesempatan kepada lanjut
usia agar lebih produktif dan dapat meningkatkan usahanya
sebagai penopang kehidupannya.
Mengingat pentingnya peranan pendamping dalam
pemberian UEP kepada lanjut usia, maka diperlukan seorang
pendamping sebagai motivator dan pembimbing guna
kelancaran pelaksanaan UEP. Seorang pendamping berasal
dari unsur masyarakat yang ada di sekitar tempat tinggal lanjut
usia yang menjadi dampingannya.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka diperlukan
Modul Pendampingan Usaha Ekonomis Produktif bagi lanjut
usia sebagai bahan pembekalan pelaksanaan tugas di
lapangan.
2. Tujuan Khusus
a. Peserta dapat menjelaskan dan memahami substansi
dan konteks pendampingan lansia melalui kegiatan
UEP, ruang lingkup kegiatan pendampingan, tahapan
dan proses serta teknis dan peran pendampingan;
b. Peserta dapat menerapkan keterampilan dan sikap
sebagai pendamping UEP lansia,
mengimplementasikan peran dan fungsinya serta
tahap dan proses pendampingan UEP lansia;
c. Peserta dapat merancang disain / format dan
instrumen pendampingan pengembangan investasi
melalui kegiatan UEP lansia.
C. POKOK-POKOK BAHASAN
1. Substansi dan Konteks pendampingan
2. Persyaratan dan Kriteria Pendamping
3. Tahapan dan Proses Pendampingan
4. Cara dan Strategi Praktis Pendampingan
5. Peran dan tugas pendamping
6. Panduan Pendampingan UEP Lansia
7. Evaluasi
D. BAHAN PEMBELAJARAN BIMBINGAN TEKNIS
1) Substansi dan Konteks Pendampingan
Dalam melaksanakan kegiatan pendampingan seorang
pendamping dapat mempersiapkan diri dengan
E. PROSES PEMBELAJARAN
No Pokok Bahasan Waktu PERAN
(menit) Fasilitator Peserta
1. Pendahuluan 45 penyaji Penangap, pemberi
umpan-balik
2. Pendampingan UEP lansia: 225 Penyaji, pengarah Penanggap, pemain
substansi, kriteria dan sosiodrama/peragaan sosiodrama/peragaan
persyaratan, tahapan,
peran dan tugas dan
sebagainya
3. Pengakhiran 135 Penyaji, fasilitator Ko-fasilitator,
narasumber
F. METODE PEMBELAJARAN
Pada prinsipnya metode pembelajaran harus partisipasitif dan
variatif disesuasikan dengan konteks dan situasi
pembelajarannya. Berikut metode pembelajaran yang
dipergunakan :
1. Ceramah
Penyajian konsep-konsep monitoring yang berfungsi untuk
mengenalkan konsep yang abstrak dan pemberian
informasi. Ceramah berlangsung secara interaktif, artinya
2. Tanya jawab
Tanya jawab digunakan untuk menghargai motivasi
pribadi peserta. Prinsip pendekatan andragogi antara lain:
tidak menganggap peserta sebagai orang yang tidak tahu
tentang topik yang sedang dibahas.
3. Diskusi
Metode ini berpusat pada peserta bimbingan teknis,
dimana dapat dilakukan bervariasi dari situasi yang tidak
terstruktur sampai kepada situasi yang terstruktur. Melalui
diskusi kelompok akan dicapai perubahan pada peserta
bimbingan teknis dalam aspek motivasi, emosi dan sikap.
4. Pembahasan Kasus
Metode ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan
peserta bimbingan teknis dalam asesmen kebutuhan/
masalah, analisis masalah, serta pemecahan masalah.
5. Visualisasi
Metode ini bermanfaat bagi peserta bimbingan teknis
dalam peningkatan kemampuan penghayatan,
pemahaman, kritisi, serta refleksi diri melalui media
tayang.
2. Tidak Menggurui
Prinsip Tidak menggurui mengandung konotasi bahwa baik
fasilitator maupun peserta belajar ada dalam relasi setara,
tidak bersifat perintah dan instruksi yang memaksa atas
satu isu pembelajaran tertentu, serta mendiktekan
kepentingan sendiri kepada pihak lain dan mengklaim
kebenaran hanya ada di salah satu pihak saja; Belajar
dilakukan secara persuasif, menggugah minat peserta
belajar.
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam
setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi dalam
bimbingan teknis meliputi:
1. Evaluasi reaksi (reaction evaluation).
Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta
terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan
diklat.
2. Evaluasi belajar (learning evaluation).
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau
peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap
dan keterampilan peserta.
3. Evaluasi perilaku ( behavior evaluation).
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah
laku peserta selama dan setelah proses bimbingan teknis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Irwansyah, SH dari Yayasan Al Amanah Jakarta Pusat.
2. Ilyas Saefulloh dari Yayasan Bhakti Karya Manunggal
(SANTIYAMA) Kota Tasikmalaya.
3. Hj. Rusmini Oon Mardani dari Yayasan Al Madiniyah Jakarta
Barat.
4. H. Ono Suharno Rd dari Yayasan Sri Asih Jakarta Pusat.
KEMENTERIAN SOSIAL RI
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
2014
A. DESKRIPSI RINGKAS
Peningkatan usia harapan hidup yang diiringi dengan
penurunan angka kelahiran dan kematian Undang-undang nomor
13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia dan Undang-
undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia,
mengamanatkan bahwa negara mengetahui dan menjamin hak
azasi manusia tanpa terkecuali, termasuk penduduk lanjut usia.
Usaha pemerintah dalam mewujudkan lanjut usia sejahtera
dilakukan melalui berbagai program/kegiatan pengembangan
model bekerjasama dengan lembaga lintas sektor maupun lintas
program antara pemerintah dengan organisasi sosial, pemerintah
dan masyarakat secara bersama-sama. Namun kenyataan
menunjukkan masih banyak lanjut usia belum mendapatkan
perlindungan layanan sosial baik fisik maupun non-fisik.
Pelayanan sosial yang dilakukan selama ini adalah sistim
dalam panti seperti Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) dan sistem
luar panti sepert UEP, ASLUT Day Care dan Home Care.
Keterbatasan jumlah PSTW yang memberikan pelayanan kepada
lanjut usia sehingga masih sangat sedikit target layanan terhadap
lanjut yang memperloleh pelayanan. Pelayanan lanjut usia makin
dikembangkan dengan berbagai alternatif model lainnya antara
lain model pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah
(home care). Ciri utama model pelayanan pola home care adalah
pemegang peran utama dalam perawatan dan pendampingan di
rumah dilakukan oleh anggota keluarga itu sendiri. Dalam hal tidak
adanya anggota keluarga yang dapat melakukan fungsi perawatan
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan umum
Modul ini ditujukan untuk membantu peserta bimbingan
teknis pendamping sosial lansia, yakni para pekerja
sosial/relawan sebagai pendamping lansia dalam
pendampingan home care, maupun pekerja sosial/
relawan sebagai pendamping lansia yang bersifat
sukarela atau TKSM, dalam meningkatkan pemahaman
mengenai hakekat pendampingan sosial terhadap lansia,
dalam setting home care. Sehingga, setelah mengikuti
bimbingan teknis pendamping sosial lansia ini diharapkan
mereka memiliki pengetahuan mengenai ruang lingkup,
tujuan dan prinsip-prinsip dasar dalam pendampingan,
khususnya pendampingan kelompok lansia dalam
pendampingan home care.
2. Tujuan khusus
Meningkatkan kompetensi peserta sehingga mereka
memiliki pemahaman, keterampilan dan sikap yang
menyangkut:
a. Substansi dan konteks pendampingan lansia dalam
home care.
C. POKOK BAHASAN
1. Substansi dan konteks:
a. Makna home care
b. Manfaat home care
c. Alasan diperlukan home care
d. Tujuan penyelenggaraan home care
e. Sasaran pelayanan home care
Individualisasi
Lanjut usia tidak sama satu dengan lainnya,
setiap lanjut usia mempunyai keunikan sendiri,
oleh sebab itu, kepada setiap lanjut usia perlu
diperhatikan kebutuhan, kepribadian serta
kekhususan masing-masing.
Kemandirian
Lanjut usia perlu dijamin agar dapat mandiri
dalam berbagai bidang, seperti pelayanan
kesehatan, jaminan pemeliharaan dalam bidang
sosial, ekonomi, transportasi, kegiatan,
perumahan, kesejahteraan sosial, terutama bila
mereka terkena kecacatan, sehingga mereka
mempunyai kemandirian.
Produktivitas
Berbagai kegiatan yang dapat memberikan
kesempatan bagi lanjut usia untuk produktif perlu
difasilitasi sehingga tidak memberi peluang
untuk menganggur dan menarik diri dari
kehidupan bermasyarakat, terkecuali bagi mereka
yang kondisinya tidak memungkinkan.
Pelibatan masyarakat
Setiap pendampingan lanjut usia di lingkungan
keluarga diperlukan pelibatan masyarakat. Warga
diperankan sebagai sumber dukungan sosial, jika
keluarga tidak mampu melaksanakan fungsi
sosialnya bagi lanjut usia karena berbagai faktor.
Sumber dukungan yang dapat diperoleh dari
masyarakat antara lain penyediaan fasilitas
sosial yang menjamin pendampingan berjalan
lancar, jaminan keamanan dalam pendampingan,
dan lain-lain.
Tahap Persiapan
1. Pendataan lanjut usia
2. Pendataan Anggota /Keluarga Lanjut Usia
3. Pendataan Lingkungan
4. Pendataan sumber pendukung
5. Pengolahan dan analisis data / masalah
6. Penyusunan rencana pemecahan masalah
Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah rencana
telah dilaksanakan dan berjalan lancar dan berhasil
atau mengalami hambatan. Dalam hal ini dapat
diketahui faktor pendukung dan faktor penghambat
serta cara mengatasi hambatan tersebut.
Tahap Terminasi
Pada tahap ini, proses pendampingan dapat diakhiri
setelah diadakan pertimbangan berdasarkan hasil
evaluasi.
LEMBAGA
RUMAH SAKIT PENUGASAN
PMI BKL PEMERINTAH
SETEMPAT
PUSKESMAS KOORDINATOR
LAPANGAN/KASUS
ORSOS
( PKK, PSM)
PETUGAS
PENDAMPING
KELUARGA
LANJUT USIA LANJUT USIA
Keterangan :
= hubungan langsung
= hubungan kerja/rujukan
= saling koordinasi
F. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
Penyajian konsep-konsep tentang home care, ruang
lingkup pendampingan sosial dalam home care dan
kerangka kerja pendamping sosial home care, yang
berfungsi untuk mengenalkan konsep yang abstrak dan
pemberian informasi. Ceramah berlangsung secara
interaktif, artinya tercipta interaksi antara fasilitator
dengan peserta berupa tanya jawab, baik selama ceramah
berlangsung maupun setelah ceramah berakhir.
2. Tanya jawab
Tanya jawab digunakan untuk menghargai motivasi
pribadi peserta. Prinsip pendekatan andragogi antara lain:
tidak menganggap peserta sebagai orang yang tidak tahu
tentang topik yang sedang dibahas.
3. Diskusi
Diskusi kelompok; dilakukan ketika peserta mendalami
suatu materi yang dilakukan sesama peserta latihan
dalam kelompok.
4. Simulasi
Simulasi dilakukan peserta untuk melatih cara melakukan
pendampingan dan perawatan lansia.
5. Pembahasan Kasus
Metode ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan
peserta bimbingan teknis dalam asesmen kebutuhan/
masalah, analisis masalah, serta pemecahan masalah.
6. Permainan Peran
Metode ini dilakukan ketika peserta untuk menghayati
suatu persoalan dengan memainkan peran-peran yang
telah direncanakan sesuai dengan topik yang sedang
dibahas.
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada
setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi pada
bimbingan teknis ini adalah:
1. Evaluasi Reaksi
Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta
terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan
bimbingan teknis.
2. Evaluasi Belajar
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau
peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap
dan keterampilan peserta.
3. Evaluasi Perilaku
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah
laku peserta selama dan setelah proses bimbingan
teknis.
J. DAFTAR PUSTAKA
Zastrow, Charles H. (2000), Introduction to Social Work and
Social Welfare, Pacific Grove: Brooks/Cole.