You are on page 1of 4

PENTINGNYA POKOK BAHASAN

Budidaya tanaman jagung tidaklah mudah. Banyak sekali masalah-masalah yang


biasa dijumpai dalam budidaya tanaman ini, salah satunya adalah masalah bahan tanam, yaitu
benih. Benih merupakan faktor yang penting pada rangkaian budidaya tanaman, termasuk
budidaya tanaman jagung. Hal ini dikarenakan benih akan menjadi pendorong utama dalam
budidaya tanaman, sehingga untuk mendapatkan produksi yang tinggi perlu digunakan benih
yang bermutu tinggi pula. Benih bermutu tinggi ditentukan oleh faktor genetik dan faktor
fisik. Faktor genetik adalah varietas yang memiliki genotipe dan fenotipe baik. Faktor fisik
adalah benih yang persentase perkecambahannya tinggi, bebas dari kotoran, dan kadar airnya
rendah.
Banyak masalah-masalah yang berkaitan dengan bahan tanam, yaitu salah satunya
pertumbuhan tanaman jagung pada beberapa musim terkadang tidak serempak dan banyak
gangguan hama serta penyakit, sehingga hasil jagungnya tidak bisa maksimal. Hal ini bisa
diakibatkan oleh benih jagung yang digunakan sebagai bahan tanam berasal dari hasil panen
yang sebelumnya. Selain itu bisa juga karena tidak dilakukan perlakuan benih sebelum benih
di tanam, yang mana hal ini akan berakibat pada benih kurang tahan terhadap hama dan
penyakit. Seharusnya sebelum benih ditanam, supaya dilakukan perlakuan benih seperti
pengeringan, pemipilan, pembersihan benih, pengemasan, penyimpanan dan pemberian
treatment dengan fungisida dan insektisida. Jadi dari permasalahan ini dapat disimpulkan
bahwa bahan tanam, yaitu benih merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan
dalam budidaya tanaman benih. Sehingga pada makalah ini akan membahas mengenai solusi
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan atau mengendalikan masalah ini, yaitu berupa
perbaikan bahan tanam atau perbaikan benih.

PERMASALAHAN :
1. Pertumbuhan tanaman jagung pada beberapa musim terkadang tidak serempak dan banyak
gangguan hama serta penyakit

Penyelesaian masalah
Upaya yang perlu dilakukan agar pertumbuhan tanaman dapat tumbuh maksimal yaitu
sebaiknya perlu dilakukan perlakuan benih sebelum benih ditanam sehingga benih akan
tumbuh secara maksimal. Adapun perlakuan benih sebelum tanam dilakukan seperti berikut:
1. Pengeringan Jagung
Setelah dipanen, agar dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama maka perlu
dilakukan pengeringan. Pengeringan ini dapat kita lakukan dengan pada saat masih ada pada
tongkol dengan kulit, dengan tongkol dan bentuk biji.Pengeringan jagung dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dikeringkan secara alami dan dikeringkan secara buatan. Pengeringan
jagung secara alami dilakukan dengan menggunakan panas dari sinar matahari atau perapian
dapur. Penjemuran sampai jagung cukup kering untuk disimpan biasanya berlangsung kurang
lebih selama 60 jam pada cuaca cerah. Umumnya pengeringan jagung tongkol dilaksanakan
sampai kadar air mencapai 18-20%. Sedangkan pengeringan jagung pipil dianjurkan
dilakukan sampai kadar air mencapai 13-14%. Pengeringan jagung secara buatan dilakukan
dengan menggunakan mesin pengering atau grain dryer (Wijandi, 2003). Pengeringan jagung
pipil dengan mesin dilakukan pada suhu 38-430C sehingga kadar air jagung turun menjadi
12-13%. Mesin pengering biji jagung dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan
pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan (Purwono dan Hartono,
2002).
2. Pemipilan Biji Jagung
Pemipilan dilakukan untuk mempermudah proses penanganan dan pengolahan
jagung. Pemipilan jagung dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual dan
menggunakan alat pemipil. Pemipilan jagung secara manual adalah dengan menggunakan
tangan, sedangkan dengan menggunakan alat pemipil adalah memipil dengan menggunakan
alat. Ada berbagai model alat pemipil jagung. Sebaiknya pemilihan alat pemipil jagung
disesuaikan dengan kapasitas pipil yang diinginkan.
Pemipilan jagung dengan tangan dapat dilakukan dengan baik apabila kadar air
jagung adalah antara 14-20%. Sedangkan pemipilan jagung dengan alat pemipil atau mesin
pemipil sebaiknya dilakukan pada kadar air jagung antara 18-20%.
3. Pembersihan
Setelah pemipilan maka dilakukan pembersihan benih jagung ini di maksudkan untuk
membersihkan dari kotoran-kotoran, potongan janggel,biji yang pecah, biji yang lapuk dan
batu. Pembersihan jagung pipilan dari kotoran dapat dilakukan secara manual atau dengan
menggunakan alat. Pembersihan jagung pipilan secara manual dilakukan dengan menampi
atau mengaduk-aduk biji jagung dan menyapunya dengan sapu lidi. Pembersihan jagung pipil
dengan menggunakan alat berupa ayakan atau saringan. Pembersihan jagung pipil dengan
menggunakan ayakan atau saringan ini selain membersihkan juga dapat sekaligus untuk
sortasi. Perlu dilakukan pengendalian hama dan penyakit dengan penyemprotan pestisida dan
pemupukan secara teratur.
4. Pengujian
Untuk mendapatkan standar mutu jagung yang disyaratkan maka dilakukan beberapa
pengujian, diantaranya:
1. Penentuan adanya hama dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik kecuali
adanya bahan dengan menggunakan indera penglihatan dan penciuman serta dibantu
dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan.
2. Penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan dengan cara
manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/ sampel. Persentase butir-butir warna
lain, butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-masing
komponen dibandingkan dengan berat contoh analisa x 100 %.
3. Penentuan kadar air biji, ditentukan dengan moisturetester electronic atau Air Oven
Methode (ISO/r939-1969E atau OACE 930. 15).
5. Treatment
a) Fungisida
Pada perlakuan ini, benih jagung yang akan ditanam, direndam dengan air yang telah
dicampur dengan fungisida, seperti Banlate. Proses perendaman dapat dilakukan dengan
media bak yang dapat menampung seluruh benih jagung yang akan ditanam. Tujuan
perendaman dalam satu bak untuk menyamakan pemberian fungisida dan hasil yang didapat
sama. Dosis fungisida yang dicampurkan 2-4 cc/lt air dengan waktu perendaman selama 12-
24 jam. Setelah selesei perendaman, benih jagung ditiriskan dan dikering anginkan. Benih
yang sudah kering selanjutnya dapat dilakukan proses penanaman. Tujuan dari perendaman
dengan campuran fungisida ini untuk mencegah serangan dari jamur.
b) Insektisida
Pada treatment ini berbeda dengan proses treatment di atas. Insektisida digunakan
untuk mencegah serangan dari ulat agrotis dan lalat bibit yang sering menyerang benih
jagung pada saat setelah tanam. Serangan itu dengan cara memakan benih jagung yang
berada dalam tanah. Hal tersebut mengakibatkan benih tidak tumbuh. Oleh karena itu,
treatment ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi terhadap serangan tersebut. Pada poin 1
sampai 4, treatment dilakukan dengan cara direndam dengan air yang sudah dicampur dengan
suatu senyawa atau formula khusus. Namun, dalam perlakuan ini berbeda, yaitu dilakukan
pada saat penanaman. Benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida
butiran dan sistemik seperti Furadan 3 G (Budiman, Tanpa Tahun:84). Dosis yang digunakan
secukupnya.
Treatment ini dapat dikombinasikan dengan keempat treatment sebelumnya. Dengan
perlakuan seperti langkah-langkah di atas. Adanya kombinasi treatment ini diharapkan
menurunkan intensitas serangan OPT, baik dari jamur atau cendawan, dan hama seperti lalat
bibit dan ulat agrotis serta meningkatkan daya tahan benih terhadap penyakit. Di sisi lain,
dapat mengoptimalkan pertumbuhan benih sehingga tumbuhlah tanaman yang sehat, kekar,
kokoh dan seragam. Namun, kombinasi ini tidak diharuskan untuk terapkan, karena biaya
budidaya akan meningkat.
6. Pengemasan
Ada beberapa tujuan pengemasan jagung, yaitu agar jagung bersih dari kotoran,
mengurangi serangan jamur dan hama (Purwono dan Hartono, 2002). Pengemasan jagung
disesuaikan dengan tujuan pasar jagung. Umumnya, kemasan yang digunakan berupa karung
dengan berat antara 25-50 kg, sedangkan eceran seberat 1-5 kg. Adapun kemasan jagung
untuk dipasarkan di supermarket umumnya menggunakan plastik wrapping seberat 1kg yang
berisi sekitar 6 buah tongkol jagung (Purwono dan Hartono, 2002).
7. Penyimpanan Jagung
Penyimpanan jagung dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara penyimpanan
jagung yang biasa dilakukan oleh para petani adalah dengan menyimpan jagung kering yang
masih ditongkol. Jagung tongkol kering ini diletakkan di atas perapian atau disimpan di
tempat yang kering, tidak terkena air hujan. Tempat penyimpanan jagung juga sebaiknya
tidak ada tikus. Selain menyimpan jagung yang masih melekat di tongkol, jagung juga
disimpan dalam bentuk pipilan kering. Jagung tongkol kering lebih tahan disimpan dalam
waktu lama dari pada jagung pipil kering.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan apabila jagung akan disimpan dalam
gudang. Faktor-faktor tersebut adalah: Kebersihan gudang: sebaiknya gudang dibersihkan
dan disemprot dengan insktisida yang aman untuk mencegah hama bubuk. Kelembaban
gudang: gudang yang lembab akan mendukung tumbuhnya mikroorganisme. Alas agar kadar
air pada biji jagung terjaga, sebaiknya lantai gudang dialasi dengan denga papan.

You might also like