Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Penelitian mengenai pemaparan faktor sosial dan budaya yang berkaitan dengan
nilai jual ternak kerbau di Pasar Bolu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, telah
dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 1 April 2015. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui berbagai faktor sosial dan budaya masyarakat Toraja yang berkaitan dengan
nilai jual kerbau. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan wawancara secara mendalam dengan jumlah informan sebanyak 25 orang
yang terdiri dari peternak, penjual, pembeli kerbau, tokoh adat, pegawai dinas
peternakan, pegawai dinas pariwisata, kepala pemerintahan, dan masyarakat setempat.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara, serta menggunakan
teknik snowball untuk pencarian informan. Variabel yang diamati dalam penelitian ini
adalah faktor sosial, faktor budaya, dan kaitan faktor sosial dan budaya dengan nilai jual
kerbau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial yang mempengaruhi nilai
jual kerbau adalah status sosial, peran sosial, kelembagaan dan lapisan sosial. Faktor
Budaya yang mempengaruhi nilai jual kerbau adalah upacara adat dan tradisi adu
kerbau.
ABSTRACT
Research on the explanation of social and culture factors which related to the
values of buffalo in Bolu Market, North Toraja Regency, South Sulawesi Provice was
held on March 11 April 1 2015. This study aims to explain the relation between social
and culture factors that behave in Torajans with the values of Buffalo. The research
method used in this study is case study method with qualitative studies approachment.
Data for this research got from the interview with the number of informants were 25
who came from buffalo farmers, consuments, sellers, tradition figure, livestock
department, tourism departments, governments, and Torajans people. The method used
in this interview is a deep and directive interview with snowball way to find informants.
Variables in this study are social factors, culture factors and their influance to the
Faktor Sosial dan Budaya KaitannyaIkhwanussafa Sadidan
buffalos values. The result from this study shows that social factors which have
influence to the values of buffalo are social status, social role, social institution, and
social class. Culture factors that have influence on buffalos values are traditional
ceremonies and traditions.
1. PENDAHULUAN
Salah satu kelompok masyarakat yang mengembangkan suatu peternakan untuk
memenuhi kebutuhan kepercayaan dan tradisi manusianya adalah Suku Toraja yang
tinggal di Provinsi Sulawesi Selatan. Kerbau di Toraja pun memiliki nilai jual yang
tinggi, untuk satu ekor kerbau bisa dihargai mulai dari ratusan juta rupiah sampai
milyaran rupiah. Hal ini lah yang mengharuskan pemerintah dan peternak kerbau di
Toraja untuk terus mengembangkan usaha budidaya kerbau ini.
Banyak faktor yang memengaruhi nilai jual dari kerbau yang ada di Toraja ini.
Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam tingginya nilai jual kerbau di Toraja
adalah faktor sosial dan budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Tana Toraja.
Kerbau juga dipercaya oleh masyarakat Toraja sebagai suatu hewan yang
melambangkan kemakmuran, sehingga permintaan masyarakat Toraja terhadap kerbau
sangat tinggi dan harganya pun sangat mahal.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Sulawesi Selatan, pada tahun 2011 populasi ternak kerbau di Kabupaten Tana Toraja
dan Toraja Utara yaitu 48.557 ekor sementara pada tahun 2012 mencapai 43.178 ekor,
atau sama dengan sekitar 40 % dari populasi kerbau di Provinsi Sulawesi Selatan.
Tingginya populasi di daerah tersebut disebabkan oleh fungsi dan peranan ternak kerbau
dalam tata kehidupan sosial budaya masyarakat Toraja. Pemotongan ternak kerbau
dilakukan di Kabupaten Toraja Utara berkenaan dengan pelaksanaan upacara adat.
Salah satu pusat jual-beli kerbau di daerah Toraja Utara adalah Pasar Bolu. Pasar
ini merupakan pasar yang terletak di Kecamatan Rantepao, Kabupaten Toraja Utara.
Pasar ini biasa disebut juga sebagai Pasar Ternak atau Pasar Kerbau. Sedikitnya ada
lima ratus ekor kerbau yang dibeli pada saat hari pasar dengan harga mulai lima juta
rupiah hingga rutusan juta rupiah. Adapun yang menjadi tolak ukur dari nilai sebuah
kerbau adalah jenis kerbau tersebut, warna kulit dan bulu, postur, tanda-tanda di badan,
tanduk dan masih banyak lagi. Disamping faktor genetik, masih ada lagi faktor yang
mempengaruhi nilai jual kerbau yaitu faktor-faktor sosial dan budaya yang berlaku di
masyarakat Tana Toraja (Kambuno, 2005).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Faktor Sosial dan Budaya Kaitannya dengan Nilai Jual
Kerbau yang akan dilaksanakan di Pasar Bolu, Kabupaten Toraja Utara, Provinsi
Sulawesi Selatan.
2. OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian
(Sugiyono, 2013). Objek penelitian dalam penelitian ini adalah faktor sosial dan budaya
masyarakat Toraja yang berkaitan dengan nilai jual kerbau di Tana Toraja. Subjek
penelitiannya adalah masyarakat Toraja yang melakukan jual beli kerbau di Pasar Bolu
baik peternak, penjual, pembeli kerbau, dan pihak lain yang memiliki keterkaitan
Faktor Sosial dan Budaya KaitannyaIkhwanussafa Sadidan
dengan pengembangan kerbau di Toraja Utara seperti Dinas Peternakan dan Pihak
Pemerintahan setempat.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan
pendekatan kualitatif. Studi kasus adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu
objek dan hasil penelitian tersebut hanya dapat digunakan oleh objek yang diteliti
(Moleong, 2007). Penelitian studi kasus dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam
terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu (Nasution, 1992).
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Bolu, Kabupaten Toraja Utara. Pemilihan
tempat ini didasarkan karena Pasar Bolu merupakan pasar kerbau terbesar yang ada di
Kabupaten Toraja Utara.
Operasionalisasi Variabel
Terdapat tiga operasioaanlisasi variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel nilai
sosial kerbau terhadap masyarakat Toraja, variabel nilai budaya kerbau terhadap
masyarakat Toraja, dan kaitan antara faktor sosial dan budaya kerbau dengan nilai jual
kerbau.
Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, analisis dilakukan dengan
cara deskripsi analisis yang dilakukan dengan metode interpretative. Proses analisis
data dilakukan dengan pemahaman dan pemaknaan secara empirik terhadap
permasalahan penelitian. Data yang diperoleh dikategorisasikan untuk dilakukan
organisir data menurut satuan pola, kemudian dilakukan interpretative. Metode
interpretative yaitu memahami secara mendalam (verstehen) terhadap makna-makna
dari variabel yang ada dalam penelitian ini (Sulaeman, 2004).
bahwa kerbau berasal dari surga. Pada zaman dahulu dipercaya nenek moyang
pertama Toraja turun ke Bumi menggunakan kerbau dari surga dan mendirikan
Tongkonan atau rumah adat mereka. Hal inilah yang membuat masyarakat
Toraja percaya bahwa jika mereka mati pun, kerbau lah yang akan
mengantarkan mereka kembali ke surga. Mereka percaya semakin bagus dan
banyak kerbau yang mereka sembelih maka mereka akan semakin cepat sampai
ke surga.
c) Kerbau sebagai tolak ukur dari kehidupan sosial Toraja
Kedudukan sosial dapat diartikan sebagai tempat seseorang secara umum
dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti
lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-
kewajibannya. (Soekanto, 2009). Secara umum lapisan atau kelas ini dibagi
menjadi tiga, yaitu kelas 1 yang merupakan kelas bagi orang-orang yang
memiliki harta diatas rata-rata (kaya), kelas 2 bagi yang jumlah hartanya
mencapai rata-rata, dan kelas 3 yang hartanya ada dibawah rata-rata. Bagi
masyarakat Toraja pun kerbau merupakan hewan yang melambangkan kekayaan
dan kemakmuran, sehingga seringkali kerbau dijadikan patokan dalam
menentukan status dan lapisan sosial masyarakat Toraja.
Nilai Budaya Kerbau Pada Masyarakat Toraja
Kerbau merupakan hewan yang tidak bisa dilepaskan dari adat-istiadat
dan kebudayaan Toraja (BoDo, 2008), fungsinya antara lain:
a) Kerbau syarat dalam kegiatan adat masyarakat Toraja
Secara garis besar upacara adat di Tana Toraja terbagi menjadi Rambu
Solo dan Rambu Tuka. Prosesi kedua upacara ini berbeda namun ada
kesamaannya yakni kedua upacara ini menggunkan kerbau sebagai salah satu
syarat diadakannya upacara. Kerbau yang digunakan pun berbeda dari mulai
jumlah, jenis, dan harganya, disesuaikan dengan keperluan pada upacara.
b) Tradisi menggunakan ternak kerbau
Tradisi masyarakat Toraja yang menggunkan kerbau sebagai alat
utamanya yaitu menggunakan kerbau sebagai alat tukar dan juga tradisi adu
kerbau di Toraja. Tradisi ini sudah berlangsung selama ratusan tahun dan tetap
tidak hilang karena perkembangan zaman.
c) Persepsi dan kepercayaan masyarakat terhadap kerbau
Begitupun dalam memandang kerbau, masyarakat Toraja memiliki
persepsinya masing-masing. Selain memiliki strata dalam status sosial,
masyarakat Toraja pun memiliki strata tersendiri dalam memandang kerbau.
Tabel 1. Tingkatan Strata kerbau dan harga kerbau Toraja
Tingkat Jenis kerbau Pembagian Ciri-ciri Kisaran Harga
kerbau
1 Sambao - Warna kulit abu-abu 10 - 20 juta
(Coklat/abu) dengan bulu
kekuningan
2 Pudu Pudu Bawah telinga ada 25 - 100 juta
(Hitam) Balian warna putih, mata
bongek.
Pudu Ekor berwarna putih. 50 100 juta
Pangloli
Faktor Sosial dan Budaya KaitannyaIkhwanussafa Sadidan
Pembagian jenis kerbau ke dalam strata ini dilihat dari jenis corak dan
warna di tubuh kerbau tersebut. Selain jenis kerbau seperti yang ada di table di
atas, masih ada satu jenis kerbau lagi aitu Tedong bulan, kerbau yang seluruh
badanya full berwarna putih tanpa ada corak hitam di kulit.
seekor kerbau dari jenis Tedong Sambao pun seseorang dari kelas 1
memungkinkan untuk membeli kerbau tersebut hingga sepuluh juta lebih mahal
dari kelas 2 atau 3.
2. Faktor Budaya
a) Pengaruh Upacara Rambu Solo
Jumlah kerbau yang akan dikurbankan pada Rambu Solo tergantung dari
strata sosial keluarga yang berduka. Semakin tinggi strata sosial sebuah
keluarga, semakin banyak pula jumlah kerbau yang dikurbankan. Untuk
keluarga dengan strata sosial menengah, biasanya kurbau yang dikurbankan
sebanyak 8-10 ekor ditambah babi sebanyak 30-50 ekor. Namun untuk keluarga
dari kalangan bangsawan, kerbau yang dikurbankan berjumlah sekitar 50-150
ekor. Dengan demikian tidak mengherankan jika biaya yang digunakan untuk
melaksanakan Rambu Solo bisa mencapai 4-5 miliyar rupiah. Sebagian besar
dari biaya tersebut digunakan untuk membeli persyaratan hewan kurban ini.
Faktor Sosial dan Budaya KaitannyaIkhwanussafa Sadidan
4. KESIMPULAN
Ternak kerbau berkaitan dengan kehidupan sosial dan budaya masyarakat
Toraja. Dalam kehidupan masyarakat Toraja kerbau berkaitan dengan lapisan sosial,
status sosial, dan peran sosial. Kerbau juga digunakan dalam berbagai kegiatan adat dan
tradisi seperti upacara Rambu Solo, Rambu Tuka, alat tukar, dan mapasilaga tedong.
Nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat Toraja juga mempengaruhi nilai jual
kerbau yang ada di Toraja, masyarakat yang memiliki status dan lapisan sosial tinggi di
Toraja akan membeli kerbau dengan nilai yang lebih tinggi. Kerbau yang diperlukan
untuk kegiatan adat pun memiliki harga lebih tinggi dari kerbau biasa.
5. DAFTAR PUSTAKA
Faktor Sosial dan Budaya KaitannyaIkhwanussafa Sadidan
BoDo, S. 2008. Kerbau Dalam Tradisi Orang Toraja. Pusat Kajian Indonesia Timur.
Universitas Hasanuddin.
Kambuno, D. 2005. Adat Istiadat, Seni Budaya, Kekayaan Alam. Tana Toraja: Yayasan
Lepongan Bulan
Liku-Ada, John. 2014. Aluk To Dolo Menantikan Kristus. Gunung Sopai. Yogyakarta
Moleong, J. Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. PT. Remaja
Rosdakarya.