You are on page 1of 16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

I. POLITIK MENURUT AJARAN ISLAM

Wacana pemisahan agama dari politik merupakan pemikiran yang mendukung eliminasi dan
peminggiran peran agama dalam ragam panggung kehidupan umat manusia.Berdasarkan teori ini,
manusia dalam ranah ilmu dan pengetahuan dapat mengenal dan menetapkan pelbagai aturan yang
berkenaan dengan kebudayaan, politik, peradilan, perekonomian, kehakiman, sastra, interaksi sosial
dan lain sebagainya tanpa memerlukan campur tangan agama dalam mengatur kehidupannya.

Di dunia Islam, pemikiran pemisahan agama dari panggung politik mengemuka dalam tiga
tingkatan:

1. Para penguasa tiran menghendaki mengubah khilafah menjadi kesultanan dan kerajaan.

2. Para penjajah asing.

3. Para pemikir yang sakit.

Dalam menjawab para pendukung pemikiran pemisahan agama dari politik terdapat banyak
argumen detil dan mendalam telah dijelaskan, yang akan kami cukupkan dengan menyebut dua
argumen penting tersebut:1. Mengembalikannya pada pelbagai proposisi, teks-teks dan literatur-
literatur agama Islam.2. Sirah dan metode Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As.

Mencermati masalah ini akan menjelaskan dengan baik bahwa pemisahan agama dari
panggung politik dalam Islam sama sekali tidak dibenarkan karena sebagian besar ajaran dan
pengetahuan Islam mencakup masalah-masalah politik dan sosial.

Demikian juga untuk mengenal bagaimana penalaran dan argumentasi yang dibangun dalam
menghadapi para pendukung pemikiran Sekularisme ini, akan kami sajikan pada jawaban detil
dengan mengkritisi satu dalil penting para pendukung pemikiran Sekularisme ini.
Teori pemisahan agama dari politik (Sekularisme) merupakan sebuah kecenderungan dan
pemikiran yang dikembangkan oleh pendukung dan pendakwah eliminasi atau peminggiran peran
agama dalam ragam tingkatan kehidupan manusia. Di antaranya, politik, pemerintahan,
pengetahuan, akhlak dan lain sebagainya. Berdasarkan teori ini, manusia dalam pancaran akal dan
pengetahuan empiriknya sebagaimana ia mampu mengenal alam natural maka ia juga mampu
menkonstruksi dan membuat aturan-aturan yang berhubungan dengan kebudayaan, politik,
peradilan, perekonomian, perniagaan, etika, interaksi sosial. Pendeknya, apa saja yang berhubungan
dengan urusan material dan spiritual kehidupannyajuga dalam pancaran akal dan
pengetahuannya. Dan demikian seterusnya, manusia tidak lagi memerlukan intervensi agama dalam
memanage dan mengatur kehidupannya.

Dalam dunia Islam, gagasan pemisahan agama dari politik mengemuka dari tiga kelompok
masyarakat. Pertama dari sisi para penguasa tiran yang pada masa-masa pertama Islam ingin
mengubah khilafah menjadi kesultanan. Misalnya tatkala Muawiyah pada tahun empat puluh Hijriah
naik tahta khilafah dan ketika datang ke Irak, ia berkata, Aku tidak memerangi kalian atas shalat
dan puasa melainkan aku ingin berkuasa atas kalian dan aku telah mencapai maksudku.

Setelah itu pemerintahannya atas masyarakat Islam pun benar-benar telah keluar dan
terpisah dari agama, berubah menjadi kesultanan dan kerajaan.

Mencermati masalah ini akan menjelaskan dengan baik bahwa pemisahan agama dari
panggung politik dalam Islam sama sekali tidak dibenarkan karena sebagian besar ajaran dan
pengetahuan Islam mencakup masalah-masalah politik dan sosial.

Imam Khomeini dalam hal ini berkata, Islam adalah agama politik dan memiliki unsur politik
pada segala tingkatan dan posisinya. Hal ini akan menjadi jelas dan terang bagi siapa saja yang
memikirkan hukum-hukum pemerintahan, politik, sosial dan perekonomian Islam. Karena itu,
barang siapa yang beranggapan bahwa agama terpisah dari politik, maka sesungguhnya di samping
ia tidak mengenal agama, berarti juga tidak mengenal politik.

Dengan meninjau secara sekilas aturan-aturan Islam dan ayat-ayat al-Quran, maka akan
menjadi jelas bahwa Islam adalah sebuah agama yang inklusif dan mencakup seluruh dimensi
kehidupan manusia (personal, sosial, duniawi, ukhrawi, material dan spiritual). Dan di samping
menyeru manusia untuk beribadah dan bertauhid, Islam juga memiliki instruksi-instruksi moral yang
bertalian dengan konstruksi-diri setiap orang. Demikian juga, memiliki perangkat hukum-hukum dan
instruksi-instruksi dalam masalah pemerintahan, politik, perekonomian, sosial, peradilan,
pengaturan secara benar hubungan internasional, hukum dan lain sebagainya.

Islam memiliki aturan-aturan peradilan, hukum, hubungan sosial, masalah-masalah


perekonomian, pendidikan dan lain sebagianya. Jelas bahwa implementasi dan penerapan hukum-
hukum dan instruksi-instruksi seperti ini tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya kekuasaan.
Pemerintahan agama dalam artian yang sebenarnya adalah sebuah pemerintahan yang mengatur
masyarakat berdasarkan undang-undang Ilahi. Undang-undang yang berperan sebagai media bagi
manusia untuk maju dan untuk mengembangkan pelbagai potensi kemanusiaannya mencapai
kesempurnaan, serta menciptakan sebuah masyarakat saleh dan layak bagi umat. Sebagai
kebalikannya, pemerintahan Islam, merupakan media untuk memerangi pelbagai kerusakan moral,
sosial dan lain sebagainya.

Al-Quran dalam mendeskripsikan para insan Ilahi, menyatakan, (Yaitu) orang-orang yang
jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari perbuatan yang mungkar;
dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS. al-Hajj [22]: 41)

Sirah dan perikehidupan Rasulullah Saw menunjukkan agama tidak terpisah dari politik;
karena Rasulullah Saw di samping membentuk pemerintahan, beliau juga menjalankan tugas
eksekutif dan yudikatif pemerintahan. Amirul Mukminin As juga mendasarkan pemerintahan dengan
keadilan dan pelaksanaan instruksi-instruksi Ilahi. Demikian juga, pemerintahan singkat Imam Hasan
As, revolusi Imam Husain dan tidak legalnya pemerintahan-pemerintahan pada masa dari para Imam
Maksum lainnya, semuanya merupakan penjelas fakta bahwa pembentukan pemerintahan
merupakan salah satu prinsip agama Islam.

Terdapat banyak ayat dalam hal ini yang mendukung pembentukan pemerintahan:

1. Sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata
dan telah Kami turunkan bersama mereka kitab samawi dan neraca (pemisah yang hak dan yang
batil dan hukum yang adil) supaya manusia bertindak adil. Dan Kami menciptakan besi. Pada
besi ini terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka
memanfaatkannya).. (QS. al-Hadid [57]: 25)
2. Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. (QS. al-Maidah [5]: 8)
3. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan),
Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu. (QS. an-Nahl [16]: 36)
4. Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah,
baik kaum laki-laki, kaum wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa, Ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung
dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu! (QS. an-Nisa [4]: 75)
5. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul-(Nya) dan ulil amri (para washi
Rasulullah) di antara kamu. (QS. an-Nisa [4]: 49)

Berikut ini adalah pemikiran-pemikiran politik yang terkait dengan pembentukan pemerintahan dan
kaitan antara agama dan politik:

1. Penetapan supremasi wilayah dan kepemimpinan multi dimensional, material dan spiritual,
duniawi dan ukhrawi adalah untuk Allah Swt, Rasulullah Saw dan para wali khususnya.
2. Penetapan imamah dan kepemimpinan politik-sosial bagi Rasulullah Saw, para Imam Maksum
yang diangkat oleh Rasulullah Saw.
3. Penetapan pemerintahan dan khilafah di muka bumi oleh sebagian nabi terdahulu seperti Nabi
Daud As dan Nabi Sulaiman As.
4. Al-Quran memperkenalkan peradilan dan menyelesaikan sengketa di antara masyarakat
sebagai salah satu tugas para nabi.
5. Seruan untuk bermusyawarah dan berkelompok.
6. Berperang melawan kerusakan dan kehancuran, anti kezaliman dan penyeru keadilan
merupakan salah satu tugas utama orang-orang beriman.
7. Penghormatan terhadap hak-hak manusia dan pemuliaan manusia merupakan salah satu prinsip
politik agama-agama Ilahi.
8. Titah jihad dan berperang melawan para tiran, orang-orang yang menyombongkan diri dan para
durjana; juga perintah untuk mempersiapkan peralatan untuk membela diri.
9. Kemuliaan dan keagungan hanya untuk Allah dan orang-orang beriman dan menafikan segala
bentuk dominasi dan kehinaan.
10. Mengurai dan menentukan hak-hak timbal-balik antara pemimpin dan rakyat.
11. Menetapkan kekuasaan dan pemerintahan untuk sebagian penguasa saleh dan adil, seperti
Thalut dan Dzul Qarnain.
12. Mengkhususkan hak-hak penting dan makro atas harta benda, bagi Pemimpin kaum Muslimin
dan pemerintahan Islam, untuk digunakan demi kemaslahatan masyarakat.

Dari apa yang telah diuraikan, menjadi jelas bahwa pemisahan agama dari politik tidak dapat
dibenarkan dalam Islam dan bagian terbesar dari pengetahuan dan ajaran Islam mencakup masalah-
masalah politik dan sosial.

II. EKONOMI MENURUT AJARAN ISLAM

Beberapa aturan dalam ekonomi islam adalah sebagai berikut :

1. Segala sesuatunya adalah milik Allah, manusia diberi hak untuk memanfaatkan segala sesuatu
yang ada di muka bumi ini sebagai khalifah atau pengemban amanat Allah, untuk mengambil
keuntungan dan manfaat sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuannya dari barang-
barang ciptaan Allah.
2. Allah telah menetapkan batas-batas tertentu terhadap prilaku manusia sehingga
menguntungkan individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya.
3. Semua manusia tergantung pada Allah, sehingga setiap orang bertanggung jawab atas
pengembangan masyarakat dan atas lenyapnya kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi.
4. Status kekalifahan berlaku umum untuk setiap manusia, namun tidak berarti selalu punya hak
yang sama dalam mendapatkan keuntungan. Kesamaan hanya dalam kesempatan,dan setiap
individu dapat menikmati keuntungan itu sesuai dengan kemampuannya.
5. Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai manusia. Hak dan kewajiban
ekonomi individu disesuaikan dengan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya dan dengan
peranan-peranan normatif masing-masing dalam struktur sosial.
6. Dalam Islam, bekerja dinilai sebagai kebaikan dan kemalasan dinilai sebagai kejahatan.Ibadah
yang paling baik adalah bekerja dan pada saat yang sama bekerja merupakan hak dan sekaligus
kewajiban.
7. Kehidupan adalah proses dinamis menuju peningkatan. Allah menyukai orang yang bila dia
mengerjakan sesuatu melakukannya dengan cara yang sangat baik.
8. Jangan membikin mudarat dan jangan ada mudarat.
9. Suatu kebaikan dalam peringkat kecil secara jelas dirumuskan.Setiap muslim dihimbau oleh
sistem etika (akhlak) Islam untuk bergerak melampaui peringkat minim dalam beramal saleh.

Mekanisme pasar dalam masyarakat muslim tidak boleh dianggap sebagai struktur atomistis, tapi
akumulasi dan konsentrasi produksi mungkin saja terjadi, selama tidak melanggar prinsip-prinsip
kebebasan dan kerjasama.

Dari segi teori nilai, dalam ekonomi Islam tidak ada sama sekali pemisahan antara manfaat normatif
sautu mata dagangan dan nilai ekonomisnya.Semua yang dilarang digunakan, otomatis tidak
memiliki nilai ekonomis.

Ada empat nilai utama dalam prinsip ekonomi dalam Islam yaitu Rabbaniyyah (ketuhanan), Akhlak,
Kemanusiaan, dan Pertengahan.

III. SOSIAL MENURUT AJARAN ISLAM

1. Tinjauan Naskah Alquran Sebagai Sumber Ajaran Sosial

Banyak tokoh di dalam Islam yang membagi isi ajaran Islam dengan cara dikhotomis
menjadi ayat-ayat social dan ayat-ayat ibadah. Khumaini mengatakan ayat-ayat social
berbanding dengan ayat-ayat ibadah adalah 100 : 1. Quraish Shihab menyatakan bahwa ayat-
ayat social 98 % ayat-ayat ibadah hanya 2 %. Harun Nasution membagi ajaran dasar dan ajaran
bukan dasar. Ajaran bukan dasar (social) sebanyak 98 % ajaran dasar hanya 2 %. Nama-nama
surat dalam Alquran sebanyak 114 itu, dua surat tentang ibadah, yaitu surat Ikhlash dan surat
at-taubat, 17 surat bersifat netral dalam arti tidak secara langsung dapat dikatakan surat ibadah
atau surat social. Selebihnya, yaitu 95 surat adalah surat-surat yang dapat diasosiasikan sebagai
social, contoh surat al-Baqarah (sapi betina), surat al-an-aam (binatang ternak), an-faal (
rampasan perang), an-Nakhal (lebah), an-Naml (semut), ad-Dukhon (asap), al-Hadiid (besi), Ali
Imran (keluarga Imran), an-Nisaa (para wanita), al-Maaidah (makanan) dst.

2. Tinjauan Naskah Kitab-Kitab Hadis Sebagai Sumber Ajaran Sosial

Kitab Hadis himpunan al-Bukhari mencakup 8 jilid. 1 jilid pertama membahas tentang
ibadah, selebihnya mengenai social. Kitab Hadis himpunan Muslim terdiri atas 4 jilid. Jilid
pertama membahas tentang ibadah, selebihnya tentang social. Naskah kitab Hadis yang lain pun
demikian, artinya kandungan ajaran social jauh lebih banyak dibandingkan ajaran tentang
ibadah, meskipun kitab-kitab Hadis tersebut mengenai Kitab Sunan (secara praktis menjelaskan
tentang peribadatan), seperti Sunan Abu Dawud, Sunan at-Turmudzi, Sunan ad-Darimi, Sunan
an-NasaaI, dan Sunan Ibnu Majah

3. Islam Dalam Tinjauan Dimensional.

Jika ditinjau dari segi aspek ibadah dan aspek social akan dihasilkan resume sebagai berikut:

a. Pertama, aspek ibadah mencakup:

(1) thaharah: istinjaa, wudlu, mandi jinabat, dan tayamum

(2) syahadat : syahadat tauhid dan syahadat Rasul

(3) Shalat: shalat fardlu dan shalat-shalat sunnat

(4) Shaum: puasa wajib, Ramadlan dan puasa sunnat

(5) zakat: zakat maal danzakat fitrah

(6)mengurus jenazah

(7) udlhiyyah (korban)

(8) aqiqah

(9) doa dan dzikir.

Karakter ibadah adalah pelaksanaan ajaran sudah ditentukan dari Tuhan maupun
Utusannya (Rasulullah). Manusia tinggal hanya mengikutinya (taken for granted). Manusia tidak
boleh melakukan perubahan, baik menambah atau mengurangi. Menambahnya pasti
menjadi bidah dlalaalah (bidah sesat) dan jika menguranginya sama dengan meniadakan
semuanya, alias kafir. Diantara ke 10 dimensi ibadah ini hanya shalat saja yang paling
otoritatif (azimah) atau paling mengikat, selainnya sudah terlalu banyak dispensasinya
(rukhshoh) karena sesuatu kesulitan melaksanakannya. Contoh, si mukmin tidak melakukan
puasa Ramadlan karena sakit, bepergian, menyusui, hamil, atau karena benar-benar tidak kuat
meleksanakannya. Si muslim tidak melakukan zakat dan haji karena miskin dan dimaklumi.
Orang tidak melakukan wudlu karena wudlu itu dilaksanakan hanya karena akan shalat, thawaf,
maupun memegang dan membaca Alquran, yang terakhir ini pun ternyata menjadi khilafiah.
Dalam kata lain, wudlu hanya ibadah syarthiyyah (sebagai syarat) untuk melakukan sesuatu di
luar wudlu itu sendiri. Banyak ulama yang menyatakan orang boleh menyentuh Alquran tanpa
harus berwudlu dahulu. Wallaahu alamu bishawab; dan masih banyak contoh lainnya.

b. Kedua, aspek social mencakup semua aspek kehidupan selain yang 10 di atas. Karakter
pelaksanaan dimensi social diserahkan kepada manusia. Dalam hal ini Rasul
bersabda:Antum alamu bi amri dunyaakum atau Antum alamu bi umuuridnyaakum (Kamu
lebih mengetahui soal urusan duniamu). Allah dan Rasul hanya memberi aturan yang amat
longgar umpama supaya berbuat adil, tidak curang, jujur, menepati janji, menepati timbangan
dan yang sejenisnya.

4. Dimensi Ibadah dan Muamalah.

Dimensi muamalah secara prinsip identik dengan social. Meskipun demikian, keunikan
dikhotomi antara ibadah dan muamalah bukan merupakan pemisahan yang bersifat
demarkasional. Setiap ajaran ibadah pasti mengandung dimensi social dan sebaliknya. Contoh
Shalat adalah dimensi ibadah. Kandungan sosialnya sebagaimana tampak dalam shalat
berjamaah, antara lain adalah ajaran egalitarianisme amat menonjol. Siapa pun berhak berada
di shaf pertama bagi yang datang lebih duluan. Pejabat atau ulama harus rela berada
di shaf belakang kalau memang dating di masjid belakangan. Jika dirinci lebih lanjut, dimensi
muamalah/social bisa mencakup IPTEK, seni, aestetika, politik, sejarah, kemasyarakatan,
ekonomi, dan budaya, dan lain-lain.

5. Aktualisasi antara Ibadah dan Sosial

Kekurangan atau kesalahan dalam pelaksanaan ibadah, kafarat (tebusan) nya adalah
dimensi social. Contoh: Orang melakukan puasa Ramadlan kemudian berhubungan seks di siang
hari, tebusan yang yang paling memungkinkan adalah memberi makan kepada 60 orang miskin.
Orang tidak melakukan puasa Ramadlan karena sakit, hamil, atau menyusui, tebusannya
adalah fidyah (bersedekah memberi makan kepada fakir miskin). Orang berusaha supaya
puasanya sempurna, ia harus melaksanakan zakat fitrah. Supaya shalat Id-nya sempurna, ia
harus melakukan kurban. Karena melakukan haji tamattu atau karena kesalahan-kesalahan
selama ihram: mencabut rumput, memotong daun dari pohonnya, mencabut rambut atau
bulunya sendiri, dan membunuh serangga atau kutu, ia harus membayar dam (uang).
Sebaliknya, kekurangan atau kesalahan pelaksanaan dimensi social tidak bisa dilunasi dengan
ibadah. Contoh: dosa karena menyakiti orang lain, karena korupsi, karena mencuri, karena
memfitnah tidak bisa ditebus dengan istghfar berapa pun banyaknya atau dengan shalat
tahajud setiap malam. Dosa social itu hanya akan dilebur oleh Allah setelah memperoleh maaf
dari yang disakiti, yang dicuri barangnya, yang dikorupsi, atau dengan singkat dari orang yang
dirugikan. Jika punya hutang di bawa mati, betapa pun kecilnya, tetap menjadi halangan untuk
menuju surga manakala amalnya amat banyak dan mengalahkan amal jahadnya.

Atas dasar sejumlah indikasi yang dijadikan sebagai argument ini dapat dinyatakan, bahwa
melalui pendekatan social, agama Islam itu adalah agama Sosial. Meskipun demikian janganlah sampai
salah sangka bahwa khatib menyepelekan iman dan ibadah. Sama sekali tidak. Pelaksanaan dimensi
social tidak berarti sama sekali kalau tidak dilandasi iman dan melaksanakan ibadah mahdlah. Orang
mengaku beragma Islam, urusan sosialnya sangat baik, tetapi tidak shalat,ia tidak dikategorikan sebagai
muslim. Rasulullah bersabda: al-Farqu bainanaa wa bainahum as-shalah (Perbedaan antara kita dengan
mereka adalah shalat). Atau ia bersabda: as-Shalaatu Imaaduddiin. Faman aqaamaha faqad
aqaamaddiin, waman tarakaha faqad hadamaddiin (Shalat itu adalah tiang agama. Barang siapa
melaksanakannya, sungguh ia mendirikan agama. Barang siapa meninggalkannya, sungguh ia
menghancurkan agama). Jadi, masalah ibadah mahdlah yang kapasitas pelaksanaanya sedikit tetap harus
diindahkan sebaik-baiknya karena identifikasi beragama atau tidak terletak pada ibadah mahdlah.
Wallaahu alamu bi ash-shawaab.

IV. SENI DAN BUDAYA MENURUT ISLAM

Islam adalah agama sempurna yang telah diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad SAW
kepada seluruh umat manusia. Kesempurnaan Islam ini mencakup seluruh aspek kehidupan. Baik dalam
hal ibadah maupun muamalah. Islam telah mengatur semua itu demi terwujudnya tujuan manusia
diciptakan yaitu untuk beribadah kepada Allah. Termasuk budaya dan seni dalam Islam. Semuanya
mempunyai fungsi yang sama yaitu membantu manusia menjalankan tugasnya sebagai abdullah (hamba
Allah).

Ketika kita berbicara mengenai kebudayaan dan seni. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan
budaya dan seni itu sendiri. Kebudayaan mempunyai kata dasar budaya menurut Melville J.
Herkovitas,The Reality of Culture dalam Selo Sumardjan dan Soelaeman Sooemardi (editors),
Setangkai Bunga Sosiologi, Jakarta, 1996, hlm.119 menyatakan,Definisi dan konsepsi tentang kultur
sangat banyak, Kroeber dan Kluckhon mendaftar lebih dari 160 definisi tentang kultur.

Banyak sekali pengertian tentang apa yang disebut dengan budaya. Pada tulisan kali ini penulis
akan mengutip pengertian yang dipaparkan oleh Dr.H.Miftah Faridl. Kebudayaan menurut beliau adalah
hasil karya, cipta, pengolahan, pengarahan manusia terhadap alam dengan kekuatan jiwa, pikiran,
perasaan, kemauan, intuisi, imajinasi, raga, dan fakultas-fakultas rohaniah lainnya, yang menyatakan diri
dalam pelbagai kehidupan rohaniah dan kehidupan lahiriah manusia. Hal itu merupakan jawaban atas
segala tantangan, tuntutan, dan dorongan intradiri manisa dan ekstradirinya, untuk menuju arah
terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan spiritual dan material. Hal ini terjadi baik pada individu
maupun masyarakat.

Sedangkan seni atau kesenian sendiri merupakan manifestasi dari kebudayaan. Yang berarti
perwujudan dari kebudayaan yang bisa berupa berbagai macam hal namun mempunyai syarat estetik.
Yaitu segala hal dapat disebut seni asal mempunyai nilai keindahan seperti seni sastra, seni musik, seni
tari, seni rupa, seni drama dan lainnya.

Kembali ke pembicaraan awal, bahwa Islam merupakan agama yang telah sempurna. Dari awal
perkembangan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, Islam telah mencakup berbagai macam hal.
Terutama dalam hal tauhid kepada Allah yang merupakan pesan pertama yang disampaikan Nabi
kepada umatnya. Dari awal perkembangan Islam, kondisi masyarakat arab bukanlah masyarakat yang
tanpa budaya. Melainkan sudah ada budaya yang berkembang pada masa itu. Manusia sebagai unsur
penting dalam kebudayaan memberikan warna tersendiri dalam kebudayaan arab pada masa itu. Pada
masa itu, kebudayaan masyarakat masih sarat akan dengan tindakan-tindakan yang bertentangan
dengan nilai-nilai Islam sekarang. Oleh karena itu, pada masa itu kita kenal dengan masa Jahiliyah.
Termasuk dalam hal kesenian. Pada masa itu hal kesenian pun masih sarat dengan kemaksiatan.

Namun dengan datangnya Islam, ia memberikan warna baru terhadap perkembangan dan seni
masyarakat Arab. Seluruh aspek yang berbau maksiat kepada Allah berhasil diubah oleh Nabi. Hal ini
memberikan ciri khas dan membentuk karakter kebudayaan dan kesenian Islam itu sendiri.

Karakter kebudayaan Islam yang khas itu tidak lain merupakan dampak dari pengajaran Nabi
kepada para Shahabat. Para Shahabat mendapatkan pengajaran langsung dari Nabi yang notabene
adalah kurir langsung dari Allah. Sehingga apa yang didapatkan oleh para Shahabat adalah informasi
yang memang benar-benar murni. Pengajaran langsung ini sangat membentuk karakter para Shahabat.
Karakter yang tertanam kuat di dalam diri para Shahabat salah satunya adalah budaya mencari ilmu.
Budaya mencari ilmu itu yang kemudian termanifestasikan menjadi kebudayaan ilmu Islam. Kebudayaan
ilmu ini selanjutnya merupakan komponen penyusun perabadan Islam.

Dari awal Islam ini berkembang, budaya Ilmu dalam Islam memang menjadi hal penting yang
ditekankan. Contohnya saja ketika Nabi mengajarkan Islam kepada para Shahabat. Hal teresebut
merupakan hal dimana Nabi mengajarkan pentingnya budaya keilmuan itu sendiri. Pentingnya budaya
ilmu sangat ditekankan dan dititik beratkan dalam Islam. Islam menganggap penting ilmu dalam segala
aspek kehidupan. Dari masalah yang kecil hingga permasalah besar semua harus diselesaikan
menggunakan ilmu. Begitu besarnya pertahatian Islam terhadap ilmu (terutama ilmu keislaman) karena
Allah mengangkat derajat orang yang berilmu bahkan melebihi derajat seorang ahli ibadah.

Dalam membangun budaya ilmu ini, Rasulullah memulai usahanya di Masjid, bukan di pasar
atau pun tempat lain. Pertama kali Rasul membangun masjid selain tujuannya untuk mensyiarkan Islam,
tujuan lainnya adalah untuk menjadi masjid sebagai tempat berkembangnya budaya ilmu. Kegiatan
keilmuan pada masa itu selalu diadakan di dalam masjid. Hal ini menjadikan masjid sebagai tempat
berkembangnya ilmu. Dengan berkembanya ilmu di masjid, menjadikan masjid sebagai pusat
perkembangan peradaban Islam pada masa itu.

Namun tidak seperti Barat yang mengandalkan rasio dalam mengembangkan keilmuannya.
Sehingga mereka menemukkan kemandegan dalam berpikir karena pada hakakekatnya akal manusia
terbatas dalam memikirkan berbagai hal. Keilmuan Islam tidak semata-mata mengembangkan budaya
ilmunya pada aspek fisik saja tetapi juga pada aspek metafisik. Budaya ilmu yang dibangun dalam Islam
semata-mata adalah dalam rangka untuk meneguhkan keimanan kepada Allah. Ada dimensi keimanan
pada setiap ilmu yang dipelajari. Sehingga ada korelasi positif terhadap orang mempunyai keilmuan
tinggi dengan keimanan yang mantap.

Dimensi iman menjadi faktor terpenting. Sebab, anjuran Islam terhadap pentingnya ilmu
pengetahuan bukan sekedar memenuhi komoditas ekonomi. Akan tetapi, ilmu pengetahuan dalam
Islam itu digali dalam rangka untuk memenuhi keperluan spiritual, meraih kemakmuran kebahagiaan (al-
saadah) di akhirat. Kebahgaiaan dan kemakmuran dalam Islam bukan sekedar kesenganan fisik yang
bersifat sementara. Lebih dari itu, yaitu hakikat spiritual yang kekal. Makanya, kebahagiaan itu diperoleh
ketika ilmuan meyakini terhadap hal-hal yang mutlak tentang alam, diri dan tujuan hidupnya ke depan.
Hal seperti ini lah yang melahirkan ilmuan-ilmuan multitalent yang tidak hanya ahli dalam satu bidang
saja, melainkan beberapa bidang sekaligus.

Selalu dalam perkembangannya, kebudayaan Islam selalu berlandaskan dengan ilmu yang
mempunyai dimensi penting yaitu keimanan. Termasuk seni sebagai manifesetasi sebagai budaya,
dalam Islam pun seni juga tidak hanya memiliki dimensi fisik saja. Seni tidak hanya untuk memenuhi
fitrah manusia yang menyukai segala yang berhubungan dengan keindahan. Melainkan seni merupakan
bagian dari hidup manusia yang digunakan untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah. Jika
ditinjau dari fungsinya, seni juga dapat digunakan sebagai media untuk mensyukuri nikmat yang
diberikan kepada Allah kepada para hamba Nya.

Jadi pada dasarnya kebudayaan Islam merupakan kebudayaan yang dibangun dan berlandaskan
ilmu. Yang tidak hanya dibangun dengan dimensi fisiknya saja melainkan juga dibangun dengan dimensi
metafisiknya yaitu keimanan. Dan seni sebagai manifestasi dari kebudayaan itu sendiri dalam Islam
merupakan media yang dapat digunakan untuk meningkatkan keimanan kita dengan cara mensyukuri
nikmat yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya. Wallahu alam bi shawab.

V. KESEHATAN MENURUT AJARAN ISLAM

Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, untuk mengatur
kemakmuran di bumi guna menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Salah satu penunjang kebahagian
tersebut adalah dengan memiliki tubuh yang sehat, sehingga dengannya kita dapat beribadah dengan
lebih baik kepada Allah. Agama Islam sangat mengutamakan kesehatan (lahir dan batin) dan
menempatkannya sebagai kenikmatan kedua setelah Iman,

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. :Mohonllah kepada Allah pngampunan, kesehatan dan
keyakinan di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah tidak memberikan kepada seseorang setelah
keyakinan (Iman) yang lebih baik daripada kesehatan. (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Abu
BAkar, sahih sanadnya dari Ibnu Abbas)
Sebagaimana seseorang yang ingin pandai tentu saja harus belajar dan berusaha mengenal prinsip
prinsip hidup sehat setelah itu melaksanakannya dan inilah beberapa petunjuk Agama yang
berhubungan dengan kesehatan:

1. MAKANAN
1.1. Makan jangan Berlebihan
Dalam Al-Quran Surat Al-Araf: 31 Allah SWT. Berfirman: yang artinya ...Makan dan minumlah, dan
jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.(QS. 7:31).
Dan dalam surat Thaha ayat 81, Allah SWT. berfirman yang artinya : Makanlah di antara rizqi yang baik
yang telah kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan
kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia. (QS. 20:81), Dalam ilmu kesehatan, makan dan
minum merupakan kebutuhan dalam pemenuhan nutrisi sebagai penunjang hidup, yang jumlah dan
macamnya harus sesuai dengan keperluan tubuh, tidak boleh kekurangan dan tidak boleh berlebihan.
Yang bila kekurangan atau berlebihan akan menggangu kesehatan tubuh.
Sehubungan dengan ini Nabi SAW. telah bersabda : Tidaklah seseorang manusia memenuhi satu
wadah yang lebih buruk daripada perutnya, Cukuplah bagi anakmanusia beberapa makanan yang dapat
menegakkan tulang rusuknya, jika memang harus makan banyak maka sepertiga untuk makanannya,
sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya. (HR. Tirmidzi: 2302, nasai dari Inbu
Majah)

1.2. Makan Makanan yang Sehat


Allah SWT. Berfirman yang artinya: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah
telah rizqikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (QS. 5:88)
dengan memenuhi makan yangmemenuhi unsur gizi ini lagi baik (thayyib) diharapkan tubuh berada
dalam keadaan yang optimal sehingga daya tahan tubuh akan bekerja secara maksimal dalam menolak
segala macam penyakit.

1.3. Di Samping itu pula NAbi SAW. menganjurkan agar mendinginkan makanan atau minuman sebelum
dimakan atau diminum. Dengan sabdanya : Dinginkan makanan dan minuman kamu sesungguhnya
tidak ada kebaikan pada makanan/minuman yang panas. (HR. Al-hakim dan Ad-
Dailami). Mendinginkannya tidak dengan ditiup dengan nafas karena ini juga dilarang oleh NAbi
SAW. (HR Ibnu Majah)
Dalam bidang Gastroenterologi diketahui bahwa maakanan yang panas dapat menyebabkan perlukaan
pada selaput lendir saluran cerna yang menyebabkan rasa sakit, perih, rasa panas, kembung, rasa
penuh, mual, rasa seperti diiris Dll.

1.4. Tidak minum Alkohol dan apa saja yangmerusak tubuh


Allah SWT. Berfirman: Mereka bertanya tentang khamar dan judi, katakanlah, pada keduanya ad
bahaya yang besar dan pula manfaatnya pada manusia, dan bahyanya lebih besar darimanfaatnya.(QS.
Al-Baqarah: 219). ada ayat lain dikatakan juga oleh Allah SWT. : Hai orang-orang yang beriman
sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah perbuatan keji termasuk perbuatan Syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. (QS. 5:10)
Oleh para ahli, alkohol dapat menimbulkan kerusakan pada seluruh bagian tubuh manusia, seperti
system syaraf, pembuluh darah, jantung, hati dan saluran cerna dll.

1.5. Olah raga bermanfaat untuk kesehat


Oleh karenanya, dengan berolahraga yang teratur, terukur dan bersitat aerobik akan memberikan
banyak manfaat antara lain adalah mencegah kegemukan dengan seqala dampak negatifnya,
menguatkan dan lebih mengefisienkan kerja otot-otot tubuh seperti otot jantung, otot pernafasan dan
otot-otot rangka tubuh, dan lebih melancarkan aliran darah sehingga suplai zat-zat nutnisi ke sel-sel
tubuh serta pembuangan bahan-bahan sisa dan sel-sel tubuh menjadi lebih baik. Keadaan ini sangat
menguntungkan bagi kesehatan sel-sel tubuh yang menyusun
organ/alat tubuh.

Nabi suka berolah raga. Diriwayatkan oleh Siti Aisyah radhiyallauanha bahwa beliau suka
mengajak Siti Aisyah berlomba lari sejak Aisyah masih belia sampai tua.

Diriwayatkan pula bahwa Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam suka berjalan kaki walaupun kuda
dan unta telah tersedia untuk beliau. Diriwayatkan pula, bahwa cara jalan Nabi adalah seperti jalannya
orang yang menuruni bukit. Yaitu jalan cepat.

Demikian pula, Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam pernah mewajibkan para orang tua untuk
mengajarkan renang dan memanah kepada putra-putrinya. (HR.Al-Hakim). Lari, jalan cepat dan renang
merupakan jenis olah raga aerobik yang dianjurkan saat ni oleh para pakar kesehatan olah raga untuk
menjaga kebugaran.
2. KETENANGAN JIWA
Ketenangan jiwa diperlukan untuk keserasian fungsional organ-organ tubuh. Sebaliknya
ketegangan, kecemasan, emosi, akan menimbulkan gangguan fungsional pada organ-organ tubuh
seperti sistem pencernaan. pernapasan, jantung, pembuluh darah, syaraf, hormonal dll.
Seorang yang gelisah, gundah, resah hati akan mengalami gangguan konsentrasi, gangguan tidur, sakit
kepala, berdebar, sesak, tidak nafsu makan, mulas, mencret, sering mau kencing, dan keluhan keluhan
lain, sehingga akan mengganggu aktifitas hariannya.
Ketenangan hati diperlukan untuk kesempurnaan / kelancaran kerja seluruh alat tubuh.
Membaca serta memahami Al-Quran atau dzikrullah bagi seorang mukmin merupakan obat untuk
ketenangan hatinya.
Dalam Al-Quran, Allah Subhanallahu wa Taala berfirman yang artinya, Wahai sekalian manusia
telah datang kepadamu pelajaran (Al Quran) dari Tuhanmu, dan sebagai obat untuk yang ada dalam
dada (qalbun/ hati), dan petunjuk serta rahmat bagi mereka yang beriman. (Yunus;57).
Di surat lain, Allah Subhanallahu wa Taala berfirman yang artinya, Orang-orang yang beriman akan
menjadi tenang hatinya dengan dzikir kepada Allah, Ketahuilah bahwasanya dengan dzikir kepada Allah
hati akan menjadi tenang. (QS.Ar-Raad: 28).
Demikian jaminan Allah bagi orang yang beriman.
Seorang yang benar-benar beriman menurut firman Allah Subhanallahu wa Taala yang
artinya,Adalah mereka yang apabila disebut nama Allah bergetarlah hatinya, dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah bertambahlah keimanannya, dan kepada Tuhannya mereka bertawakkal,
mereka mendirikan shalat dan menginfaqkan sebagian rezekinya, demikianlah orang yang benar-benar
beriman (QS. Al-Anfal: 2-4).
Orang yang beriman akan terjauh dan perasaan cemas, gelisah, resah, atau sakit hati yang
berlebihan dan semacamnya oleh karena dia percaya dengan yakin akan adanya Allah yang Mengasih
dan Maha penyayang kepada hambaNya serta percaya akan ketentuan taqdir.
Dalam Al-Quran Allah Subhanallahu wa Taala berfirman yang artinya, Apabila hambaKu
bertanyatentang Aku, katakanlah ahwasanya Aku ini dekat sekali, kukabulkan permohonan hambaKu
apabila memohon, maka patuhlah kepadaKu dan berimanlah kepadaKu. (QS. Al-Baqarah: 186)
Dengan pernyataan Allah ini seorang mukmin yang bertaqwa kepada Allah Subhanallahu wa Taala akan
selalu dalam keadaan tenang tidak akan gelisah / resah / cemas walaupun menghadapi situasi yang
bagaimanapun, karena merasa Allah selalu bersamanya dan mendengar serta mengabulkan
permohonan hambaNya.
Menurut para ahli kesehatan, tidur 6 jam sehari diperlukan untuk terapi ketenangan jiwa.
Dalam Al-Quran petunjuk waktu istirahat / tidur untuk orang dewasa yaitu sesudah Sholat dzuhur
(tengah hari) dan sesudah Sholat isya

You might also like